Rihanna tak tahu apa yang terjadi, tapi, seminggu sejak tinggal bersama Aaron dan Agnes di mansion mereka, ia merasa Aaron jadi jauh lebih dingin dari biasanya. Tak hanya itu, rasanya sesak sekali karena Aaron lebih sering tidur di kamar pribadinya dibanding tidur bersamanya di kamar yang telah Agnes siapkan untuk mereka.
Rihanna memberengut. Dia kini berdiri bimbang di ambang pintu ruang kerja pribadi Aaron sambil memandangi Aaron yang terlihat sibuk dengan laptop.Aaron tidak mendongak ataupun melirik meskipun sebenarnya sadar dengan kehadiran Rihanna sejak tadi. Pria blasteran Inggris itu memilih diam dan tetap fokus pada laporan bulanan perusahaan yang sedang dia periksa."Mas ...." Suara Rihanna akhirnya terdengar.Ya, Rihanna menyerah mempertahankan kebimbangannya. Dia pasrah membiarkan kakinya melangkah masuk dan mendekati meja kerja sang suami."Mas Aaron," panggilnya sekali lagi. Kali ini sambil menyentuh pelan lengan Aaron di atas meja.Aaron melirik sekilas."Kenapa?" balasnya dingin."Ma-maaf kalau aku menganggumu. Tapi, ini sudah jam 12 malam. Mas harus istirahat, 'kan?""Hm." Suara ketikan laptop terdengar sibuk mengiringi dehaman Aaron. "Aku tahu."Hanya itu. Aaron hanya membalas seperti itu dengan nada cuek seolah tak sadar dengan kode ajakan Rihanna. Rihanna sampai menghela napas kasar karena gemas dengan sikap cueknya. Dan mungkin karena agak kesal, wanita itu pun nekat menyentuh lengan Aaron sekali lagi. Kali ini agak kencang, yang langsung berhasil membuat ke-sepuluh jemari Aaron berhenti mengetik."Ada apa, Rihanna?"Aaron menekankan suaranya dan mendongak menatap iris cokelat Rihanna lekat-lekat. Di detik itu Rihanna sebenarnya sadar bahwa Aaron pun kesal, tapi dia tak peduli."Ayo istirahatlah, Mas! Sudah seminggu kau lembur seperti ini. Kau bahkan tidak tidur lagi denganku karena terus lembur tiap malam!"'Ah, sial!' Rihanna refleks buang muka salah tingkah saat kelepasan mengatakan kalimat terakhir.Tapi tidak seperti dirinya, Aaron justru tetap memasang tampang datar. Dia bahkan melepaskan tangan Rihanna dan lanjut lagi dengan pekerjaannya."Aku sibuk, Rihanna. Jangan menungguku tiap malam, kau hanya membuang-buang waktu. Lagipula," Aaron menjeda sebentar, "kita tidak akan tidur bersama lagi mulai sekarang. Jadi, jangan menggangguku."Rihanna terdiam. Kalimat-kalimat yang keluar dari bibir suaminya itu membuat kedua alisnya mengernyit tak senang."Kenapa? Apa karena aku hamil?" tanyanya pelan. "Jadi kau merasa tidak perlu lagi tidur denganku karena aku akhirnya hamil?"Sungguh, Rihanna mati-matian menahan suaranya agar tak bergetar. Karena sungguh, dadanya sesak sekali saat menanyakan hal itu."Hm, kau ternyata tahu persis alasannya," balas Aaron sambil melirik datar. "Tugasku sudah selesai, Rihanna. Sekarang tinggal kau yang harus bisa mengandung dan melahirkan anak itu. Maka dengan begitu, tugasmu juga akan selesai. Kita impas, 'kan?"'Jadi, ini semua pada akhirnya tentang 'tugas'?'Rihanna tersenyum getir. Dia menunduk dalam-dalam sambil diam-diam meremat roknya. Tidak, dia tidak sedih. Tak ada alasan untuknya merasa sedih. Lagipula, mengajak Aaron tidur bukan berarti dia rindu. Rihanna hanya bertanya, itu saja.Jadi, wanita itu pun mendongak dan mengangguk mantap. "Baiklah, aku paham maksudmu."Dan tanpa ba-bi-bu lagi, dia langsung berbalik pergi dengan langkah cepat meninggalkan ruangan itu. Rihanna pergi tanpa menoleh ke belakang sedikitpun, tanpa tahu bahwa Aaron sempat membuka mulut hendak mengatakan sesuatu padanya, tapi sosoknya yang sudah lebih dulu menghilang di balik pintu membuat Aaron menelan kembali niat itu.Giliran Aaron yang kini terdiam. Mulutnya kembali merapat dan rahangnya mengetatkan seperti sedang mengesalkan sesuatu. Namun, pada akhirnya hanya hela napas kosong yang mampu dia suarakan. Aaron bersandar ke kepala kursi, mengusap wajah, dan terus menghela napas berkali-kali.***"Kau pasti bosan saat tinggal di rumahmu yang lama, Adikku. Jadi, kau bisa sesekali keluar selama di sini. Pak Tono akan mengantarmu ke mana pun dan Rendra akan menemanimu untuk menjagamu. Ibu hamil tak boleh sampai stress, benar?" Agnes menaik-turunkan alis sambil tersenyum manis.Pagi itu, dia, Rihanna, dan Aaron tengah sarapan bersama di meja makan.Di kursi seberang, Rihanna memaksakan senyum setelah mendengar perkataan sang kakak."Iya, Kak, terima kasih," balasnya sekenannya.Sementara di seberang kursi yang lain, Aaron justru mengernyit bingung."'Rendra'? Siapa 'Rendra' yang kaumaksud, Agnes?"Tepat saat dia bertanya demikian, seorang pria berjas hitam rapi masuk ke dalam ruang makan. Dia berperawakan tinggi-tegap dan cukup tampan. Rendra namanya. Pria itu membungkuk sopan ke arah Agnes."Kau sudah datang?!" Agnes tersenyum ceria melihat pria 25 tahun itu. "Nah, mulai sekarang, Rendra-lah yang akan menjadi asisten pribadimu, Rihanna! Apa pun yang kau butuhkan, kau boleh beri tahu dia."Rihanna refleks tersenyum tipis dan mengangguk menyapa tatkala matanya bertemu dengan mata hitam Rendra. Rendra pun membungkuk sopan padanya."Tenang saja, semua orang yang ada di mansion ini bisa menjaga rahasia kita, termasuk Rendra. Kujamin mereka tak akan berani buka mulut ke siapa pun. Benar 'kan, Rendra?"Rendra mengangguk mantap membenarkan ucapan Agnes."Saya bersumpah akan setia pada semua perintah Nyonya," katanya."Good boy." Agnes tersenyum puas sambil memasukkan potongan roti terakhir ke dalam mulut.Sepertinya, hanya Agnes yang terlihat sangat bersemangat dengan keberadaan Rendra pagi itu. Dia terus menatap Rendra dengan senyum lebar di bibir. Sementara Rihanna justru diam saja sambil tetap fokus menyantap sarapannya. Lalu, bagaimana dengan Aaron?Selain Agnes, Aaron sebenarnya juga menatap Rendra sejak tadi. Bedanya, iris birunya berkilat lekat dengan kedua alis yang menukik tajam. Aaron sempurna mengabaikan makanannya dan hanya fokus menyelisik sosok Rendra dari atas sampai bawah.Agnes memutar bola mata malas menyadari sikap suaminya itu."Kau bisa membunuh Rendra dengan tatapanmu itu, Aaron. Kau pikir Rendra sedang menyembunyikan bom di balik jasnya? Kenapa kau sewaspada itu, huh?""Aku tidak menyukainya," kata Aaron terang-terangan. Dia bahkan tak merasa bersalah karena mengatakan itu di hadapan Rendra langsung.Agnes mendengkus. "Aku tak butuh pendapatmu, okay? Kita sudah sepakat bahwa semuanya ada dalam kendaliku sekarang. Yang pasti, Rendra adalah pilihan terbaik untuk menemani dan menjaga Rihanna selama kita tak ada di rumah.""Tapi kau tak harus mengundang orang asing lagi ke sini, Agnes. Aku tidak setuju." Kini Aaron mengarahkan tatapan tajamnya pada Agnes. "Para maid di sini sudah lebih dari cukup untuk menemani dan menjamin keadaan Rihanna. Kita tak butuh Rendra atau siapa pun lagi yang keberadaannya hanya akan merepotkan Rihanna.""Aku tak masalah." Rihanna yang sejak tadi diam saja, akhirnya mendongak mengangkat suara. Dia memandangi Aaron sebentar sebelum kemudian menoleh ke arah Agnes. "Aku tak masalah dengan keberadaan Rendra, Kak. Asal dia bisa menjaga rahasia kita, aku baik-baik saja.""Rihanna!" Aaron menggeleng tak setuju, tapi Rihanna mengabaikannya, melirik pun tidak. Dia justru menandaskan air minumnya lalu bangun dari kursi."Aku selesai. Terima kasih untuk sarapannya," katanya hendak beranjak pergi. Namun, Agnes buru-buru menahan lengan adiknya itu."Tunggu dulu, Rihanna! Kenapa kau buru-buru sekali, huh? Duduklah dulu!" Dia menarik Rihanna agar kembali duduk di kursi. "Tunggu sebentar, okay? Siang ini aku dan ibu mertua akan bertemu di mall untuk shopping. Aku butuh informasi darimu agar aku bisa berakting dengan baik sebagai ibu hamil. Kau paham maksudku, 'kan?"Rihanna menarik napas panjang dan mengangguk pelan. "Jadi, kau mau tau tentang apa?""Semuanya! Katakan semua yang kau rasakan selama hamil--oh, aku harus mencatatnya! Tunggu sebentar! Aku akan mengambil kertas dan pulpen!"Agnes tampak sangat antusias saat itu. Dia bahkan pergi dengan terburu-buru untuk mencari kertas dan pulpen padahal bisa saja menyuruh seorang maid untuk mengambilkannya. Rendra yang masih ada di ruang makan pun sampai mengerjap takjub melihat pemandangan tersebut.Tinggallah Rihanna dan Aaron di meja makan. Sama seperti tadi, Rihanna tetap tak melirik Aaron meskipun tahu suaminya itu sedang menatapnya sejak tadi."Wajahmu pucat sekali, Rihanna. Kau tampak tidak sehat," kata Aaron kemudian."Aku baik-baik saja," balas Rihanna, masih tak ingin melirik."Tapi kau juga lemas sejak tadi.""Aku tak apa, Aaron.""Kau yakin?""Hm."Aaron mengetatkan rahang dan diam-diam mengepalkan tangan. Sekarang dia tahu bagaimana rasanya diperlakukan dengan dingin dan datar oleh orang lain. Tapi Aaron tak pernah menyangka seorang Rihanna--istri mudanya--mampu bersikap seperti itu padanya.Hening di ruang makan kemudian menjadi detik-detik yang sangat menegangkan. Rendra terlihat kebingungan harus bagaimana karena terjebak bersama pasangan suami-istri di meja makan. Agnes belum memberinya perintah untuk pergi, itulah kenapa ia tak bisa pergi begitu saja hanya karena tak nyaman.Jadi, hal yang bisa Rendra lakukan saat itu hanyalah tetap berdiri di dekat kursi Rihanna sambil menunggu Agnes yang belum kunjung kembali ke ruang makan.Di tengah-tengah penantiannya itu, Rihanna tiba-tiba saja bangkit berdiri dari kursi dengan gerakan cepat. Rendra sontak terlonjak kaget, begitu pula dengan Aaron yang langsung ikut bangkit dari kursi."Ada apa, Nyonya?""Ada apa, Rihanna?!"Dua pria itu sama-sama bertanya panik, sementara Rihanna justru membekap mulut sambil menggelengkan kepala."Aku tak ap--hummp!!"Rihanna kembali membekap mulut. Sial! Dia mual!Wanita itu hendak berlari pergi dari sana, tapi kepalanya tiba-tiba saja berputar membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan."Nyonya!""Rihanna!"Dua pria di sana semakin panik. Namun, karena berada paling dekat dari kursi Rihanna, Rendra-lah yang berhasil meraih tubuh Rihanna pertama kali. Dia berhasil memegangi kedua lengan Rihanna dari belakang sebelum tubuh ramping itu jatuh membentur meja makan.Rendra menunduk menatap wajah Rihanna yang pucat pasi. "Nyonya! Anda tidak apa-apa?""Beraninya kau sentuh istriku, sialan!!"***Aaron menarik pinggang Rihanna sehingga sang istri masuk ke dalam pelukannya. Sementara Rendra ia dorong kuat-kuat hingga mundur beberapa langkah."Kau kira kau siapa, hah?! Ini hari pertamamu tapi kau berani menyentuh istriku?!" amuk Aaron sambil mempererat dekapannya pada tubuh Rihanna.Rendra tampak kebingungan dan tak tahu harus bagaimana. Namun, pria itu akhirnya cepat-cepat mengendalikan diri dan membungkuk di hadapan Aaron. "Maafkan kelancangan saya, Tuan. Saya panik ingin membantu Nyonya yang terlihat hampir ping--""Tutup mulutmu!! Pergi dari sini sekarang juga!"Rendra terhenyak. "Ta-tapi, Tuan--""Pergi!!""Sudahlah, Mas!" Rihanna akhirnya bersuara.Dia sudah tak tahan mendengar perdebatan antar dua pria itu, belum lagi tubuhnya yang didekap erat oleh kedua lengan kekar Aaron.Rihanna pun memukul dada Aaron memberi isyarat agar dilepaskan, tapi Aaron justru menggeleng tegas."Kau sakit, Rihanna. Kita harus ke rumah sakit sekarang juga!""Aku baik-baik saja, Mas. Aku hanya
Apakah Agnes sungguhan pingsan? Tidak. Saat Aaron sampai di salah satu kafe dalam mall--tempat di mana Titiana dan Agnes berada--dia terpaku melihat Agnes justru sedang asyik berfoto selfie dengan Titiana di meja pojok kafe.Pria itu langsung memperlambat laju kakinya mendekati mereka. Napasnya yang ngos-ngosan berangsur stabil. Lalu, ekspresi khawatir di wajah tampan itu berubah jadi mimik datar tanpa ekspresi."Ah! Aaron! Kau akhirnya datang!" seru Titiana pertama kali menyadari kedatangan putranya. Dan seolah khawatir Aaron akan kabur, dia segera bangkit menarik lengan putranya itu agar mendekat.Aaron tak melepaskan tatapannya dari Agnes sejak memasuki area kafe. Kilat matanya dingin dan tajam. Namun, Agnes justru menunjukkan senyum lebar tanpa rasa bersalah."Hai, suamiku," sapa Agnes penuh arti.Titiana terkekeh senang. "Kau secinta itu pada istrimu ya, Aaron? Ibu tak menyangka akting Ibu tadi berhasil membuatmu datang.""Tentu saja dia cinta padaku, Bu. Aku sedang mengandung an
"Humppt!! A-Aaron!!"Rihanna kesulitan bernapas lantaran Aaron terus menggerakkan kepalanya, menekan pipinya, dan terus melumat bibirnya kuat-kuat. Rihanna betul-betul tak siap dengan aksi suaminya itu. Masalahnya, mereka bahkan belum sempat masuk ke dalam kamar!Aaron seperti tak kuasa lagi menahan diri saat membawa Rihanna dari halaman belakang dan naik ke lantai dua ini. Lalu seolah kehabisan kesabaran, Aaron malah menghimpit Rihanna di terali mezanin depan pintu kamar demi menghunjami Rihanna dengan ciuman ganasnya.Rihanna memejamkan mata bersama pikiran yang berantakan. Dia kaget, bingung, juga kesal. Pagi tadi, sebelum berangkat kerja, tingkah-laku Aaron padahal masih seperti biasanya, dingin dan cuek. Lalu, kenapa di sore hari setelah pulang dari kantor, Aaron malah tiba-tiba aneh seperti ini?Wanita itu akhirnya membuka mata. Sepasang iris biru Aaron yang lekat dan mengintimidasi langsung menyambut pertama kali, membuat jantungnya berdebar keras tanpa henti.Aaron lalu berhen
Rihanna pikir keanehan Aaron hanya ada di hari ciuman panas mereka itu saja. Namun, seminggu berlalu, Aaron tetap saja berperangai aneh. Dia sering datang ke kamar Rihanna tiap malam tanpa mengatakan apa pun, lalu pergi lagi setelah satu jam hanya duduk di sofa pojok kamar sambil membaca buku. Terus saja seperti itu.Lalu, puncak keanehan Aaron adalah hari ini. Rihanna sedang menghabiskan hari minggunya dengan berkebun di halaman belakang mansion. Rendra tentu hadir di situ untuk membantu sang nyonya. Tapi yang membuat mereka keheranan, Aaron rela menolak undangan main golf oleh klien penting hanya untuk ikut berkebun bersama Rihanna dan Rendra."Mas, Hans sudah menunggumu sejak tadi. Kau tidak kasihan padanya?" Rihanna menegur Aaron sambil melirik Hans--sekretaris Aaron--yang berdiri gelisah di belakang mereka.Aaron tak mengalihkan tatapannya dari tanah yang sedang ia gali, lalu menjawab, "Biarkan saja dia. Aku sudah meminta pertemuan itu dibatalkan, tapi dia malah seenaknya sendiri
"Lahirkan pewaris untuk suamiku, Rihanna, dan aku akan memberikanmu satu miliar."Rihanna melotot. Tubuhnya langsung kaku mendengar penuturan Agnes, sang kakak."Pe-pewaris? Ma-maksudnya bagaimana, Kak?"Agnes bersedekap menatap adik tirinya itu dengan tampang malas. Dia paling tidak suka mengulang kalimat yang sudah sangat jelas ia ucapkan."Aku harus menjelaskannya dengan bahasa apa lagi agar kau paham, huh? Aku memintamu mengandung dan melahirkan anakku dan Aaron. Kau tau sendiri tubuh indahku ini tidak boleh sampai rusak, apalagi untuk melahirkan seorang anak yang akan sangat merugikanku."Agnes Anita Rodgers adalah selebriti sekaligus influencer terkenal yang namanya sedang naik daun di Indonesia. Sebagai asisten pribadinya, Rihanna Halim tahu betul kenapa kakak tirinya itu selalu mengabaikan perintah kedua orang tua Aaron agar segera memiliki anak, tapi Rihanna tak pernah menyangka Agnes akan mengambil jalan konyol seperti ini. Ini terlalu gila!"Kenapa? Kau tak mau?" tanya Agne
"Ri-Rihana?"Aaron kaget. Saat baru saja membuka kedua mata, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah lelap Rihanna di atas ranjang yang sama dengannya.Pria itu mengerjap. Dia berusaha mengenali situasi itu baik-baik, sementara tangannya masih memeluk pinggang Rihanna, tubuh mereka masih rapat tanpa busana dalam selimut, dan wajah mereka masih saling berhadapan dalam jarak dekat.Tapi, apa maksudnya ini?Sayup-sayup, Rihanna akhirnya juga membuka kedua mata. Dan sama seperti Aaron, hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan pria itu.Di detik itulah Aaron langsung menarik tubuhnya menjauh. Napasnya memburu keras, sebagaimana jantungnya yang mendadak berdetak kencang."Ki-kita melakukannya?" tanya pria bermata biru itu sambil mengernyit mengingat kejadian semalam. Tapi semakin ia berpikir keras, semakin kepalanya sakit.Rihanna bangkit duduk dengan kedua tangan mendekap erat selimut di depan tubuh."Aaron, aku ... aku minta maaf."Aaron ikut duduk. Selimut turun setengah menampilka
"Saya mengambil engkau Rihana Halim menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."Rihanna mengerjap sekali seusai Aaron mengucapkan kalimat janji di depan pendeta. Aaron, yang detik itu telah resmi menjadi suaminya."Rihana? Kenapa diam saja?" bisik Aaron menyadari istri mudanya itu malah hanya melongo menatapnya dengan pandangan kosong.Rihanna gelagapan, salah tingkah memandangi Aaron, pak pendeta yang berdeham canggung, dan Agnes yang duduk menatap mereka dari jauh.Wanita itu akhirnya mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Sa-saya mengambil engkau Aaron W. Rodgers menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pad
"Kak, ini bahkan sudah lewat sebulan. Aku benar-benar sudah pulih, lho. Kakak yakin tidak ingin datang ke Korea untuk menjengukku? Sehari pun tidak?" Terdengar nada merengek dari suara Jasse di telepon.Rihanna terkekeh. "Jangan manja begitu, Jasse. Kau bukan anak kecil lagi, ingat? Kita hanya beda dua tahun tapi kau benar-benar manja!""Suka-sukaku," balas Jasse songong."Ckckck. Pantas saja kau belum punya pacar meskipun sudah akan lulus. Perempuan tidak suka pria manja, kau tahu? Mereka lebih suka pria keren dan macho.""Bodoamat. Aku tidak minat pacaran. Dan, ngomong-ngomong, aku masih dua tahun lagi untuk lulus. Masih lama. Kau bahkan lupa dengan riwayat pendidikanku, Kak?" Giliran Jasse yang berdecak-decak. "Entah ke mana perginya Kak Rihanna yang selalu tahu segalanya tentang adik kecilnya Jasse.""Hahaha. Kau benar. Mungkin Bibi Lita jauh lebih mengenalmu sekarang dibanding aku."Bibi Lita adalah orang yang menemani Jasse tinggal di Korea untuk berkuliah. Beliau adalah kenalan
Rihanna pikir keanehan Aaron hanya ada di hari ciuman panas mereka itu saja. Namun, seminggu berlalu, Aaron tetap saja berperangai aneh. Dia sering datang ke kamar Rihanna tiap malam tanpa mengatakan apa pun, lalu pergi lagi setelah satu jam hanya duduk di sofa pojok kamar sambil membaca buku. Terus saja seperti itu.Lalu, puncak keanehan Aaron adalah hari ini. Rihanna sedang menghabiskan hari minggunya dengan berkebun di halaman belakang mansion. Rendra tentu hadir di situ untuk membantu sang nyonya. Tapi yang membuat mereka keheranan, Aaron rela menolak undangan main golf oleh klien penting hanya untuk ikut berkebun bersama Rihanna dan Rendra."Mas, Hans sudah menunggumu sejak tadi. Kau tidak kasihan padanya?" Rihanna menegur Aaron sambil melirik Hans--sekretaris Aaron--yang berdiri gelisah di belakang mereka.Aaron tak mengalihkan tatapannya dari tanah yang sedang ia gali, lalu menjawab, "Biarkan saja dia. Aku sudah meminta pertemuan itu dibatalkan, tapi dia malah seenaknya sendiri
"Humppt!! A-Aaron!!"Rihanna kesulitan bernapas lantaran Aaron terus menggerakkan kepalanya, menekan pipinya, dan terus melumat bibirnya kuat-kuat. Rihanna betul-betul tak siap dengan aksi suaminya itu. Masalahnya, mereka bahkan belum sempat masuk ke dalam kamar!Aaron seperti tak kuasa lagi menahan diri saat membawa Rihanna dari halaman belakang dan naik ke lantai dua ini. Lalu seolah kehabisan kesabaran, Aaron malah menghimpit Rihanna di terali mezanin depan pintu kamar demi menghunjami Rihanna dengan ciuman ganasnya.Rihanna memejamkan mata bersama pikiran yang berantakan. Dia kaget, bingung, juga kesal. Pagi tadi, sebelum berangkat kerja, tingkah-laku Aaron padahal masih seperti biasanya, dingin dan cuek. Lalu, kenapa di sore hari setelah pulang dari kantor, Aaron malah tiba-tiba aneh seperti ini?Wanita itu akhirnya membuka mata. Sepasang iris biru Aaron yang lekat dan mengintimidasi langsung menyambut pertama kali, membuat jantungnya berdebar keras tanpa henti.Aaron lalu berhen
Apakah Agnes sungguhan pingsan? Tidak. Saat Aaron sampai di salah satu kafe dalam mall--tempat di mana Titiana dan Agnes berada--dia terpaku melihat Agnes justru sedang asyik berfoto selfie dengan Titiana di meja pojok kafe.Pria itu langsung memperlambat laju kakinya mendekati mereka. Napasnya yang ngos-ngosan berangsur stabil. Lalu, ekspresi khawatir di wajah tampan itu berubah jadi mimik datar tanpa ekspresi."Ah! Aaron! Kau akhirnya datang!" seru Titiana pertama kali menyadari kedatangan putranya. Dan seolah khawatir Aaron akan kabur, dia segera bangkit menarik lengan putranya itu agar mendekat.Aaron tak melepaskan tatapannya dari Agnes sejak memasuki area kafe. Kilat matanya dingin dan tajam. Namun, Agnes justru menunjukkan senyum lebar tanpa rasa bersalah."Hai, suamiku," sapa Agnes penuh arti.Titiana terkekeh senang. "Kau secinta itu pada istrimu ya, Aaron? Ibu tak menyangka akting Ibu tadi berhasil membuatmu datang.""Tentu saja dia cinta padaku, Bu. Aku sedang mengandung an
Aaron menarik pinggang Rihanna sehingga sang istri masuk ke dalam pelukannya. Sementara Rendra ia dorong kuat-kuat hingga mundur beberapa langkah."Kau kira kau siapa, hah?! Ini hari pertamamu tapi kau berani menyentuh istriku?!" amuk Aaron sambil mempererat dekapannya pada tubuh Rihanna.Rendra tampak kebingungan dan tak tahu harus bagaimana. Namun, pria itu akhirnya cepat-cepat mengendalikan diri dan membungkuk di hadapan Aaron. "Maafkan kelancangan saya, Tuan. Saya panik ingin membantu Nyonya yang terlihat hampir ping--""Tutup mulutmu!! Pergi dari sini sekarang juga!"Rendra terhenyak. "Ta-tapi, Tuan--""Pergi!!""Sudahlah, Mas!" Rihanna akhirnya bersuara.Dia sudah tak tahan mendengar perdebatan antar dua pria itu, belum lagi tubuhnya yang didekap erat oleh kedua lengan kekar Aaron.Rihanna pun memukul dada Aaron memberi isyarat agar dilepaskan, tapi Aaron justru menggeleng tegas."Kau sakit, Rihanna. Kita harus ke rumah sakit sekarang juga!""Aku baik-baik saja, Mas. Aku hanya
Rihanna tak tahu apa yang terjadi, tapi, seminggu sejak tinggal bersama Aaron dan Agnes di mansion mereka, ia merasa Aaron jadi jauh lebih dingin dari biasanya. Tak hanya itu, rasanya sesak sekali karena Aaron lebih sering tidur di kamar pribadinya dibanding tidur bersamanya di kamar yang telah Agnes siapkan untuk mereka.Rihanna memberengut. Dia kini berdiri bimbang di ambang pintu ruang kerja pribadi Aaron sambil memandangi Aaron yang terlihat sibuk dengan laptop.Aaron tidak mendongak ataupun melirik meskipun sebenarnya sadar dengan kehadiran Rihanna sejak tadi. Pria blasteran Inggris itu memilih diam dan tetap fokus pada laporan bulanan perusahaan yang sedang dia periksa."Mas ...." Suara Rihanna akhirnya terdengar.Ya, Rihanna menyerah mempertahankan kebimbangannya. Dia pasrah membiarkan kakinya melangkah masuk dan mendekati meja kerja sang suami."Mas Aaron," panggilnya sekali lagi. Kali ini sambil menyentuh pelan lengan Aaron di atas meja.Aaron melirik sekilas."Kenapa?" balas
Pukul 7:30 malam. Agnes berada di mansion utama keluarga Rodgers untuk makan malam bersama ayah dan ibu mertuanya. Di meja makan yang panjang dan luas, dia berhadapan langsung dengan Tuan Allan Edric Rodgers dan Nyonya Titiana Rodgers, orang tua Aaron.Ada sebulat tekad kuat di wajah cantik Agnes saat memberanikan diri datang ke sini, bahwa ia tak mau lagi dianggap payah oleh mereka. Karena rencana kedatangannya hari ini adalah untuk membuat ayah dan ibu mertuanya itu luluh dan tidak memusuhinya lagi.Diam-diam, Agnes mengetik pesan di ponselnya sambil tersenyum penuh arti."Jadi, kenapa kau datang ke sini, Agnes?" Titiana akhirnya bertanya. Nada bicaranya terdengar malas sebagaimana lirikannya pada Agnes. "Kalau kau sampai berani ke sini, artinya kau punya sesuatu untuk dipamerkan. Iya, 'kan?"Agnes tetap tersenyum, berusaha tak mempermasalahkan sikap tak ramah yang memang selalu ia dapatkan dari sang ibu mertua."Kenapa Ibu berpikir begitu? Tidak bisakah menantu kalian ini ikut maka
"Kak, ini bahkan sudah lewat sebulan. Aku benar-benar sudah pulih, lho. Kakak yakin tidak ingin datang ke Korea untuk menjengukku? Sehari pun tidak?" Terdengar nada merengek dari suara Jasse di telepon.Rihanna terkekeh. "Jangan manja begitu, Jasse. Kau bukan anak kecil lagi, ingat? Kita hanya beda dua tahun tapi kau benar-benar manja!""Suka-sukaku," balas Jasse songong."Ckckck. Pantas saja kau belum punya pacar meskipun sudah akan lulus. Perempuan tidak suka pria manja, kau tahu? Mereka lebih suka pria keren dan macho.""Bodoamat. Aku tidak minat pacaran. Dan, ngomong-ngomong, aku masih dua tahun lagi untuk lulus. Masih lama. Kau bahkan lupa dengan riwayat pendidikanku, Kak?" Giliran Jasse yang berdecak-decak. "Entah ke mana perginya Kak Rihanna yang selalu tahu segalanya tentang adik kecilnya Jasse.""Hahaha. Kau benar. Mungkin Bibi Lita jauh lebih mengenalmu sekarang dibanding aku."Bibi Lita adalah orang yang menemani Jasse tinggal di Korea untuk berkuliah. Beliau adalah kenalan
"Saya mengambil engkau Rihana Halim menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."Rihanna mengerjap sekali seusai Aaron mengucapkan kalimat janji di depan pendeta. Aaron, yang detik itu telah resmi menjadi suaminya."Rihana? Kenapa diam saja?" bisik Aaron menyadari istri mudanya itu malah hanya melongo menatapnya dengan pandangan kosong.Rihanna gelagapan, salah tingkah memandangi Aaron, pak pendeta yang berdeham canggung, dan Agnes yang duduk menatap mereka dari jauh.Wanita itu akhirnya mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Sa-saya mengambil engkau Aaron W. Rodgers menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pad
"Ri-Rihana?"Aaron kaget. Saat baru saja membuka kedua mata, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah lelap Rihanna di atas ranjang yang sama dengannya.Pria itu mengerjap. Dia berusaha mengenali situasi itu baik-baik, sementara tangannya masih memeluk pinggang Rihanna, tubuh mereka masih rapat tanpa busana dalam selimut, dan wajah mereka masih saling berhadapan dalam jarak dekat.Tapi, apa maksudnya ini?Sayup-sayup, Rihanna akhirnya juga membuka kedua mata. Dan sama seperti Aaron, hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan pria itu.Di detik itulah Aaron langsung menarik tubuhnya menjauh. Napasnya memburu keras, sebagaimana jantungnya yang mendadak berdetak kencang."Ki-kita melakukannya?" tanya pria bermata biru itu sambil mengernyit mengingat kejadian semalam. Tapi semakin ia berpikir keras, semakin kepalanya sakit.Rihanna bangkit duduk dengan kedua tangan mendekap erat selimut di depan tubuh."Aaron, aku ... aku minta maaf."Aaron ikut duduk. Selimut turun setengah menampilka