Ini adalah jarak yang cukup untuk memisahkan status kedudukan dan kehormatan seseorang di dunia yang kejam seperti Wilayah Sabit ini.
Raskar sadar betul akan hal itu, tapi dirinya masih menyimpan secuil ego yang dahulu kala dia miliki. Ego inilah yang membuatnya merasa tak rela kalah begitu saja.
Para penonton yang melihat Raskar tergeletak dan sulit untuk bangkit lagi akhirnya bersorak-sorak tak terkontrol lagi.
Meski ada beberapa yang prihatin dengan kondisi Raskar, banyak orang yang lebih suka melihat nasib buruk dan kekalahan Raskar.
“Bagus, bagus sekali! Hajar dia lagi, Toni!”
“Tunggu apalagi? Cepat habisi dia!”
“Raskar! Ini adalah kenyataan hidupmu! Menyerahlah sebelum terlambat!”
Teriakkan para penonton semakin histeris terdengar suaranya. Toni yang sudah pucat karena kehabisan Energi Sabit menjadi sedikit bersemangat dibuatnya apalagi ketika melihat Raskar tergeletak tak jauh darinya.
“Hosh, hosh! Ha-ha-ha! Akhirnya, akhirnya selesai juga! Ha-ha-ha!” Tawa penuh kesombongan terdengar meski napasnya Toni masih naik turun tidak stabil.
Tak jauh dari mereka berdua, sang juri menghela napasnya. “Tampaknya, sang pemenang sudah diputuskan sejak awal. Kurasa sudah waktunya menghentikan semua ini!”
Juri tersebut menggelengkan kepalanya dan hendak melangkah masuk ke dalam arena sebelum tiba-tiba matanya menyipit.
“Apa maksudnya?” batin sang juri tampak heran setelah mendengar suara telepati dari seseorang.
Dia dengan erat mengepalkan tangannya dan tak lagi mencoba untuk masuk ke dalam arena. Meski begitu, hatinya merasa tak tenang.
“Mengapa pria tua itu selalu ikut campur?” batin sang juri mendengus dingin sebagai tanda tak senang di hatinya.
Sang juri melihat Raskar dengan tatapan rumit. Pemuda itu masih tergeletak dan tidak ada tanda-tanda pergerakan sejak beberapa waktu yang lalu.
Dag, dig, dug!
Jantung Raskar berdetak semakin tak menentu dipenuhi rasa gugup. Suara-suara cacian membuatnya tak lagi bisa fokus.
“Urgh…. A–aku tidak boleh kalah!” gumam Raskar sudah tak peduli lagi dengan nyawanya.
Keinginan untuk bangkit dan melawan musuhnya adalah satu-satunya ambisi yang tersisa dalam benaknya.
“Hah? Masih bisa bangun rupanya. Tak usahlah, menyerah saja kau! He-he-he!” Toni terkekeh geli melihat perjuangan Raskar yang menurutnya sia-sia untuk dilakukan oleh pemuda yang sekarat itu.
Raskar perlahan menggerakkan tubuhnya yang sudah terlalu lemas itu. Dia hanya punya tekad secuil yang tersisa untuk mendorong tubuhnya bangkit seperti semula.
Sorakan semua orang tiba-tiba menjadi hening ketika melihat sosok Raskar kembali berdiri dengan tegak meski terlihat begitu mengenaskan.
“D–dia…. Dia masih bisa bangun!”
“Mustahil! Apa efek serangan dari Jurus Khusus yang digunakan oleh Pendekar Tingkat 2 tidak mampu menumbangkan bocah terkutuk itu, hah?!”
“Tidak perlu khawatir! Lihatlah baik-baik kondisinya! Tubuhnya sudah penuh luka dan bisa pingsan kapan pun. Perjuangannya saat ini hanya omong kosong belaka!”
Berbagai omongan dan diskusi acak terus bergema dengan satu topik yaitu bangkitnya Raskar yang cukup mengejutkan semua orang bahkan termasuk sang juri dan Toni sendiri.
“M–mustahil! Bagaimana bisa kamu masih bangun setelah terkena jurusku?!” Toni berseru kaget melihat sosok Raskar kian menatapnya dengan tatapan yang begitu mengerikan.
Raskar yang sebenarnya bisa roboh kapan pun itu tetap berdiri tegak seraya berkata, “A–aku masih bisa bertarung!”
Perkataannya tidak terdengar begitu nyaring, namun tetap saja masuk ke telinga Toni dengan jelas.
Keterkejutannya sudah mencapai puncaknya. Dia tidak pernah membayangkan Jurus Khusus Suku Fanto masih tidak mempan juga.
Dia terdiam dan perlahan mengamati Raskar dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Hmph! Banyak omong kosong belaka! Kamu pasti tidak bisa bergerak lagi, kan?”
Toni tampak menyadari kejanggalan kondisi Raskar. Meski sempat terkejut, dia sekarang semakin menyeringai begitu percaya diri.
“Ha-ha-ha! Meski kamu dapat berdiri sekarang, jelas sekali kalau efek kekuatan jurusku bukanlah orang serendah kamu bisa atasi dengan mudah!” ujar Toni mulai yakin dengan hasil analisisnya ketika melihat Raskar tetap diam di tempatnya dan tak berusaha maju ataupun mundur.
“Meski begitu, bocah terkutuk ini benar-benar aneh dan keras kepala. Apakah efek Jurus Khusus Suku Fanto benar-benar sangat melemah ketika digunakan untuk serangan jarak jauh?” batin Toni masih sedikit heran melihat kebangkitan Raskar.
Raskar yang dikutuk oleh semua orang tetap terdiam di tempat dan menatap ke arah Toni. Pandangannya yang rabun dan telinganya yang berdengung hebat membuat semuanya jauh lebih sulit.
“S–sial!” batin Raskar menggerutu tak begitu yakin dengan sisa kekuatannya.
Raskar hampir tidak bisa merasakan kakinya lagi. Perasaan tidak berdaya semakin mencuat ketika pikirannya mulai kacau.
Tak ingin kesadarannya lenyap, Bara menguatkan tekadnya sekali di ujung lidah dan siap berteriak keras berkata-kata begitu pedas.
“Toni! Kau manusia berwajah orang utan, cepat maju sini!” teriak Raskar menggunakan sisa kekuatan terakhirnya untuk meraung.
Senyum mengejek di wajah Toni seketika lenyap berubah menjadi kerutan yang muncul dengan urat nadinya yang terlihat begitu menonjol.
“Sudah sekarat, masih saja berkata omong kosong! Mati!” teriak Toni dengan ganas mempercepat langkahnya.
Bam!
Hentakan kaki terdengar keras sebelum Toni melompat dengan tinggi dan melayangkan tendangan tepat mengarah ke wajah Raskar.
Raskar yang memang sudah tak mampu mengelak hanya berdiam sebelum tendangan itu menghantam wajah babak belurnya.
Buk!
Raskar langsung terlempar ke belakang tak mampu menahan darah yang keluar dari rongga mulut dan hidungnya entah berapa banyak yang keluar.
“Argh!” teriak Raskar menjerit putus asa.
“Ha-ha-ha! Masih belum cukup, rasakan ini juga!” tegas Toni bergegas menuju Bara dan melayangkan pukulan beruntun.
Bak! Buk!
“Urgh!” Bara menggertakkan giginya sebelum terus mencoba menahan pukulan Toni dengan kedua tangannya.
Kretek!
Namun, semua usaha tetap sia-sia saja ketika pukulan beruntun mengarah tepat ke perutnya berulang kali hingga Raskar muntah seteguk darah.
“Gawat!” gumam sang juri hendak melerai sebelum suara telepati kembali masuk ke dalam pikirannya.
“A–apa maksudnya, Tuan?” tanya juri itu bingung melalui pesan telepatinya.
“Tepat seperti yang sudah saya katakan. Biarkan mereka bertarung terus!” jawab seseorang dengan suara serak.
“Lihatlah kondisi Raskar sudah tidak baik untuk melanjutkan pertarungan!” Sang juri masih berusaha untuk segera mengakhiri pertarungan.
“Ohh…, biarkan saja. Lagi pula, salahkan dirinya sendiri karena bersikap arogan!” sahut orang itu lagi dengan suara seraknya mengandung sedikit nada kebencian.
Sang juri kembali terdiam mendengar hal itu seraya membatin, “Pria tua, apa kau pikir aku tidak tahu dengan kebencianmu? Jelas sekali kamu ingin Raskar mati di dalam arena!”
Sosok pria tua yang dimaksud oleh sang juri ternyata adalah mantan Sultan sebelumnya yaitu Sultan ke-98 yang begitu terkenal kekuatannya.
“Aku harus menghentikan pertarungan ini sebelum terlambat!” batin sang juri berusaha untuk melangkah masuk.
“Tetap diam di tempatmu sekarang juga dan jangan coba-coba melangkah maju! Apa kamu berani mencoba melanggar perintahku?” tanya pria tua melalui pesan telepati melihat sang juri yang terlihat tetap berusaha masuk ke dalam arena.
Tubuh sang juri gemetaran dan tidak bisa bergerak sedikit pun. Tekanan kuat tak tertahankan mengunci posisinya seakan langit sedang runtuh menimpanya.“Urgh! M–mengapa Tuan harus bersikap seperti ini? Meski Raskar memang memiliki latar belakang yang buruk, dia tetap anak seorang Sultan. Bagaimana bisa kita membiarkannya mati di sini?” tanya sang juri memberanikan dirinya.Pria tua itu tetap tenang tidak menjawab dan diam seakan sosoknya sudah lenyap tanpa jejak. Jika bukan karena tubuhnya sang juri masih terasa berat, dia tidak akan sadar kalau pria tua itu masih mengamati situasi.“Tuan! Harap mengingat apa yang saya katakan!” seru sang juri kembali mencoba memperingatkan pria tua itu.“Hmm? Apa kamu baru saja mencoba mengancamku? Lancang!” Suara serak kembali terdengar dalam pikiran sang juri.Setelah itu, tubuhnya semakin bergetar dan ekspresi wajahnya langsung pucat pasi dan tak sadar dia langsung muntah seteguk darah.“Mengerikan sekali! Inikah kekuatan Pendekar Tingkat 10 Fase 1
“Terima kasih semuanya karena telah mendukung saya, terima kasih!” tegas Toni dengan lantang dan bersikap berwibawa seperti seorang Pendekar elit sungguhan.Sorakan semua orang akhirnya bergema dengan tepuk tangan yang meriah menyambut kemenangan Toni seolah-olah telah menjadi tokoh paling berjasa di seluruh Wilayah Sabit.Toni dianggap seperti pahlawan yang berhasil memberantas hama tikus berbahaya yang menyusup ke dalam Wilayah Sabit yang tentu saja hama itu adalah Raskar.“Ha-ha-ha!” Toni tertawa terbahak-bahak di tengah pujian semua orang.Sang juri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi langsung bergegas menuju arena. Kali ini, pria tua sebelumnya tidak lagi berusaha untuk menghentikannya.Tak merasa ada hambatan lagi, sang juri langsung mengecek kondisi tubuh Raskar yang sudah terlihat begitu mengenaskan tanpa ada tanda-tanda kesadaran.“Sial! Meski dia masih bernapas, tapi vitalitasnya sudah sangat melemah sekali. Kemungkinan dia harus koma selama beberapa bulan atau bahkan bebe
“Alpha! Jangan makan terus dan dengarkan aku!” tegas Beta menegur Alpha yang tampak hanya peduli dengan nasi kotak miliknya itu.Beberapa suap nasi dan lauk pauk yang begitu melimpah langsung dilahap olehnya sekaligus tanpa sisa dengan begitu ganasnya.Secara bertahap, nasi kotak yang sebelumnya begitu cantik dan lengkap isinya sudah berubah lenyap tak ada sisa sedikit pun bahkan untuk seekor semut saja tak akan mampu menahan tangisannya.Glek!Alpha bersendawa dengan nyaring dan merdu membuat beberapa orang yang berada tak jauh darinya mulai menatap dengan ekspresi wajah yang jijik.“Eiuh! Bau sekali!”“Hei, bocah! Punya sopan santun tidak, hah?”Beberapa orang langsung menyindir terang-terangan tanpa ragu menatap ke arah wajah polos dan imut Alpha yang terlihat santai menikmati hidupnya sendiri.Sikap tenang dan mengabaikan perkataan oleh orang lain tentu saja sangat tidak sopan. Memangnya dia pikir dirinya siapa? Sultan? Bos besar? Pendekar Tingkat 10? Jelas tidak mungkin!Hal ini
Seketika semua orang menjadi hening tak tahu harus berbuat apa. Ada yang ingin tertawa terbahak-bahak, tapi langsung mengurungkan niatnya.Keheningan itu semakin mencekam ketika raut wajah pemuda sok jagoan berubah sangat suram dengan mata melotot menatap ke arah Beta.“Lancang sekali kau! Beraninya kau menghina wajah tampanku, hah?! Ayo bertarung di arena kalau berani!” teriak pemuda sok jagoan tak kuasa menahan amarahnya.Semua orang semakin sadar kalau hal ini tidak akan berakhir dengan damai. Tepat ketika mereka hendak bereaksi, Beta lebih dulu menyatakan perkataannya sekali lagi.“Tuh, kan! Wajah, kumis, dan mata melototnya semakin persis seperti ikan lele yang sedang sekarat. Hei, Alpha! Lihatlah wajah orang ini, aneh dan jelek sekali!” ungkap Beta merasa tidak berdosa.Alpha yang semula menutup matanya perlahan membukanya sekali lagi dan melirik sosok pemuda sok jagoan itu.“Hmm? Wajahnya memang aneh, sih! Tapi, kalau jelek kayaknya lebih buruk daripada kata jelek itu sendiri.
“I–inikah Sistem Wilayah Sabit yang begitu legendaris? Benar-benar spektakuler!” gumam pemuda itu begitu tercengang.Tanpa sadar dia mundur selangkah karena masih syok melihat tekanan langit begitu mengerikan di matanya. Perasaan tidak berdaya memenuhi hatinya.“Baiklah! Mereka yang menang akan mendapatkan semuanya sedangkan yang kalah akan kehilangan segala-galanya. Apakah kalian sudah yakin?” tanya suara misterius seakan menunggu jawaban dari Beta dan pemuda sok jagoan itu.Suara bergemuruh di langit yang cerah membuat semua orang begitu terpukau tak tahu harus berkata apa lagi. Perasaan gugup dan merinding seperti diawasi dari langit secara langsung benar-benar pengalaman yang tidak akan terlupakan.Beta dan pemuda sok jagoan itu akhirnya saling menatap. Beta tersenyum mengejek sedangkan pemuda sok jagoan semakin suram wajahnya.“Yakin!” teriak Beta dan pemuda sok jagoan di saat bersamaan.Boom!Sistem Wilayah Sabit sudah diaktifkan di arena tersebut yang langsung menggetarkan hati
Kembali ke masa lalu. Sekitar dua tahun yang lalu, Raskar merupakan jenius termuda yang begitu mengagumkan di mata semua orang. Meski banyak yang tidak suka, mereka harus menelan rasa pahit ketika berhadapan dengan jenius langka sepertinya.“Urgh! C–cepat lepaskan aku!” teriak seorang pemuda yang terlihat berusia 10 tahun dengan terbata-bata.“Lepaskan? Tidak semudah itu!” sahut pemuda lainnya yang berusia 7 tahun.Bak! Buk!Pemuda berusia 7 tahun itu tampak sangat ganas menghajar pemuda lainnya yang sedang berjuang untuk melindungi dirinya itu.“K–kamu! Aku masih saudaramu! Cepat hentikan sekarang!” tegas pemuda 10 tahun itu masih menahan pukulan yang semakin ganas.“Saudara? Bukankah kamu sebelumnya mengatakan kalau aku adalah anak kutukan Wilayah Sabit? Beraninya kamu menghina kehormatan Wilayah Sabit!” tegas pemuda berusia 7 tahun itu tampak marah sekali.“A–apa? Omong kosong macam apa itu? Aku menghinamu bukan Wilayah Sabit! Cepa–, Argh!” bantah pemuda 10 tahun itu belum selesai
Jurus Khusus hanya bisa dipelajari dan diturunkan oleh anggota suku tertentu kepada generasi selanjutnya.Jurus Utama hanya bisa dipelajari oleh para elit Pendekar yang berkuasa serta keluarganya seperti Sultan saat ini.Jurus terbagi menjadi Fase 1 dan seterusnya. Semakin meningkat Fase dari suatu jurus, maka akan semakin kuat pula efeknya. Jurus Sabit Tunggal adalah salah satu Jurus Dasar untuk menguasai jurus yang lebih rumit nantinya.Alasan orang-orang terkejut adalah kemampuan Raskar mengeksekusi Jurus Dasar hingga Fase 20 ketika masih di Tingkat 1.Biasanya, hanya Pendekar Tingkat 2 yang bisa mengeksekusi Jurus Dasar hingga Fase 20 ke atas.“Tak disangka, dia ternyata adalah jenius langka sekitar dua tahun yang lalu. Bagaimana dia bisa menjadi sampah sekarang? Aku jadi penasaran!” ujar Beta dengan suaranya bergema hingga masuk ke telinga semua penonton lainnya.“Hmph! Apa gunanya menjadi jenius belaka di masa lalu? Semua orang hanya tahu dirinya yang seperti sampah saat ini!”“
“Ka–kamu! Tingkat 1 Fase berapa kamu saat ini? Tidak mungkin hanya di bawahku, tapi mustahil juga di atasku. Bagaimana bisa kamu melakukan dua jurus di Fase 20 secara beruntun?” tanya pemuda 10 tahun tampak pucat wajahnya.Dia jelas dibuat bingung dengan semua yang baru saja menimpanya itu. Raskar di matanya selama ini hanyalah seekor semut yang menjijikkan.Setiap orang lain menghina ayahnya sang Sultan karena keberadaan Raskar dan ibunya itu, dia selalu merasa sangat marah sekali.Wajar bagi anak seusianya merasa tersinggung ketika ayahnya dihina oleh orang lain. Namun, dia tidak ingin menyalahkan ayahnya yang tampak luar biasa di matanya.Dia juga tidak bisa melakukan apa pun kepada ibu Raskar. Alhasil, dia melampiaskan amarahnya kepada Raskar secara langsung.Tindakan seperti itu tentu saja sangat keliru dan ceroboh bahkan terkesan sangat kekanak-kanakan bagi seorang jenius dari Universitas Sewarta sepertinya.Namun, apa boleh buat? Dia juga ingin orang lain tidak menyalahkan ayah
“Ratu Pertama Wilayah Sabit bukan sosok rendahan seperti ibumu, Raskar! Lancang sekali kau!”Berbagai macam kejutan dan celaan terus dilontarkan kepada Raskar yang saat ini tengah menderita di bawah tekanan.Namun, mereka semua diam-diam merasa sedikit takjud dan senang melihat keberanian dan penderitaan Raskar di saat bersamaan.“I–ini…. Bukankah terlalu sombong sekali si Raskar ini?” batin Beta tampak benar-benar tak tahu harus berkata apalagi melihat perilaku Raskar yang tidak tahu batasnya.Keheningan kembali terjadi ketika semua penonton kembali fokus memperhatikan momen menegangkan ini.***“Hmm? Tingkat 1 Fase 80? Bukankah ini terlalu lemah untuk bisa mengalahkan putraku?” batin wanita itu dengan heran.“G–gawat! Wanita ini sudah terlalu bar-bar hingga bahkan berani menindas anak kecil sepertiku. Apa yang harus aku lakukan sekarang?” batin Raskar bergejolak menahan rasa sakit.“Hmph! Cepat katakan kalau kamu menyesali perbuatanmu sekarang juga!” tegas wanita itu tampak semakin
Mereka tidak menyangka kalau sebenarnya Raskar sendiri yang ingin masuk ke Institut Teknologi Buyar. Selama ini, semua orang berpikir kalau ayahnya sang Sultan-lah yang mengutusnya pergi ke Institut Teknologi Buyar.“Aneh sekali! Mengapa Raskar malah ingin masuk ke Institut Teknologi Buyar?”“Benar juga! Apa dia tidak tahu kalau lokasi Institut Teknologi Buyar berada sangat membenci dirinya dan ibunya itu?”Berbagai pertanyaan terus terucap dan masih banyak yang terpendam dalam benaknya. Beta juga hening dan hanya bisa fokus melihat gambar-gambar masa lalu yang mulai beralih tempat.***Terlihat seorang pemuda dengan santai berjalan hampir tak jelas arahnya selama beberapa jam lamanya.Kriuk! Kriuk!“Seharusnya menunjukkan sedikit kekuatanku sebelumnya akan membuat ayah lebih yakin kepadaku. Langkah menuju Institut Teknologi Buyar semakin dekat!” gumam pemuda tersebut yang tak lain adalah Raskar.Dia dengan santai makan keripik singkong. Seperti yang dikatakan oleh sang Sultan, Raskar
Keheningan terjadi di antara para penonton dan Kembar Gosiper. Mereka tak tahu harus mengatakan apa melihat kekejaman Raskar.“Beta, dia makan apa itu? Belikan aku seperti itu juga nanti! Aku mau yang versi jumbo!” ujar Alpha tiba-tiba memecahkan keheningan yang cukup mencekik sebelumnya.Alpha tidak peduli dengan hal lainnya dan hanya fokus kepada kripik singkong yang sebelumnya dimakan oleh Raskar.Beta tak berdaya hanya bisa menjawab, “Baiklah, nanti aku akan belikan yang versi jumbo!”“Ha-ha-ha! Bagus sekali, Beta! Kamu harus berjanji dan jangan lupa nanti!” tegur Alpha tampak begitu bahagia.Beta hanya menganggukkan kepalanya. Semua penonton yang mendengar percakapan keduanya tetap membisu. Alhasil, Beta berusaha untuk memulai percakapan.“Bagaimana menurut kalian semua, para penonton terhormat? Ini adalah sosok Raskar yang begitu kejamnya bahkan memukuli kakaknya sendiri tanpa ampun!”Suara Beta kembali bergema ke dalam pikiran para penonton. Mereka akhirnya mulai saling mengeje
“Ka–kamu! Tingkat 1 Fase berapa kamu saat ini? Tidak mungkin hanya di bawahku, tapi mustahil juga di atasku. Bagaimana bisa kamu melakukan dua jurus di Fase 20 secara beruntun?” tanya pemuda 10 tahun tampak pucat wajahnya.Dia jelas dibuat bingung dengan semua yang baru saja menimpanya itu. Raskar di matanya selama ini hanyalah seekor semut yang menjijikkan.Setiap orang lain menghina ayahnya sang Sultan karena keberadaan Raskar dan ibunya itu, dia selalu merasa sangat marah sekali.Wajar bagi anak seusianya merasa tersinggung ketika ayahnya dihina oleh orang lain. Namun, dia tidak ingin menyalahkan ayahnya yang tampak luar biasa di matanya.Dia juga tidak bisa melakukan apa pun kepada ibu Raskar. Alhasil, dia melampiaskan amarahnya kepada Raskar secara langsung.Tindakan seperti itu tentu saja sangat keliru dan ceroboh bahkan terkesan sangat kekanak-kanakan bagi seorang jenius dari Universitas Sewarta sepertinya.Namun, apa boleh buat? Dia juga ingin orang lain tidak menyalahkan ayah
Jurus Khusus hanya bisa dipelajari dan diturunkan oleh anggota suku tertentu kepada generasi selanjutnya.Jurus Utama hanya bisa dipelajari oleh para elit Pendekar yang berkuasa serta keluarganya seperti Sultan saat ini.Jurus terbagi menjadi Fase 1 dan seterusnya. Semakin meningkat Fase dari suatu jurus, maka akan semakin kuat pula efeknya. Jurus Sabit Tunggal adalah salah satu Jurus Dasar untuk menguasai jurus yang lebih rumit nantinya.Alasan orang-orang terkejut adalah kemampuan Raskar mengeksekusi Jurus Dasar hingga Fase 20 ketika masih di Tingkat 1.Biasanya, hanya Pendekar Tingkat 2 yang bisa mengeksekusi Jurus Dasar hingga Fase 20 ke atas.“Tak disangka, dia ternyata adalah jenius langka sekitar dua tahun yang lalu. Bagaimana dia bisa menjadi sampah sekarang? Aku jadi penasaran!” ujar Beta dengan suaranya bergema hingga masuk ke telinga semua penonton lainnya.“Hmph! Apa gunanya menjadi jenius belaka di masa lalu? Semua orang hanya tahu dirinya yang seperti sampah saat ini!”“
Kembali ke masa lalu. Sekitar dua tahun yang lalu, Raskar merupakan jenius termuda yang begitu mengagumkan di mata semua orang. Meski banyak yang tidak suka, mereka harus menelan rasa pahit ketika berhadapan dengan jenius langka sepertinya.“Urgh! C–cepat lepaskan aku!” teriak seorang pemuda yang terlihat berusia 10 tahun dengan terbata-bata.“Lepaskan? Tidak semudah itu!” sahut pemuda lainnya yang berusia 7 tahun.Bak! Buk!Pemuda berusia 7 tahun itu tampak sangat ganas menghajar pemuda lainnya yang sedang berjuang untuk melindungi dirinya itu.“K–kamu! Aku masih saudaramu! Cepat hentikan sekarang!” tegas pemuda 10 tahun itu masih menahan pukulan yang semakin ganas.“Saudara? Bukankah kamu sebelumnya mengatakan kalau aku adalah anak kutukan Wilayah Sabit? Beraninya kamu menghina kehormatan Wilayah Sabit!” tegas pemuda berusia 7 tahun itu tampak marah sekali.“A–apa? Omong kosong macam apa itu? Aku menghinamu bukan Wilayah Sabit! Cepa–, Argh!” bantah pemuda 10 tahun itu belum selesai
“I–inikah Sistem Wilayah Sabit yang begitu legendaris? Benar-benar spektakuler!” gumam pemuda itu begitu tercengang.Tanpa sadar dia mundur selangkah karena masih syok melihat tekanan langit begitu mengerikan di matanya. Perasaan tidak berdaya memenuhi hatinya.“Baiklah! Mereka yang menang akan mendapatkan semuanya sedangkan yang kalah akan kehilangan segala-galanya. Apakah kalian sudah yakin?” tanya suara misterius seakan menunggu jawaban dari Beta dan pemuda sok jagoan itu.Suara bergemuruh di langit yang cerah membuat semua orang begitu terpukau tak tahu harus berkata apa lagi. Perasaan gugup dan merinding seperti diawasi dari langit secara langsung benar-benar pengalaman yang tidak akan terlupakan.Beta dan pemuda sok jagoan itu akhirnya saling menatap. Beta tersenyum mengejek sedangkan pemuda sok jagoan semakin suram wajahnya.“Yakin!” teriak Beta dan pemuda sok jagoan di saat bersamaan.Boom!Sistem Wilayah Sabit sudah diaktifkan di arena tersebut yang langsung menggetarkan hati
Seketika semua orang menjadi hening tak tahu harus berbuat apa. Ada yang ingin tertawa terbahak-bahak, tapi langsung mengurungkan niatnya.Keheningan itu semakin mencekam ketika raut wajah pemuda sok jagoan berubah sangat suram dengan mata melotot menatap ke arah Beta.“Lancang sekali kau! Beraninya kau menghina wajah tampanku, hah?! Ayo bertarung di arena kalau berani!” teriak pemuda sok jagoan tak kuasa menahan amarahnya.Semua orang semakin sadar kalau hal ini tidak akan berakhir dengan damai. Tepat ketika mereka hendak bereaksi, Beta lebih dulu menyatakan perkataannya sekali lagi.“Tuh, kan! Wajah, kumis, dan mata melototnya semakin persis seperti ikan lele yang sedang sekarat. Hei, Alpha! Lihatlah wajah orang ini, aneh dan jelek sekali!” ungkap Beta merasa tidak berdosa.Alpha yang semula menutup matanya perlahan membukanya sekali lagi dan melirik sosok pemuda sok jagoan itu.“Hmm? Wajahnya memang aneh, sih! Tapi, kalau jelek kayaknya lebih buruk daripada kata jelek itu sendiri.
“Alpha! Jangan makan terus dan dengarkan aku!” tegas Beta menegur Alpha yang tampak hanya peduli dengan nasi kotak miliknya itu.Beberapa suap nasi dan lauk pauk yang begitu melimpah langsung dilahap olehnya sekaligus tanpa sisa dengan begitu ganasnya.Secara bertahap, nasi kotak yang sebelumnya begitu cantik dan lengkap isinya sudah berubah lenyap tak ada sisa sedikit pun bahkan untuk seekor semut saja tak akan mampu menahan tangisannya.Glek!Alpha bersendawa dengan nyaring dan merdu membuat beberapa orang yang berada tak jauh darinya mulai menatap dengan ekspresi wajah yang jijik.“Eiuh! Bau sekali!”“Hei, bocah! Punya sopan santun tidak, hah?”Beberapa orang langsung menyindir terang-terangan tanpa ragu menatap ke arah wajah polos dan imut Alpha yang terlihat santai menikmati hidupnya sendiri.Sikap tenang dan mengabaikan perkataan oleh orang lain tentu saja sangat tidak sopan. Memangnya dia pikir dirinya siapa? Sultan? Bos besar? Pendekar Tingkat 10? Jelas tidak mungkin!Hal ini