Yudika memeluk, mencium dengan sungguh-sungguh, menekan lebih dekat pada tubuh Artika.
Kemudian dia dengan lembut merebahkan istrinya ke tempat tidur.Yudika melepas sisa pakaian Artika. Dia mulai mencium kaki Artika, naik lebih tinggi.Yudika menatap mata Artika saat dirinya tenggelam di samping Artika di tempat tidur.Yudika mencium lagi, pertama bibir, leher, lalu turun dan terus turun.Saat Yudika mencapai perut Artika, dia dengan lembut membelai .
Artika mengusap pundaknya dengan telapak tangan.Yudika bangkit lagi dan mencium bibir Artika saat dia mulai memasuki tubuh Artika dengan lembut.Artika memutar mata pada gerakannya lambat, sensual.
Artika ingin lebih cepat."Lebih cepat, Yudika," teriak Artika dengan mata sayu. Tidak perlu bertanya berkali-kali, Yudika mulai bergerak lebih cepat, lebih kuat.Dengan setiap dorongan baru dalam diri Artika, erangannya menjadi semakin keras.
Yudika bergerak cepat dan selesai menghembuskan napas dengan menyebut nama Artika.Yudika tenggelam di samping Artika dan mencium dahi, pipi, leher, bibir Artika.
Yudika menariknya lebih dekat, Artika meletakkan kepalanya di dadanya.
Yudika meletakkan tangannya di perut Artika. ***Perkawinan sudah terjadi, pikiran Artika menjadi galau. Sebaiknya dia memberi tahu ibunya.Artika mengambil telpon genggam, mulai menelpon ibu.
"Apa kabarmu nak, bagaimana kuliah Kamu?" Tanya ibunya. "Sudah selesai bu, mungkin dilanjutkan lagi," jawab Artika dengan lemah. "Kamu tidak menelpon iya, selamat," ujar ibunya sedikit dengan nada gembira.Artika mengatur napas, sebelum bicara lebih lanjut.
"Aku akan minta izin bu," Artika langsung mengatakan kepada ibunya.
"Katakan saja Artika, ibu mendengarkan," suara ibunya terdengar lirih. "Umurku sudah 25 tahun bu, aku memerlukan teman," kata Artika hati hati. "Apa maksudmu teman?""Aku ingin menikah bu," suara Artika tersendat di kerongkongan . ibunya tertegun. "Apa yang harus ibu bantu Artika?""Aku minta restu ibu, itu saja," ujar Artika pula. "Tentu aku akan merestui kamu, bisa hubungi paman kamu?""Itu terlalu jauh bu, sederhana saja."Ibunya terdiam sebentar. "Siapa calon suamimu Artika?""Masih kuliah kedokteran, mungkin 3 atau 4 tahun lagi selesai.""Baiklah, jaga dirimu baik-baik dan salam untuk menantu ibu iya," ibu Artika menutup telepon.
***
Hari ini adalah hari ulang tahun Yudika.
Dia sudah berumur dua puluh tujuh tahun. Artika menyiapkan kejutan untuknya malam itu.Dia ingin mengadakan pesta acara sedikit, namun Yudika melarangnya.
Keinginannya menyewa restoran besar dan kepada teman temannya belum disetujui Yudika .
Itu masih menjadi rahasia sampai orang tua Yudika tahu dan merestui mereka.
"Kita pergi makan saja diluar, aku tidak mau kamu menjadi lelah," ujar Yudika. "Aku tidak lelah, tapi baiklah. " Artika mengalah. Namun perasaannya mulai tidak nyaman. Ini mungkin bawaan dari kehamilan pertama.Tapi kemudian dia mengerti, ini sebuah masalah dari pernikahan mereka.
Pernikahan yang belum diketahui kedua pihak orang tua Yudika.
Dia harus bersabar, mungkin juga dia terlalu perasa Yudika akan mengabaikannya.Setelah lulus Artika bersembunyi di apartemen menyembunyikan kehamilan.
Tidak perlu juga, namun ia tidak mencari temannya sesama kuliah dulu. Hampir semuanya sudah bekerja.
Kecuali Artika yang belum membutuhkan pekerjaan.
***Setelah lulus kuliah, menunggu kelahiran anak membuat Artika merasa bosan dirumah saja.
Disamping itu, tubuhnya merasa lemah dan sering pusing."Kamu tidak sehat iya?" Tanya Yudika kawatir."Aku kurang berolah raga," ujar Artika pula. Ia melihat tubuh yang kurus.
"Kurang gizi juga, kita sudah membeli banyak obat agar kamu kuat."
Artika diam, kehamilan pertama memang membuat kondisinya merosot."Aku ingin pergi, apakah kamu
mau mengajakku?" Tanya Artika."Tentu saja, aku akan perkenalkan kamu, kepada teman temanku," kata Yudika pula.Artika diajak Yudika kekampusnya. Perutnya sudah mulai tampak namun ia masih memakai baju longgar menyembunyikan kehamilannya.
"Tak perlu disembunyikan," ujar Yudika.
"Kamu akan diledek teman kamu menikah tanpa memberitahu mereka," kata Artika mengingatkan.Artika melihat baju longgar dan pinggangnya yang gemuk.
"Aku tidak cantik iya?""Kamu cantik, aku selalu kagum dengan kecantikan kamu," Yudika berkata lagi.Berjalan menyusuri koridor menuju kampus Yudika temannya mulai menyapa.
"Jangan takut gosip, saya bisa menangani semuanya! Ini bukan urusan mereka, ” Yudika menyemangati Artika.
Yudika mendatang banyak orang. Sepasang wanita dan pria, mereka segera memperhatikan Artika.
Seorang pria dan seorang gadis. Pria itu tinggi, berambut hitam, atletis, dan gadis itu memiliki tubuh yang sangat bagus dan rambut hitam yang panjang."Hai, saya Sinta, teman mahasiswa Yudika" gadis itu memperkenalkan dirinya.
,"Ini Edward, teman lelaki saya." Dia memperkenalkan pacarnya."Istri saya Artika, senang bertemu denganmu, " kata Yudika sambil tersenyum kepada pacar Sinta Edward.
'"Ya, kami juga senang," pria itu mengangkat tangan menatap Artika.
Ia tersenyum ramah.Beberapa gadis yang sedikit lebih tua darinya melihat Artika dan tersenyum.
“Hai,” katanya pada Artika.“Hai juga," jawab Artika."Kami akan mengadakan pesta ini untuk ulang tahun perkawinan kami
Ayo, saya undang, kamu.""Saya akan memikirkan undangan anda, " jawab Artika.
Artika merasa perutnya yang sudah agak besar.
"Maaf, aku tidak langsung menyadarinya," kata wanita yang mengundang sambil menunduk.
Yudika memasuki ruangan kampusnya.
Seorang lagi menyapanya.
"Hai, tampan, kita ada pesta, saya mengundang semua orang," dia berteriak kepada Yudika.Sementara dia mengatakan itu, Yudika sudah mendekati Artika
lebih dekat."Tampan, jadi bagaimana dengan pestanya, kami mengundang kamu?" Gadis itu menatapnya dengan saksama.
" Aku akan memikirkannya, " Yudika menjawab undangan itu dengan singkat.
Ketika keluar dan menuju pintu keluar, mendengar seseorang memanggil.
"Yudika? Apakah itu kamu?" Artika berbalik dan melihat Sarah.
"Sarah?" Artika menatapnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Dia mulai tertawa."Hai, " Artika mulai menyapa meski dia tidak suka
"Bagaimana kabarmu ?" Sarah melanjutkan sapaannya."Maaf, tapi kami harus pergi, " kata Yudika memegang tangan Artika dan berbalik ke pintu keluar.
"Sampai jumpa lagi," Sarah sudah berteriak di belakang mereka.Setelah agak jauh sebelum sampai di mobil, Artika kelelahan."Yudika mari kita duduk, aku merasa pusing." Ujar Artika.Artika duduk dan melihat bayangan hitam dikepalanya. Ia merasa lemas, kemudian semuanya gelap.Artika pingsan tidak sadar diri. Ketika terbangun, dia sudah berada dirumah sakit.Ia mendengar suara Yudika."Artika, bisakah kau mendengarku?"Artika mencoba untuk membuka matanya. Semuanya menjadi jelas sekarang. Terbaring ditempat tidur.Yudika duduk di sebelahnya dan memegang tangan Artika.Gadis itu mencoba menggerakkan tangannya."Yudika, apa yang terjadi? Di mana aku? " Artika sadar dari pingsannya."Kamu sudah bangun, kamu tidak pingsan ketika berjalan." Yudika mengatakan sambil memegang wajah Artika merasakan suhu tubuhnya."Sudah semuanya baik-baik saja, aku akan menjaganya di sini," lanjut Yudika.Dokter m
Apa kabar Sarah,'?" sapa Artika kepadanya."Aku baik saja, tapi engkau lebih beruntung dariku. Kita akan lihat seberapa baik keberuntungan kamu," ujar Sarah sambil tersenyum yang sulit diartikan Artika. "Apa maksud kamu?" Tanya Artika."Apa kakek dan neneknya sudah datang?" Tanya Sarah yang membuat Artika terdiam. "Kami akan segera pulang, menemui kakek dan nenek anakku," jawab Artika. "Apakah mereka akan menerima kamu?" Lagi lagi Sarah menghunjamkan sesuatu di jantung Artika."Tentu saja, tidak akan ada kesulitan," jawab Artika pula. " Pada waktu wisuda Yudika dia pasti datang. Itu hanya beberapa bulan lagi." ujarnya lagi. "'Apakah mereka setuju?" Seru Sarah. Artika terdiam dengan berbagai perasaan yang menggumpal dalam dirinya. "Maksud kamu apa iya? Kamu merasa kami tidak diterima iya?" Artika mulai marah. "Bukan urusan kamu mencampuri hidupku," Artika mulai menunjukan perlawanan
Ciuman Andris membuatnya terkejut dalam kegembiraan yang memabukkan.Tiba tiba, pertanyaan keluar dari bibir Andris."Mengapa kamu mau kucium, pada hal kamu sudah punya suami?""Jangan tanya itu," sahut Artika.Bibir tebal Artika melengkung membentuk senyuman menggoda."Kamu menarik, " ujar Andreas pula.Dan Artika senang pria yang sangat tampan ini menganggapnya menarik."Apa pekerjaanmu? " Artika bertanya dengan nada santai." Keuangan, menghabiskan sepanjang hari di meja dan angka. Pekerjaan yang cukup membosankan."Andris masih ingat rasa bibir dan keinginan merasakan kembali kelembutan lembut tubuh wanita itu. Namun hatinya juga menolaknya .Aku tidak akan mengganggu wanita yang bersuami , jadi pulanglah," ucapan terakhir itu agak melukai Artika dalam dingin dan sejuk kamar hotel."Apa pedulimu, kalau bersuami dan sekarang dia kusebut mantan suami?""Apa?""Aku mencera
Michigan merupakan sebuah negara bagian Amerika Serikat yang terletak di bagian tengahnya. Michigan paling indah di sepanjang garis pinggir Danau Michigan dan Danau Huron. Citra perkotaan menjadi hidup dengan cakrawala kota Detroit dan denyut industri transportasi Amerika Serikat. Pemandangan dan warna Michigan pohon sakura yang mekar dan ladang lavender di musim panas menjadi pesona. Ada begitu banyak tempat indah untuk dilihat di Michigan . Tidak jauh dari tempat belajarsebuah Universitas yang memiliki rumah sakit tempat study Artika bekerja dengan para mahasiswa internasional dari seluruh dunia.Program keperawatan, dan peneliti internasional untuk menjadi bagian dari komunitas belajar study keperawatan.Dari mahasiswa doktoral pengalaman klinis di Universitas dikota itu dengan peluang pendidikan berkualitas. University Hospital adalah rumah sak
Musim dingin bukan hal yang menyenangkan bagi Artika. Ia tidak biasa dengan suhu yang sangat rendah. Wajahnya terasa kering dan kasar . Ibu Artika sudah mmengingatkan untuk memakai moisturizer dan foundation setiap malam. Walau sudah pakai krim, tetap saja di beberapa bagian terutama pipi dan sekitar dagu terasa kering. Ia membungkus dirinya dengan pakaian tebal. Itu masih ditambah lagi dengan piyama, sweater, atau baju luar lainnya. Sementara itu untuk bawahannya Artika sudah pakai legging yang nyaman. Dia memakai lagi kaos kaki. Makin tebal kaus kakinya makin bagus dirasakan oleh Artika. Ibu Artika menyuruhnya memakai bahan kulit sintetis yang lumayan tebal disertai topi wol dan ear muffs.Alat anti kebisingan Atau ear muffs itu berguna untuk meredam dinginnya telinga.Kalau pergi, ia memakai sepatu boot yang dibuat khusus untuk kondisi winter. Long boot yang bahannya dari kulit dan tera
Libur kuliah, Artika pulang dengan cepat untuk ketemu dengan anaknya Arri yang mendekat padanya. Artika memeluk si kecil itu dengan mata bercahaya. "Artika," ujar ibunya."Kamu belum bercerita banyak tentang kamu," ibu Artika menatap mata Artika ingin tahu. "Aku tidak akan kembali kepada suamiku bu," ujar Artika pendek. "Kamu meninggalkannya? Itu harus secara baik-baik," kata ibu Artika pula. Tapi Artika sangat malas membahas hal itu dengan ibunya. "Biarkan waktu yang mengaturnya bu, semuanya akan selesai dengan sendirinya," sahut Artika. "Saya disini selama 3 tahun dan ketika pulang semuanya pasti sudah selesai" "Tapi kamu belum bercerai, baiknya sebelum kesini sudah selesai" ibunya masih tidak puas. "Aku sangat benci sampai tidak terpikirkan. Memikirkannya saja membuat aku sesak." "Bagaimana dengan segala milikmu yang ada di Jakarta? Apakah kamu yakin sudah aman
Tidak mudah bagi Artika untuk kuliah dan belajar di Perawatan untuk studi S2 atau master di Michigan. Sebelum kuliah, Artika selama 6 bulan ikut pendidikan pra universitas untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan belajar bahasa Inggris. Bahasa Inggrisnya diasah sampai dia betul betul mahir. Artika belajar dengan giat, dan semuanya itu dapat diselesaikan Artika dengan baik. Sekarang waktunya memasuki wisuda lagi setelah hampir 3 tahun dalam kuliahnya . Keperawatan profesional memiliki tempat yang unik dalam sistem perawatan kesehatan Amerika. Sebagian besar perawat lulusan perawat universitas bekerja dalam pengaturan perawatan di rumah sakit, tempat perawatan jompo dan di klinik instansi pemerintah. untuk merawat pasien di rumah sakit dengan perawatan secara lebih modern. *** Tanpa terasa pendidikan itu selesai. Sekarang adalah masa masa kelulusan. Ini merup
Tanpa ada dokter, Artika sudah mahir dengan pekerjaan itu.Dokter Alfred mengatakan dan kemudian berjalan ke dekat pintu mencuci tangan.“Infus, iya', pria itu membutuhkan cairan dan juga obat antibiotik.""Tidak perlu transfusi darah, saya melihat ada gangguan penyakit darah pada pria ini, " ujar dokter Alfred Simpson.Artika dalam kegiatan tertentu diizinkan bekerja untuk tugas tugas yang tidak memerlukan keahlian khusus “Kamu harus bangun untuk, kurawat, ” Artika mengatakan kepada lelaki itu ketika melihat lelaki itu mengantuk. Artika bekerja dengan cepat untuk membersihkan lukanya.Setelah bersih, dia menjahitnya dan membalut perban.Ia memberikan perhatian lebih, lelaki tampan itu mungkin kaya dengan penampilan stelannya yang mewah.Sayangnya tak ada keluarga yang mendampingi selain dua lelaki yang mengantarkannya. Ia bisa saja terlibat dalam sebuah perkelahian dan seharusn