“Terima kasih semuanya karena telah mendukung saya, terima kasih!” tegas Toni dengan lantang dan bersikap berwibawa seperti seorang Pendekar elit sungguhan.
Sorakan semua orang akhirnya bergema dengan tepuk tangan yang meriah menyambut kemenangan Toni seolah-olah telah menjadi tokoh paling berjasa di seluruh Wilayah Sabit.
Toni dianggap seperti pahlawan yang berhasil memberantas hama tikus berbahaya yang menyusup ke dalam Wilayah Sabit yang tentu saja hama itu adalah Raskar.
“Ha-ha-ha!” Toni tertawa terbahak-bahak di tengah pujian semua orang.
Sang juri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi langsung bergegas menuju arena. Kali ini, pria tua sebelumnya tidak lagi berusaha untuk menghentikannya.
Tak merasa ada hambatan lagi, sang juri langsung mengecek kondisi tubuh Raskar yang sudah terlihat begitu mengenaskan tanpa ada tanda-tanda kesadaran.
“Sial! Meski dia masih bernapas, tapi vitalitasnya sudah sangat melemah sekali. Kemungkinan dia harus koma selama beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun!” batin sang juri tak kuasa membayangkan konsekuensi dari kejadian ini.
Melihat kondisi Raskar begitu mengenaskan, sang juri mendongak dan menatap tajam ke arah Toni. Tatapan yang mengandung kekuatan seorang Pendekar Tingkat 7 mengguncang pikiran Toni.
Dia yang sebelumnya mabuk dalam pujian seketika merinding tak elegan seperti sebelumnya. Toni akhirnya sadar kalau sang juri menatap ke arahnya.
“A–apa yang coba kamu lakukan kepadaku? Tidakkah kamu sadar diri berusaha menekan seorang Pendekar Tingkat 2 sepertiku ini, hah?” Toni berteriak keras agar semua orang mendengarnya.
Para penonton yang mendengar dan melihat kejanggalan di dalam arena akhirnya kembali terfokus pada sosok sang juri.
“Ada apa sekarang?”
“Juri itu tampaknya sedang marah kepada Toni. Pendekar Tingkat 7 seperti itu malah mau ikut campur, apa-apaan semua ini?!”
“Hei, keluar dari arena sekarang! Jangan mencoba untuk menindas sang juara pertempuran di arena kali ini!”
“Benar itu! Keluar dan pergi sana!”
Berbagai ucapan dan keluhan secara beruntun di arahkan kepada sang juri. Toni tampak sedikit rileks ketika mendengar orang-orang disekitarnya mulai mencoba untuk menolongnya.
“Heh! Kamu ingin menindasku? Jangan bermimpi!” batin Toni masih membuat ekspresi takut padahal dia diam-diam tersenyum di dalam hatinya.
Sang juri yang sadar dengan perubahan situasi akhirnya menarik pandangannya dan fokus mengangkat tubuh Raskar yang sudah begitu lemah tak berdaya.
Dia juga tahu kalau Toni adalah jenius muda dari Suku Fanto. Sang juri tentu saja tidak bisa memperlakukan dengan kasar pemuda berbakat penuh dengan potensi masa depan seperti Toni.
Di sisi lain, juri tahu bahwa biang kerok dari semua ini tak lain adalah pria tua sebelumnya, sang mantan Sultan ke-98.
“Hmph!” Juri mengangkat tubuh Raskar sebelum mendengus dingin melihat Toni sekilas dan langsung bergegas pergi dengan cepat.
Toni yang melihat tatapan tidak sopan itu menjadi geram di hatinya. “Lancang! Aku akan membalas tatapanmu kelak ketika aku menjadi sosok terkuat di seluruh Wilayah Sabit!”
Toni menggerutu sebelum akhirnya segera mengabaikan semua keluhannya dan fokus menyapa semua penonton. Pemuda itu terlihat seperti selebritis yang baru naik daun saja.
“Ha-ha-ha! Terima kasih semuanya atas dukungannya yang melimpah!” Toni tertawa terbahak-bahak dengan puas menjadi bintang paling bersinar terang di bawah panas dan teriknya matahari.
“Toni! Toni! Toni!”
Sosoknya begitu berkilau seperti berlian yang dikagumi oleh semua orang. Namanya akan semakin terkenal pada hari itu.
Selain daripada berhasil mengalahkan Raskar yang merupakan musuh publik di seluruh Wilayah Sabit, Toni juga berhasil menunjukkan kejeniusannya ketika berhasil menggunakan jurus khusus Suku Fanto yang tentu saja sangat sulit dipelajari.
“Masa depan Toni ini memang tidak terbayangkan!”
“Cepat atau lambat, namanya akan sangat terkenal selama dia tidak mati!”
“Mati? Apa maksud perkataan seperti itu, hah? Jelas sekali kamu hanya iri saja!”
“Iri? Ini hanya fakta di dunia yang kejam ini. Bahaya ada di mana-mana. Kalau Toni masih bersikap ceroboh seperti ini, dia pasti tidak akan berumur panjang!”
“Hmph! Sudahlah kalau begitu, waktunya pulang! Hiburannya sudah selesai!”
Diskusi acak terjadi dan seiring berjalannya waktu mulai meredup. Orang-orang berpisah dan sudah waktunya pulang.
Lagi pula, pertempuran ini hanya bisa dianggap sebagai pemanasan saja sebelum Ujian Seribu Pendekar diadakan tiga bulan lagi dari sekarang.
Ujian Seribu Pendekar adalah acara akbar paling populer yang diikuti oleh semua Pendekar elit mulai dari Tingkat 1 hingga Tingkat 9.
Pertarungan sengit seringkali terjadi dengan beberapa korban luka parah hingga meninggal dunia sudah tidak asing lagi.
Alasan acara brutal ini diselenggarakan hanya demi melatih moral dan kekuatan tempur para Pendekar Wilayah Sabit dalam situasi pertempuran nyata.
Berlebihan? Memang begitulah adanya. Kekuatan adalah segalanya di dunia ini. Lagi pula, musuh besar acara ini adalah Pasukan Mata Api yang berada di dalam Portal.
Semua Pendekar yang mengikuti acara ini akan dikirim ke dalam portal tempat Pasukan Mata Api bersiap untuk menyerang.
Penilaiannya cukup sederhana. Ada pelacak di pakaian Tekno Pusaka milik para Pendekar yang akan mencatat semua pencapaian gemilangnya.
Selain itu, hadiah dari acara ini benar-benar sangat menggoda dan tak tertahankan oleh siapa pun hingga bahkan Pendekar Tingkat 10 pun sedikit tak mampu untuk berkedip berulang kali.
Alasan Pendekar Tingkat 10 tidak boleh ikut serta tak lain karena mengawasi semua pertempuran dan bertindak sebagai pemimpin atau pelindung bagi para pendekar di bawahnya.
Semua penonton yang tahu itu akhirnya bergegas untuk pulang dan mempersiapkan diri sendiri. Jika saja mereka bisa sedikit meningkatkan kekuatannya, itu akan sangat membantu ketika berada dalam acara paling brutal itu.
Tak jauh dari sudut tertentu tempat para penonton berada, terlihat ada dua pemuda aneh tampak menikmati makanan nasi kotaknya dengan begitu lahap.
“Alpha! Bagaimana menurutmu dengan hasil pertempuran kali ini?” tanya seorang pemuda gemuk yang mengenakan masker aneh.
Maskernya itu hanya menutupi dagunya saja seolah-olah ada sesuatu yang ingin disembunyikan olehnya sehingga orang lain tidak akan melihat apa pun.
Pemuda gemuk itu bertanya kepada pemuda gemuk lainnya yang tampak persis serupa wajahnya. Hanya saja, pemuda tersebut mengenakan ikat kepala yang menutupi dahinya.
“Hmm…? Entahlah, biasa saja menurutku. Memangnya, apa ada hal yang menarik perhatianmu tadi, Beta?” tanya pemuda yang disebut Alpha itu.
“Hah? Tentu saja bukan itu maksudku, Alpha! Aku berbicara peluang kita mendapatkan Poin Kontribusi akan semakin lebar dengan memanfaatkan situasi ini!” sahut pemuda yang disebut Beta dengan cemberut.
Alpha sedikit bingung dan terus melahap makanan di nasi kotaknya sebelum akhirnya bertanya, “Aku tak begitu paham dengan maksud perkataanmu sebelumnya. Apa sebenarnya maksudmu, Beta?”
Alpha tampak begitu polosnya bertanya dengan wajah gemuk yang begitu imut. Beta sedikit mengerutkan keningnya dan bola matanya menyipit menatap ke arah Alpha yang memang terlihat masih santai menikmati menu makanan nasi kotaknya dengan begitu lahap.
“Alpha! Jangan makan terus dan dengarkan aku!” tegas Beta menegur Alpha yang tampak hanya peduli dengan nasi kotak miliknya itu.Beberapa suap nasi dan lauk pauk yang begitu melimpah langsung dilahap olehnya sekaligus tanpa sisa dengan begitu ganasnya.Secara bertahap, nasi kotak yang sebelumnya begitu cantik dan lengkap isinya sudah berubah lenyap tak ada sisa sedikit pun bahkan untuk seekor semut saja tak akan mampu menahan tangisannya.Glek!Alpha bersendawa dengan nyaring dan merdu membuat beberapa orang yang berada tak jauh darinya mulai menatap dengan ekspresi wajah yang jijik.“Eiuh! Bau sekali!”“Hei, bocah! Punya sopan santun tidak, hah?”Beberapa orang langsung menyindir terang-terangan tanpa ragu menatap ke arah wajah polos dan imut Alpha yang terlihat santai menikmati hidupnya sendiri.Sikap tenang dan mengabaikan perkataan oleh orang lain tentu saja sangat tidak sopan. Memangnya dia pikir dirinya siapa? Sultan? Bos besar? Pendekar Tingkat 10? Jelas tidak mungkin!Hal ini
Seketika semua orang menjadi hening tak tahu harus berbuat apa. Ada yang ingin tertawa terbahak-bahak, tapi langsung mengurungkan niatnya.Keheningan itu semakin mencekam ketika raut wajah pemuda sok jagoan berubah sangat suram dengan mata melotot menatap ke arah Beta.“Lancang sekali kau! Beraninya kau menghina wajah tampanku, hah?! Ayo bertarung di arena kalau berani!” teriak pemuda sok jagoan tak kuasa menahan amarahnya.Semua orang semakin sadar kalau hal ini tidak akan berakhir dengan damai. Tepat ketika mereka hendak bereaksi, Beta lebih dulu menyatakan perkataannya sekali lagi.“Tuh, kan! Wajah, kumis, dan mata melototnya semakin persis seperti ikan lele yang sedang sekarat. Hei, Alpha! Lihatlah wajah orang ini, aneh dan jelek sekali!” ungkap Beta merasa tidak berdosa.Alpha yang semula menutup matanya perlahan membukanya sekali lagi dan melirik sosok pemuda sok jagoan itu.“Hmm? Wajahnya memang aneh, sih! Tapi, kalau jelek kayaknya lebih buruk daripada kata jelek itu sendiri.
“I–inikah Sistem Wilayah Sabit yang begitu legendaris? Benar-benar spektakuler!” gumam pemuda itu begitu tercengang.Tanpa sadar dia mundur selangkah karena masih syok melihat tekanan langit begitu mengerikan di matanya. Perasaan tidak berdaya memenuhi hatinya.“Baiklah! Mereka yang menang akan mendapatkan semuanya sedangkan yang kalah akan kehilangan segala-galanya. Apakah kalian sudah yakin?” tanya suara misterius seakan menunggu jawaban dari Beta dan pemuda sok jagoan itu.Suara bergemuruh di langit yang cerah membuat semua orang begitu terpukau tak tahu harus berkata apa lagi. Perasaan gugup dan merinding seperti diawasi dari langit secara langsung benar-benar pengalaman yang tidak akan terlupakan.Beta dan pemuda sok jagoan itu akhirnya saling menatap. Beta tersenyum mengejek sedangkan pemuda sok jagoan semakin suram wajahnya.“Yakin!” teriak Beta dan pemuda sok jagoan di saat bersamaan.Boom!Sistem Wilayah Sabit sudah diaktifkan di arena tersebut yang langsung menggetarkan hati
Kembali ke masa lalu. Sekitar dua tahun yang lalu, Raskar merupakan jenius termuda yang begitu mengagumkan di mata semua orang. Meski banyak yang tidak suka, mereka harus menelan rasa pahit ketika berhadapan dengan jenius langka sepertinya.“Urgh! C–cepat lepaskan aku!” teriak seorang pemuda yang terlihat berusia 10 tahun dengan terbata-bata.“Lepaskan? Tidak semudah itu!” sahut pemuda lainnya yang berusia 7 tahun.Bak! Buk!Pemuda berusia 7 tahun itu tampak sangat ganas menghajar pemuda lainnya yang sedang berjuang untuk melindungi dirinya itu.“K–kamu! Aku masih saudaramu! Cepat hentikan sekarang!” tegas pemuda 10 tahun itu masih menahan pukulan yang semakin ganas.“Saudara? Bukankah kamu sebelumnya mengatakan kalau aku adalah anak kutukan Wilayah Sabit? Beraninya kamu menghina kehormatan Wilayah Sabit!” tegas pemuda berusia 7 tahun itu tampak marah sekali.“A–apa? Omong kosong macam apa itu? Aku menghinamu bukan Wilayah Sabit! Cepa–, Argh!” bantah pemuda 10 tahun itu belum selesai
Jurus Misterius berarti jurus tersebut tidak diketahui asal usulnya sama sekali yang beberapa diantaranya terbentuk secara alamiah entah karena kandungan gen pada diri seorang Pendekar atau muncul dari alam semesta secara langsung.Jurus Buatan berarti jurus tersebut memang tercipta karena dibuat oleh individu jenius tetapi tidak diperjualbelikan sama sekali sehingga hanya dia saja yang memiliki jurus tersebut.Adapun Jurus Spesial berarti jurus tersebut sudah ditanamkan ke dalam Tekno Pusaka. Ada yang bersifat umum dan ada juga yang bersifat eksklusif tergantung Tekno Pusaka dan berapa banyak produksinya.Jurus terbagi menjadi Fase 1 dan seterusnya meningkat. Semakin meningkat Fase dari suatu jurus, maka akan semakin kuat pula efeknya. Jurus Sabit Tunggal adalah salah satu Jurus Umum dengan kualitas Dasar yang mana sering kali disebut sebagai Jurus Dasar oleh banyak orang.Untuk menguasai jurus yang lebih tinggi kualitas nantinya, maka mempunyai kemampuan untuk menggunakan Jurus Dasa
“Ka–kamu! Tingkat 1 Fase berapa kamu saat ini? Tidak mungkin hanya di bawahku, tapi mustahil juga di atasku. Bagaimana bisa kamu melakukan dua jurus di Fase 20 secara beruntun?” tanya pemuda 10 tahun tampak pucat wajahnya.Dia jelas dibuat bingung dengan semua yang baru saja menimpanya itu. Raskar di matanya selama ini hanyalah seekor semut yang menjijikkan.Setiap orang lain menghina ayahnya sang Sultan karena keberadaan Raskar dan ibunya itu, dia selalu merasa sangat marah sekali.Wajar bagi anak seusianya merasa tersinggung ketika ayahnya dihina oleh orang lain. Namun, dia tidak ingin menyalahkan ayahnya yang tampak luar biasa di matanya.Dia juga tidak bisa melakukan apa pun kepada ibu Raskar. Alhasil, dia melampiaskan amarahnya kepada Raskar secara langsung.Tindakan seperti itu tentu saja sangat keliru dan ceroboh bahkan terkesan sangat kekanak-kanakan bagi seorang jenius dari Universitas Sewarta sepertinya.Namun, apa boleh buat? Dia juga ingin orang lain tidak menyalahkan ayah
Keheningan terjadi di antara para penonton dan Kembar Gosiper. Mereka tak tahu harus mengatakan apa melihat kekejaman Raskar.“Beta, dia makan apa itu? Belikan aku seperti itu juga nanti! Aku mau yang versi jumbo!” ujar Alpha tiba-tiba memecahkan keheningan yang cukup mencekik sebelumnya.Alpha tidak peduli dengan hal lainnya dan hanya fokus kepada kripik singkong yang sebelumnya dimakan oleh Raskar.Beta tak berdaya hanya bisa menjawab, “Baiklah, nanti aku akan belikan yang versi jumbo!”“Ha-ha-ha! Bagus sekali, Beta! Kamu harus berjanji dan jangan lupa nanti!” tegur Alpha tampak begitu bahagia.Beta hanya menganggukkan kepalanya. Semua penonton yang mendengar percakapan keduanya tetap membisu. Alhasil, Beta berusaha untuk memulai percakapan.“Bagaimana menurut kalian semua, para penonton terhormat? Ini adalah sosok Raskar yang begitu kejamnya bahkan memukuli kakaknya sendiri tanpa ampun!”Suara Beta kembali bergema ke dalam pikiran para penonton. Mereka akhirnya mulai saling mengeje
Mereka tidak menyangka kalau sebenarnya Raskar sendiri yang ingin masuk ke Institut Teknologi Buyar. Selama ini, semua orang berpikir kalau ayahnya sang Sultan-lah yang mengutusnya pergi ke Institut Teknologi Buyar.“Aneh sekali! Mengapa Raskar malah ingin masuk ke Institut Teknologi Buyar?”“Benar juga! Apa dia tidak tahu kalau lokasi Institut Teknologi Buyar berada sangat membenci dirinya dan ibunya itu?”Berbagai pertanyaan terus terucap dan masih banyak yang terpendam dalam benaknya. Beta juga hening dan hanya bisa fokus melihat gambar-gambar masa lalu yang mulai beralih tempat.***Terlihat seorang pemuda dengan santai berjalan hampir tak jelas arahnya selama beberapa jam lamanya.Kriuk! Kriuk!“Seharusnya menunjukkan sedikit kekuatanku sebelumnya akan membuat ayah lebih yakin kepadaku. Langkah menuju Institut Teknologi Buyar semakin dekat!” gumam pemuda tersebut yang tak lain adalah Raskar.Dia dengan santai makan keripik singkong. Seperti yang dikatakan oleh sang Sultan, Raskar
Hana Srina benar-benar bingung dan bimbang dengan situasi yang baru saja terjadi. Dia tidak habis pikir kalau Harum akan benar-benar sekuat ini yang membuat nyalinya menciut seketika.“Ti–tidak mungkin! Ba–bagaimana bisa aku takut melawan wanita keji sepertinya?! Aku tidak akan pernah mundur sama sekali meski kekalahan mutlak yang harus aku hadapi pada akhirnya nanti!” batin Hana mencoba untuk kembali menguatkan mentalnya yang sebelumnya hampir saja tersayat-sayat hingga tidak berbentuk sama sekali.Dia tidak ingin menyerah dengan keadaan yang ada begitu saja tanpa perlawanan yang berarti. Hal semacam itu benar-benar tidak pernah dibayangkan olehnya sama sekali.“Te–tenanglah! Tidak peduli seberapa kuatnya wanita keji itu, dia pasti akan berada dalam situasi terdesak juga. Tidak mungkin ada makhluk hidup yang bisa bertahan dari yang namanya kelelahan!”“Dia memang kuat sekali, tapi bukan berarti tidak terkalahkan. Tenaganya tidak mungkin bertahan lama di tengah kepungan banyak peserta
Tanpa ragu-ragu sedikit pun, pukulannya Harum telak mengenai sasaran yang ditujunya. Sebuah akhir yang begitu menyedihkan bagi peserta tersebut.“Wuargh…! Urgh…!” jeritan menyedihkan pria itu benar-benar tidak enak didengar oleh telinga sama sekali.Gedebuk…!Kepala peserta itu langsung menghantam lantai dengan darah berlumuran keluar dari lubang hidung dan mulutnya. Sebuah kekalahan instan dan kemenangan mutlak bagi Harum saat itu juga.Akan tetapi, Harum tetap tidak bisa berleha-leha sedikit pun walau hanya sejenak saja. Semua itu karena ada empat orang yang dengan cepat langsung mengelilinginya dan mencoba untuk menyerangnya dari empat sisi di saat bersamaan.“Rasakan ini, wanita kurang ajar! Horaah…!” seorang peserta dengan begitu bersemangatnya melancarkan serangannya tanpa ragu mengarah ke sisi belakangnya Harum.Harum yang menyadari datangnya serangan tersebut hendak berbalik, tapi diurungkan olehnya sebab peserta lainnya dengan kompak menyerangnya dari depan.“Terima ini! Juru
Padahal jelas sekali kalau bukan itu yang sebenarnya terjadi. Ini adalah reaksi alamiah ketika semua Pendekar mengeluarkan Energi Sabit mereka dari jarak yang saling berdekatan satu dengan yang lainnya.Pemandangan yang indah itu tetap saja pada akhirnya berubah menjadi sesuatu yang mengerikan sekali bagi siapa pun yang melihatnya apalagi menjadi bagi mereka yang tidak beruntung menjadi lawannya seperti Harum saat ini.“Hmm? Tampaknya di sekitar Bola Abadi itu terjadi reaksi kompak penyatuan Energi Sabit. Mungkinkah mereka sudah menyadari peraturannya dengan baik?”“Tampaknya juga begitu adanya. Menarik sekali, mereka yang ada di sana cukup cepat memahami situasi yang sebenarnya dibandingkan Bola Abadi lainnya yang saat ini masih tetap saja terlihat mengutamakan duel.”“Hmph! Apa hebatnya dengan main keroyokan?! Jelas-jelas ini tes untuk menentukan kekuatan dari sosok Pendekar sejati dan bukannya menilai para calon preman berandalan ini!”“Sudahlah, tidak ada yang perlu diperpanjang l
“Ku–kurang ajar kau! Beraninya wanita rendahan sepertimu berlagak sombong di hadapan kami semua, hah?! Biar aku kasih tahu kalau kau sebelumnya hanya beruntung saja melawan pria lemah tadi!”“Benar sekali kata orang itu! Jika bukan karena pria sebelumnya lengah, kau yang akan keluar dari Bola Abadi ini! Cepat tutup mulutmu dan selesaikan saja di rumahmu nanti!”“Lebih baik kau keluar dari sana sendiri secara baik-baik kalau tidak ingin dipaksa oleh kami semua! Jika tidak, jangan harap kami akan berbelas kasih! Ingat itu baik-baik, dasar wanita murahan!”Perlahan berbagai macam reaksi keras disuarakan dengan lantang oleh banyak orang yang saat tengah berada di luar Bola Abadi karena benar-benar merasa sangat tersinggung dengan perkataannya Harum sebelumnya.Hampir semuanya benar-benar berpikir bahwa Harum tidak bisa dikatakan kuat sama sekali dan hanya keberuntungan saja yang secara kebetulan berada di pihaknya beberapa waktu yang lalu.Hanya sedikit sekali yang tidak menganggap remeh
Tubuhnya benar-benar lemas dan matanya perlahan-lahan kabur. Akhirnya, pria mata kesehatan yang sombong itu pun pingsan dengan luka-luka di perutnya tidak layak untuk dipandang.“Me–mengerikan sekali! Bagaimana bisa wanita itu tiba-tiba melancarkan serangannya yang begitu tiba-tiba bahkan membuat kita semua sulit untuk melihat bentuknya?!”“T–tenanglah! Tidak perlu terlalu heboh dengan apa yang baru saja terjadi! Kemungkinan besar, pria itu saja yang lemah dan ceroboh sehingga satu serangan dari seorang wanita sudah cukup membuatnya jatuh pingsan! Benar-benar menyedihkan sekali!”Beberapa orang saling berdebat satu dengan yang lainnya seakan-akan mereka bingung dan juga tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi beberapa waktu yang lalu.Whoosh!Seorang penguji tiba-tiba muncul di dekat pria yang telah pingsan secara menyedihkan itu. Dia mencoba untuk memastikan keadaannya sekali lagi sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya.“Luka-lukanya parah sekali. Tulang-tulang di sekitar d
Whoosh!Seorang pria mata keranjang yang begitu arogannya sudah beberapa langkah saja di depan Harum. Dia semakin tidak mampu menyembunyikan senyum menjijikkan miliknya itu yang perlahan-lahan semakin melebar.“Hemm…. Aromanya seorang wanita benar-benar harum dan sangat memabukkan sekali. Pada akhirnya, seorang wanita akan tetap menjadi wanita tidak peduli seberapa hebat kemampuan yang dimiliki olehnya tidak akan mampu melampaui seorang pria seperti diriku!” batin orang itu dengan begitu gegabah semakin mendekat dan tanpa sadar benar-benar sudah berada tepat di hadapannya Harum.“He-he-he! Sudahlah, cukup dengan kelebihan ini dan tidak menjadikannya kehebohan yang berlebihan! Baiklah, aku akan dengan lembut membelai miliknya yang begitu berharga dan tertutup rapat di balik sela-sela bajunya itu!” batin pria tersebut semakin tidak sadar.Begitulah orang bodoh itu dengan santainya mencoba untuk melakukan sesuatu yang seharusnya tidak pernah dibayangkan oleh dirinya sama sekali. Hanya sa
Berjalan dengan arogansi yang nyata terlihat jelas dari senyum menjijikkan di wajahnya yang tidak terlalu tampan bahkan bisa dibilang sangat jelek dan semakin jelek sekali ketika senyumannya itu terlihat di depan mata orang lain.“Hmm…? Apa bocah ini juga berusaha untuk mencoba memanfaatkan situasi yang ada dengan menjadikan si Harum itu rekannya? Tidak mungkin, kan? Lagi pula, bahkan dengan ketampananku saja tetap tak mampu membuat wanita mengerikan itu berkutik sedikit pun!”“Apalagi dengan sosok jelek sepertinya! Dia juga terlihat jelas sudah seperti orang dewasa di sini. Apakah umurnya masih di bawah dua puluh tahun? Benar-benar pecundang sepertinya pasti gagal!”Braka dengan begitu tidak yakinnya memikirkan kemungkinan itu sebelumnya sekilas dan saat ini benar-benar tidak habis pikir kalau ada pria lain yang benar-benar ingin meniru tindakannya.Meski begitu, Braka tidak menghentikan atau berkata apa pun. Pria itu hanya terus melangkah mundur hingga perlahan sudah berada sekitar
Pertanyaannya seharusnya memang cukup terdengar jelas di telinga semua orang yang ada di sana tak terkecuali para penguji yang jaraknya tidak terlalu jauh. Lagi pula, mereka semua Pendekar elit dengan indera pendengarannya yang seharusnya lebih tajam dari biasanya.Namun, keadaan tetap saja tidak ada perubahan sebab para penguji tetap menutup mulut mereka rapat-rapat seolah-olah tidak ingin menjawab pertanyaan Braka sedikit pun.Kebanyakan peserta yang ada di sana juga tidak banyak yang terlalu memperhatikan pertanyaan Braka. Mereka malah fokus mengusir Braka dan Harum dari dalam Bola Abadi.“Cepat keluar!” teriak semua orang.Akan tetapi, ada beberapa orang yang diam-diam mulai memahami ada sesuatu yang salah termasuk Braka itu sendiri yang juga perlahan mulai merenungkan hal-hal yang telah terjadi.“Mu–mungkinkah kalau tidak ada larangan atau batasan jumlah untuk memasuki Bola Abadi? K–kalau begitu, itu lebih masuk akal! Lagi pula, memang tidak disebutkan peraturan semacam itu tadi!
Bahkan untuk menekankan poin pentingnya tersebut, Harum menghempaskan Energi Sabit dalam dirinya yang begitu perkasa langsung membuat sang provokator terlempar dan tidak mampu lagi berkutik secara berlebihan.“Urgh…! Be–beraninya gadis sepertimu menolak pesona menawanku dengan begitu kasarnya, hah?! Kau pasti akan menyesali perbuatanmu saat ini!” teriak sang provokator dengan perasaan yang benar-benar marah sekali.“Dasar ulat tanah yang menyebalkan sekali! Buat diriku jijik saja dengan keberadaanmu yang menggelikan itu!” tegas Harum dengan santai tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.“Ka–kamu! Jaga ucapanmu!” teriak sang provokator benar-benar merasa sangat tersinggung sekali.Dua orang yang sudah berada di dalam Bola Abadi sebelum kedatangannya Harum dan sang provokator tersebut benar-benar dikejutkan dengan situasi aneh yang menggelitik itu sampai-sampai ada yang tak mampu lagi menahan tawa.“Ha-ha-ha! Benar-benar menyedihkan sekali! Ada-ada saja hiburan semacam itu bahkan di tengah