"Kau menyukaiku sampai terus melirikku seperti itu?" tanya Sean tanpa menatap seseorang yang berada di sampingnya, seseorang yang cukup atau bahkan dibencinya selama bertahun tahun.Pria tersebut malah mengalihkan tatapannya semakin jelas menatap pria yang mengendarai mobil itu. Mereka berdua memang hanya berdua di dalam mobil tersebut mengingat mereka memang harus bersama untuk menemui seseorang pemilik wilayah yang akan menjadi tempat mereka melakukan proyek pembangunan."Kalau benar memangnya kenapa?" tanyanya enteng, dia Sean. Entahlah, entah bagaimana sekarang pandangannya melihat seorang pria yang sangat dibencinya tapi pria itu adalah pria yang disukai oleh adiknya, alias flora. Ya, dia tentu saja tau. Melihat bagaimana perlakuan sesama mereka serta kedekatan mereka siapapun akan tau jika mereka memang saling menyukai.Veekit melirik dan mendelik menatap Sean. Mengapa dia berubah seperti ini? Veekit merasa geli melihat tingkah Sean. Dia bertingkah seolah olah tidak terjadi apa
Ceklek..."Selamat siang semuanya." ucap seorang wanita yang baru saja datang. Seorang wanita yang sudah mulai berkeriput namun masih terlihat sangat cantik dan anggun. Disampingnya ada seorang wanita yang jauh lebih muda. Dengan pakaian ketat dan terlihat mahal, wanita itu tersenyum di samping wanita tadi. Mereka semua sudah tau siapa kedua wanita itu. Tapi akila baru pertama kali melihat keduanya, ralat wanita yang jauh lebih tua itu pernah dia temui sekali bersama Sean karena wanita itu katanya ingin melihat putra dari sahabatnya. Tapi wanita yang bergaya model itu belum pernah dia lihat."Selamat siang nyonya, silahkan duduk!" ujar Sani berdiri bersama flora dan mempersilahkan keduanya duduk. Keduanya pun duduk bergabung bersama mereka."Jadi sudah sampai mana pembahasan kalian? Kami tidak ketinggalan kan?" tanya sookit, ya itu sookit dan di sampingnya adalah Amira. Dia mengatakannya dengan lembut, persis seperti ibu yang lembut."Kami belum membahas apapun tentang ulang tahun Vee
"Flo, bagaimana pekerjaanmu?" tanya Sani yang tidak lain rekan penari Flora sekaligus sahabat dekatnya."Hm begitulah, lancar saja." jawab Flora santai sembari menghitung beberapa uang lembar yang menjadi upahnya menari."Loe yakin mau sumbangin uang itu ke panti sedangkan loe butuh uang juga kan untuk bayar kontrakan?" tanya Sani heran melihat Flora yang selalu rutin memberi sumbangan ke salah satu panti yang sering dikunjunginya. Dia saja yang lebih berkecukupan dari Flora tidak ada niat seperti Flora yang malah keadaannya serba kekurangan."Seperti biasa San." sahut Flora acuh. Dia lalu berdiri mengambil tasnya dan hendak ingin pulang ke kontrakannya."Lalu gimana uang kontrakan loe?" tanya Sani mempertanyakan bagaimana Flora akan membayar cicilan kontrakannya.Flora berbalik menatap sahabatnya dengan senyuman tipis karena lelah, bahkan pakaiannya saja masih berpakaian kebaya."Loe lupa kalau gue juga bekerja sebagai pelayan?" tanya Flora mengingatkan sahabatnya kembali jika dia pu
"Benarkah?" tanya Sani antusias.Flora juga sedikit kaget mendengarnya karena putra biasanya tidak pernah terlalu semangat seperti ini."Job apa sampe loe semangat kaya gini?" tanya Flora langsung. Dari gaya bicaranya, kita bisa tau kalau dia tidak menyukai putra. Dan, memang begitulah kenyataannya."Club penari kita udah terkenal banget, apalagi loe. Banyak yang suka sama gaya menari loe. Dan job yang gue maksud adalah perusahaan Paradise yang terkenal itu akan pakai club penari kita untuk mengisi acara penting mereka. Jadi gue mau loe yang akan menjadi ketuanya." ujar Putra semangat antusias."Loe serius!" kaget Sani menganga tidak percaya."Ngapain gue bohong. Gimana Flo?" tanya putra menatap Flora yang diam saja."Yaudah terima aja, tapi gimana dengan Reta?" tanya Flora mengingat Reta atau lebih tepatnya adalah Areta. Dia mempunyai kedudukan yang sama seperti Flora di club penari mereka."Gue udah bilang sama dia, tapi katanya dia mau tolak untuk job ini. Dia kebetulan ada di luar
Acara berjalan dengan lancar. Sekarang, semua anggota club' penari Flora sedang berada di dalam ruangan yang disediakan untuk mereka."Acaranya tadi sangat meriah. Sepertinya, banyak yang menyukainya tarian dari club' kita." ujar putra mengingat bagaimana tarian dari club' mereka mendapat banyak sorakan kagum. Flora dan Sani hanya tersenyum mengangguk sembari meneguk botol air minum milik mereka."Permisi." ucap seseorang yang memasuki ruangan mereka. Seorang pria tampan dan terlihat gagah dengan jas putih yang dia pakai.Putra dan rekannya sontak berdiri karena sadar siapa seseorang yang datang ini. Ya, dia adalah tangan kanan pemilik perusahaan. Dia juga yang mengundang club' penari mereka."Ada apa tuan?" tanya putra sopan."Ah tidak ada, saya hanya ingin menyampaikan bahwa saya mewakili perusahaan sangat menyukai tampilan penari kalian." jawab pria itu tersenyum ramah."Tentu saja tuan, penari penari kami tidak pernah gagal." sahut Putra bangga dan percaya diri. Pria itu hanya men
"Kalian ternyata sudah datang, yasudah jika begitu masuklah ke ruangan yang akan ditunjukkan, pemilik perusahaan ini sudah menunggu untuk mewawancarai kalian sebentar." ucap Vandes menatap dua wanita didepannya, Flora dan Areta."Wawancara?" tanya Areta kaget.Vandes membuang muka karena suara Areta yang cukup mengganggu telinganya."Ma..maaf tuan, saya hanya kaget saja." ucap Areta ragu."Iya, kalian akan diwawancarai. Sekarang pergilah, seseorang akan menunjukkan ruangannya."Setelahnya, Flora dan Areta langsung berjalan dengan seorang wanita cantik yang memandu jalan mereka. Ditengah tengah perjalanan, Areta berdecak kesal berbisik kepada flora."Loe kok gak bilang sih kalau harus diwawancarai, loe tau gue paling gak bisa kayak gitu. Loe sengaja ya!" bisik Areta kesal.Flora memutar bola mata malas."Gue juga gak tau Areta, ribet banget sih loe!" tekan Flora berbisik juga. Areta hanya bisa diam menahan kekesalannya."Ini ruangan tuan muda, kalian masuklah. Tapi saya beri saran, jan
Flora menatap sekeliling bingung. Karena tidak menjawab, Vandes ikut menatap sekeliling, dan ternyata dia sudah tau alasannya."Ahh saya tau." ucap Vandes tersenyum tipis."Hehe.""Yasudah ayo pergi, aku akan memberimu makanan nanti." ucap Vandes dan langsung melangkah pergi, Flora langsung ikut cepat cepat pergi.Jam kerja kembali berlangsung. Sekarang, flora dan Areta sedang berdua untuk membahas kontraknya."Flora!" ucap Areta dengan nada kesal."Hm." sahut Flora cuek sembari terus membaca lembaran di tangannya."Loe kok bisa bersama tuan Vandes?" tanya Areta tidak suka."Oh itu, dia tadi ingin menunjukkan tempat kantin, aku kan tidak tau dimana tempatnya, dan kau meninggalkanku bukan?" jawab Flora tersenyum tidak merasa bersalah.Areta berdecak kesal karena flora yang sangat santai. Dia tidak menyukai flora bersama tuan Vandes. Sekarang, keinginan Areta sudah berubah."JIKA TIDAK BISA MENDAPATKAN TUAN VEEKIT, HARUS MENDAPATKAN TUAN VANDES. MEREKA JUGA SEPUPU." batin Areta.*"Ada
Tiba tiba, satu mobil mewah menghampirinya. Flora menyipitkan mata karena merasa silau dengan lampu mobil itu. "Flora." ucap salah satu pria yang keluar dari mobil itu.Flora mulai membuka matanya seperti biasanya karena lampu mobil yang sudah mati. Dia bisa menatap dengan jelas siapa orang yang menghampirinya."Tuan" gumam flora menundukkan badannya hormat."Kamu ngapain malam malam berdiri di sini?" tanya Vandes."Saya baru saja selesai bekerja tuan." ucap Flora ragu. Dia takut dia akan dimarahi karena Bekerja di luar jam kerja. Dia memejamkan matanya menunduk."Astaga flora, kamu kerja apa sampai jam segini pulangnya? Trus dimana rekanmu yang satu lagi?" tanya Vandes menggeleng tidak percaya. Sumentara Veekit hanya diam di samping Vandes dengan menyimak apa yang dibicarakan sepupunya dengan satu penari yang baru dipekerjakan ini.Ya, Veekit dan Vandes memang kebetulan baru saja pulang karena menyelesaikan beberapa pekerjaan mereka."Saya hanya berpikir untuk menyelesaikan lembaran