Hari itu Artika kuliah dari seorang profesor.
Disebuah ruangan kuliah umum dengan judul "War and Nursing"
Perawat spesialis daerah konflik dan bencana alam berkarya, khususnya terkait dengan daerah konflik.
Pada bagian awal kuliah Prof. Satami menjelaskan secara singkat mengenai konsep-konsep umum terkait kondisi perang, bencana alam, dan serangan teroris.
Semua peristiwa tersebut menimbulkan jatuhnya korban, baik yang meninggal dunia maupun yang masih bisa diselamatkan.
Korban yang masih hidup itulah yang menjadi fokus
dalam memberikan pertolongan.Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, Prof. Satami mengingatkan, bila suatu saat memiliki kesempatan menjadi bagian tim penolong bagi korban perang maupun bencana, pastikan untuk selalu memegang teguh prinsip etik; menjadi penolong yang adil bagi semua orang; dan tidak ada diskriminasi.Keterampilan yang perlu dimiliki seorang perawat dalam kondisi perang dan bencana, tidak beda jauh dengan kompetensi seorang perawat gawat darurat.Setiap orang diharapkan mampu memilah pasien sesuai dengan kondisi kegawatannya dengan tepat.
Merawat luka, menangani patah tulang, bedah minor seperti nekrotomi atau memotong jaringan tubuh yang sudah mati, dan kegiatan perioperatif.
Pada bagian-bagian akhir presentasinya, Prof. Satami menunjukkan foto atau gambar ketika dirinya bergabung dengan tim Red Cross di daerah konflik Pakistan dan Afganistan.
Kondisi rumah sakit darurat yang didirikan di daerah konflik seperti itu, tentunya tidak memenuhi standar yang seharusnya.
Mulai dari bangunan gedungnya, fasilitas dan peralatan medis tidak semuanya tersedia.
Karena itu, Profesor mengingatkan agar perawat mampu berpikir kritis untuk mencari solusi lain dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di tempat tersebut.
Saat foto-foto korban ditunjukkan, mahasiswa yang tampak serius menyimak langsung dan ada perawat yang menjerit pelan. Terlihat ada tungkai yang putus; jari-jari tangan yang hancur; seorang gadis remaja yang kehilangan kakinya; dan masih banyak gambar tragis lainnya.
Termasuk anak-anak yang menunjukkan muka murung, menunjukkan bukan hanya terjadi luka fisik, tapi batinnya juga ikut terobek.
Kuliah yang berlangsung kurang lebih 2 jam itu diakhiri dengan sesi diskusi.
***
Meski sudah diwisuda dan diangkat sumpah sebagai seorang perawat, tetapi perawat tidak bisa langsung bekerja dan terjun merawat langsung pasien.
Para perawat harus kembali melaksanakan uji kompetensi untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi agar bisa bekerja di dunia kesehatan.
Uji kompetensi sendiri menjadi sulit bagi para perawat, dan bisa jadi mengikutinya hinga berkali-kali.
Adanya uji kompetensi adalah sebagai pertimbangan untuk menyaring tenaga-tenaga perawat yang berkompeten.
Perkuliahan D3 Keperawatan berlangsung selama enam semester dengan beban studi sekitar 116 SKS.
Beberapa matakuliahnya antara lain Anatomi Fisiologi, Biokimia, Etika Keperawatan, Ilmu Gizi, Keperawatan Profesional, Mikrobiologi dan Parasitologi, Patologi, Praktek Keperawatan Mutakhir, serta Riset Keperawatan.
Namun Artika meneruskan ke program D4.
Karena Alumni D4 dapat langsung bekerja tanpa harus mengikuti pendidikan profesi sebagaimana alumni S1 atau D3.
Alumni D4 Keperawatan dianggap lebih cekatan dan terampil daripada alumni S1 Keperawatan. Selama delapan hingga 10 semester perkuliahannya, program D4 Keperawatan memang lebih banyak terfokus pada praktik.
***
Kehamilan Artika sudah berumur empat bulan, perutnya sudah mulai terlihat meski masih bisa disembunyikan.
Agar tidak ada seorang pun di sekolah yang akan menebak tentang kehamilan, Artika mengenakan pakaian perawat yang longgar selama sebulan terakhir.
Kini dia akan diwisuda."Apakah kamu sudah?" kata Yudika melihat Artika berdiri di depan cermin memeriksanya dengan teliti.
"Saya sudah selesai, apakah saya terlalu gemuk," tanya Artika.
"Iya, kamu kelihatan gemuk, tapi kelihatan tidak hamil."
Ujar Yudika menguatkan hati gadis itu."Ayo pergi, aku mencintaimu!" Yudika mulai menciumnya, tapi Artika menjauh dari dirinya.
"Aku mencintaimu juga! Sekarang ayo, bersiap-siap," ajak Artika.
"Cium saja keningku, lalu sentuh perutku dan kita pergi." Artika tertawa melihat Yudika yang ingin selalu berciuman dibibir.
Tapi ke aula, Artika sendirian karena harus minta izin dari kuliah dan mengisi absen. Melambai lagi dengan rutinitas.Berjalan ke aula pertemuan, tempat upacara kelulusan akan berlangsung.
Kamar ini didekorasi dengan indah dengan meja untuk makanan ringan dan minuman.
"Hai Artika, kamu tampak gemuk, ” kata Tati menghampiri Artika memeluk dan mencium pipinya.
"Dimana Yudika? Apakah dia tidak datang?"
"Tentu saja dia datang," ujar Artika."Mungkin sebentar lagi, dia masih kuliah."Tati pergi untuk menyapa teman-temannya yang lain.
Berdiri selama sepuluh menit lagi, sampai ke panggung dan acara mulai dibuka.
"Lulusan kami yang terkasih, kami mengucapkan selamat kepada Anda atas masuknya kamu semua ke masa dewasa"
Artika mencari Yudika di sekitar aula, dia tidak bisa ditemukan, dia gelisah.
Tapi kemudian seseorang mendatangi Artika. Dia adalah teman perempuan kuliah Yudika dan selalu ingin mengganggunya.
Mungkin ini bercanda atau bersungguh sungguh karena Artika tahu gadis itu ingin jadi pacar Yudika.
"Artika, aku akan memberi tahu kepadamu."
"Mana mas Yudika mbak?" Tanya Artika.
“Kamu benar-benar tidak tahu?" dia berhenti sebentar, dan kemudian melanjutkan bicaranya.
"Yudika tidak akan datang dan meninggalkan kamu."
Tentu saja dia tidak tahu, bahwa Yudika adalah suami Artika.
Yudika tidak akan melakukan itu. Jadi Artika tertawa saja dalam hati.
Lebih mungkin Yudika sibuk dan tidak akan melewatkan acara ini.
Artika akhirnya kembali ke aula." Artika," Ia mendengar suara Yudika tercinta dan berbalik, berlari ke arahnya.
'"Kamu kawatir iya, maaf aku terlambat,""Aku menghubungi ponsel kamu dan tidak menjawab," kata Artika.
Sambil tertawa Artika berkata lagi,
"Ada yang mengatakan kepada saya bahwa kamu memutuskan untuk meninggalkan saya."
"Pasti Sarah, temanku. Dia bercanda."
Yudika menatap Artika lebih dekat, dan lebih erat.
"Kamu adalah hal terbaik yang dalam hidupku," kata Yudika pula.
"Cepatlah masuk ruangan," ajak Artika.Artika berlari kedalam ruangan. Ada beberapa saat lagi acara akan dimulai.
Artika duduk bersama Yudika menunggu.
Semua lulusan diberikan sertifikat, dan sekarang giliran Artika."Artika Hasta Dewi tampil untuk kedepan," seru pengatur acara.
Artika pergi ke panggung untuk mengambil ijazahnya dan menjalani prosesi wisuda.
Artika mengambil dokumen dan teman sekelas dan guru menyalaminya.
Artika tersenyum dengan riang dan meninggalkan panggung.
Tidak ada yang tahu bahwa Astika dan Yudika sudah menjadi suami dan istri.
Satu satunya keinginan Artika adalah pulang.
"Ayo kita pulang saja, apakah masih kuliah?" Tanya Artika."Tidak lagi, sudah izin." Seru Yudika.Tapi mereka masih saja bersalaman dan berbicara.Dengan diam diam mereka pulang.***
Di Apartemen Artika sudah lelah. Ia meraba perutnya dan mengelusnya.
Yudika juga, melihat perut yang sudah membulat. "Si kecil itu mungkin capek juga," komentar Yudika.Tapi dia mulai mencium Artika di kamar tidur.
Yudika duduk di tempat tidur dengan Artika dalam pelukannya.Yudika mulai dengan tangan
masuk ke bawah baju Artika dan membelai punggung Artika.T-shirt itu naik lebih tinggi dan lebih tinggi, memperlihatkan punggung, perut, dan kemudian dada Artika.
"Aku ingin menjenguk si kecil didalam," guraunya ingin memasuki diri Artika. "Kamu kuat? Apa selalu bergairah seperti itu. Bagaimana kalau kehamilanku sudah besar?""Tidak ada halangan suami istri," kata Yudika tertawa.
Artika menjauh dari Yudika agar dia bisa melepas bajunya sama sekali, dan kemudian membuang pakaian yang tidak dia butuhkan.
Yudika memeluk, mencium dengan sungguh-sungguh, menekan lebih dekat pada tubuh Artika.Kemudian dia dengan lembut merebahkan istrinya ke tempat tidur.Yudika melepas sisa pakaian Artika. Dia mulai mencium kaki Artika, naik lebih tinggi.Yudika menatap mata Artika saat dirinya tenggelam di samping Artika di tempat tidur.Yudika mencium lagi, pertama bibir, leher, lalu turun dan terus turun. Saat Yudika mencapai perut Artika, dia dengan lembut membelai .Artika mengusap pundaknya dengan telapak tangan.Yudika bangkit lagi dan mencium bibir Artika saat dia mulai memasuki tubuh Artika dengan lembut. Artika memutar mata pada gerakannya lambat, sensual.Artika ingin lebih cepat."Lebih cepat, Yudika," teriak Artika dengan mata sayu.Tidak perlu bertanya berkali-kali, Yudika mulai bergerak lebih cepat, lebih kuat. Dengan setiap dorongan baru dalam diri Artika, erangannya menjadi semakin keras.&n
Setelah agak jauh sebelum sampai di mobil, Artika kelelahan."Yudika mari kita duduk, aku merasa pusing." Ujar Artika.Artika duduk dan melihat bayangan hitam dikepalanya. Ia merasa lemas, kemudian semuanya gelap.Artika pingsan tidak sadar diri. Ketika terbangun, dia sudah berada dirumah sakit.Ia mendengar suara Yudika."Artika, bisakah kau mendengarku?"Artika mencoba untuk membuka matanya. Semuanya menjadi jelas sekarang. Terbaring ditempat tidur.Yudika duduk di sebelahnya dan memegang tangan Artika.Gadis itu mencoba menggerakkan tangannya."Yudika, apa yang terjadi? Di mana aku? " Artika sadar dari pingsannya."Kamu sudah bangun, kamu tidak pingsan ketika berjalan." Yudika mengatakan sambil memegang wajah Artika merasakan suhu tubuhnya."Sudah semuanya baik-baik saja, aku akan menjaganya di sini," lanjut Yudika.Dokter m
Apa kabar Sarah,'?" sapa Artika kepadanya."Aku baik saja, tapi engkau lebih beruntung dariku. Kita akan lihat seberapa baik keberuntungan kamu," ujar Sarah sambil tersenyum yang sulit diartikan Artika. "Apa maksud kamu?" Tanya Artika."Apa kakek dan neneknya sudah datang?" Tanya Sarah yang membuat Artika terdiam. "Kami akan segera pulang, menemui kakek dan nenek anakku," jawab Artika. "Apakah mereka akan menerima kamu?" Lagi lagi Sarah menghunjamkan sesuatu di jantung Artika."Tentu saja, tidak akan ada kesulitan," jawab Artika pula. " Pada waktu wisuda Yudika dia pasti datang. Itu hanya beberapa bulan lagi." ujarnya lagi. "'Apakah mereka setuju?" Seru Sarah. Artika terdiam dengan berbagai perasaan yang menggumpal dalam dirinya. "Maksud kamu apa iya? Kamu merasa kami tidak diterima iya?" Artika mulai marah. "Bukan urusan kamu mencampuri hidupku," Artika mulai menunjukan perlawanan
Ciuman Andris membuatnya terkejut dalam kegembiraan yang memabukkan.Tiba tiba, pertanyaan keluar dari bibir Andris."Mengapa kamu mau kucium, pada hal kamu sudah punya suami?""Jangan tanya itu," sahut Artika.Bibir tebal Artika melengkung membentuk senyuman menggoda."Kamu menarik, " ujar Andreas pula.Dan Artika senang pria yang sangat tampan ini menganggapnya menarik."Apa pekerjaanmu? " Artika bertanya dengan nada santai." Keuangan, menghabiskan sepanjang hari di meja dan angka. Pekerjaan yang cukup membosankan."Andris masih ingat rasa bibir dan keinginan merasakan kembali kelembutan lembut tubuh wanita itu. Namun hatinya juga menolaknya .Aku tidak akan mengganggu wanita yang bersuami , jadi pulanglah," ucapan terakhir itu agak melukai Artika dalam dingin dan sejuk kamar hotel."Apa pedulimu, kalau bersuami dan sekarang dia kusebut mantan suami?""Apa?""Aku mencera
Michigan merupakan sebuah negara bagian Amerika Serikat yang terletak di bagian tengahnya. Michigan paling indah di sepanjang garis pinggir Danau Michigan dan Danau Huron. Citra perkotaan menjadi hidup dengan cakrawala kota Detroit dan denyut industri transportasi Amerika Serikat. Pemandangan dan warna Michigan pohon sakura yang mekar dan ladang lavender di musim panas menjadi pesona. Ada begitu banyak tempat indah untuk dilihat di Michigan . Tidak jauh dari tempat belajarsebuah Universitas yang memiliki rumah sakit tempat study Artika bekerja dengan para mahasiswa internasional dari seluruh dunia.Program keperawatan, dan peneliti internasional untuk menjadi bagian dari komunitas belajar study keperawatan.Dari mahasiswa doktoral pengalaman klinis di Universitas dikota itu dengan peluang pendidikan berkualitas. University Hospital adalah rumah sak
Musim dingin bukan hal yang menyenangkan bagi Artika. Ia tidak biasa dengan suhu yang sangat rendah. Wajahnya terasa kering dan kasar . Ibu Artika sudah mmengingatkan untuk memakai moisturizer dan foundation setiap malam. Walau sudah pakai krim, tetap saja di beberapa bagian terutama pipi dan sekitar dagu terasa kering. Ia membungkus dirinya dengan pakaian tebal. Itu masih ditambah lagi dengan piyama, sweater, atau baju luar lainnya. Sementara itu untuk bawahannya Artika sudah pakai legging yang nyaman. Dia memakai lagi kaos kaki. Makin tebal kaus kakinya makin bagus dirasakan oleh Artika. Ibu Artika menyuruhnya memakai bahan kulit sintetis yang lumayan tebal disertai topi wol dan ear muffs.Alat anti kebisingan Atau ear muffs itu berguna untuk meredam dinginnya telinga.Kalau pergi, ia memakai sepatu boot yang dibuat khusus untuk kondisi winter. Long boot yang bahannya dari kulit dan tera
Libur kuliah, Artika pulang dengan cepat untuk ketemu dengan anaknya Arri yang mendekat padanya. Artika memeluk si kecil itu dengan mata bercahaya. "Artika," ujar ibunya."Kamu belum bercerita banyak tentang kamu," ibu Artika menatap mata Artika ingin tahu. "Aku tidak akan kembali kepada suamiku bu," ujar Artika pendek. "Kamu meninggalkannya? Itu harus secara baik-baik," kata ibu Artika pula. Tapi Artika sangat malas membahas hal itu dengan ibunya. "Biarkan waktu yang mengaturnya bu, semuanya akan selesai dengan sendirinya," sahut Artika. "Saya disini selama 3 tahun dan ketika pulang semuanya pasti sudah selesai" "Tapi kamu belum bercerai, baiknya sebelum kesini sudah selesai" ibunya masih tidak puas. "Aku sangat benci sampai tidak terpikirkan. Memikirkannya saja membuat aku sesak." "Bagaimana dengan segala milikmu yang ada di Jakarta? Apakah kamu yakin sudah aman
Tidak mudah bagi Artika untuk kuliah dan belajar di Perawatan untuk studi S2 atau master di Michigan. Sebelum kuliah, Artika selama 6 bulan ikut pendidikan pra universitas untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan belajar bahasa Inggris. Bahasa Inggrisnya diasah sampai dia betul betul mahir. Artika belajar dengan giat, dan semuanya itu dapat diselesaikan Artika dengan baik. Sekarang waktunya memasuki wisuda lagi setelah hampir 3 tahun dalam kuliahnya . Keperawatan profesional memiliki tempat yang unik dalam sistem perawatan kesehatan Amerika. Sebagian besar perawat lulusan perawat universitas bekerja dalam pengaturan perawatan di rumah sakit, tempat perawatan jompo dan di klinik instansi pemerintah. untuk merawat pasien di rumah sakit dengan perawatan secara lebih modern. *** Tanpa terasa pendidikan itu selesai. Sekarang adalah masa masa kelulusan. Ini merup