SINOPSIS Rade seperti berada dalam pusaran kisah cinta yang tiada bertepi. Kegagalan cinta dengan Ferdi, kekasih semasa SMA membuat ia dekat dengan pria beristri. Namun, tak hanya menjadi selingkuhan, ternyata ia juga diselingkuhi oleh Rafly. Rade merasa bahwa keberuntungan jodoh dan cinta belum dekat padanya hingga kemunculan Aden dalam hidup Rade. Namun, bayang-bayang Rafly tak kunjung redup dari benak Rade. Siapakah yang akhirnya menjadi tambatan terakhir Rade?
View More“Bang Rafly udah makan siang?” tanya Rade.“Abang mau makan siang ini sebentar lagi.”“Makan bareng mau?” tanya Rade.“Maaf, Abang makan di rumah ya.”“Tumben?” tanya Rade.“Iya, ada calon kakakmu di rumah.”“Calon kakak?”“Hehe Iya. Ya udah, Abang pulang duluan ya, nanti kakakmu marah,” ujar Rafly sambil terus beranjak pergi.Rade masih kebingungan dengan sosok yang disebut Rafly sebagai calon kakaknya. Belum habis kebingungan Rade, ia terperanjat melihat Nining dan Aden makan bersama. Nining sedang berusaha menyuapi Aden. Aden yang melihat Rade terpaku menatapnya dan Nining langsung membuka mulut menerima suapan Nining. Rade yang melihat itu hanya tersenyum sinis.“Ternyata doyan yang seksi juga,” kata Rade dalam hati.Sesaat setelah Rade beranjak, Aden menempis tangan Nin
Rade tiba di rumah lebih cepat dari biasanya. Meskipun sudah menjelang naik cetak, tetapi Rade tidak sedang jadi pejuang deadline. Semua tulisannya sudah rampung.“Tumben, Kakak pulang lebih awal,” kata Mama sembari melirik pada jam dinding.“Iya, Ma. Tulisan Rade udah beres semua, jadi gak ada yang mesti dikejar lagi.”“Oh iya, tadi Ferdi datang ke sini.”Mendengar nama Ferdi membuat Rade terdiam. Ada luka belum sembuh yang kini tersayat kembali.“Ferdi? Ngapain dia ke sini, Ma?”Mama sangat memahami anak gadisnya. Sebenarnya sudah sejak lama ia ingin menanyakan tentang Ferdi kepada Rade. Beberapa hari ia melihat Rade yang tampak murung dan tidak pernah lagi terlihat berkomunikasi dengan Ferdi. Namu, ia menunggu agar anak gadisnya yang mengutarakan secara langsung.“Ferdi mengantarkan undangan pernikahan.
Sesosok perempuan memasuki ruangan redaksi. Perempuan itu tidak menyalakan lampu. Sambil celingak-celinguk dan berjalan perlahan, ia duduk depan komputer. Karena gelap, perempuan itu tidak menyadari ada sosok lain di ruangan. Setelah komputer menyala dan cahaya memendar dari layarnya, perempuan itu dikejutkan oleh bayangan yang terpantul di tembok.“Aaaaaaaaaa,” ia berteriak.Sesosok di belakangnya langsung mendekap mulutnya.“Jangan ribut kalau kau tidak ingin ada yang tahu keberadaanmu.”Perempuan itu mengangguk pelan dan ketakutan. Ketika dekapan dimulutnya telah dikendorkan, ia menoleh ke belakang dan mendapati sosok Aden.“Aaanu, kamu ngapain di sini?” tanya perempuan itu.“Aku yang harusnya bertanya, kamu ngapain di sini?” bentak Aden.“Akuu...aakuu.”“Kamu mau mencuri data lagi kan?
Kamu Orang AnehRade tiba di rumah lebih cepat dari biasanya. Meskipun sudah menjelang naik cetak, tetapi Rade tidak sedang jadi pejuang deadline. Semua tulisannya sudah rampung.“Tumben, Kakak pulang lebih awal,” kata Mama sembari melirik pada jam dinding.“Iya, Ma. Tulisan Rade udah beres semua, jadi gak ada yang mesti dikejar lagi.”“Oh iya, tadi Ferdi datang ke sini.”Mendengar nama Ferdi membuat Rade terdiam. Ada luka belum sembuh yang kini tersayat kembali.“Ferdi? Ngapain dia ke sini, Ma?”Mama sangat memahami anak gadisnya. Sebenarnya sudah sejak lama ia ingin menanyakan tentang Ferdi kepada Rade. Beberapa hari ia melihat Rade yang tampak murung dan tidak pernah lagi terlihat berkomunikasi dengan Ferdi. Namu, ia menunggu agar anak gadisnya yang mengutarakan secara langsung.“F
Aden menyeruput es kopi di kafe tempat biasa. Ia duduk sendiri sembari menggeser-geser layar Hp-nya. Sesekali ia tersenyum dan tertawa kecil. Entah apa yang dibacanya. Tetapi sepertinya ia sangat menikmati sesuatu di layar hp. Ia bersiap berdiri karena ingin segera ke kantor lagi. Saat itu, ia melihat Surya, temannya di Harian Realita baru saja duduk dan memesan kopi. Surya tidak sendiri, ia ditemani seorang perempuan yang dikenal Aden. “Apa kabar, Bro?” Aden menyapa Surya. “Wee, Bang Aden. Baik Bang, udah lama ni kita gak jumpa.” Aden melirik pada teman wanita Surya, “Nining, kamu...,” s
Rade duduk sendiri menikmati kelapa muda. Matanya menatap hampa pada gulungan ombak di pantai. Semilir angin menampar lembut wajahnya. Suara ombak memecah batuan mendesau-desau di telinganya. Gesekan daun pohon kelapa yang dipermaikan angin melengkapi irama pagi. Sementara itu, matahari masih malu-malu muncul ke peraduannya. Menjingga merah merona cahayanya perlahan-lahan memantul dan berkilau di laut. Belum ada siapapun di pantai ini kecuali para pedagang. Mungkin Rade adalah pengunjung pertama di pantai ini. Ia ingin menenangkan diri karena masih belum dapat menerima peristiwa semalam. “Bagaimana mungkin kamu bisa begitu jahat padaku, Ferdi,” Rade bicara sendiri. Rade masih
Malam hari Ferdi menjemput Rade pada jam yang telah dijanjikan. Mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di taman kota karena Rade sedang tidak ingin makan malam. Susana hingar-bingar taman kota begitu kental.Taman yang terletak di pusat kota itu memang memiliki fasilitas yang lengkap. Ada arena bermain untuk anak-anak. Beberapa orang menyewakan mobil-mobilan, sepeda, atau becak mini. Ada juga arena melukis untuk anak-anak, permainan tradisional, dan area untuk bersantai. Di pinggir taman, deretan gerobak penjaja makanan kecil silih berganti didatangi pengunjung.“Ferdi, nanti kamu mau punya anak berapa?” tanya Rade sambil melihat ke arah anak-anak yang asik bermain.“Anak?”“Iya, anak. Coba kamu lihat di sana, orang tua dengan bahagia menemani anak mereka bermain. Aku ingin nanti kita juga seperti itu?”Ferdi tersedak mendengar ucapan Rade. Ia merasa bersalah kepada Rade karena ia tidak memiliki pem
Sejak kejadian “pencurian” tulisan Rade oleh orang dari media lain, tim redaksi semakin waspada. Apalagi mereka masih melihat Aden datang dengan leluasa ke kantor. Mereka merasa percuma mengatakan kepada Bang Arif karena ia tidak percaya bahwa Aden pelakunya. Tiba-tiba pagi itu Bang Arif meminta semua anggota redaksi berkumpul di ruang rapat. “Kita kedatangan anggota baru yang akan bergabung di tim redaksi sebagai wartawan. Ia wartawan senior dan cukup kompeten. Rekan-rekan wartawan dapat belajar darinya,” Bang Arif membuka perkenalan sembari menyilakan Aden masuk ke ruang rapat. Semua mata terbelalak melihat Aden masuk ke ruang rapat sebagai orang yang diperkenalakan menjadi anggota baru tim redaksi. Semua orang menyimpan tanda tanya dalam benaknya masing-masing.&
Suasana ruang redaksi Tabloid WeekNews dihebohkan oleh pengakuan Rade bahwa tulisannya telah terbit di media lain. Padahal tulisan itu akan terbit pada tabloid mereka besok. Ia merasa bahwa ada seseorang yang telah mencuri tulisannya.“Bang Rafly, ini bagaimana? Kok bisa tulisanku terbit di media lain?” Rade bersungut-sungut kesal.“Kamu yakin ini sama persis?”“Persis banget, Bang. Ini benar-benar diplagiat tanpa diedit sama sekali. Bagaimana ini, Bang. Mereka sudah terbit hari ini, sedangkan kita besok. Kita yang bakal dibilang ngikutin mereka, Bang,” Rade mulai sedih.Rafly lalu membaca tulisan yang tayang di koran tersebut. Ia kemudian membandingkan dengan tulisan Rade. Ia pun terkejut karena tulisan itu sama persis.“Sungguh keterlaluan, siapa yang mencuri data kita?”“Bang Rafly, memang kita gak ada bukti untuk menuduh siapapun. Tapi coba deh liha
BAB INAMA YANG UNIK Sudah sepuluh menit Rade mematung di depan lemari baju. Ia bingung, baju harus ia kenakan pagi ini. Baju yang tepat untuk sesi wawancara kerja. Ini adalah wawancara kerja pertamanya. Ia merasa kesan pertama yang ditampilkan harus maksimal. Namun, ia bingung penampilan seperti apa yang kiranya akan memukau pewawancara. Ia ingin menggunakan blazer hitam resmi, tapi rasanya tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilamarnya, wartawan. Ia juga ragu untuk mengenakan kaus dan celana jeans saja seperti wartawan kebanyakan. Tidak sopan, pikirnya. “Rade, ini sudah hampir pukul 08.00 WIB, mau berangkat jam berapa lagi kamu,” teriak mamanya.“Iya, Ma. Ini Rade lagi bingung, mau pakai baju apa. Nanti terlalu formal atau terlalu santai,” jawab Rade.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments