“Alpha! Jangan makan terus dan dengarkan aku!” tegas Beta menegur Alpha yang tampak hanya peduli dengan nasi kotak miliknya itu.
Beberapa suap nasi dan lauk pauk yang begitu melimpah langsung dilahap olehnya sekaligus tanpa sisa dengan begitu ganasnya.
Secara bertahap, nasi kotak yang sebelumnya begitu cantik dan lengkap isinya sudah berubah lenyap tak ada sisa sedikit pun bahkan untuk seekor semut saja tak akan mampu menahan tangisannya.
Glek!
Alpha bersendawa dengan nyaring dan merdu membuat beberapa orang yang berada tak jauh darinya mulai menatap dengan ekspresi wajah yang jijik.
“Eiuh! Bau sekali!”
“Hei, bocah! Punya sopan santun tidak, hah?”
Beberapa orang langsung menyindir terang-terangan tanpa ragu menatap ke arah wajah polos dan imut Alpha yang terlihat santai menikmati hidupnya sendiri.
Sikap tenang dan mengabaikan perkataan oleh orang lain tentu saja sangat tidak sopan.
Memangnya dia pikir dirinya siapa? Sultan? Bos besar? Pendekar Tingkat 10? Jelas tidak mungkin!
Hal inilah yang membuat orang-orang yang menegur Alpha tampak garang sekali wajahnya begitu tidak senang melihat keberadaan kumpulan lemak gemuk seperti Alpha.
“Beraninya kau mengabaikan perkataan kami!”
“Kalau berani, ayo masuk arena sekarang!”
Raungan beberapa orang itu mulai dilirik dan menarik perhatian orang-orang lainnya yang tak jauh dari posisi mereka.
“Hmm? Tampaknya hari ini memang panas sekali ya!”
“Semua orang sudah tidak tahan lagi untuk unjuk kekuatan demi tampil gemilang di Ujian Seribu Pendekar nantinya!”
“Apaan coba? Pertarungan seperti ini hanya omong kosong belaka. Tidak berguna sama sekali dalam situasi nyata!”
“Benar juga! Semua ini pasti dilakukan oleh mereka yang hanya ingin pamer dan menaikkan pamornya seperti Toni sebelumnya.”
Berbagai argumentasi yang saling bertolak belakang mulai saling merajut dengan tali tipis yaitu Alpha sebagai pusat perhatiannya.
Melihat perubahan situasi ini, Beta tidak panik sedikit pun dan malah tersenyum licik seakan-akan ini adalah momen yang paling ditunggu-tunggunya.
“He-he-he! Kumpulan Poin Kontribusi sudah muncul dengan sendirinya. Aku harus memanfaatkan semua ini!” batin Beta tampak begitu bahagia dan diam-diam tertunduk dengan senyum cerah di wajahnya.
Poin Kontribusi adalah semacam sistem perhitungan yang terhubung ke dalam Sistem Wilayah Sabit khusus bagi para Pendekar elit agar mendapatkan sejumlah fasilitas dan ketenaran tertentu.
Hampir semua Pendekar yang waras seperti Beta akan rela berjuang mati-matian untuk mendapatkan Poin Kontribusi meski hanya satu Poin Kontribusi lebih berharga dari sejuta Koin Sabit.
Hanya orang-orang aneh seperti Alpha yang tak begitu peduli dengan semua kekayaan dan ketenaran tidak penting seperti itu.
Alpha yang masih tenang mulai perlahan menutup matanya dan tak peduli lagi dengan sekitarnya seakan-akan tidak ada yang penting selain menikmati hidupnya sendiri.
Beta yang sadar karakter kakaknya yaitu Alpha, hanya bisa menghela napasnya. Mereka berdua adalah anak kembar dari Panti Asuhan.
Tidak ada yang tahu siapa orang tua dari keduanya. Namun, mereka berdua tumbuh bersama seakan-akan sudah saling terikat oleh takdir.
“Hadeh! Tampaknya harus aku lagi yang turun tangan,” batin Beta menggelengkan kepalanya tidak berdaya dengan sikap kakaknya.
Beta perlahan bangkit dari kursinya dan berdiri tegak menampilkan sosok gemuknya yang tak kalah jauh berbeda bentuknya seperti Alpha.
Orang-orang yang berselisih dengan Alpha akhirnya sadar dengan keberadaan Beta. Sosoknya yang terlihat persis serupa dengan Alpha langsung menjadi sorotan semua orang.
“Hmm? Dia terlihat persis seperti bocah di sebelahnya! Apakah keduanya kembar?”
“Hah? Aku baru sadar kalau ada kembarannya tak jauh dari bocah itu.”
“S–sebentar! Kayaknya saya pernah lihat dua orang aneh ini. Tapi, di mana ya?”
“Aku tahu dua orang ini! M–mereka adalah Kembar Gosiper!”
“Kembar Gosiper!”
Semua orang akhirnya mengenal identitas dari Alpha dan Beta yang ternyata begitu terkenal dengan julukan Kembar Gosiper.
Kembar Gosiper bukanlah sesuatu yang asing bagi sebagian besar orang-orang disekitar Institut Teknologi Buyar tidak peduli tua ataupun muda.
Julukan aneh seperti itu muncul sebagian besar karena kemampuan mereka menunjukkan gambar-gambar masa lalu seseorang dengan begitu jelas dan mendekati 90% kebenarannya.
“Ha-ha-ha! Jadi kalian berdua si kembar aneh itu, Kembar Gosiper! Tukang meramal seperti kalian berani sok jagoan di hadapanku. Kurang ajar sekali!”
Seorang pemuda dengan sombong bersikap sok jagoan merendahkan Kembar Gosiper seolah-olah keduanya seperti semut yang bisa diinjaknya kapan pun juga.
Beberapa orang yang mengenal dengan baik Kembar Gosiper diam-diam tersenyum mengejek ke arah pemuda yang sok jagoan itu.
“Ohh…? Jadi, rupanya kamu tersinggung dengan keberadaan kami, begitukah?” tanya Beta dengan tenang berjalan mendekati pemuda sok jagoan.
Langkah kakinya begitu tenang dengan tubuh gemuk yang gempal seperti balon itu membuat sosok Beta tak terlihat menakutkan sama sekali.
Beberapa orang yang baru tahu tentang sosok di balik Kembar Gosiper akhirnya tertawa terbahak-bahak.
“Ha-ha-ha! Lihatlah cara dia berjalan! Aneh sekali!”
“Dasar manusia berbentuk bakso! Kalau mau melawak, jangan di sini!”
“Ha-ha-ha!”
Berbagai seruan yang berisikan nada dan kata-kata mengejek yang merendahkan Beta terdengar saling bersahutan.
Sedangkan orang-orang yang mengenal dengan baik sosok Kembar Gosiper tetap diam dan tidak ada senyum sedikit pun. Bukannya tidak lucu, mereka lebih seperti takut dan tak ingin memprovokasi sosok Kembar Gosiper.
“Mampus kalian semua hari ini! Kalian akan merasakan penderitaanku dahulu yang berawal persis seperti ini!”
“He-he-he! Ada tontonan menarik kali ini. Kembar Gosiper pasti yang akan menang nanti!”
“Dasar orang-orang berotak udang! Kalian pasti akan kehilangan hampir semua Poin Kontribusi yang kalian miliki saat ini!”
Mereka semua yang mengenal Kembar Gosiper dengan baik diam-diam mengutuk dalam hati masing-masing dan tak ingin bersuara sepatah kata pun.
Melihat suasana ramai penuh dengan cacian kepadanya. Beta tetap tenang dan terus mendekat ke arah pemuda sok jagoan.
Sosok Beta yang semakin mendekat membuat pemuda sok jagoan akhirnya tak kuasa menahan tawanya.
“Ha-ha-ha! Kecoa sepertimu memangnya bisa apa, hah?! Aku memang tersinggung melihat keberadaan kalian berdua yang tidak enak dipandang. Kalau memang seperti itu, apa yang kamu akan lakukan kepadaku? Dasar lemak bakso!”
Pemuda sok jagoan itu tampak begitu mendominasi ketika menyusun kata-kata, lalu melontarkan semuanya tepat di wajah Beta yang tinggal tiga langkah lagi darinya.
Beta menghentikan langkahnya, lalu melihat sosok tinggi pemuda sok jagoan itu dengan santai. Ternyata, Beta sendiri juga lumayan tinggi sekitar 170 cm.
Sedangkan pemuda sok jagoan di hadapannya sekitar 175 cm tinggi badannya. Lumayan tinggi untuk membuat Beta repot-repot mendongak hanya untuk melihat wajah pemuda itu.
“Hmm? Kenapa ya, wajahmu jelek sekali persis seperti ikan lele yang sedang sekarat? Mana ada kumis panjangnya lagi, aneh dan jelek sekali! Ada yang bisa bantu jawab pertanyaan saya?” tanya Beta dengan santai mengamati wajah pemuda sok jagoan dengan penasaran.
Seketika semua orang menjadi hening tak tahu harus berbuat apa. Ada yang ingin tertawa terbahak-bahak, tapi langsung mengurungkan niatnya.Keheningan itu semakin mencekam ketika raut wajah pemuda sok jagoan berubah sangat suram dengan mata melotot menatap ke arah Beta.“Lancang sekali kau! Beraninya kau menghina wajah tampanku, hah?! Ayo bertarung di arena kalau berani!” teriak pemuda sok jagoan tak kuasa menahan amarahnya.Semua orang semakin sadar kalau hal ini tidak akan berakhir dengan damai. Tepat ketika mereka hendak bereaksi, Beta lebih dulu menyatakan perkataannya sekali lagi.“Tuh, kan! Wajah, kumis, dan mata melototnya semakin persis seperti ikan lele yang sedang sekarat. Hei, Alpha! Lihatlah wajah orang ini, aneh dan jelek sekali!” ungkap Beta merasa tidak berdosa.Alpha yang semula menutup matanya perlahan membukanya sekali lagi dan melirik sosok pemuda sok jagoan itu.“Hmm? Wajahnya memang aneh, sih! Tapi, kalau jelek kayaknya lebih buruk daripada kata jelek itu sendiri.
“I–inikah Sistem Wilayah Sabit yang begitu legendaris? Benar-benar spektakuler!” gumam pemuda itu begitu tercengang.Tanpa sadar dia mundur selangkah karena masih syok melihat tekanan langit begitu mengerikan di matanya. Perasaan tidak berdaya memenuhi hatinya.“Baiklah! Mereka yang menang akan mendapatkan semuanya sedangkan yang kalah akan kehilangan segala-galanya. Apakah kalian sudah yakin?” tanya suara misterius seakan menunggu jawaban dari Beta dan pemuda sok jagoan itu.Suara bergemuruh di langit yang cerah membuat semua orang begitu terpukau tak tahu harus berkata apa lagi. Perasaan gugup dan merinding seperti diawasi dari langit secara langsung benar-benar pengalaman yang tidak akan terlupakan.Beta dan pemuda sok jagoan itu akhirnya saling menatap. Beta tersenyum mengejek sedangkan pemuda sok jagoan semakin suram wajahnya.“Yakin!” teriak Beta dan pemuda sok jagoan di saat bersamaan.Boom!Sistem Wilayah Sabit sudah diaktifkan di arena tersebut yang langsung menggetarkan hati
Kembali ke masa lalu. Sekitar dua tahun yang lalu, Raskar merupakan jenius termuda yang begitu mengagumkan di mata semua orang. Meski banyak yang tidak suka, mereka harus menelan rasa pahit ketika berhadapan dengan jenius langka sepertinya.“Urgh! C–cepat lepaskan aku!” teriak seorang pemuda yang terlihat berusia 10 tahun dengan terbata-bata.“Lepaskan? Tidak semudah itu!” sahut pemuda lainnya yang berusia 7 tahun.Bak! Buk!Pemuda berusia 7 tahun itu tampak sangat ganas menghajar pemuda lainnya yang sedang berjuang untuk melindungi dirinya itu.“K–kamu! Aku masih saudaramu! Cepat hentikan sekarang!” tegas pemuda 10 tahun itu masih menahan pukulan yang semakin ganas.“Saudara? Bukankah kamu sebelumnya mengatakan kalau aku adalah anak kutukan Wilayah Sabit? Beraninya kamu menghina kehormatan Wilayah Sabit!” tegas pemuda berusia 7 tahun itu tampak marah sekali.“A–apa? Omong kosong macam apa itu? Aku menghinamu bukan Wilayah Sabit! Cepa–, Argh!” bantah pemuda 10 tahun itu belum selesai
Jurus Khusus hanya bisa dipelajari dan diturunkan oleh anggota suku tertentu kepada generasi selanjutnya.Jurus Utama hanya bisa dipelajari oleh para elit Pendekar yang berkuasa serta keluarganya seperti Sultan saat ini.Jurus terbagi menjadi Fase 1 dan seterusnya. Semakin meningkat Fase dari suatu jurus, maka akan semakin kuat pula efeknya. Jurus Sabit Tunggal adalah salah satu Jurus Dasar untuk menguasai jurus yang lebih rumit nantinya.Alasan orang-orang terkejut adalah kemampuan Raskar mengeksekusi Jurus Dasar hingga Fase 20 ketika masih di Tingkat 1.Biasanya, hanya Pendekar Tingkat 2 yang bisa mengeksekusi Jurus Dasar hingga Fase 20 ke atas.“Tak disangka, dia ternyata adalah jenius langka sekitar dua tahun yang lalu. Bagaimana dia bisa menjadi sampah sekarang? Aku jadi penasaran!” ujar Beta dengan suaranya bergema hingga masuk ke telinga semua penonton lainnya.“Hmph! Apa gunanya menjadi jenius belaka di masa lalu? Semua orang hanya tahu dirinya yang seperti sampah saat ini!”“
“Ka–kamu! Tingkat 1 Fase berapa kamu saat ini? Tidak mungkin hanya di bawahku, tapi mustahil juga di atasku. Bagaimana bisa kamu melakukan dua jurus di Fase 20 secara beruntun?” tanya pemuda 10 tahun tampak pucat wajahnya.Dia jelas dibuat bingung dengan semua yang baru saja menimpanya itu. Raskar di matanya selama ini hanyalah seekor semut yang menjijikkan.Setiap orang lain menghina ayahnya sang Sultan karena keberadaan Raskar dan ibunya itu, dia selalu merasa sangat marah sekali.Wajar bagi anak seusianya merasa tersinggung ketika ayahnya dihina oleh orang lain. Namun, dia tidak ingin menyalahkan ayahnya yang tampak luar biasa di matanya.Dia juga tidak bisa melakukan apa pun kepada ibu Raskar. Alhasil, dia melampiaskan amarahnya kepada Raskar secara langsung.Tindakan seperti itu tentu saja sangat keliru dan ceroboh bahkan terkesan sangat kekanak-kanakan bagi seorang jenius dari Universitas Sewarta sepertinya.Namun, apa boleh buat? Dia juga ingin orang lain tidak menyalahkan ayah
Keheningan terjadi di antara para penonton dan Kembar Gosiper. Mereka tak tahu harus mengatakan apa melihat kekejaman Raskar.“Beta, dia makan apa itu? Belikan aku seperti itu juga nanti! Aku mau yang versi jumbo!” ujar Alpha tiba-tiba memecahkan keheningan yang cukup mencekik sebelumnya.Alpha tidak peduli dengan hal lainnya dan hanya fokus kepada kripik singkong yang sebelumnya dimakan oleh Raskar.Beta tak berdaya hanya bisa menjawab, “Baiklah, nanti aku akan belikan yang versi jumbo!”“Ha-ha-ha! Bagus sekali, Beta! Kamu harus berjanji dan jangan lupa nanti!” tegur Alpha tampak begitu bahagia.Beta hanya menganggukkan kepalanya. Semua penonton yang mendengar percakapan keduanya tetap membisu. Alhasil, Beta berusaha untuk memulai percakapan.“Bagaimana menurut kalian semua, para penonton terhormat? Ini adalah sosok Raskar yang begitu kejamnya bahkan memukuli kakaknya sendiri tanpa ampun!”Suara Beta kembali bergema ke dalam pikiran para penonton. Mereka akhirnya mulai saling mengeje
Mereka tidak menyangka kalau sebenarnya Raskar sendiri yang ingin masuk ke Institut Teknologi Buyar. Selama ini, semua orang berpikir kalau ayahnya sang Sultan-lah yang mengutusnya pergi ke Institut Teknologi Buyar.“Aneh sekali! Mengapa Raskar malah ingin masuk ke Institut Teknologi Buyar?”“Benar juga! Apa dia tidak tahu kalau lokasi Institut Teknologi Buyar berada sangat membenci dirinya dan ibunya itu?”Berbagai pertanyaan terus terucap dan masih banyak yang terpendam dalam benaknya. Beta juga hening dan hanya bisa fokus melihat gambar-gambar masa lalu yang mulai beralih tempat.***Terlihat seorang pemuda dengan santai berjalan hampir tak jelas arahnya selama beberapa jam lamanya.Kriuk! Kriuk!“Seharusnya menunjukkan sedikit kekuatanku sebelumnya akan membuat ayah lebih yakin kepadaku. Langkah menuju Institut Teknologi Buyar semakin dekat!” gumam pemuda tersebut yang tak lain adalah Raskar.Dia dengan santai makan keripik singkong. Seperti yang dikatakan oleh sang Sultan, Raskar
“Ratu Pertama Wilayah Sabit bukan sosok rendahan seperti ibumu, Raskar! Lancang sekali kau!”Berbagai macam kejutan dan celaan terus dilontarkan kepada Raskar yang saat ini tengah menderita di bawah tekanan.Namun, mereka semua diam-diam merasa sedikit takjud dan senang melihat keberanian dan penderitaan Raskar di saat bersamaan.“I–ini…. Bukankah terlalu sombong sekali si Raskar ini?” batin Beta tampak benar-benar tak tahu harus berkata apalagi melihat perilaku Raskar yang tidak tahu batasnya.Keheningan kembali terjadi ketika semua penonton kembali fokus memperhatikan momen menegangkan ini.***“Hmm? Tingkat 1 Fase 80? Bukankah ini terlalu lemah untuk bisa mengalahkan putraku?” batin wanita itu dengan heran.“G–gawat! Wanita ini sudah terlalu bar-bar hingga bahkan berani menindas anak kecil sepertiku. Apa yang harus aku lakukan sekarang?” batin Raskar bergejolak menahan rasa sakit.“Hmph! Cepat katakan kalau kamu menyesali perbuatanmu sekarang juga!” tegas wanita itu tampak semakin
“Ratu Pertama Wilayah Sabit bukan sosok rendahan seperti ibumu, Raskar! Lancang sekali kau!”Berbagai macam kejutan dan celaan terus dilontarkan kepada Raskar yang saat ini tengah menderita di bawah tekanan.Namun, mereka semua diam-diam merasa sedikit takjud dan senang melihat keberanian dan penderitaan Raskar di saat bersamaan.“I–ini…. Bukankah terlalu sombong sekali si Raskar ini?” batin Beta tampak benar-benar tak tahu harus berkata apalagi melihat perilaku Raskar yang tidak tahu batasnya.Keheningan kembali terjadi ketika semua penonton kembali fokus memperhatikan momen menegangkan ini.***“Hmm? Tingkat 1 Fase 80? Bukankah ini terlalu lemah untuk bisa mengalahkan putraku?” batin wanita itu dengan heran.“G–gawat! Wanita ini sudah terlalu bar-bar hingga bahkan berani menindas anak kecil sepertiku. Apa yang harus aku lakukan sekarang?” batin Raskar bergejolak menahan rasa sakit.“Hmph! Cepat katakan kalau kamu menyesali perbuatanmu sekarang juga!” tegas wanita itu tampak semakin
Mereka tidak menyangka kalau sebenarnya Raskar sendiri yang ingin masuk ke Institut Teknologi Buyar. Selama ini, semua orang berpikir kalau ayahnya sang Sultan-lah yang mengutusnya pergi ke Institut Teknologi Buyar.“Aneh sekali! Mengapa Raskar malah ingin masuk ke Institut Teknologi Buyar?”“Benar juga! Apa dia tidak tahu kalau lokasi Institut Teknologi Buyar berada sangat membenci dirinya dan ibunya itu?”Berbagai pertanyaan terus terucap dan masih banyak yang terpendam dalam benaknya. Beta juga hening dan hanya bisa fokus melihat gambar-gambar masa lalu yang mulai beralih tempat.***Terlihat seorang pemuda dengan santai berjalan hampir tak jelas arahnya selama beberapa jam lamanya.Kriuk! Kriuk!“Seharusnya menunjukkan sedikit kekuatanku sebelumnya akan membuat ayah lebih yakin kepadaku. Langkah menuju Institut Teknologi Buyar semakin dekat!” gumam pemuda tersebut yang tak lain adalah Raskar.Dia dengan santai makan keripik singkong. Seperti yang dikatakan oleh sang Sultan, Raskar
Keheningan terjadi di antara para penonton dan Kembar Gosiper. Mereka tak tahu harus mengatakan apa melihat kekejaman Raskar.“Beta, dia makan apa itu? Belikan aku seperti itu juga nanti! Aku mau yang versi jumbo!” ujar Alpha tiba-tiba memecahkan keheningan yang cukup mencekik sebelumnya.Alpha tidak peduli dengan hal lainnya dan hanya fokus kepada kripik singkong yang sebelumnya dimakan oleh Raskar.Beta tak berdaya hanya bisa menjawab, “Baiklah, nanti aku akan belikan yang versi jumbo!”“Ha-ha-ha! Bagus sekali, Beta! Kamu harus berjanji dan jangan lupa nanti!” tegur Alpha tampak begitu bahagia.Beta hanya menganggukkan kepalanya. Semua penonton yang mendengar percakapan keduanya tetap membisu. Alhasil, Beta berusaha untuk memulai percakapan.“Bagaimana menurut kalian semua, para penonton terhormat? Ini adalah sosok Raskar yang begitu kejamnya bahkan memukuli kakaknya sendiri tanpa ampun!”Suara Beta kembali bergema ke dalam pikiran para penonton. Mereka akhirnya mulai saling mengeje
“Ka–kamu! Tingkat 1 Fase berapa kamu saat ini? Tidak mungkin hanya di bawahku, tapi mustahil juga di atasku. Bagaimana bisa kamu melakukan dua jurus di Fase 20 secara beruntun?” tanya pemuda 10 tahun tampak pucat wajahnya.Dia jelas dibuat bingung dengan semua yang baru saja menimpanya itu. Raskar di matanya selama ini hanyalah seekor semut yang menjijikkan.Setiap orang lain menghina ayahnya sang Sultan karena keberadaan Raskar dan ibunya itu, dia selalu merasa sangat marah sekali.Wajar bagi anak seusianya merasa tersinggung ketika ayahnya dihina oleh orang lain. Namun, dia tidak ingin menyalahkan ayahnya yang tampak luar biasa di matanya.Dia juga tidak bisa melakukan apa pun kepada ibu Raskar. Alhasil, dia melampiaskan amarahnya kepada Raskar secara langsung.Tindakan seperti itu tentu saja sangat keliru dan ceroboh bahkan terkesan sangat kekanak-kanakan bagi seorang jenius dari Universitas Sewarta sepertinya.Namun, apa boleh buat? Dia juga ingin orang lain tidak menyalahkan ayah
Jurus Khusus hanya bisa dipelajari dan diturunkan oleh anggota suku tertentu kepada generasi selanjutnya.Jurus Utama hanya bisa dipelajari oleh para elit Pendekar yang berkuasa serta keluarganya seperti Sultan saat ini.Jurus terbagi menjadi Fase 1 dan seterusnya. Semakin meningkat Fase dari suatu jurus, maka akan semakin kuat pula efeknya. Jurus Sabit Tunggal adalah salah satu Jurus Dasar untuk menguasai jurus yang lebih rumit nantinya.Alasan orang-orang terkejut adalah kemampuan Raskar mengeksekusi Jurus Dasar hingga Fase 20 ketika masih di Tingkat 1.Biasanya, hanya Pendekar Tingkat 2 yang bisa mengeksekusi Jurus Dasar hingga Fase 20 ke atas.“Tak disangka, dia ternyata adalah jenius langka sekitar dua tahun yang lalu. Bagaimana dia bisa menjadi sampah sekarang? Aku jadi penasaran!” ujar Beta dengan suaranya bergema hingga masuk ke telinga semua penonton lainnya.“Hmph! Apa gunanya menjadi jenius belaka di masa lalu? Semua orang hanya tahu dirinya yang seperti sampah saat ini!”“
Kembali ke masa lalu. Sekitar dua tahun yang lalu, Raskar merupakan jenius termuda yang begitu mengagumkan di mata semua orang. Meski banyak yang tidak suka, mereka harus menelan rasa pahit ketika berhadapan dengan jenius langka sepertinya.“Urgh! C–cepat lepaskan aku!” teriak seorang pemuda yang terlihat berusia 10 tahun dengan terbata-bata.“Lepaskan? Tidak semudah itu!” sahut pemuda lainnya yang berusia 7 tahun.Bak! Buk!Pemuda berusia 7 tahun itu tampak sangat ganas menghajar pemuda lainnya yang sedang berjuang untuk melindungi dirinya itu.“K–kamu! Aku masih saudaramu! Cepat hentikan sekarang!” tegas pemuda 10 tahun itu masih menahan pukulan yang semakin ganas.“Saudara? Bukankah kamu sebelumnya mengatakan kalau aku adalah anak kutukan Wilayah Sabit? Beraninya kamu menghina kehormatan Wilayah Sabit!” tegas pemuda berusia 7 tahun itu tampak marah sekali.“A–apa? Omong kosong macam apa itu? Aku menghinamu bukan Wilayah Sabit! Cepa–, Argh!” bantah pemuda 10 tahun itu belum selesai
“I–inikah Sistem Wilayah Sabit yang begitu legendaris? Benar-benar spektakuler!” gumam pemuda itu begitu tercengang.Tanpa sadar dia mundur selangkah karena masih syok melihat tekanan langit begitu mengerikan di matanya. Perasaan tidak berdaya memenuhi hatinya.“Baiklah! Mereka yang menang akan mendapatkan semuanya sedangkan yang kalah akan kehilangan segala-galanya. Apakah kalian sudah yakin?” tanya suara misterius seakan menunggu jawaban dari Beta dan pemuda sok jagoan itu.Suara bergemuruh di langit yang cerah membuat semua orang begitu terpukau tak tahu harus berkata apa lagi. Perasaan gugup dan merinding seperti diawasi dari langit secara langsung benar-benar pengalaman yang tidak akan terlupakan.Beta dan pemuda sok jagoan itu akhirnya saling menatap. Beta tersenyum mengejek sedangkan pemuda sok jagoan semakin suram wajahnya.“Yakin!” teriak Beta dan pemuda sok jagoan di saat bersamaan.Boom!Sistem Wilayah Sabit sudah diaktifkan di arena tersebut yang langsung menggetarkan hati
Seketika semua orang menjadi hening tak tahu harus berbuat apa. Ada yang ingin tertawa terbahak-bahak, tapi langsung mengurungkan niatnya.Keheningan itu semakin mencekam ketika raut wajah pemuda sok jagoan berubah sangat suram dengan mata melotot menatap ke arah Beta.“Lancang sekali kau! Beraninya kau menghina wajah tampanku, hah?! Ayo bertarung di arena kalau berani!” teriak pemuda sok jagoan tak kuasa menahan amarahnya.Semua orang semakin sadar kalau hal ini tidak akan berakhir dengan damai. Tepat ketika mereka hendak bereaksi, Beta lebih dulu menyatakan perkataannya sekali lagi.“Tuh, kan! Wajah, kumis, dan mata melototnya semakin persis seperti ikan lele yang sedang sekarat. Hei, Alpha! Lihatlah wajah orang ini, aneh dan jelek sekali!” ungkap Beta merasa tidak berdosa.Alpha yang semula menutup matanya perlahan membukanya sekali lagi dan melirik sosok pemuda sok jagoan itu.“Hmm? Wajahnya memang aneh, sih! Tapi, kalau jelek kayaknya lebih buruk daripada kata jelek itu sendiri.
“Alpha! Jangan makan terus dan dengarkan aku!” tegas Beta menegur Alpha yang tampak hanya peduli dengan nasi kotak miliknya itu.Beberapa suap nasi dan lauk pauk yang begitu melimpah langsung dilahap olehnya sekaligus tanpa sisa dengan begitu ganasnya.Secara bertahap, nasi kotak yang sebelumnya begitu cantik dan lengkap isinya sudah berubah lenyap tak ada sisa sedikit pun bahkan untuk seekor semut saja tak akan mampu menahan tangisannya.Glek!Alpha bersendawa dengan nyaring dan merdu membuat beberapa orang yang berada tak jauh darinya mulai menatap dengan ekspresi wajah yang jijik.“Eiuh! Bau sekali!”“Hei, bocah! Punya sopan santun tidak, hah?”Beberapa orang langsung menyindir terang-terangan tanpa ragu menatap ke arah wajah polos dan imut Alpha yang terlihat santai menikmati hidupnya sendiri.Sikap tenang dan mengabaikan perkataan oleh orang lain tentu saja sangat tidak sopan. Memangnya dia pikir dirinya siapa? Sultan? Bos besar? Pendekar Tingkat 10? Jelas tidak mungkin!Hal ini