"Benarkah?" tanya Sani antusias.
Flora juga sedikit kaget mendengarnya karena putra biasanya tidak pernah terlalu semangat seperti ini. "Job apa sampe loe semangat kaya gini?" tanya Flora langsung. Dari gaya bicaranya, kita bisa tau kalau dia tidak menyukai putra. Dan, memang begitulah kenyataannya. "Club penari kita udah terkenal banget, apalagi loe. Banyak yang suka sama gaya menari loe. Dan job yang gue maksud adalah perusahaan Paradise yang terkenal itu akan pakai club penari kita untuk mengisi acara penting mereka. Jadi gue mau loe yang akan menjadi ketuanya." ujar Putra semangat antusias. "Loe serius!" kaget Sani menganga tidak percaya. "Ngapain gue bohong. Gimana Flo?" tanya putra menatap Flora yang diam saja. "Yaudah terima aja, tapi gimana dengan Reta?" tanya Flora mengingat Reta atau lebih tepatnya adalah Areta. Dia mempunyai kedudukan yang sama seperti Flora di club penari mereka. "Gue udah bilang sama dia, tapi katanya dia mau tolak untuk job ini. Dia kebetulan ada di luar negeri bersama cowok nya." jawab Putra dengan jujur. Memang, begitulah kenyataannya. "Yaudah gue mau." sahut Flora. "Loe beli kebaya baru deh Flora, biar lebih kelihatan cantik." ujar Putra teringat akan kebaya yang sering Flora pakai. "Ya makanya loe ngasi uang jangan dikit dikit dong!" kesal Flora. "Yaudah, untuk kali ini gue kasih loe bonus biar loe bisa beli kebaya baru." ujar Putra tersenyum sembari mengeluarkan beberapa kembar uang merah. "Gitu dong!" ujar flora tersenyum senang sembari mengambil uang itu dari tangan Putra. "Guenya gak loe ambil?" tanya Putra. "NAJIS!" bentak Flora. "Awas loe kalau suka sama gue nanti. Gue gak akan suka lagi sama loe!" kesal putra karena Flora masih menolaknya. "Sama gue mana put?" tanya Sani mengerjab polos sembari melayangkan tangannya satu. "LOE BANYAK DUIT!" jawab Putra dan Flora serentak. * "Gimana San, gue udah cantik belum?" tanya Flora sembari tatapannya fokus pada cermin di depannya. "Loe mana pernah terlihat jelek. Loe itu kaya keturunan bangsawan tau gak. Gue aja yang punya duit udah coba perawatan mahal biar bisa cantiknya kaya loe." jawab Sani cemberut. Dia kadang iri melihat kecantikan Flora. Flora benar benar sangat cantik baginya. Wajahnya dan postur tubuhnya seperti keturunan bangsawan dan yang diimpikan oleh semua kaum hawa. "Bersyukur Sani!" sahut Flora kuat tepat di wajah Sani. Sani hanya bisa memejamkan mata sembari menutup kedua telinganya. "Udah yuk, kita harus cepat cepat ke perusahaan Paradise, acanya udah mau mulai." ujar Flora bergegas pergi. "Yuk!" Mereka akhirnya berangkat menggunakan mobil Sani yang baru selesai di servis. "Udah balik mobil loe?" tanya Flora. "Loe lihat? Udah dong. Ayo naik!" Sesampainya di perusahaan Paradise yang adalah perusahaan terkenal, mereka langsung turun dengan kekaguman. "Gila, bagus banget!" kagum Flora menatap gedung tinggi dan megah yang berada di hadapannya. "Asal loe tau Flo, bokap gue bilang ini perusahaan terkenal banget tau gak." "Gue kayanya bisa percaya sama kata kata loe yang ini, soalnya gedungnya megah banget ya ampun." "Maksud loe, biasanya loe gak percaya sama kata kata gue?" tanya Sani tidak terima. "Gitu deh, rada rada enggak!" sahut Flora acuh sembari berjalan memasuki gedung perusahaan megah Paradise. "Tungguin wey!" "Maaf, kalian anggota dari rombongan penari?" tanya salah satu pelayan yang menghampiri mereka. "Benar, kami hanya datang belakangan." jawab Flora. Anggota penari mereka memang lebih dulu datang ke perusahaan ini. "Baik jika begitu, mari saya tunjukkan ruangan kalian." ujar pelayan itu sopan. Flora mengangguk sopan sembari mengikuti langkah pelayan itu bersama Sani yang berada di belakangnya. "Ini ruangannya. Semua rekan penari kalian sudah berada di dalam. Saya ingin mengingatkan bahwa acaranya akan dimulai dalam 10 menit lagi, jadi silahkan bersiap." jelas pelayan itu. "Baik, terimakasih." ucap Flora. Setelah kepergian pelayan itu, mereka berdua langsung memasuki ruangan yang ditunjukkan. Baru saja mereka masuk, mereka sudah mendapati semua rekan penari mereka tengah bersiap, bahkan ada putra juga disana. "Kalian dari mana aja sih? Lama banget.", ujar Putra mendekati mereka. "Kita tadi sedikit nyasar karena gedungnya sangat luas." jawab Flora. Memang tadinya mereka sedikit nyasar karena gedung ini terlalu luas sampai akhirnya pelayan tadi menghampiri mereka. "Yaudah. Btw, loe cantik banget Flo." ucap putra genit mengedipkan satu matanya. Flora benar benar terlihat sangat cantik lebih dari biasanya. Apa karena kebayanya yang juga baru dan berwarna manis seperti Flora? Bisa jadi. "Basi loe!" ucap Flora memutar bola matanya malas. "CK!" "Yaudah ayo keluar, acaranya akan dimulai sebentar lagi." ujar Putra menatap jam yang berada di tangannya. "Yaudah tapi gue ke kamar mandi dulu." ujar Flora karena kebelet ingin membuang air kecil. "Yaudah sana, loe tinggal belok kiri dan jalan terus, nanti ada toilet di sana." jelas putra. "Oke." "Mau gue temenin Flo?" tanya Sani. "Gak usah San, loe mending siap siap aja." tolak Flora lembut. "Yaudah deh." Flora berjalan dengan sedikit terburu buru mengikuti petunjuk dari Putra tadi. "Nah, ini dia!" ucapnya tersenyum puas setelah melihat toilet yang dia cari. Flora memasuki toilet itu lalu langsung melakukan tujuannya datang ke toilet itu. Setelah selesai, Flora langsung keluar dari toilet mengingat waktunya sedikit lagi. Karena terburu buru, Flora sampai menabrak seseorang. Bughh. "Ahh!" kaget flora saat nyaris ingin terjatuh namun ditahan oleh sebuah tangan kekar di pinggangnya. Flora yang tadinya memejamkan matanya karena takut mencoba membuka matanya perlahan setelah merasa tubuhnya baik baik saja. Degg Flora begitu kaget saat wajahnya berdekatan sekitar 5 cm dari wajah pria yang entah dia tidak tau siapa itu. "Tampan." batinnya. "Eum." pria itu langsung melepaskan tangannya setelah tersadar begitupun dengan Flora. "Maaf." ucap Flora pelan. "Lain kali berhati hatilah." ucap pria itu dengan wajah datarnya lalu langsung pergi meninggalkan Flora yang masih terdiam mematung. "Dia sangat tampan." gumam Flora menjadi salah tingkah. Entah mengapa dia suka dengan pria yang baru saja di temui itu. "Ha astaga, acaranya sudah akan dimulai!" sadar Flora ingat jika mereka disini sebagai penari yang mengisi acara. Dia merutuki kelambatannya. Mereka akhirnya mengisi acara itu dengan tarian tradisional mereka yang begitu memukau para pendatang yang menjadi orang penting di acara itu. Banyak sekali sorak sorai dari mereka dan tepukan tangan yang sangat meriah. Bisa dipastikan, upaya mereka untuk memberikan tarian yang disukai oleh orang orang penting di perusahaan ini benar benar berhasil.Acara berjalan dengan lancar. Sekarang, semua anggota club' penari Flora sedang berada di dalam ruangan yang disediakan untuk mereka."Acaranya tadi sangat meriah. Sepertinya, banyak yang menyukainya tarian dari club' kita." ujar putra mengingat bagaimana tarian dari club' mereka mendapat banyak sorakan kagum. Flora dan Sani hanya tersenyum mengangguk sembari meneguk botol air minum milik mereka."Permisi." ucap seseorang yang memasuki ruangan mereka. Seorang pria tampan dan terlihat gagah dengan jas putih yang dia pakai.Putra dan rekannya sontak berdiri karena sadar siapa seseorang yang datang ini. Ya, dia adalah tangan kanan pemilik perusahaan. Dia juga yang mengundang club' penari mereka."Ada apa tuan?" tanya putra sopan."Ah tidak ada, saya hanya ingin menyampaikan bahwa saya mewakili perusahaan sangat menyukai tampilan penari kalian." jawab pria itu tersenyum ramah."Tentu saja tuan, penari penari kami tidak pernah gagal." sahut Putra bangga dan percaya diri. Pria itu hanya men
"Kalian ternyata sudah datang, yasudah jika begitu masuklah ke ruangan yang akan ditunjukkan, pemilik perusahaan ini sudah menunggu untuk mewawancarai kalian sebentar." ucap Vandes menatap dua wanita didepannya, Flora dan Areta."Wawancara?" tanya Areta kaget.Vandes membuang muka karena suara Areta yang cukup mengganggu telinganya."Ma..maaf tuan, saya hanya kaget saja." ucap Areta ragu."Iya, kalian akan diwawancarai. Sekarang pergilah, seseorang akan menunjukkan ruangannya."Setelahnya, Flora dan Areta langsung berjalan dengan seorang wanita cantik yang memandu jalan mereka. Ditengah tengah perjalanan, Areta berdecak kesal berbisik kepada flora."Loe kok gak bilang sih kalau harus diwawancarai, loe tau gue paling gak bisa kayak gitu. Loe sengaja ya!" bisik Areta kesal.Flora memutar bola mata malas."Gue juga gak tau Areta, ribet banget sih loe!" tekan Flora berbisik juga. Areta hanya bisa diam menahan kekesalannya."Ini ruangan tuan muda, kalian masuklah. Tapi saya beri saran, jan
Flora menatap sekeliling bingung. Karena tidak menjawab, Vandes ikut menatap sekeliling, dan ternyata dia sudah tau alasannya."Ahh saya tau." ucap Vandes tersenyum tipis."Hehe.""Yasudah ayo pergi, aku akan memberimu makanan nanti." ucap Vandes dan langsung melangkah pergi, Flora langsung ikut cepat cepat pergi.Jam kerja kembali berlangsung. Sekarang, flora dan Areta sedang berdua untuk membahas kontraknya."Flora!" ucap Areta dengan nada kesal."Hm." sahut Flora cuek sembari terus membaca lembaran di tangannya."Loe kok bisa bersama tuan Vandes?" tanya Areta tidak suka."Oh itu, dia tadi ingin menunjukkan tempat kantin, aku kan tidak tau dimana tempatnya, dan kau meninggalkanku bukan?" jawab Flora tersenyum tidak merasa bersalah.Areta berdecak kesal karena flora yang sangat santai. Dia tidak menyukai flora bersama tuan Vandes. Sekarang, keinginan Areta sudah berubah."JIKA TIDAK BISA MENDAPATKAN TUAN VEEKIT, HARUS MENDAPATKAN TUAN VANDES. MEREKA JUGA SEPUPU." batin Areta.*"Ada
Tiba tiba, satu mobil mewah menghampirinya. Flora menyipitkan mata karena merasa silau dengan lampu mobil itu. "Flora." ucap salah satu pria yang keluar dari mobil itu.Flora mulai membuka matanya seperti biasanya karena lampu mobil yang sudah mati. Dia bisa menatap dengan jelas siapa orang yang menghampirinya."Tuan" gumam flora menundukkan badannya hormat."Kamu ngapain malam malam berdiri di sini?" tanya Vandes."Saya baru saja selesai bekerja tuan." ucap Flora ragu. Dia takut dia akan dimarahi karena Bekerja di luar jam kerja. Dia memejamkan matanya menunduk."Astaga flora, kamu kerja apa sampai jam segini pulangnya? Trus dimana rekanmu yang satu lagi?" tanya Vandes menggeleng tidak percaya. Sumentara Veekit hanya diam di samping Vandes dengan menyimak apa yang dibicarakan sepupunya dengan satu penari yang baru dipekerjakan ini.Ya, Veekit dan Vandes memang kebetulan baru saja pulang karena menyelesaikan beberapa pekerjaan mereka."Saya hanya berpikir untuk menyelesaikan lembaran
"Wanita itu?" gumamnya heran melihat rekan penari Flora yang tidak lain adalah Areta sedang bersantai sembari memainkan ponselnya dengan kaki yang terangkat di meja.Veekit menggeleng tidak percaya lalu langsung berjalan kembali ke arah ruangan Vandes.Sesampainya di depan ruangan Vandes, tanpa menunggu lama Veekit langsung memasukinya setelah lebih dulu membuka pintu ruangan yang tidak terkunci.Veekit terdiam mematung saat melihat Vandes sedang bersama Flora berduaan dengan jarak yang cukup dekat. Dua insan itu pun cukup kaget akan kedatangan Veekit yang secara tiba tiba."Veekit?" gumam Vandes langsung berdiri.Sadar akan situasi, flora memilih izin keluar takut menganggu dua orang penting di dekatnya ini."Saya permisi tuan, saya harus kembali bekerja." ucap Flora menunduk lalu langsung segera menjauh pergi.Setelah kepergian flora, Veekit langsung menduduki kursi sofa yang berada di dekat jendela besar yang juga transparan."Ada apa Veekit?" tanya Vandes mendekati Veekit."Tidak
"Dimana ruangannya?" tanya Sani merasa gugup saat Flora akan menghantarkannya menghadap bossnya yang tidak lain adalah Vandes sendiri."Sebentar." sahut flora mengulum senyum sambil terus berjalan membawa Sani ke arah ruangan Vandes."Nah, ini dia." ucap Flora berhenti tepat di depan ruangan besar yang masih tertutup."Ini ruangannya?" tanya Sani memastikan. Flora mengangguk tersenyum lebar."Yasudah ayo temani gue." ujar Sani sembari meraih tangan Flora.Flora terdiam."Gue ikut masuk?" tanya Flora menatap Sani ragu."Ya iyala, gue mana berani. Didalam gue mau bilang apa?" sahut Sani memutar bola mata malas."Ya tapi..."Ucapan mereka terhenti saat seorang wanita berpakaian rapi dan cantik menghampiri mereka."Permisi, saya hanya ingin menyampaikan bahwasanya nona flora dipanggil oleh tuan Veekit keruangannya." ucap wanita itu tersenyum ramah. Flora membalas senyuman ramah wanita itu namun Sani hanya diam dengan linglung."Sekarang ya?" tanya Flora lembut."Iya, saat ini juga nona, t
Diperjalanan, hanya ada keheningan selain suara mesin mobil yang terdengar. Tidak ada pembicaraan antara Flora dan Veekit."Apakah masih jauh tuan?" tanya Flora memecah keheningan. Dia juga mengumpulkan banyak keberanian hanya untuk mengatakan itu. Flora bertanya seperti itu karena mereka sudah menempuh perjalanan hampir setengah jam."Tidak." jawab Veekit dengan datar tanpa menatap Flora.Flora yang mendengarnya hanya terdiam tanpa menyahut kembali. Dia hanya melirik sesekali Veekit."Kau menyukaiku sehingga terus melirikku?" tanya Veekit tiba tiba. Flora yang mendengarnya menjadi gugup dan langsung membuang muka kearah jalanan. Dia seperti pencuri yang tertangkap basah.Akhirnya, menempuh perjalanan sekitar 10 menit setelah pertanyaan flora, akhirnya mereka sampai juga. Mereka sampai di sebuah gedung megah tempat perkumpulan orang orang penting.Flora turun dari mobil dengan cepat dan langsung mengikuti langkah lebar Veekit yang langsung berjalan cepat memasuki gedung itu. Flora ham
Mereka memasuki dan mengelilingi toko perhiasan yang megah itu. Flora berjalan di depan untuk memimpin guna melihat lihat perhiasan yang cocok."Bolehkah saya tau kriteria wanita yang akan tuan berikan perhiasan ini?" tanya Flora tanpa menatap kebelakang Veekit."Wanitanya seorang model." jawab singkat Veekit. Flora mendengus kesal karena jawaban singkat Veekit. Dia meminta kriteria namun jawabannya seperti tidak kriteria."Dia seorang model ya?" tanya Flora sangat pelan sembari matanya menatap luas ke arah lemari kaca besar berisi banyak perhiasan.Hingga akhirnya tatapan flora terhenti pada satu set perhiasan yang terlihat sangat mewah dan menarik di matanya. Dia benar benar menyukai perhiasan seperti itu. Perhiasan berwarna putih dengan manik yang sangat cantik."Perhiasan itu cocok sekali bagi seorang model." gumam flora masih terdengar."Yang mana perhiasan maksudmu?" tanya Veekit menatap kearah ekor mata Flora."Itu tuan, bukankah itu cocok untuk wanita model anggun seperti yan