Share

PELUKAN PANAS SANG PRESDIR
PELUKAN PANAS SANG PRESDIR
Author: Mayasa

BAB 1

Author: Mayasa
last update Last Updated: 2024-12-24 19:52:30

TING!

__BCX Mobile : 

     Dana masuk melalui layanan BI-Fast sebesar Rp. 20,000,000.00

Naina hanya diam melamun.

Tak ada binar dimatanya, hanya ada tatapan kosong yang tak tersentuh disana.

Tak berselang lama, ponselnya berbunyi nyaring. Dengan tenang dia mengangkat ponselnya.

“Halo.” Jawaban Naina terdengar lemah.

“Kau sudah menerima uangnya kan? sekarang datang ke rumah sakit, Evelyn butuh donor darah lagi.”

Suara dingin penuh perintah mutlak itu membuat Naina muak, dengan memejamkan matanya dia menjawab.

“Lagi?” Kata Naina dengan pelan.

“Ya, dia sangat butuh karena kondisinya memburuk lagi.”

Naina terdiam sebentar, sudah berapa kali dia mendonorkan darah untuk kekasih masa kecil suaminya itu dalam satu bulan ini?

Karena tak ingin berdebat, dia hanya menjawab,  “Oke, tapi setelah itu aku ingin menemui ayah.”

“Terserah. Tapi hanya tiga puluh menit, kata dokter jika kita ingin punya anak kau harus sehat dan banyak istirahat. Kita sudah dua tahun menikah, tapi kau selalu keguguran.” Suara dingin dan menusuk itu tak dihiraukan oleh Naina, dia hanya diam hingga Jake mengakhiri panggilannya.

Dengan pelan dia bangkit dari ranjang, memoles wajahnya sedikit dengan sentuhan make up tipis agar tak terlihat pucat.

Dua tahun ternyata berlalu sangat lama baginya. Dua tahun yang menguras isi hati dan pikirannya. Sudah banyak air mata yang jatuh selama itu? Naina sampai tak bisa menghitung, tubuh di depan cermin itu begitu mengerikan. Sangat kurus dan pucat.

Jake adalah suaminya, tapi dia lebih mementingkan kekasih masa kecilnya. Apapun itu dia selalu menjadi yang kedua setelah wanita itu.

Tak cukup hanya berkorban itu saja, dia juga dipaksa untuk mendonorkan darah setiap waktu jika wanita itu membutuhkan darah. Padahal darah yang mereka miliki tidaklah langka, tapi kenapa suaminya lebih memilih mengorbankan kesehatan istrinya hanya untuk wanita itu?

Bahkan dengan kejamnya suaminya,  menjebaknya dan mendonorkan hatinya dengan paksa demi menyelamatkan kekasihnya, padahal saat itu dia tengah hamil muda.

Dia masih merasa sakit hati dengan keputusan Jake, dia menelan semua pil pahit itu sendirian.

Dan sekarang, dia masih menyalahkannya karena keguguran?

Air mata Naina langsung jatuh, tapi buru-buru dia menghapusnya.

“Ini demi ayah, Naina. Ayah butuh pengobatan.” Gumam Naina menguatkan diri ketika merasa dunia tak adil baginya.

Dengan segera dia mengambil tasnya dan pergi dengan mobilnya sendiri.

Naina mengemudikan mobilnya dengan tangan yang bergetar. Matanya fokus pada jalan, meskipun pikirannya melayang ke arah kenangan-kenangan pahit yang tak pernah bisa ia singkirkan. Setiap deru mesin terasa seperti detak waktu yang menuntunnya pada takdir yang tak ia pilih.

Saat tiba di rumah sakit, aroma khas desinfektan langsung menusuk hidungnya. Langkah kakinya berat, seakan tubuhnya enggan bergerak. Dia melirik layar ponselnya sekali lagi. Pesan terakhir dari Jake tertera dengan jelas: "Jangan lama-lama." Pesan yang dingin dan tanpa emosi.

"Nyonya Naina," seorang perawat menyapanya lembut ketika ia tiba di ruang donor. Wanita itu tampak sudah mengenal Naina, mungkin karena frekuensinya datang ke rumah sakit terlalu sering. "Kami sudah menyiapkan semuanya. Anda bisa langsung ke ruangan."

Naina hanya mengangguk, tak ada kata yang keluar dari bibirnya. Dalam diam, ia mengikuti langkah perawat menuju ruangan tempat ia akan kembali menyerahkan tubuhnya demi seseorang yang tak pernah peduli pada keberadaannya. Tubuhnya berbaring di tempat tidur donor, dan pandangan matanya menatap langit-langit putih di atasnya.

"Ini tidak akan lama," ujar perawat itu dengan suara lembut. Jarum pun menusuk kulitnya, mengalirkan darahnya yang berharga untuk Evelyn. Wanita yang menjadi poros dari segala penderitaan ini.

****

Proses donor darah selesai, tapi rasa lelah dalam tubuhnya tak hilang. Bahkan, semakin berat. 

Ketika dia meninggalkan ruangan, Jake sudah menunggu di lorong rumah sakit. Tangannya bersilang, ekspresinya dingin seperti biasanya. "Ayo," ucapnya singkat.

Naina menatapnya sejenak. Ada banyak hal yang ingin ia katakan, tapi seperti biasa, semua kata-kata itu hanya tertahan di ujung lidahnya. Dia menunduk dan berjalan ke arahnya, mengikuti langkah suaminya yang tak pernah benar-benar menjadi miliknya.

Saat langkah Jake berhenti, Naina otomatis berhenti.

Jake berbalik dan menatap Naina dengan tajam.

“Kau datang terlalu lama, bagaimana jika Evelyn tak bisa bertahan?” Kata pria itu dengan dingin. Seolah tak peduli keadaan Naina yang jauh lebih membutuhkan perawatan dibandingkan Evelyn.

Naina hanya bisa menunduk, “Maaf, badanku lemas jadi aku menyetir dengan hati-hati dijalan.” Katanya dengan pelan.

“Kau selalu saja berpura-pura lemah! Mulai besok aku akan memberimu supir, jadi tak ada alasan buat terlambat!” Kata Jake lagi lalu pergi begitu saja meninggalkan Naina.

Naina hanya mendesah lelah, kemudian duduk di kursi besi yang ada di rumah sakit. Rasa pusingnya semakin kuat, tapi siapa yang peduli?

“Supir katanya?” Gumamnya dengan sarkas.

Sejak awal menikah seharusnya fasilitas menjadi nyonya rumah seperti halnya supir sudah harus diberikan oleh Jake, tapi nyatanya semua fasilitas itu diberikan pada Evelyn.

Naina tertawa pelan mengingat itu, “Dia memberikanku supir karena tak ingin aku terlambat mendonorkan darah. Apa kau benar-benar kejam seperti ini, Jake?” Gumamnya sambil menatap lantai dingin rumah sakit itu.

Dengan perlahan dia berjalan pelan menuju ke ruang tempat ayahnya di rawat. Sudah tiga tahun ayahnya sakit parah, terlebih ayahnya mengidap kanker otak dimana sulit untuk disembuhkan, obat hanya untuk menghentikan pertumbuhannya saja.

Maka dari itu biaya perawatan ayahnya sangat besar dan dia bukan dari kalangan orang berada. Selama ini Jake yang berjasa karena mau membantu membiayai rumah sakit ayahnya meskipun sangat besar.

Setidaknya itulah yang membuat Naina masih begitu mencintai Jake walaupun Jake terkadang sangat kejam padanya, karena Jake rela berkorban untuknya dan ayahnya. 

“Aku harus kuat, anggap ini adalah balasan untuk kebaikan Jake selama ini. Kau harus bertahan Naina, dia hanya kekasih sedangkan kau adalah istrinya” Itu adalah kata penguat Naina setiap hari jika merasa kehidupan ini tidak adil.

Naina melangkah perlahan menuju kamar ayahnya. Meski tubuhnya terasa semakin lemah, ia tetap tersenyum saat membuka pintu kamar itu.

“Ayah...” panggilnya lembut.

Di atas ranjang rumah sakit, pria tua yang terlihat semakin rapuh menoleh perlahan. Matanya yang redup menyala sejenak saat melihat Naina. “Kamu sudah datang, Nak.”

Naina mendekat, duduk di samping tempat tidur ayahnya, lalu menggenggam tangan yang sudah lemah itu. “Bagaimana hari ini? Apa ayah merasa lebih baik?” tanyanya sambil mencoba menyembunyikan rasa letihnya.

Ayahnya hanya tersenyum tipis. “Seperti biasanya. Tidak banyak berubah, tapi aku masih bisa melihat wajahmu, dan itu sudah cukup untukku.”

Mendengar itu, dada Naina terasa sesak. Ia tahu waktu ayahnya tidak banyak, tapi ia ingin terus percaya bahwa masih ada harapan, bahwa setiap detik yang ia korbankan tidak sia-sia.

“Kamu terlihat lelah, Nak. Apa Jake baik padamu?” tanya ayahnya tiba-tiba.

Naina terdiam, pertanyaan itu selalu menjadi momok baginya. Ia ingin mengatakan yang sebenarnya, mengungkap semua rasa sakit yang ia pendam, tapi ia tahu itu hanya akan membuat ayahnya merasa bersalah. Jadi, ia hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

“Dia sangat baik, Ayah. Dia bahkan memberiku supir agar aku tidak terlalu lelah.”

Ayahnya tersenyum lega. “Syukurlah. Jake pria yang bertanggung jawab. Aku selalu percaya dia akan menjaga kamu.”

Kata-kata itu menghantam Naina seperti palu. Bertanggung jawab? Menjaga? Dua kata itu terasa begitu jauh dari kenyataan hidupnya. Tapi ia tetap diam, menggenggam tangan ayahnya lebih erat, seolah mencoba menyerap kekuatan dari pria yang telah mengorbankan segalanya untuk membesarkannya.

“Jangan menyusahkan Jake ya, Nak. Jadilah istri yang patuh, jika ayah sudah tidak ada hanya Jake, suamimu, yang akan menjagamu.” 

Kata-kata itu berhasil membuat Naina menangis, dia segera mencium tangan ayahnya sambil menahan isak.

‘Ayah, andai kau tahu yang sebenarnya, apakah kau akan mengatakan hal seperti itu?’ Batinnya yang tak bisa dia ungkapkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Marlina Yulita
awal yg baik
goodnovel comment avatar
Nina
iya setuju
goodnovel comment avatar
Nina
suka banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 2

    “Kau pulang terlambat lagi!”Sentakan dengan suara keras itu membuat Naina yang baru masuk ke dalam rumah langsung kaget.Dia tak tahu kenapa Jake akhir-akhir ini menjadi sangat pemarah, tapi dia hanya diam.“Kau mau makan? Tadi aku beli makanan dulu karena Bibi sedang pulang kampung.” Kata Naina dengan lembut.Namun kantong berisi makanan itu langsung dibuang oleh Jake, “Evelyn akan makan malam disini! Kau ingin meracuninya dengan junkfood itu!”Naina terdiam, menyaksikan kantong makanan itu jatuh ke lantai dengan bunyi yang memekakkan telinga di tengah keheningan. Hatinya seketika teriris, bukan hanya karena perlakuan kasar Jake, tetapi juga karena kenyataan bahwa suaminya lebih peduli pada Evelyn dibanding dirinya.“Maaf, aku tidak tahu,” jawab Naina lirih, sambil berjongkok untuk memungut kantong makanan yang berserakan. Tangannya sedikit gemetar, tapi ia mencoba tetap tenang.Jake hanya mendengus kesal. “Aku sudah bilang padamu, Evelyn sedang dalam masa pemulihan. Dia butuh perha

    Last Updated : 2024-12-24
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 3

    BYUR!!!Air dingin langsung tersiram di wajah Naina yang tengah tertidur nyenyak, matanya langsung terbuka dan mulutnya terengah-engah karena terkejut.Disana, Naina melihat Jake dan juga Evelyn yang sedang menangis di belakang pria itu.Naina menatap bingung, terlebih melihat Jake terlihat sangat murka terhadapnya.“Beraninya kau mengatai Evelyn mandul!” Kata Jake dengan keras.Tak cukup hanya itu, bahkan Naina di tampar keras oleh suaminya itu hingga membuat sudut bibirnya berdarah.Naina langsung menggeleng, “A-aku tak pernah mengatakan itu, aku juga jarang berinteraksi dengan Evelyn. Bagaimana bisa aku sempat mengatakan hal itu?” Kata Naina membela diri.Jake menatap Naina dengan mata menyala penuh kemarahan, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Evelyn, yang berdiri di belakang Jake, terisak dengan sempurna, memainkan perannya sebagai korban. "Jangan berbohong, Naina!" Jake berteriak, nadanya tajam seperti belati. "Evelyn mendengar itu langsung dari salah satu

    Last Updated : 2024-12-24
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 4

    “Kau sudah sadar?” Suara dingin itu langsung membuat Naina langsung membuka matanya.Dia melihat sekeliling, ternyata dia berada di rumah sakit dan di depannya sudah ada Jake dengan wajah dingin.“Kau ceroboh sekali, bagaimana kau bisa pingsan. Untung ada yang membawamu ke rumah sakit.” Kata Jake dengan ketus.Naina masih memproses apa yang terjadi, ingatan terakhirnya adalah dia ditolong oleh seorang pria. Apakah dia yang membawanya ke rumah sakit?“Naina!” Sentak Jake yang membuat Naina terkejut dan menatap ke arah suaminya.“Maaf.” Kata Naina dengan pelan.Jake menghela nafasnya, “Kata dokter kau kekurangan hemoglobin dan kekurangan gizi. Sebenarnya apa yang kau lakukan sampai kau seperti ini. Kau membuatku malu karena seperti suami yang tak merawatmu.” Kata Jake dengan ketus.Naina hanya diam, bahkan sampai akhir Jake tak mengakui jika keadaannya yang seperti ini adalah ulahnya sendiri.“Kenapa kita tidak cerai saja?” Kata Naina dengan pelan.Jake langsung mencengkram dagu Naina sa

    Last Updated : 2024-12-24
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 5

    “Evelyn akan tinggal dirumah ini mulai sekarang. Aku akan mempersiapkan kamar utama untuknya.” Kata Jake begitu mereka sampai rumah setelah Naina pulang dari rumah sakit.Naina mengangguk tak banyak komentar, percuma dia menolak karena itu akan membuatnya semakin sakit hati.“Aku akan pergi ke kamar.” Kata Naina dengan tenang lalu naik ke lantai dua.Jake menatap punggung kecil Naina, tatapannya begitu dalam hingga akhirnya teralihkan saat Evelyn memeluk lengannya.“Hari ini aku ingin makan es krim, bagaimana jika kita keluar dan ke kedai es krim?” Kata wanita itu dengan manis.Jake langsung tersenyum, “Oke. Kita ajak Naina juga.”Evelyn langsung berubah cemberut, “Aku hanya ingin berdua denganmu, bukankah dia baru kembali dari rumah sakit?”Jake terdiam sesaat, menatap Evelyn yang kini merajuk seperti anak kecil. Senyuman tipis kembali terukir di wajahnya, tapi pandangannya menyiratkan keraguan yang sekilas.“Baiklah,” kata Jake akhirnya, suaranya pelan namun tegas. “Kita pergi berdu

    Last Updated : 2024-12-24
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 6

    Hujan mengguyur kota.Pakaian basah kuyup dan juga mata sembab itu membuat Naina tampak begitu menyedihkan.Suara gelak tawa di dalam mansion membuat sakit Naina semakin dalam, dengan cepat dia membuka pintu itu dengan kasar.Suara yang begitu keras membuat tawa dua insan yang tengah duduk bersama di ruang keluarga itu berhenti.“NAINA! Apa kau tak punya sopan santun!!” Teriak Jake, jelas pria itu marah.Naina tak peduli, dia berjalan cepat menuju ke arah mereka berdua.Tatapannya seolah ingin membunuh mereka.Jake yang menyadari keanehan istrinya langsung berdiri, lalu mendorong tubuh itu sedikit menjauh. “Kau basah seperti ini malah mendekat ke sini. Tidak lihat karpet mahalku jadi kotor!”Naina masih diam, bibirnya terkatup seolah menahan semuanya agar tak keluar.Evelyn langsung memegang tangan Jake, lalu memasang wajah lemah. “Jake, aku sepertinya pusing. Apa kau bisa mengantarkanku ke kamar?”Jake langsung mengangguk, lalu menggendong Evelyn menuju ke kamarnya sambil menyenggol t

    Last Updated : 2025-01-01
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 7

    Canggung.Itu yang dirasakan oleh Naina sekarang.Ruangan mewah yang bertuliskan president suite itu membuatnya gelisah. Dia tak menyangka Marven akan membawanya ke ruangan yang terlihat untuk tamu penting itu.“Kenapa diam disitu?” Tanya Marven saat melihat Naina seolah tak berani masuk.“S-saya rasa ruangan ini terlalu mewah, saya takut mengotorinya.” Jawab Naina dengan jujur.Marven menaikkan alisnya, lalu duduk dengan tenang sambil menatap Naina dengan serius.“Duduk.” Titahnya penuh otoritas.Naina terkejut, tapi tatapan tajam Marven membuat Naina ketakutan dan buru-buru duduk di sofa empuk itu.“Jadi…” Ucapan Marven menggantung.Naina segera angkat bicara, “Selamat siang tuan Marven, saya Naina Rosely. Mungkin anda masih mengingat wanita yang anda tolong beberapa hari yang lalu. Anda meninggalkan kartu nama anda pada saya, jadi saya berpikir untuk berterima kasih secara langsung dan meminta bantuan anda.” Kata Naina segera.Marven mengamati Naina, lama hening akhirnya pria itu be

    Last Updated : 2025-01-01
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 8

    “Terima kasih, pak.” Kata Naina sopan, saat dia sudah diantar sampai di rumahnya.“Rumah anda bagus ya Nona,” Kata supir Marven pada Naina yang melihat rumahnya dan Jake dari dalam mobil.“Ah– itu rumah suami saya.” Kata Naina dengan sopan.“Oh anda sudah menikah? Maafkan saya, saya kira anda masih lajang hingga saya panggil Nona.”Naina mengangguk dan hanya tersenyum formal lalu keluar dari mobil itu untuk menghindari pertanyaannya selanjutnya.Begitu mobil itu menjauh, Naina langsung berbalik dan tubuhnya langsung menegang saat melihat Jake tengah berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.“Mobil siapa yang mengantarmu tadi?” Tanya Jake seolah menyelidik.Naina berusaha tetap tenang, “Itu mobil orang baik, tadi bertemu di rumah sakit.” Katanya pelan.“Ck, kau buang-buang waktu saja ke rumah sakit. Ayahmu juga tak bisa sembuh jika kau terus jenguk, lebih baik kau rawat Evelyn. Dia butuh gizi baik untuk pemulihannya!”Naina menatap ke arah Jake, tatapan yang dalam suli

    Last Updated : 2025-01-06
  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 9

    Ruang kerja itu didominasi oleh warna hitam, dengan sentuhan emas di beberapa sudut yang memberikan kesan mewah, meski tetap terasa suram.Seorang pria duduk di kursi kerjanya, wajahnya memperlihatkan ekspresi tak sabar. Tangannya mengetuk meja kayu berukir dengan ritme pelan, menciptakan ketegangan di udara."Katakan," ucapnya dengan suara rendah namun penuh otoritas, memecah kesunyian yang menggantung di ruangan itu.“Sesuai perintah. Saya telah menyelidiki rumah tangga Naina Rosely, tuan. Memang, disana terlihat tidak harmonis dan juga ada wanita lain yang tinggal disana. Sepertinya, suami dari Naina Rosely berselingkuh secara terang-terangan di depan istrinya sendiri. Selain itu juga, Naina Rosely juga sering mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga. Itu saja laporan singkat yang bisa saya sampaikan, dokumentasi dan keterangan lengkap sudah saya kirim melalui email.” Kata pria itu dengan sopan.Marven, pria itu tampak mengerutkan dahinya. “Berapa lama?”“Mungkin sejak tahun kedua

    Last Updated : 2025-01-06

Latest chapter

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 123

    Peringatan hari kelahiran tuan besar Tuner diadakan secara mewah namun tetap tertutup.Mobil mewah sudah berjejer rapi di halaman mansion, para tamu yang diundang juga bukan kalangan sosial sembarangan.Bahkan seorang presiden dengan rela mengatur waktunya untuk datang mengucapkan selamat pada tuan besar Tuner itu.Di dalam ballroom utama mansion Tuner, cahaya kristal dari lampu gantung mewah memantul pada lantai marmer, menciptakan kilau elegan di setiap sudut ruangan. Lantunan musik orkestra mengalun lembut, menambah kesan anggun dan sakral dari peringatan ulang tahun Tuan Besar Antony Tuner—sosok legendaris di dunia bisnis dan aristokrasi.Para tamu mengenakan busana terbaik mereka—gaun malam berkilau dan setelan jas yang dijahit oleh desainer papan atas dunia. Semua berdiri dengan penuh penghormatan saat Tuan Besar Tuner akhirnya muncul, berjalan perlahan dengan bantuan tongkatnya, namun tetap memancarkan wibawa yang tak tergoyahkan.“Selamat ulang tahun, Tuan Tuner” ucap salah sat

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 122

    “M-marven, kamu sudah pulang?”Suara Naina terlihat sangat gugup, dia ingin menyembunyikan gaun itu tapi tak tahu dimana dia harus menyembunyikannya karena Marven sudah berjalan mendekatinya.Marven mendekat dengan langkah pelan, alisnya sedikit mengernyit saat melihat kegugupan di wajah Naina. “Kamu sembunyikan sesuatu ya?” tanyanya dengan nada tenang, namun penuh rasa ingin tahu.Naina berdiri cepat, tubuhnya refleks menutupi gantungan tempat gaun itu digantung. “Bukan apa-apa… aku cuma… cuma beres-beres sedikit.”Tatapan Marven mengarah ke belakang tubuh Naina. Dia bisa melihat ujung gaun yang tergantung, sedikit lecek dan benangnya tampak dijahit ulang.“Gaunnya…” gumamnya, sebelum akhirnya menatap Naina dalam-dalam. “Siapa yang merusaknya?”Naina menggeleng cepat, mencoba menghindari pembicaraan itu. “Tidak penting, aku sudah memperbaikinya. Lagipula, aku tahu kamu memesannya… dan aku sangat menghargainya.”Marven mendekat, kini jaraknya hanya sejengkal dari Naina. “Naina, siapa

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 121

    Suasana mansion yang biasanya tenang, kini ricuh saat Naina baru kembali ke mansion.Dia dengan penasaran langsung segera masuk dan melihat. Disana ia melihat para pelayan yang tampak menunduk ketakutan dan Rosana yang berdiri di sana sambil menginjak-injak gaun.Naina yang penasaran langsung mendekat, “Rosana, apa yang terjadi? Dan kenapa kamu merusak gaun itu?” tanya Naina yang tak tahu jika gaun itu adalah miliknya.Rosana menoleh cepat, mata merahnya dipenuhi amarah dan kegetiran. Melihat Naina berdiri di hadapannya, amarah yang tadi sudah hampir reda justru kembali membara.“Jadi akhirnya kau datang juga,” katanya dengan suara dingin.Naina mengernyit, matanya tertuju pada gaun yang sudah tak berbentuk lagi. Warna lembutnya kini ternoda oleh kotoran sepatu dan sobekan kasar. “Itu... gaun siapa?”Rosana tersenyum miring, tatapannya menusuk. “Oh, jadi kau pura-pura tidak tahu? Ini gaun untukmu, Naina. Dari kak Marven. Biar semua orang tahu betapa spesialnya kau—sampai-sampai dia me

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 120

    “Kak, jawab! Apa aku pernah ada di hidupmu?”Marven yang mendengar itu hanya menatap datar, seolah perkataan Rosana adalah angin lalu yang ingin dia hilangkan.Satu kata. Tegas. Tanpa ragu.“Tidak.”Rosana terpaku di tempatnya. Seolah seluruh dunia berhenti berputar hanya untuk menyerap satu kata itu—dan menghancurkannya perlahan dari dalam.Matanya membelalak sesaat, sebelum akhirnya pandangannya mulai kabur oleh air mata. Bibirnya bergetar, ingin tertawa, ingin marah, ingin berteriak—tapi semuanya mengendap jadi sunyi.“Jadi… selama ini… aku cuma bayangan?” tanyanya nyaris berbisik, seolah bertanya pada dirinya sendiri, bukan pada Marven.Marven menghela nafas, “jujur, bahkan saya kakek mengadopsimu saya tidak pernah menganggapmu adik bahkan seorang wanita. Saya hanya menganggapmu sebagai anak paman Bass, tidak lebih.”Kata-kata Marven itu seperti palu godam yang menghantam dinding pertahanan Rosana.Rosana terdiam. Bahkan napasnya tercekat. Mata yang sebelumnya berair kini membulat

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 119

    “Biasanya tuan besar menyukai apa, bibi?” Tanya Naina saat bingung harus membeli hadiah apa untuk tuan Antony.Nyonya Sisca melirik Naina sejenak sebelum kembali menyesap tehnya. “Ayah itu orang yang rumit… tapi kalau soal selera, dia cukup klasik.”“Seperti barang antik?” tanya Naina pelan, mencoba menebak.Nyonya Sisca mengangguk pelan. “Betul. Dia suka barang yang punya nilai sejarah. Tapi bukan yang murahan atau hanya sekadar pajangan. Sesuatu yang punya cerita, makna, atau sulit didapat.”Naina mengangguk-angguk pelan, mulai berpikir. “Jadi… benda langka, atau mungkin buku tua?”“Buku tua bisa,” sahut Nyonya Sisca, lalu menambahkan dengan senyum kecil, “asalkan bukan novel percintaan.”Naina tertawa kecil. “Baiklah, saya akan cari sesuatu yang unik tapi tetap pantas.”“Dan jangan lupa,” Nyonya Sisca menatap Naina serius, “apapun yang kau berikan, itu juga akan menjadi cerminan dirimu di mata Tuan Antony. Jangan sampai dia merasa kamu asal memilih.”Naina mengangguk mantap. “Saya

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 118

    “Kakak!” Suara Rosana tampak bersemangat kala melihat Marven datang.Marven hanya melirik sekilas dan mengabaikan sepenuhnya.“Kakek, apa kakek bicarakan di media hari ini?”Tuan Antony menatap dengan tenang, bahkan masih sempat menyeduh tehnya dengan nikmat.“Tidak ada yang salah, aku hanya bilang pada media jika kau masih sendiri dan di ulang tahunku kau akan bersedia menerima lamaran masuk ke keluarga ini.”Marven menghela napas panjang, ekspresi wajahnya tampak gelap. “Kakek bicara seolah-olah hidup saya mainan, bisa diatur dan ditawarkan semaunya.”Tuan Antony tersenyum kecil, matanya tajam menatap cucunya. “Itu namanya strategi keluarga. Banyak yang ingin bergabung dengan Tuner, dan kakek bisa perlihatkan wanita cantik dan yang lebih bermartabat dari simpananmu itu.”Rosana yang berdiri di samping langsung menyambung dengan nada lembut, “Kakek, benar kak. Naina tidak cocok dengan keluarga kita.”Marven yang mendengar itu menggeram marah, “jaga bicara kalian! Dia bukan simpanan.”

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 117

    “Bagaimana? Apakah dia hamil?”Marven langsung menembak pertanyaan saat dokter keluarga memeriksa Naina setelah kembali ke mansion.“Hamil?” Dokter keluarga itu mengerutkan dahi, menatap Marven sejenak sebelum kembali memeriksa hasil catatannya.“Tidak, dia tidak hamil,” jawabnya dengan nada datar namun meyakinkan. “Tekanan darahnya sedikit rendah dan lambungnya iritasi, mungkin karena kelelahan dan pola makan yang tidak teratur. Itu saja.”Marven menarik napas lega, namun tak sempat menyembunyikan ekspresi lega yang langsung terlihat oleh Naina yang duduk di sisi ranjang.“Kenapa kamu curiga aku hamil?” tanya Naina dengan bingung.Marven menatap Naina beberapa detik, seolah memilih kata-kata yang tepat. Ia lalu duduk di tepi ranjang, tak mengalihkan pandangannya darinya.“Karena kamu tiba-tiba mual, pucat… dan kamu terlihat tidak seperti biasanya,” ujarnya dengan tenang. “Dan… bibi Sisca juga langsung menebaknya.”Naina mengerutkan kening, “Jadi kamu percaya omongan bibi Sisca?”Marv

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 116

    Brak!Suara ponsel yang hancur ke lantai menggema di ruangan kamar itu. Rosana yang melihat sosial media bibinya langsung mendidih karena melihat kemesraan Naina dan Marven.Dia menggigit kuku jarinya dengan gelisah, hingga suara ketukan kaca dari arah balkon membuatnya menoleh.Dengan cepat dia bangkit dan menghampiri orang itu dengan semangat, “Bagaimana? kau sudah menemukan rahasia wanita itu?”Pria dengan masker hitam itu mengangguk, “ternyata dia wanita yang sudah menikah, dan baru saja bercerai.”Mendengar itu Rosana menyeringai, “licik juga dia, pasti kakak tidak tahu jika dia seorang janda!’Pria itu menyerahkan sebuah map berisi dokumen. “Ini salinan surat perceraiannya. Lengkap dengan data mantan suaminya.”Rosana membuka map itu dengan antusias, matanya berbinar saat membaca setiap lembarannya. “Ini... ini sempurna,” gumamnya. “Dengan ini, aku bisa membuat kakak membencinya. Seorang Tuner tak mungkin bersama janda!”Dia terkekeh pelan, namun nada tawanya dipenuhi kebencian.

  • PELUKAN PANAS SANG PRESDIR   BAB 115

    “Awas, hati-hati,” kata Marven saat membantu Naina turun dari mobil.Nyonya Sisca yang melihat itu tersenyum tipis,”Kalian membuatku iri saja.”“Terlambat, bibi sudah tidak laku di pasaran,” kata Marven dengan tenang sambil menggandeng tangan Naina.Nyonya Sisca langsung melotot tajam. “Hei, kurang ajar! Aku ini masih laku, tahu!” Marven hanya mengangkat bahu dengan santai. “Oh ya? Mana buktinya?” Naina menahan tawa melihat interaksi keduanya. “Bibi masih sangat cantik, pasti banyak yang tertarik,” katanya mencoba menenangkan suasana. Nyonya Sisca tersenyum bangga sambil melirik Marven. “Lihat? Naina saja tahu.” Marven mendengus pelan lalu kembali fokus menggandeng tangan Naina. “Baiklah, kalau bibi merasa masih laku, cepat cari pasangan supaya tidak mengganggu kami.” Nyonya Sisca terkekeh, lalu menggeleng. “Tidak semudah itu, Nak. Aku masih ingin melihat bagaimana kau menangani hubunganmu sendiri.” Naina tersenyum canggung, sementara Marven hanya mendesah pasrah. Perjalana

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status