Share

21 B

Oppung Bolon melangkah pelan dan membisikkan sesuatu di telinga Bian. Kedua lelaki ini terlihat sangat kompak, meskipun usia mereka terpaut jauh.

Bian menganggukkan kepala lalu tersenyum ke rahku.

"Holong do rohakku tu ho, Hasian," ujar Bian.

Aku mengernyitkan kening karena tidak mengerti apa yang dikatakan Bian. Namaku juga bukan hasian. Apa maksudnya coba?

"Artikan dong, Bang. Mana ngerti Kak Caca," celetuk Nisa.

"Oppung aja yang artikan. Aku sayang kamu, Sayang," ujar si Oppung sambil mengerlingkan mata.

Aku mengulum senyum geli.

"Oppung, harusnya Bian yang yang bilang gitu," protes Bian, memukul pelan lengan lelaki tua yang masih menyisakan ketampanannya di masa muda.

Yang lainnya kembali tertawa terbahak. Acara semakin seru saja, padahal anggota keluarga Bian dari kampung itu pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini.

Tak terasa waktu sudah siang, kami makan bersama setelah para lelaki pulang dari mesjid, menunaikan kewajiban sebagai makhluk Allah. Para wanita salat zhuhur di r
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status