Kepercayaan dirinya semakin meningkat ketika pergerakan Toni benar-benar terbaca oleh inderanya. Raskar tak pikir panjang langsung mundur dan terus menghindar.
“Ha-ha-ha! Raskar, kau tidak bisa kabur dariku!”
Toni bergerak secepat dia mampu. Namun, gerakannya tidak begitu cepat di mata Raskar. Pemuda itu sadar kalau dia harus menjaga jarak di antara keduanya agar Toni segera kelelahan.
Boom!
Meski tubuhnya sudah tidak bisa bertahan lama, Raskar menggertakkan giginya dan langsung bergerak secepat mungkin menghindari setiap saat Toni mendekat.
“Urgh…. Cederaku, sakit sekali! Aku tak tahan lagi,” batin Raskar mencoba terus menghindar.
Seteguk darah keluar dari mulutnya karena terlalu memaksakan diri bergerak terlalu cepat di tengah luka-luka yang terlalu dalam untuk diabaikan begitu saja.
“Raskar! Jangan lari kau! Hiyah!” Toni meraung keras dan langsung menghantam ke arah Raskar.
Boom!
“Hmm? Dahsyat sekali! Namun, Raskar ini boleh juga instingnya lumayan bagus kali ini. Saya awasi dulu sebelum bertindak ikut campur apabila situasi memburuk,” ujar juri yang kembali siaga mengawasi jalannya pertarungan di atas arena.
Ledakan keras kembali terdengar dengan debu yang semakin berterbangan hingga sulit bagi para penonton untuk melihat kondisi sebenarnya.
“Ada apa? Apa yang sedang terjadi?”
“Ayolah! Siapa yang menang sekarang?”
“Toni ini, mengapa dia butuh waktu yang lama sekali untuk mengalahkan bocah terkutuk yang sudah terluka parah itu?”
“Hmph! Jelas sekali kalau Toni itu tidak becus mengendalikan jurusnya. Tekad Raskar dalam menghindarinya benar-benar tepat sekali!”
“Menghindar? Dia hanya pengecut setengah sadar! Toni pasti menang!”
Berbagai tanda tanya yang mengandung segudang pertanyaan terus dilontarkan di antara para penonton yang sedari tadi melihat pertempuran Toni melawan Raskar.
Ada yang lumayan takjub dengan upaya Raskar mengendalikan situasi, tetapi banyak juga yang terus mencacinya dan tidak berharap kalau dia akan bertahan lama di tengah serangan ganas Toni.
Whoosh!
Debu yang pekat di dalam arena semakin memudar. Terlihat dua sosok yang berdiri tegak dipisahkan jarak beberapa langkah kaki.
“Hosh, hosh! K–kuat sekali dampaknya! A–aku tak kuat lagi bertahan.”
Raskar dengan napas tersengal-sengal sudah tak kuasa lagi menahan rasa lelahnya. Cederanya sudah parah sejak awal dan sekarang bertahap semakin memburuk.
Di sisi lain, Toni memiliki ekspresi suram sekali di wajahnya. Dia memiliki ekspektasi yang begitu tinggi terhadap jurus yang digunakannya itu.
Namun, dia tidak menyangka kalau Raskar masih saja dengan lihainya mampu menghindar di saat-saat terakhir jurusnya tiba mendekat ke arah pemuda itu.
“Grrr…. Mengapa dia masih bisa menghindar? Meskipun mampu, seharusnya dampak seranganku pasti membuatnya pingsan seketika!”
Toni menggertakkan giginya begitu geram melihat sosok Raskar yang sudah seperti ranting pohon yang bisa patah kapan saja itu masih berdiri tegak di hadapannya seakan tak mampu diguncang olehnya.
“Hmm? Celaka! Kendali jurusku sudah tak mampu bertahan lama lagi. Jika terus seperti ini, tidak lama lagi kalau jurusku akan semakin melemah seiring waktu berjalan!”
Toni semakin menyipitkan matanya. Dahinya mengerut tak sedap dipandang. Dia yang merasa kekuatannya semakin lama terkuras habis mulai gelisah.
Di saat inilah, Raskar kembali berteriak keras untuk memprovokasinya. “Toni! Inikah kekuatan Pendekar Tingkat 2 dengan jurus khususnya sukunya, hah? Lemah sekali!”
Raungan keras Raskar terasa seperti seekor harimau yang sedang terdesak tak berdaya dan hanya bisa meraung-raung untuk menakut-nakuti musuhnya.
Meski begitu, Toni tetap terpengaruh dengan perkataannya dan semakin gila untuk segera menghancurkan Raskar saat itu juga.
“Raskar! Dasar licik dan pengecut kau! Beraninya hanya kabur! Cuih!” Toni balas mengejek dan meludah ke atas arena melampiaskan kekesalannya.
“Licik dan pengecut? Kalau aku Pendekar Tingkat 1 yang berani melawan Pendekar Tingkat 2 seperti dirimu disebut seperti itu, lalu bagaimana denganmu, hah?” sahut Raskar dengan sebuah pertanyaan yang begitu indah dilesatkan ke segala arah.
Para penonton yang menyaksikan pemandangan keduanya beradu mulut untuk saling memprovokasi dan melemahkan mental masing-masing hanya bisa terdiam melihatnya.
Keheningan singkat tepat setelah perkataan Raskar itu seakan tahun demi tahun telah berlalu begitu cepatnya.
Situasi tegang semakin memuncak manakala Toni sudah meradang tak kuasa menahan amarahnya lagi.
“Raskar! Mampus kau, hiyah!”
Toni tak berbasa-basi lagi langsung menyerang Raskar dengan sekuat tenaga. Hentakan langkah kakinya kembali berguncang begitu hebat.
Tampaknya, beban jurusnya semakin sulit untuk dikendalikannya tak peduli seberapa jeniusnya Toni. Ini adalah batasannya menggunakan jurus yang terlalu kuat itu.
Boom!
Pukulan begitu ganas dengan badai debu bertebaran di sekelilingnya membuat Raskar semakin gemetar dengan keringat dingin bercucuran di sekujur tubuhnya.
Serangan jurus aneh Toni jauh melebihi semua jurus yang selama ini sudah Raskar temui. Terlalu mematikan meski kekuatan jurusnya belum lengkap.
“Me–mengerikan! Jika aku terkena serangan itu sekali, aku pasti akan mati! Toni ini, jelas sekali ingin membunuhku sekarang!” Raskar menggertakkan giginya sebelum dengan cepat bergerak ke samping kiri hendak memutari arena.
“Hmph! Lalu apa? Aku hanya perlu menghindarinya hingga efek jurusnya berakhir. Aku menolak percaya kalau dia bisa terus-terusan menggunakan jurus anehnya itu!” batin Raskar berusaha menenangkan hatinya.
Gerakan lincahnya perlahan terbentuk meski terkadang tidak sempurna. Dirinya yang tertatih-tatih menghindar tampak seperti orang yang benar-benar ingin bertahan hidup.
“Mau lari lagi? Jangan harap!” teriak Toni dengan cepat mengarahkan serangannya ke titik Raskar berusaha kabur darinya.
Toni sadar betul kalau terus berusaha melayangkan serangan jarak dekat hanyalah mimpi ketika Raskar masih saja bergerak dengan lincah menghindarinya.
Satu-satunya harapan adalah melepaskan seluruh sisa kekuatan jurusnya dalam satu pukulan garis lurus yang akan menghempaskan Raskar.
“Meski efeknya akan melemah, aku tidak peduli lagi. Raskar, kamu pasti menderita sekali yang lebih buruk daripada kematian!” batin Toni yang semakin pucat wajahnya karena kelelahan menggunakan jurusnya itu.
Boom!
“Urgh…!” Raskar tak kuasa menahan serangan jarak jauh yang tiba-tiba itu hingga terlempar melayang di angkasa, lalu jatuh berguling-guling seperti layang-layang yang putus talinya.
“Wohek!” Suara muntahan terdengar begitu menyedihkan dari rongga mulut Raskar.
Banyak sekali tumpahan sisa-sisa makanan di dalam perutnya dengan darah yang juga ikut keluar menyertainya secara bersamaan.
Sorot matanya dipenuhi kebingungan dan keputusasaan yang begitu dalam tak tertahankan lagi. Pandangannya juga semakin kabur dan tak mampu bertahan lama lagi.
“A–aku…. A–apa sudah tidak ada harapan lagi?” gumamnya lirih tak lagi berdaya.
Semangat dan percaya dirinya benar-benar hancur saat itu. Sebelumnya, dia merasa kalau dirinya berhasil menemukan celah yang bisa dimanfaatkan dengan baik.
Namun, kenyataan begitu kejam dengan pahit menghancurkan semua teori liarnya yang dipercaya oleh dirinya sendiri. Tentu saja semua itu tidak masuk akal dan inilah hasil akhirnya.
Jarak antara Pendekar Tingkat 2 dengan Tingkat 1 sudah seperti langit dan kandang ayam warga. Meski terlihat dekat selisihnya, itu terlalu jauh pada kenyataannya.
Ini adalah jarak yang cukup untuk memisahkan status kedudukan dan kehormatan seseorang di dunia yang kejam seperti Wilayah Sabit ini.Raskar sadar betul akan hal itu, tapi dirinya masih menyimpan secuil ego yang dahulu kala dia miliki. Ego inilah yang membuatnya merasa tak rela kalah begitu saja.Para penonton yang melihat Raskar tergeletak dan sulit untuk bangkit lagi akhirnya bersorak-sorak tak terkontrol lagi.Meski ada beberapa yang prihatin dengan kondisi Raskar, banyak orang yang lebih suka melihat nasib buruk dan kekalahan Raskar.“Bagus, bagus sekali! Hajar dia lagi, Toni!”“Tunggu apalagi? Cepat habisi dia!”“Raskar! Ini adalah kenyataan hidupmu! Menyerahlah sebelum terlambat!”Teriakkan para penonton semakin histeris terdengar suaranya. Toni yang sudah pucat karena kehabisan Energi Sabit menjadi sedikit bersemangat dibuatnya apalagi ketika melihat Raskar tergeletak tak jauh darinya.“Hosh, hosh! Ha-ha-ha! Akhirnya, akhirnya selesai juga! Ha-ha-ha!” Tawa penuh kesombongan terd
Tubuh sang juri gemetaran dan tidak bisa bergerak sedikit pun. Tekanan kuat tak tertahankan mengunci posisinya seakan langit sedang runtuh menimpanya.“Urgh! M–mengapa Tuan harus bersikap seperti ini? Meski Raskar memang memiliki latar belakang yang buruk, dia tetap anak seorang Sultan. Bagaimana bisa kita membiarkannya mati di sini?” tanya sang juri memberanikan dirinya.Pria tua itu tetap tenang tidak menjawab dan diam seakan sosoknya sudah lenyap tanpa jejak. Jika bukan karena tubuhnya sang juri masih terasa berat, dia tidak akan sadar kalau pria tua itu masih mengamati situasi.“Tuan! Harap mengingat apa yang saya katakan!” seru sang juri kembali mencoba memperingatkan pria tua itu.“Hmm? Apa kamu baru saja mencoba mengancamku? Lancang!” Suara serak kembali terdengar dalam pikiran sang juri.Setelah itu, tubuhnya semakin bergetar dan ekspresi wajahnya langsung pucat pasi dan tak sadar dia langsung muntah seteguk darah.“Mengerikan sekali! Inikah kekuatan Pendekar Tingkat 10 Fase 1
“Terima kasih semuanya karena telah mendukung saya, terima kasih!” tegas Toni dengan lantang dan bersikap berwibawa seperti seorang Pendekar elit sungguhan.Sorakan semua orang akhirnya bergema dengan tepuk tangan yang meriah menyambut kemenangan Toni seolah-olah telah menjadi tokoh paling berjasa di seluruh Wilayah Sabit.Toni dianggap seperti pahlawan yang berhasil memberantas hama tikus berbahaya yang menyusup ke dalam Wilayah Sabit yang tentu saja hama itu adalah Raskar.“Ha-ha-ha!” Toni tertawa terbahak-bahak di tengah pujian semua orang.Sang juri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi langsung bergegas menuju arena. Kali ini, pria tua sebelumnya tidak lagi berusaha untuk menghentikannya.Tak merasa ada hambatan lagi, sang juri langsung mengecek kondisi tubuh Raskar yang sudah terlihat begitu mengenaskan tanpa ada tanda-tanda kesadaran.“Sial! Meski dia masih bernapas, tapi vitalitasnya sudah sangat melemah sekali. Kemungkinan dia harus koma selama beberapa bulan atau bahkan bebe
“Alpha! Jangan makan terus dan dengarkan aku!” tegas Beta menegur Alpha yang tampak hanya peduli dengan nasi kotak miliknya itu.Beberapa suap nasi dan lauk pauk yang begitu melimpah langsung dilahap olehnya sekaligus tanpa sisa dengan begitu ganasnya.Secara bertahap, nasi kotak yang sebelumnya begitu cantik dan lengkap isinya sudah berubah lenyap tak ada sisa sedikit pun bahkan untuk seekor semut saja tak akan mampu menahan tangisannya.Glek!Alpha bersendawa dengan nyaring dan merdu membuat beberapa orang yang berada tak jauh darinya mulai menatap dengan ekspresi wajah yang jijik.“Eiuh! Bau sekali!”“Hei, bocah! Punya sopan santun tidak, hah?”Beberapa orang langsung menyindir terang-terangan tanpa ragu menatap ke arah wajah polos dan imut Alpha yang terlihat santai menikmati hidupnya sendiri.Sikap tenang dan mengabaikan perkataan oleh orang lain tentu saja sangat tidak sopan. Memangnya dia pikir dirinya siapa? Sultan? Bos besar? Pendekar Tingkat 10? Jelas tidak mungkin!Hal ini
Seketika semua orang menjadi hening tak tahu harus berbuat apa. Ada yang ingin tertawa terbahak-bahak, tapi langsung mengurungkan niatnya.Keheningan itu semakin mencekam ketika raut wajah pemuda sok jagoan berubah sangat suram dengan mata melotot menatap ke arah Beta.“Lancang sekali kau! Beraninya kau menghina wajah tampanku, hah?! Ayo bertarung di arena kalau berani!” teriak pemuda sok jagoan tak kuasa menahan amarahnya.Semua orang semakin sadar kalau hal ini tidak akan berakhir dengan damai. Tepat ketika mereka hendak bereaksi, Beta lebih dulu menyatakan perkataannya sekali lagi.“Tuh, kan! Wajah, kumis, dan mata melototnya semakin persis seperti ikan lele yang sedang sekarat. Hei, Alpha! Lihatlah wajah orang ini, aneh dan jelek sekali!” ungkap Beta merasa tidak berdosa.Alpha yang semula menutup matanya perlahan membukanya sekali lagi dan melirik sosok pemuda sok jagoan itu.“Hmm? Wajahnya memang aneh, sih! Tapi, kalau jelek kayaknya lebih buruk daripada kata jelek itu sendiri.
“I–inikah Sistem Wilayah Sabit yang begitu legendaris? Benar-benar spektakuler!” gumam pemuda itu begitu tercengang.Tanpa sadar dia mundur selangkah karena masih syok melihat tekanan langit begitu mengerikan di matanya. Perasaan tidak berdaya memenuhi hatinya.“Baiklah! Mereka yang menang akan mendapatkan semuanya sedangkan yang kalah akan kehilangan segala-galanya. Apakah kalian sudah yakin?” tanya suara misterius seakan menunggu jawaban dari Beta dan pemuda sok jagoan itu.Suara bergemuruh di langit yang cerah membuat semua orang begitu terpukau tak tahu harus berkata apa lagi. Perasaan gugup dan merinding seperti diawasi dari langit secara langsung benar-benar pengalaman yang tidak akan terlupakan.Beta dan pemuda sok jagoan itu akhirnya saling menatap. Beta tersenyum mengejek sedangkan pemuda sok jagoan semakin suram wajahnya.“Yakin!” teriak Beta dan pemuda sok jagoan di saat bersamaan.Boom!Sistem Wilayah Sabit sudah diaktifkan di arena tersebut yang langsung menggetarkan hati
Kembali ke masa lalu. Sekitar dua tahun yang lalu, Raskar merupakan jenius termuda yang begitu mengagumkan di mata semua orang. Meski banyak yang tidak suka, mereka harus menelan rasa pahit ketika berhadapan dengan jenius langka sepertinya.“Urgh! C–cepat lepaskan aku!” teriak seorang pemuda yang terlihat berusia 10 tahun dengan terbata-bata.“Lepaskan? Tidak semudah itu!” sahut pemuda lainnya yang berusia 7 tahun.Bak! Buk!Pemuda berusia 7 tahun itu tampak sangat ganas menghajar pemuda lainnya yang sedang berjuang untuk melindungi dirinya itu.“K–kamu! Aku masih saudaramu! Cepat hentikan sekarang!” tegas pemuda 10 tahun itu masih menahan pukulan yang semakin ganas.“Saudara? Bukankah kamu sebelumnya mengatakan kalau aku adalah anak kutukan Wilayah Sabit? Beraninya kamu menghina kehormatan Wilayah Sabit!” tegas pemuda berusia 7 tahun itu tampak marah sekali.“A–apa? Omong kosong macam apa itu? Aku menghinamu bukan Wilayah Sabit! Cepa–, Argh!” bantah pemuda 10 tahun itu belum selesai
Jurus Misterius berarti jurus tersebut tidak diketahui asal usulnya sama sekali yang beberapa diantaranya terbentuk secara alamiah entah karena kandungan gen pada diri seorang Pendekar atau muncul dari alam semesta secara langsung.Jurus Buatan berarti jurus tersebut memang tercipta karena dibuat oleh individu jenius tetapi tidak diperjualbelikan sama sekali sehingga hanya dia saja yang memiliki jurus tersebut.Adapun Jurus Spesial berarti jurus tersebut sudah ditanamkan ke dalam Tekno Pusaka. Ada yang bersifat umum dan ada juga yang bersifat eksklusif tergantung Tekno Pusaka dan berapa banyak produksinya.Jurus terbagi menjadi Fase 1 dan seterusnya meningkat. Semakin meningkat Fase dari suatu jurus, maka akan semakin kuat pula efeknya. Jurus Sabit Tunggal adalah salah satu Jurus Umum dengan kualitas Dasar yang mana sering kali disebut sebagai Jurus Dasar oleh banyak orang.Untuk menguasai jurus yang lebih tinggi kualitas nantinya, maka mempunyai kemampuan untuk menggunakan Jurus Dasa
Hana Srina benar-benar bingung dan bimbang dengan situasi yang baru saja terjadi. Dia tidak habis pikir kalau Harum akan benar-benar sekuat ini yang membuat nyalinya menciut seketika.“Ti–tidak mungkin! Ba–bagaimana bisa aku takut melawan wanita keji sepertinya?! Aku tidak akan pernah mundur sama sekali meski kekalahan mutlak yang harus aku hadapi pada akhirnya nanti!” batin Hana mencoba untuk kembali menguatkan mentalnya yang sebelumnya hampir saja tersayat-sayat hingga tidak berbentuk sama sekali.Dia tidak ingin menyerah dengan keadaan yang ada begitu saja tanpa perlawanan yang berarti. Hal semacam itu benar-benar tidak pernah dibayangkan olehnya sama sekali.“Te–tenanglah! Tidak peduli seberapa kuatnya wanita keji itu, dia pasti akan berada dalam situasi terdesak juga. Tidak mungkin ada makhluk hidup yang bisa bertahan dari yang namanya kelelahan!”“Dia memang kuat sekali, tapi bukan berarti tidak terkalahkan. Tenaganya tidak mungkin bertahan lama di tengah kepungan banyak peserta
Tanpa ragu-ragu sedikit pun, pukulannya Harum telak mengenai sasaran yang ditujunya. Sebuah akhir yang begitu menyedihkan bagi peserta tersebut.“Wuargh…! Urgh…!” jeritan menyedihkan pria itu benar-benar tidak enak didengar oleh telinga sama sekali.Gedebuk…!Kepala peserta itu langsung menghantam lantai dengan darah berlumuran keluar dari lubang hidung dan mulutnya. Sebuah kekalahan instan dan kemenangan mutlak bagi Harum saat itu juga.Akan tetapi, Harum tetap tidak bisa berleha-leha sedikit pun walau hanya sejenak saja. Semua itu karena ada empat orang yang dengan cepat langsung mengelilinginya dan mencoba untuk menyerangnya dari empat sisi di saat bersamaan.“Rasakan ini, wanita kurang ajar! Horaah…!” seorang peserta dengan begitu bersemangatnya melancarkan serangannya tanpa ragu mengarah ke sisi belakangnya Harum.Harum yang menyadari datangnya serangan tersebut hendak berbalik, tapi diurungkan olehnya sebab peserta lainnya dengan kompak menyerangnya dari depan.“Terima ini! Juru
Padahal jelas sekali kalau bukan itu yang sebenarnya terjadi. Ini adalah reaksi alamiah ketika semua Pendekar mengeluarkan Energi Sabit mereka dari jarak yang saling berdekatan satu dengan yang lainnya.Pemandangan yang indah itu tetap saja pada akhirnya berubah menjadi sesuatu yang mengerikan sekali bagi siapa pun yang melihatnya apalagi menjadi bagi mereka yang tidak beruntung menjadi lawannya seperti Harum saat ini.“Hmm? Tampaknya di sekitar Bola Abadi itu terjadi reaksi kompak penyatuan Energi Sabit. Mungkinkah mereka sudah menyadari peraturannya dengan baik?”“Tampaknya juga begitu adanya. Menarik sekali, mereka yang ada di sana cukup cepat memahami situasi yang sebenarnya dibandingkan Bola Abadi lainnya yang saat ini masih tetap saja terlihat mengutamakan duel.”“Hmph! Apa hebatnya dengan main keroyokan?! Jelas-jelas ini tes untuk menentukan kekuatan dari sosok Pendekar sejati dan bukannya menilai para calon preman berandalan ini!”“Sudahlah, tidak ada yang perlu diperpanjang l
“Ku–kurang ajar kau! Beraninya wanita rendahan sepertimu berlagak sombong di hadapan kami semua, hah?! Biar aku kasih tahu kalau kau sebelumnya hanya beruntung saja melawan pria lemah tadi!”“Benar sekali kata orang itu! Jika bukan karena pria sebelumnya lengah, kau yang akan keluar dari Bola Abadi ini! Cepat tutup mulutmu dan selesaikan saja di rumahmu nanti!”“Lebih baik kau keluar dari sana sendiri secara baik-baik kalau tidak ingin dipaksa oleh kami semua! Jika tidak, jangan harap kami akan berbelas kasih! Ingat itu baik-baik, dasar wanita murahan!”Perlahan berbagai macam reaksi keras disuarakan dengan lantang oleh banyak orang yang saat tengah berada di luar Bola Abadi karena benar-benar merasa sangat tersinggung dengan perkataannya Harum sebelumnya.Hampir semuanya benar-benar berpikir bahwa Harum tidak bisa dikatakan kuat sama sekali dan hanya keberuntungan saja yang secara kebetulan berada di pihaknya beberapa waktu yang lalu.Hanya sedikit sekali yang tidak menganggap remeh
Tubuhnya benar-benar lemas dan matanya perlahan-lahan kabur. Akhirnya, pria mata kesehatan yang sombong itu pun pingsan dengan luka-luka di perutnya tidak layak untuk dipandang.“Me–mengerikan sekali! Bagaimana bisa wanita itu tiba-tiba melancarkan serangannya yang begitu tiba-tiba bahkan membuat kita semua sulit untuk melihat bentuknya?!”“T–tenanglah! Tidak perlu terlalu heboh dengan apa yang baru saja terjadi! Kemungkinan besar, pria itu saja yang lemah dan ceroboh sehingga satu serangan dari seorang wanita sudah cukup membuatnya jatuh pingsan! Benar-benar menyedihkan sekali!”Beberapa orang saling berdebat satu dengan yang lainnya seakan-akan mereka bingung dan juga tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi beberapa waktu yang lalu.Whoosh!Seorang penguji tiba-tiba muncul di dekat pria yang telah pingsan secara menyedihkan itu. Dia mencoba untuk memastikan keadaannya sekali lagi sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya.“Luka-lukanya parah sekali. Tulang-tulang di sekitar d
Whoosh!Seorang pria mata keranjang yang begitu arogannya sudah beberapa langkah saja di depan Harum. Dia semakin tidak mampu menyembunyikan senyum menjijikkan miliknya itu yang perlahan-lahan semakin melebar.“Hemm…. Aromanya seorang wanita benar-benar harum dan sangat memabukkan sekali. Pada akhirnya, seorang wanita akan tetap menjadi wanita tidak peduli seberapa hebat kemampuan yang dimiliki olehnya tidak akan mampu melampaui seorang pria seperti diriku!” batin orang itu dengan begitu gegabah semakin mendekat dan tanpa sadar benar-benar sudah berada tepat di hadapannya Harum.“He-he-he! Sudahlah, cukup dengan kelebihan ini dan tidak menjadikannya kehebohan yang berlebihan! Baiklah, aku akan dengan lembut membelai miliknya yang begitu berharga dan tertutup rapat di balik sela-sela bajunya itu!” batin pria tersebut semakin tidak sadar.Begitulah orang bodoh itu dengan santainya mencoba untuk melakukan sesuatu yang seharusnya tidak pernah dibayangkan oleh dirinya sama sekali. Hanya sa
Berjalan dengan arogansi yang nyata terlihat jelas dari senyum menjijikkan di wajahnya yang tidak terlalu tampan bahkan bisa dibilang sangat jelek dan semakin jelek sekali ketika senyumannya itu terlihat di depan mata orang lain.“Hmm…? Apa bocah ini juga berusaha untuk mencoba memanfaatkan situasi yang ada dengan menjadikan si Harum itu rekannya? Tidak mungkin, kan? Lagi pula, bahkan dengan ketampananku saja tetap tak mampu membuat wanita mengerikan itu berkutik sedikit pun!”“Apalagi dengan sosok jelek sepertinya! Dia juga terlihat jelas sudah seperti orang dewasa di sini. Apakah umurnya masih di bawah dua puluh tahun? Benar-benar pecundang sepertinya pasti gagal!”Braka dengan begitu tidak yakinnya memikirkan kemungkinan itu sebelumnya sekilas dan saat ini benar-benar tidak habis pikir kalau ada pria lain yang benar-benar ingin meniru tindakannya.Meski begitu, Braka tidak menghentikan atau berkata apa pun. Pria itu hanya terus melangkah mundur hingga perlahan sudah berada sekitar
Pertanyaannya seharusnya memang cukup terdengar jelas di telinga semua orang yang ada di sana tak terkecuali para penguji yang jaraknya tidak terlalu jauh. Lagi pula, mereka semua Pendekar elit dengan indera pendengarannya yang seharusnya lebih tajam dari biasanya.Namun, keadaan tetap saja tidak ada perubahan sebab para penguji tetap menutup mulut mereka rapat-rapat seolah-olah tidak ingin menjawab pertanyaan Braka sedikit pun.Kebanyakan peserta yang ada di sana juga tidak banyak yang terlalu memperhatikan pertanyaan Braka. Mereka malah fokus mengusir Braka dan Harum dari dalam Bola Abadi.“Cepat keluar!” teriak semua orang.Akan tetapi, ada beberapa orang yang diam-diam mulai memahami ada sesuatu yang salah termasuk Braka itu sendiri yang juga perlahan mulai merenungkan hal-hal yang telah terjadi.“Mu–mungkinkah kalau tidak ada larangan atau batasan jumlah untuk memasuki Bola Abadi? K–kalau begitu, itu lebih masuk akal! Lagi pula, memang tidak disebutkan peraturan semacam itu tadi!
Bahkan untuk menekankan poin pentingnya tersebut, Harum menghempaskan Energi Sabit dalam dirinya yang begitu perkasa langsung membuat sang provokator terlempar dan tidak mampu lagi berkutik secara berlebihan.“Urgh…! Be–beraninya gadis sepertimu menolak pesona menawanku dengan begitu kasarnya, hah?! Kau pasti akan menyesali perbuatanmu saat ini!” teriak sang provokator dengan perasaan yang benar-benar marah sekali.“Dasar ulat tanah yang menyebalkan sekali! Buat diriku jijik saja dengan keberadaanmu yang menggelikan itu!” tegas Harum dengan santai tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.“Ka–kamu! Jaga ucapanmu!” teriak sang provokator benar-benar merasa sangat tersinggung sekali.Dua orang yang sudah berada di dalam Bola Abadi sebelum kedatangannya Harum dan sang provokator tersebut benar-benar dikejutkan dengan situasi aneh yang menggelitik itu sampai-sampai ada yang tak mampu lagi menahan tawa.“Ha-ha-ha! Benar-benar menyedihkan sekali! Ada-ada saja hiburan semacam itu bahkan di tengah