Home / Romansa / PENARI ITU WANITAKU / SAMPAI KAPAN BEGINI TERUS?

Share

PENARI ITU WANITAKU
PENARI ITU WANITAKU
Author: Ayu Sipayung

SAMPAI KAPAN BEGINI TERUS?

"Flo, bagaimana pekerjaanmu?" tanya Sani yang tidak lain rekan penari Flora sekaligus sahabat dekatnya.

"Hm begitulah, lancar saja." jawab Flora santai sembari menghitung beberapa uang lembar yang menjadi upahnya menari.

"Loe yakin mau sumbangin uang itu ke panti sedangkan loe butuh uang juga kan untuk bayar kontrakan?" tanya Sani heran melihat Flora yang selalu rutin memberi sumbangan ke salah satu panti yang sering dikunjunginya. Dia saja yang lebih berkecukupan dari Flora tidak ada niat seperti Flora yang malah keadaannya serba kekurangan.

"Seperti biasa San." sahut Flora acuh. Dia lalu berdiri mengambil tasnya dan hendak ingin pulang ke kontrakannya.

"Lalu gimana uang kontrakan loe?" tanya Sani mempertanyakan bagaimana Flora akan membayar cicilan kontrakannya.

Flora berbalik menatap sahabatnya dengan senyuman tipis karena lelah, bahkan pakaiannya saja masih berpakaian kebaya.

"Loe lupa kalau gue juga bekerja sebagai pelayan?" tanya Flora mengingatkan sahabatnya kembali jika dia punya kerja sampingan juga.

"Gue hampir lupa." cengir Sani.

"Loe mau pulang ya?" tanya Sani sembari mengejar langkah Flora yang mulai menjauh dari ruangan penari mereka.

"Ini udah malem banget, ya gue pulanglah." jawab Flora ketus karena sahabatnya ini sangat banyak bertanya.

"Loe dianterin putra aja, lumayan naik mobil loh." ucap Sani tersenyum menggoda.

Putra adalah pemilik dari usaha penari ini. Semua orang sudah tau jika dia menyukai Flora, hanya saja Flora tidak membalas cinta dari putra. Padahal, putra adalah seorang pria dewasa yang mapan dan belum pernah menikah. Bagi orang orang, Flora adalah wanita bodoh yang menolak cinta dari putra.

"Mending loe aja deh!" jawab Flora malas dan langsung berjalan kembali meninggalkan Sani. Sani lalu langsung mengejar kembali langkah Flora dan berhasil menghentikannya kembali.

"Loe itu kenapa sih? Kenapa loe terus nolak dia? Loe bodoh tau gak! Loe cape cape kerja kaya gini padahal yang mau sama loe itu banyak, terutama putra yang kaya raya. Kalau gue jadi loe, gue pasti terima cinta dia." jelas Sani mulai meninggikan suaranya. Bukan maksud apapun sebenarnya, dia hanya merasa kasihan kepada sahabatnya ini yang setiap hari harus banting tulang demi hidupnya. Dia hanya kasihan!

"Loe mau sama dia? Ambil aja, gue gak butuh Sani! Gue udah berulang kali bilang, gue gak mau sama dia! Dia emang kaya raya dan tampan, tapi dia pemain wanita Sani. Dia bukan pria yang baik sebenernya." sahut Flora tak kalah dari Sani. Dia juga meninggikan suaranya untuk membuat sahabatnya ini sadar. Baginya, Putra memang tampan dan kaya, namun dia seorang pemain wanita di luar sana. Dan, memang begitulah kenyataannya!

Sani terdiam tidak bisa berkutik. Dia juga sebenarnya tau itu, tapi entah kenapa dia masih mendukung Flora dengan Putra.

"Maksud gue i..."

"Udah ya Sani, gue cape! Gue pulang dulu!" sela Flora dan langsung meninggalkan Sani yang terdiam mematung.

*

Flora pulang menaiki bus yang masih berlewatan. Hari memang sudah gelap, namun belum terlalu larut. Dari simpan jalan raya, Flora masih harus berjalan sedikit untuk memasuki sebuah lorong kecil. Kontrakannya memang sangat terpencil. Bahkan, mobil saja tidak bisa lewat. Asal murah saja, pikirnya!

"Eh ibu murni, kok di luar malam malam begini Bu?" tanya Flora kepada ibu pemilik kontrakannya yang tidak sengaja bertemu dengan flora dengan menggandeng sebuah plastik putih berisi makanan ringan.

"Ibu habis beli ini." jawab murni sembari menunjukkan plastik yang ada di tangannya.

"Oh begitu, yasudah Flora masuk dulu ya Bu." ucap Flora sopan.

"Tunggu dulu!" tahan murni.

"Ada apa Bu?" tanya Flora.

"Uang kontrakan sudah ada kan? Besok ibu ambil ya." ujar murni mengingatkan Flora.

Flora tersenyum kecut sembari menghela nafas.

"Sudah ada bu, besok saya akan kasih." jawab Flora tersenyum ramah sekarang.

"Bagus deh, yaudah ibu pergi dulu ya, jangan lupa besok!" ujar murni sebelum akhirnya pergi meninggalkan Flora yang masih terdiam mematung.

"Setiap gajian, uangnya pasti langsung habis. Gue gak sempet sempet beli kebaya baru untuk menari." gumam Flora dengan helaan nafas beratnya.

Memang, dari dulu Flora bermimpi ingin membeli kebaya impiannya. Hanya saja, setiap dia memiliki uang, uangnya pasti langsung habis untuk kebutuhannya sehari hari terutama untuk bayar kontrakan.

Flora berbalik menatap kontrakan kecil yang menjadi tempatnya berteduh. Kontrakan kecil yang berwarna putih pudar, bahkan catnya saja sudah terkelupas. Namun, Flora sudah menempati kontrakan ini selama 5 tahun. Dia sudah terbiasa dengan suasananya.

Flora sekarang tinggal sebatang kara. Dia sebenarnya sedari kecil sudah hidup bersama neneknya namun beberapa tahun yang lalu, neneknya sudah meninggal sehingga dia harus hidup sendiri. Orang tua? Dia tidak tau seperti apa dan dimana orang tuanya. Apa dia masih punya orang tua? Entahlah, dia tidak tau. Dia sedari kecil tidak tau apapun tentang orang tuanya.

Flora memasuki kontrakan itu dengan tenang. Membersihkan dirinya seperti biasa dan merapikan kembali kontrakan serta membersihkannya agar tidak banyak debu karena dia sering meninggali kontrakannya untuk bekerja.

Setelah selesai melakukan itu semua, Flora lalu langsung merebahkan dirinya di kasur tipis dengan selimut yang tipis pula. Dia menatap kembali langit langit kamar yang lusuh.

"Sampai kapan seperti ini terus?" tanyanya tanpa sadar. Pertanyaan yang hampir setiap hari dia pertanyakan.

Flora sebenarnya adalah wanita yang rapuh. Dia sebenarnya sudah sangat lelah menjalani hidupnya yang tidak menentu, namun mau harus bagaimana? Dia hidup saja baginya sudah bersyukur. Dia hanya perlu belajar untuk bisa bertahan dalam setiap situasi.

"Semoga ada hari hari baik kedepannya." gumamnya sebelum akhirnya matanya terpejam dengan nafas yang teratur. Dia sudah tertidur!

*

"Ada apa put?" tanya Flora menatap Putra yang berada di hadapannya. Dia menatap pria itu dengan tatapan malas.

"Ada yang ingin gue bicarakan." ujar Putra santai.

"Apa itu put?" tanya Sani antusias yang berada di samping Flora.

"Kita ada job lagi. Dan kali ini, job nya bener bener wah!" ujar Putra semangat. Dia memainkan tangannya senang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status