Hari itu Artika kuliah dari seorang profesor.
Disebuah ruangan kuliah umum dengan judul "War and Nursing"
Perawat spesialis daerah konflik dan bencana alam berkarya, khususnya terkait dengan daerah konflik.
Pada bagian awal kuliah Prof. Satami menjelaskan secara singkat mengenai konsep-konsep umum terkait kondisi perang, bencana alam, dan serangan teroris.
Semua peristiwa tersebut menimbulkan jatuhnya korban, baik yang meninggal dunia maupun yang masih bisa diselamatkan.
Korban yang masih hidup itulah yang menjadi fokus
dalam memberikan pertolongan.Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, Prof. Satami mengingatkan, bila suatu saat memiliki kesempatan menjadi bagian tim penolong bagi korban perang maupun bencana, pastikan untuk selalu memegang teguh prinsip etik; menjadi penolong yang adil bagi semua orang; dan tidak ada diskriminasi.Keterampilan yang perlu dimiliki seorang perawat dalam kondisi perang dan bencana, tidak beda jauh dengan kompetensi seorang perawat gawat darurat.Setiap orang diharapkan mampu memilah pasien sesuai dengan kondisi kegawatannya dengan tepat.
Merawat luka, menangani patah tulang, bedah minor seperti nekrotomi atau memotong jaringan tubuh yang sudah mati, dan kegiatan perioperatif.
Pada bagian-bagian akhir presentasinya, Prof. Satami menunjukkan foto atau gambar ketika dirinya bergabung dengan tim Red Cross di daerah konflik Pakistan dan Afganistan.
Kondisi rumah sakit darurat yang didirikan di daerah konflik seperti itu, tentunya tidak memenuhi standar yang seharusnya.
Mulai dari bangunan gedungnya, fasilitas dan peralatan medis tidak semuanya tersedia.
Karena itu, Profesor mengingatkan agar perawat mampu berpikir kritis untuk mencari solusi lain dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di tempat tersebut.
Saat foto-foto korban ditunjukkan, mahasiswa yang tampak serius menyimak langsung dan ada perawat yang menjerit pelan. Terlihat ada tungkai yang putus; jari-jari tangan yang hancur; seorang gadis remaja yang kehilangan kakinya; dan masih banyak gambar tragis lainnya.
Termasuk anak-anak yang menunjukkan muka murung, menunjukkan bukan hanya terjadi luka fisik, tapi batinnya juga ikut terobek.
Kuliah yang berlangsung kurang lebih 2 jam itu diakhiri dengan sesi diskusi.
***
Meski sudah diwisuda dan diangkat sumpah sebagai seorang perawat, tetapi perawat tidak bisa langsung bekerja dan terjun merawat langsung pasien.
Para perawat harus kembali melaksanakan uji kompetensi untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi agar bisa bekerja di dunia kesehatan.
Uji kompetensi sendiri menjadi sulit bagi para perawat, dan bisa jadi mengikutinya hinga berkali-kali.
Adanya uji kompetensi adalah sebagai pertimbangan untuk menyaring tenaga-tenaga perawat yang berkompeten.
Perkuliahan D3 Keperawatan berlangsung selama enam semester dengan beban studi sekitar 116 SKS.
Beberapa matakuliahnya antara lain Anatomi Fisiologi, Biokimia, Etika Keperawatan, Ilmu Gizi, Keperawatan Profesional, Mikrobiologi dan Parasitologi, Patologi, Praktek Keperawatan Mutakhir, serta Riset Keperawatan.
Namun Artika meneruskan ke program D4.
Karena Alumni D4 dapat langsung bekerja tanpa harus mengikuti pendidikan profesi sebagaimana alumni S1 atau D3.
Alumni D4 Keperawatan dianggap lebih cekatan dan terampil daripada alumni S1 Keperawatan. Selama delapan hingga 10 semester perkuliahannya, program D4 Keperawatan memang lebih banyak terfokus pada praktik.
***
Kehamilan Artika sudah berumur empat bulan, perutnya sudah mulai terlihat meski masih bisa disembunyikan.
Agar tidak ada seorang pun di sekolah yang akan menebak tentang kehamilan, Artika mengenakan pakaian perawat yang longgar selama sebulan terakhir.
Kini dia akan diwisuda."Apakah kamu sudah?" kata Yudika melihat Artika berdiri di depan cermin memeriksanya dengan teliti.
"Saya sudah selesai, apakah saya terlalu gemuk," tanya Artika.
"Iya, kamu kelihatan gemuk, tapi kelihatan tidak hamil."
Ujar Yudika menguatkan hati gadis itu."Ayo pergi, aku mencintaimu!" Yudika mulai menciumnya, tapi Artika menjauh dari dirinya.
"Aku mencintaimu juga! Sekarang ayo, bersiap-siap," ajak Artika.
"Cium saja keningku, lalu sentuh perutku dan kita pergi." Artika tertawa melihat Yudika yang ingin selalu berciuman dibibir.
Tapi ke aula, Artika sendirian karena harus minta izin dari kuliah dan mengisi absen. Melambai lagi dengan rutinitas.Berjalan ke aula pertemuan, tempat upacara kelulusan akan berlangsung.
Kamar ini didekorasi dengan indah dengan meja untuk makanan ringan dan minuman.
"Hai Artika, kamu tampak gemuk, ” kata Tati menghampiri Artika memeluk dan mencium pipinya.
"Dimana Yudika? Apakah dia tidak datang?"
"Tentu saja dia datang," ujar Artika."Mungkin sebentar lagi, dia masih kuliah."Tati pergi untuk menyapa teman-temannya yang lain.
Berdiri selama sepuluh menit lagi, sampai ke panggung dan acara mulai dibuka.
"Lulusan kami yang terkasih, kami mengucapkan selamat kepada Anda atas masuknya kamu semua ke masa dewasa"
Artika mencari Yudika di sekitar aula, dia tidak bisa ditemukan, dia gelisah.
Tapi kemudian seseorang mendatangi Artika. Dia adalah teman perempuan kuliah Yudika dan selalu ingin mengganggunya.
Mungkin ini bercanda atau bersungguh sungguh karena Artika tahu gadis itu ingin jadi pacar Yudika.
"Artika, aku akan memberi tahu kepadamu."
"Mana mas Yudika mbak?" Tanya Artika.
“Kamu benar-benar tidak tahu?" dia berhenti sebentar, dan kemudian melanjutkan bicaranya.
"Yudika tidak akan datang dan meninggalkan kamu."
Tentu saja dia tidak tahu, bahwa Yudika adalah suami Artika.
Yudika tidak akan melakukan itu. Jadi Artika tertawa saja dalam hati.
Lebih mungkin Yudika sibuk dan tidak akan melewatkan acara ini.
Artika akhirnya kembali ke aula." Artika," Ia mendengar suara Yudika tercinta dan berbalik, berlari ke arahnya.
'"Kamu kawatir iya, maaf aku terlambat,""Aku menghubungi ponsel kamu dan tidak menjawab," kata Artika.
Sambil tertawa Artika berkata lagi,
"Ada yang mengatakan kepada saya bahwa kamu memutuskan untuk meninggalkan saya."
"Pasti Sarah, temanku. Dia bercanda."
Yudika menatap Artika lebih dekat, dan lebih erat.
"Kamu adalah hal terbaik yang dalam hidupku," kata Yudika pula.
"Cepatlah masuk ruangan," ajak Artika.Artika berlari kedalam ruangan. Ada beberapa saat lagi acara akan dimulai.
Artika duduk bersama Yudika menunggu.
Semua lulusan diberikan sertifikat, dan sekarang giliran Artika."Artika Hasta Dewi tampil untuk kedepan," seru pengatur acara.
Artika pergi ke panggung untuk mengambil ijazahnya dan menjalani prosesi wisuda.
Artika mengambil dokumen dan teman sekelas dan guru menyalaminya.
Artika tersenyum dengan riang dan meninggalkan panggung.
Tidak ada yang tahu bahwa Astika dan Yudika sudah menjadi suami dan istri.
Satu satunya keinginan Artika adalah pulang.
"Ayo kita pulang saja, apakah masih kuliah?" Tanya Artika."Tidak lagi, sudah izin." Seru Yudika.Tapi mereka masih saja bersalaman dan berbicara.Dengan diam diam mereka pulang.***
Di Apartemen Artika sudah lelah. Ia meraba perutnya dan mengelusnya.
Yudika juga, melihat perut yang sudah membulat. "Si kecil itu mungkin capek juga," komentar Yudika.Tapi dia mulai mencium Artika di kamar tidur.
Yudika duduk di tempat tidur dengan Artika dalam pelukannya.Yudika mulai dengan tangan
masuk ke bawah baju Artika dan membelai punggung Artika.T-shirt itu naik lebih tinggi dan lebih tinggi, memperlihatkan punggung, perut, dan kemudian dada Artika.
"Aku ingin menjenguk si kecil didalam," guraunya ingin memasuki diri Artika. "Kamu kuat? Apa selalu bergairah seperti itu. Bagaimana kalau kehamilanku sudah besar?""Tidak ada halangan suami istri," kata Yudika tertawa.
Artika menjauh dari Yudika agar dia bisa melepas bajunya sama sekali, dan kemudian membuang pakaian yang tidak dia butuhkan.
Yudika memeluk, mencium dengan sungguh-sungguh, menekan lebih dekat pada tubuh Artika.Kemudian dia dengan lembut merebahkan istrinya ke tempat tidur.Yudika melepas sisa pakaian Artika. Dia mulai mencium kaki Artika, naik lebih tinggi.Yudika menatap mata Artika saat dirinya tenggelam di samping Artika di tempat tidur.Yudika mencium lagi, pertama bibir, leher, lalu turun dan terus turun. Saat Yudika mencapai perut Artika, dia dengan lembut membelai .Artika mengusap pundaknya dengan telapak tangan.Yudika bangkit lagi dan mencium bibir Artika saat dia mulai memasuki tubuh Artika dengan lembut. Artika memutar mata pada gerakannya lambat, sensual.Artika ingin lebih cepat."Lebih cepat, Yudika," teriak Artika dengan mata sayu.Tidak perlu bertanya berkali-kali, Yudika mulai bergerak lebih cepat, lebih kuat. Dengan setiap dorongan baru dalam diri Artika, erangannya menjadi semakin keras.&n
Setelah agak jauh sebelum sampai di mobil, Artika kelelahan."Yudika mari kita duduk, aku merasa pusing." Ujar Artika.Artika duduk dan melihat bayangan hitam dikepalanya. Ia merasa lemas, kemudian semuanya gelap.Artika pingsan tidak sadar diri. Ketika terbangun, dia sudah berada dirumah sakit.Ia mendengar suara Yudika."Artika, bisakah kau mendengarku?"Artika mencoba untuk membuka matanya. Semuanya menjadi jelas sekarang. Terbaring ditempat tidur.Yudika duduk di sebelahnya dan memegang tangan Artika.Gadis itu mencoba menggerakkan tangannya."Yudika, apa yang terjadi? Di mana aku? " Artika sadar dari pingsannya."Kamu sudah bangun, kamu tidak pingsan ketika berjalan." Yudika mengatakan sambil memegang wajah Artika merasakan suhu tubuhnya."Sudah semuanya baik-baik saja, aku akan menjaganya di sini," lanjut Yudika.Dokter m
Apa kabar Sarah,'?" sapa Artika kepadanya."Aku baik saja, tapi engkau lebih beruntung dariku. Kita akan lihat seberapa baik keberuntungan kamu," ujar Sarah sambil tersenyum yang sulit diartikan Artika. "Apa maksud kamu?" Tanya Artika."Apa kakek dan neneknya sudah datang?" Tanya Sarah yang membuat Artika terdiam. "Kami akan segera pulang, menemui kakek dan nenek anakku," jawab Artika. "Apakah mereka akan menerima kamu?" Lagi lagi Sarah menghunjamkan sesuatu di jantung Artika."Tentu saja, tidak akan ada kesulitan," jawab Artika pula. " Pada waktu wisuda Yudika dia pasti datang. Itu hanya beberapa bulan lagi." ujarnya lagi. "'Apakah mereka setuju?" Seru Sarah. Artika terdiam dengan berbagai perasaan yang menggumpal dalam dirinya. "Maksud kamu apa iya? Kamu merasa kami tidak diterima iya?" Artika mulai marah. "Bukan urusan kamu mencampuri hidupku," Artika mulai menunjukan perlawanan
Ciuman Andris membuatnya terkejut dalam kegembiraan yang memabukkan.Tiba tiba, pertanyaan keluar dari bibir Andris."Mengapa kamu mau kucium, pada hal kamu sudah punya suami?""Jangan tanya itu," sahut Artika.Bibir tebal Artika melengkung membentuk senyuman menggoda."Kamu menarik, " ujar Andreas pula.Dan Artika senang pria yang sangat tampan ini menganggapnya menarik."Apa pekerjaanmu? " Artika bertanya dengan nada santai." Keuangan, menghabiskan sepanjang hari di meja dan angka. Pekerjaan yang cukup membosankan."Andris masih ingat rasa bibir dan keinginan merasakan kembali kelembutan lembut tubuh wanita itu. Namun hatinya juga menolaknya .Aku tidak akan mengganggu wanita yang bersuami , jadi pulanglah," ucapan terakhir itu agak melukai Artika dalam dingin dan sejuk kamar hotel."Apa pedulimu, kalau bersuami dan sekarang dia kusebut mantan suami?""Apa?""Aku mencera
Michigan merupakan sebuah negara bagian Amerika Serikat yang terletak di bagian tengahnya. Michigan paling indah di sepanjang garis pinggir Danau Michigan dan Danau Huron. Citra perkotaan menjadi hidup dengan cakrawala kota Detroit dan denyut industri transportasi Amerika Serikat. Pemandangan dan warna Michigan pohon sakura yang mekar dan ladang lavender di musim panas menjadi pesona. Ada begitu banyak tempat indah untuk dilihat di Michigan . Tidak jauh dari tempat belajarsebuah Universitas yang memiliki rumah sakit tempat study Artika bekerja dengan para mahasiswa internasional dari seluruh dunia.Program keperawatan, dan peneliti internasional untuk menjadi bagian dari komunitas belajar study keperawatan.Dari mahasiswa doktoral pengalaman klinis di Universitas dikota itu dengan peluang pendidikan berkualitas. University Hospital adalah rumah sak
Musim dingin bukan hal yang menyenangkan bagi Artika. Ia tidak biasa dengan suhu yang sangat rendah. Wajahnya terasa kering dan kasar . Ibu Artika sudah mmengingatkan untuk memakai moisturizer dan foundation setiap malam. Walau sudah pakai krim, tetap saja di beberapa bagian terutama pipi dan sekitar dagu terasa kering. Ia membungkus dirinya dengan pakaian tebal. Itu masih ditambah lagi dengan piyama, sweater, atau baju luar lainnya. Sementara itu untuk bawahannya Artika sudah pakai legging yang nyaman. Dia memakai lagi kaos kaki. Makin tebal kaus kakinya makin bagus dirasakan oleh Artika. Ibu Artika menyuruhnya memakai bahan kulit sintetis yang lumayan tebal disertai topi wol dan ear muffs.Alat anti kebisingan Atau ear muffs itu berguna untuk meredam dinginnya telinga.Kalau pergi, ia memakai sepatu boot yang dibuat khusus untuk kondisi winter. Long boot yang bahannya dari kulit dan tera
Libur kuliah, Artika pulang dengan cepat untuk ketemu dengan anaknya Arri yang mendekat padanya. Artika memeluk si kecil itu dengan mata bercahaya. "Artika," ujar ibunya."Kamu belum bercerita banyak tentang kamu," ibu Artika menatap mata Artika ingin tahu. "Aku tidak akan kembali kepada suamiku bu," ujar Artika pendek. "Kamu meninggalkannya? Itu harus secara baik-baik," kata ibu Artika pula. Tapi Artika sangat malas membahas hal itu dengan ibunya. "Biarkan waktu yang mengaturnya bu, semuanya akan selesai dengan sendirinya," sahut Artika. "Saya disini selama 3 tahun dan ketika pulang semuanya pasti sudah selesai" "Tapi kamu belum bercerai, baiknya sebelum kesini sudah selesai" ibunya masih tidak puas. "Aku sangat benci sampai tidak terpikirkan. Memikirkannya saja membuat aku sesak." "Bagaimana dengan segala milikmu yang ada di Jakarta? Apakah kamu yakin sudah aman
Tidak mudah bagi Artika untuk kuliah dan belajar di Perawatan untuk studi S2 atau master di Michigan. Sebelum kuliah, Artika selama 6 bulan ikut pendidikan pra universitas untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan belajar bahasa Inggris. Bahasa Inggrisnya diasah sampai dia betul betul mahir. Artika belajar dengan giat, dan semuanya itu dapat diselesaikan Artika dengan baik. Sekarang waktunya memasuki wisuda lagi setelah hampir 3 tahun dalam kuliahnya . Keperawatan profesional memiliki tempat yang unik dalam sistem perawatan kesehatan Amerika. Sebagian besar perawat lulusan perawat universitas bekerja dalam pengaturan perawatan di rumah sakit, tempat perawatan jompo dan di klinik instansi pemerintah. untuk merawat pasien di rumah sakit dengan perawatan secara lebih modern. *** Tanpa terasa pendidikan itu selesai. Sekarang adalah masa masa kelulusan. Ini merup
Artika mengalami malam terburuk hari itu. Freddy meletakkan jarinya di bawah dagu Artika dan dengan lembut mengangkat kepala Artika sampai menatapnya.“Kamu selalu bisa memanggilku, Artika, saya tidak marah. Sebenarnya, saya senang kamu menghubungi saya. .” Freddy mengatupkan gigi."Seseorang bisa saja menyakitimu dan aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri jika itu terjadi."Artika menatapnya, dan mencoba untuk melihat jauh ke dalam diri Freddy.Kaget keluar dari bibir Artika ketika dia menyadari bahwa bibirnya ada di bibir Freddy.Artika dengan pengaruh obat, sudah sangat ingin dicium oleh Freddy.Artika meleleh dengan desahan gemetar didalam pelukan yang kuat Freddy.," Saya ingin ini. Sentuh aku, cium aku, buka bajuku, tolonglah,” suara Artika penuh permohonan.Ia menginginkan lebih jauh, menginginkan pria ini sejak lama, dan kini ia tidak tahan lagi. Menyuruh Freddy men
Tanpa menunggu untuk mendengar ajakan Alice, Freddy berbalik dan menuju mobilnya.Lokasi yang dia kirim jauh dari kota Michigan dan akan memakan waktu tiga puluh menit atau satu jam untuk sampai ke sana, bahkan tanpa lalu lintas sibuk. Tapi Artika terdengar bingung dan sedikit takut ketika dia menelepon, Jantung Freddy berdebar dengan kencang.Dia mulai meluncur di jalan-jalan Michigan. Tak lama kemudian, GPS membuat dia tiba ditempat yang yang sepi.Di mana tempat ini? Sulit dipercaya bahwa ini adalah Michigan yang biasanya terang benderang. Kini dia banyak menempuh jalan yang gelap. Freddy berhenti di tempat parkir yang penuh dengan mobil dengan cahaya berkelap-kelip. *** Tiba-tiba, napas Fredry tercekat karena ada sosok mungil berdiri di luar gudang, dan dia sendirian sedang menunggu . Itu Artika yang sedang menunggunya. Cahaya dari gudang menerangi siluetnya dan Artika t
Hari itu Laura mengajaknya ke pesta di pinggir kota di sudut sudut kota Michigan. Laura telah mencoba setiap gaun seksi dan menawarkan agar Artika juga mencobanya Artika tergoda untuk pergi. Dia melakukan hal yang sama dengan Laura. Karena tidak ada lagi, ia tidak keberatan memakai gaunnya.Laura yang seksi dan berdua memutuskan akan berpesta malam itu. Artika memakai gaun hitam yahg nyaris tidak menutupi lekuk tubuhnya. Serba terbuka. "Pakaian kamu seksi semua," kata Artika. "Pakai saja, ini pesta," kata Laura santai. Gaunnya nyaris tidak menyembunyikan buah dada Artika. Ia mau pergi karena dia tidak mau sendirian dikamar asrama. “Kenapa pesta ini harus jauh jauh?" keluh Artika ketika Laura menyebutkan suatu tempat diluar kota. “Pesta-pesta terbaik ada di sana?" jawab Laura santai. “ Saya tahu kamu ingin pergi ke
BersamaMereka makan di restoran Mc Donald dengan santai dan menghabiskan waktu melihat Adelia bermain di arena bermain. Tidak banyak permintaannya dan hanya makan di restoran cepat saji biasa pada hal ayahnya cukup kaya.Beberapa "Toy " Mc Donald dimiliki Adelia dan dia sangat senang. Satu diantaranya adalah Toy untuk anak laki-laki."Untuk siapa itu?" Tanya Artika."Untuk adik, nantinya Adelia yang akan memberikan. Siapakah nama adik?" Tanya Adelia"Arri, panggil saja Arri Yudika,"jawab Artika."Sulit juga mengeja namanya, tapi Arri aku bisa," kata Adelia tersenyum.Artika ingat dengan Arri Yudika anaknya dan hatinya merasa perih karena mengabaikannya. Ia selalu sibuk bekerja dan bepergian dan sangat jarang membawa si kecil itu ke restoran seperti ini.Jalan jalan di Michigan tidak begitu ramai dan Freddy serta sopirnya membawa mobil dengan santai.Mobil berhenti di luar rumah saat senja mulai menyelimu
Lima hari setelah itu Freddy menelpon Artika ke tempat kerja."Hai, bagaimana kamu?" Tanya Freddy Hamilton."Baik, terima kasih telah menelpon,"jawab Artika pendek."Apa kamu lupa? Kamu harus cek darah saya dan melakukan pengobatan.""Aku tidak lupa,'" jawab Artika."Aku akan datang," tambahnya."Saya akan pergi ketempat kamu kerja di bagian onkologie sambil pengecekan darah," ujar Freddy.Lalu dia berkata lagi."Ada yang ingin bertemu"Artika merasa suprise lelaki itu datang dan ada sesuatu yang berbeda saat itu.Seseorang gadis kecil datang menyertai Freddy."Anakku, sekarang aku mendapatkan hak asuhnya karena mantan istriku melepasnya.!""Apa yang terjadi?" Tanya Artika."Mantan istriku akan menikah lagi," Freddy tersenyum.Artika menatap anak itu. Seorang anak perempuan berusia 7 atau 8 tahun.Di ruang tunggu, anak perempuan itu melompat dari k
Setelah berjalan disekitar taman dengan Artika, Freddy mencoba bersikap mesra. Begitulah Freddy, dihadapan kerabat Freddy seolah-olah begitu akrab berpacaran dengan Artika Ia memegang pinggang Artika dan dia tidak siap untuk itu. Dengan sedikit kekuatan Artika menggeliat keluar dari pelukan Freddy. "Kita adalah pasangan yang sedang jatuh cinta, biar mereka melihatnya." Ujar Freddy. Freddy ingin terus memeluk Artika. Wajah Artika gemetar dengan kikuk seperti demam. Tapi Freddy menatap Artika dengan tatapannya yang gelap. Ia kini menuju rumah neneknya. Sebuah rumah yang cukup indah, dan ada keluarga lain tinggal disana. Itu adalah kerabat Freddy dari ayahnya. Nenek Freddy dilihat Artika sebagai wanita yang luar biasa! Nenek itu, berusia delapan puluhan namun lebih muda dari penampilannya. Pipinya yang sedikit kemerahan merahan. Rambut rapi dengan sentuhan yang terawat me
Makan dan minum terus berlangsung dengan banyak tamu. Layaknya seperti pesta pernikahan. Sang nyonya rumah tidak memperhatikan lagi. Para wanita dengan kegiatannya sendiri. Para pria juga. Semua orang minum sampanye. Lelaki dan wanita. Anne Hamilton suka mabuk dan memaksa Artika menemaninya minum."Sampanye bagus untuk kesehatan," kata Anne Hamilton. "Tidak memabukkan seperti wine,wisky atau vodka," bujuk Anne Artika tidak tahu itu. Dia merasa tidak apa apa minum. Artika menurut seperti para wanita itu. Teman teman Anne juga. Buih sampanye menggoda dan Artika ingin akrab dengan para wanita. Meski tidak biasa dengan gaya hidup Amerika membuat Artika mabuk. Kepalanya sakit dan mual. Ia segera kembali kekamar sebelum jatuh. Ingin tidur dan berbaring. Artika merasa malu mengakui bahwa dia mabuk. Apalagi melihat para wanita itu kelihatan biasa biasa saja. Sampanye membuat pikiran Artika berat.
"Aku akan minum air atau jus saja," kata Artika."Baiklah, minuman kamu segera datang," kata Mama Freddy yang bernama Jenie Oei.Setelah beberapa saat, sebuah gelas besar berwarna kuning, dengan sedotan, buah-buahan, berada di tangan Artika.Artika minum dengan hati-hati. Terasa sejuk di kerongkongan.Ibunya memperkenalkan dia kepada kerabat dan teman-temannya."Apakah Freddy akan menikah?" Tanya kerabatnya."Tentu saja," jawab mama Freddy cepat.Mereka menyalami Artika dengan hangat."Kamu cantik sekali, wajahmu putih bersih," puji mereka.Artika tersenyum malu, ia juga menyalami mereka dan mereka para wanita mencium pipi Artika.Artika mencoba mengingat nama dan wajah para tamu kerabat Freddy dan ibunya.Nyonya Lana Ong adalah sahabat ibunya. Anne adik perempuan Freddy. Sementara Peter adalah sepupu dari ayahnya.Banyak lag
Artika sudah berjanji membantu Freddy merawat luka. Artika yakin lelaki kaya seperti Freddy bisa mendapatkan apa saja .Ia bisa mendatangkan dokter kerumahnya.Tapi Freddy Hamilton mendesaknya."Kamu harus menyelesaikan pekerjaan kamu, bukankah itu pekerjaan sebagai perawat?""Kondisi kamu sudah membaik dan kita sudah melakukan plhebotomy.""HB saya masih tinggi iya?""Kita melakukan seminggu lagi, sesuai saran dokter kamu," ujar Artika pula."Saya akan datang membantu kamu," janji Artika."Gaji awal kamu dapat diambil," berkata lagi Fredy."Itu tidak bisa, aku belum bekerja," Artika menolaknya. "Satu lagi, kamu membantuku menghadiri ulang tahun ibuku," Fredy mengatakan dengan mata bersinar. "Maksud kamu apa Freddy?""Aku belum bercerita iya ? Ibuku orang Malaysia, China Malaysia. Ayahku telah meninggal dan ibuku selalu setia dengan ayah dengan tidak menikah lagi."A