Share

24

Penulis: Intan Resa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Suasana tegang sempat menyelimuti acara lamaran resmi yang dihadiri keluarga Bian, Mami dan Papinya Mas Reno serta beberapa tetangga. Bagaimana tidak, Inayah datang membuat kekacauan. Kecemasanku akan kegagagalan pernikahan dengan Bian mulai menghantui, tapi semuanya tidak terjadi karena Inayah cuma bersandiwara.

Sebenarnya aku kasihan melihat mantan istri Bian itu terus dipojokkan seluruh anggota keluarga. Sikapnya yang pongah dan bicara sesuka hati juga sempat membuatku lumatan syok, tapi akhirnya maklum kalau itu sudah sifatnya sejak mengenalnya di sosmed.

Satu hal yang membuatku terkejut bahagia adalah pengakuan Bian kalau dirinya sehat-sehat saja, tapi mantan istrinya yang bermasalah. Rasa sedih bercampur bahagia hingga bulir bening terus menyusup dari kelopak mata yang kukatupkan.

Setelah kepergian Inayah dari rumahku ini, Bian semakin membuatku tersipu malu. Katanya ingin menikah denganku sekarang.

Seperti kata Papa, Bian kayak kebelet kawin. Apalagi semua anggota keluarga lain
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PAMER SUAMI   25

    Caca adalah istriku yang pertama dan akan kunikahi lagi menjadi istri terakhir dan satu-satunya. Aku akan melakukan ijab qobul untuk ketiga kalinya di usia yang baru 32 tahun, tapi tetap saja rasa grogi membuatku lupa dengan apa yang harus kuucapkan nantinya. Aku terus berlatih di depan cermin agar Caca tidak ilfeel. Pernah terbersit dalam hati kalau hanya akan menikah sekali saja seumur hidup. Namun takdir berkata lain, manusia hanya berdoa dan berusaha, tapi keputusan tetap Allah yang menentukan. Inilah jalan hidup yang harus kulalui dengan hati yang lapang, sabar dan ikhlas. Meskipun harus melewati lika-liku kehidupan, rasa cinta tumbuh kembali pada Caca setelah aku dikhianati. Aku sudah mencoba membuang jauh ingatan tentang Caca, berusaha mencintai Inayah sebagi istriku. Namun dia tak sabar menghadapiku yang banyak kekurangan. Alhamdulillah, dia digantikan oleh seorang bidadari abad 21 yang tak lain adalah ibu dari anakku. "Kau ini mondar-mandir terus dari tadi, Bian. Pusing

  • PAMER SUAMI   26 A

    POV 3[Selamat berbulan madu buat Kak Caca sama Bang Bian. Ngebet banget sih, Bang? Habis resepsi langsung eksekusi. Ada Oppung juga yang mengawal pengantin. Sehat-sehat, ya, Oppung] Story WA Anisa setelah menerima foto dari Tika, sang pengasuh Boy yang sudah akrab dengannya sejak kunjungan pertama ke rumah Carisa. Semua anggota keluarga di rumahnya ikut tertawa terpingkal-pingkal karena mengetahui aksi Oppung Bolon dan Oppung Menek berhasil memboyong pengantin baru itu. Di sebuah kontrakan yang lumayan bagus, ada wanita yang kini semakin menyesali keadaan saat melihat story WA mantan adik iparnya. Dialah Inayah, wanita yang dulu selalu pamer kemesraan demi memancing Caca kembali dalam hidup lelaki yang mencintainya. Rasa angkuh mengakar dalam jiwa melihat perhatian Bian semakin memperlihatkan rasa cinta. Apalagi surat keterangan dari dokter yang menyatakan lelaki itu tidak akan bisa punya anak.Saat dirinya fokus melihat kekurangan pasangannya, ternyata aibnya lah yang akhirnya t

  • PAMER SUAMI   26 B

    Keesokan harinya, Oppung Bolon dan istri beserta Bian dan Caca berencana makan di restoran hotel. Namun pasangan tua itu tak terlalu berselera karena kebanyakan makanan kekinian yang tak cocok di lidah. "Gak selera aku makan, Oppung Bian," celetuk gadis zaman dahulu yang sudah pernah naik haji itu. "Iya, Oppung pun tak suka lah. Kita makan di rumah saja. Barusan cucu kita si Nisa telpon kalau sudah masak rebusan sama sambal terasi," usul lelaki yang pekerja keras di masa mudanya itu. Rasa bersalah kerap menghampiri hati karena dulu terlalu keras mendidik anak lelaki satu-satunya yang tak lain adalah ayahnya Bian. Bermula dari Parluhutan sering nongkrong di warung bersama temannya hingga malas membantu orang tua di kebun, Oppung Bolon naik pitam ketika putranya melawan. Dia berpikir anak lelakinya akan melunak jika dikerasin, apalagi diusir, meninggalkan hidup mereka yang berkecukupan. Namun, dia tak menyangka dan harus menyesali keadaan. Maslah sepele itu membuat anaknya ymtak

  • PAMER SUAMI   27 A

    "Makan, yuk. Kamu tak perlu sungkan samaku, In. Kita kan, teman. Aku tahu kalau kalian ada hubungan di masa lalu, tapi sudah jadi kenangan, kan? Tak usah terlalu sering melihat ke belakang, nanti bisa kebentur loh. Lebih baik fokus dengan rencana masa depan yang lebih baik," cerocos Caca lagi, mendekatkan piring, lalu mulai makan."Makan, Bi," ujarnya lagi pada suaminya. Bang Bian tersenyum kikuk, lalu menggangukkan kepala.Aku masih terpaku di tempat, bibir mengatup rapat, tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Semua kosa kata tiada yang pas untuk membalas wanita di hadapanku. Kata-katanya berbobot dan susah untuk kusangkal.Dulu, Bang Bian memang lelaki yang setia dan perhatian padaku, tapi sayang sekali aku telah menyia-nyiakannya. Aku yakin, meskipun dia bersikap sebagai suami yang setia buat Caca, aku pun masih bertakhta di hatinya.Posisi benar-benar terbalik. Jika dulu Caca adalah mantan dan aku istri sah, tapi yang terjadi sekarang malah sebaliknya. Akulah yang harus berusaha

  • PAMER SUAMI   27 B

    Laki-laki kurang ajar yang mengenakan kemeja kotak-kotak itu bangkit sambil memegangi perutnya. Wajahnya terlihat sedang kesakitan. "Keluargaku tak akan pernah mendapatkan perlakuan seperti itu. Mereka wanita baik-baik. Sedangkan wanita ini? Ck ck, dia berpakaian, tapi seperti telanjang. Sebagai lelaki normal, wajar kalau mataku tergoda. Memangnya dia siapamu sampai kamu berani memukulku gara-gara penggoda ini, hah?" hardik laki-laki itu. Berani sekali dia menyalahkanku? Harusnya dialah yang menjaga pandangan, tidak melirik ke sana kemari. Aku juga terpaksa begini, karena sedang berusaha mendapatkan cintaku kembali"Asal kamu tahu, aku ini ...."Bian mengarahkan telapak tangan ke arahku. Aku tak jadi melanjutkan kalimat, padahal cuma ingin mengakui kalau kami pernah jadi suami istri. Bian tak meladeni ucapan lelaki bertubuh gempal itu.Dua orang satpam tergopoh berlari dan membawa paksa laki-laki yang telah membuat kerusuhan itu. Pengelola restoran pun meminta maaf atas kejadian ya

  • PAMER SUAMI   28 A

    "Kamu lihat sendiri, kan, Mak Boy, Inayah itu aneh dan bikin emosi naik. Makanya Ayah Boy malas berurusan dengan dia," ujar Bian setelah mobil melaju meninggalkan mantan istrinya yang ngeselin, masih memandang ke arah kami."Iya, ya. Dia itu kayaknya hanya butuh perhatian, Ayah Boy," balasku, tersenyum terkulum. "Kita maklumi saja kalau pas ketemu. Toh kita sudah berusaha tak berurusan dengannya. Tadi itu kan terpaksa," lanjutku.Bian tersenyum, lalu menggendikkan bahu. Suamiku itu menautkan jemarinya di sela jariku, mammpu mengembalikan mood manjadi baik lagi."Kedengarannya lucu, ya, manggil kamu dengan sebutan Mamak Boy," kekeh lelaki yang kini jadi suamiku."Iya, mungkin karena belum terbiasa saja, Bi, eh, Ayah Boy," balasku, lalu tertawa sekilas."Kan Oppung bilang kita manggil kayak gitu pas di depan orang kampung saja. Kita syang-sayangan saja sekarang," kekeh Bian, mengeringkan mata ke arah aku."Ya sudah, terserah Sayang aja deh," bisikku seraya tersenyum.Bian membetulkan ji

  • PAMER SUAMI   28 B

    "Namamu Carisa, kan?" tanyanya. "Iya. Kok kamu tahu namaku? Apa kita pernah kenal sebelumnya?" tanyaku heran. Aku jadi ragu kalau dia memang salah orang. Wanita itu tersenyum mengejek. "Nama suami kamu Bian?" tanyanya kemudian. Aku menganggukkan kepala. Apa ini semacam prank dari Bian? Agar bisa tahu bagaimana caraku menghadapi tukang fitnah?"Berarti aku tak salah orang, dong. Kamu memang pelakor yang aku maksud," sinisnya, terlihat serius dan tak ada nada bercanda. Pikiranku langsung tertuju pada mantan istri dari suamiku yang selalu cari gara-gara. Bisa saja ini kerjaannya, apalagi tadi dia ngebet meminta Bian agar menikahinya lagi meskipun jadi istri kedua. "Apa kamu mendapatkan info palsu ini dari seseorang yang bernama Inayah?" selidikku. Mata wanita itu membulat sempurna"Bagaimana kamu bisa tahu?"Hmm, berarti benar ulah Inayah."Karena setahuku, aku tak punya musuh. Hanya wanita itu satu-satunya yang suka cari masalah denganku.""Jelas saja dia benci sama kamu, s

  • PAMER SUAMI   29 A

    "Lain kali gak usah diladeni, Ca. Dia hanya berusaha mencari-cari kesalahan orang lain. Karena kamu itu perfect, jadilah dia membuat fitnah untuk menyudutkanmu," bisik Bian.Aku menatap raut wajah suamiku, menyentuh pipi kanannya dengan lembut."Beneran aku perfect, Bi?""Iya, kamu sempurna, tanpa cela di mataku, Ca.""Makasih, Sayang. Semoga aku juga tak akan pernah melihat kekuranganmu. Kamu lah yang membuat hidupku semakin berwarna," balasku.Bian menganggukkan kepala mengusap-usap kepalaku."Bi!""Ya, Sayang?""Apa dia selalu begitu saat kalian menikah , Bi? Kulihat Bibi bahagia bersamanya kalau itu," ujarku.Bian menggelengkan kepala."Entahlah, Ca. Mencintai Inayah sebagai istri itu kewajibanku dan perlahan rasa cinta itu telah hadir. Aku gak masalah kalau terlihat seperti budak cinta asal dia tak senang. Selama ini kulihat perangainya baik-baik saja di depanku. Namun beberapa fakta telah membuatku tak ingin bertemu dia lagi. Kesalahan lainnya masih bisa kutolelir, tapi tidak de

Bab terbaru

  • PAMER SUAMI   Ending

    "Bi, gak nyangka ya, kalau Inayah udah berubah drastis? Padahal kan dulu dia ….""Sst! Jangan mengungkit masa lalu orang lagi, Sayang. Kalau dia sudah bertaubat, cukup diingat kebaikannya yang sekarang," potong Bian, meletakkan telunjuk di depan bibirku. Aku mengerucutkan bibir dan memiringkan badan. "Jadi Bibi belain dia? Jangan-jangan kecewa saat tahu Inayah akan menikah lagi," balasku pura-pura kesal. Aku yakin kok kalau dia hanya mencintaiku sekarang. "Loh, ada yang lagi cemburu ni ye. Aku malah senang kalau dia nikah, Sayang. Dengan begitu, tiada lagi yang harus kita cemaskan jika sering kembali ke kota ini. Gak ada pengganggu. Mantan itu tak harus bermusuhan," balas Bian, menjadi lebih pipiku. "Iya iya, Bi aku cuma bercanda kok," balasku tersenyum lebar. Netra Bian melebar, menatapku tajam. "Jadi kamu gak cemburu, Ca? Ah, aku kecewa.""Ihhh, pakai merajuk segala," kekehku dan memeluk pinggang Bian. Merebahkan kepala di punggungnya yang kokoh. "Enggak juga sih, Sayang. Tap

  • PAMER SUAMI   42 Bahagia Itu Pilihan

    Aku menarik napas panjang. "Temani aku bertemu Bang Bian, Nah. Dia lagi di kota ini," lanjutku.Aminah tersenyum hambar. Gurat kecewa tak bisa ia sembunyikan. "Aku tak akan sekecewa ini bila kamu menolak tawaranku, In. Namun aku tak menduga kalau kamu masih mengharapkan mantanmu. Aku kira kamu sudah ikhlas melepas dia berbahagia dengan wanita itu."Aminah membuang muka, tak sudi menatap wajahku lagi. Aku berjalan dan berdiri di hadapannya, membingkai wajah yang jarang putus dari wudhu itu. "Hey, siapa yang sering mengajarkanku agar tidak berprasangka buruk? Aku tidak bilang kalau ingin kembali dengan mantan suamiku loh."Aminah menggenggam kedua tanganku seraya tersenyum. "Lalu apa maksudmu ingin menemuinya dan sampai mengajakku?" cecarnya. "Aku ingin bertemu untuk terakhir kalinya. Murni untuk minta maaf saja, sekalian mengabarkan kalau aku akan menikah dengan lelaki pilihan sahabatku," balasku tersenyum lebar. "Alhamdulillah ya, Allah. Kamu beneran mau jadi temanku bahu-membah

  • PAMER SUAMI   41

    "Apa benar kamu masih mencintai mantan suamimu? Atau kamu hanya takut kalau tak ada yang mengurus di usia senja, In?" cecar Aminah dengan lembut. Dia adalah teman sekampungku dan tak sengaja bertemu di warung makan tempatku bekerja. Saling tukar kontak dan bertemu keesokan harinya karena aku libur kerja. Dia datang ke kosanku dan aku banyak bercerita padanya tentang kehidupan rumah tangga yang sudah kandas. Semuanya kuceritakan dengan detail meskipun aku tahu tindakanku akan salah dalam pandangannya. Aku butuh orang untuk mengeluarkan semua uneg-uneg.Perempuan berkulit hitam manis itu mendengarkan dengan baik, terkadang tersenyum dan sesekali mengelus dada. Setelah aku bercerita, barulah hati ini plong. Aku tak punya teman berbagi kisah karena memang tak punya teman akrab di sini.Sebagai anak yatim piatu, jelas saja aku cemas akan nasibku di hari tua. Tiada anak, suami, maupun keluarga. Aku sebatang kara, mencari uang sendiri dengan mengandalkan tenaga dengan gaji tak seberapa. Aku

  • PAMER SUAMI   40

    "Sialan lo, Baron. Itu cewek lo pakai nempel-nempel segala sama gue. Apa gak lo tatar dulu agar dia fokus menggoda?" bentakku pada salah satu teman dekat sainganku.Baron memang playboy dan gila harta. Dengan iming-iming uang, dia rela menusuk Bian dari belakang dengan menyuruh pacarnya pura-pura jadi mantan pacar Bian. Tujuanku cuma satu, menghacurkan kepercayaan Carisa kalau suaminya adalah orang yang setia. Aku tahu, seorang wanita itu pencemburu dan bisa memicu pertengkaran dasyat dalam rumah tangga.Aku terlalu percaya dengan omongan Baron yang optimis, bicara layaknya orang yang bisa dipercaya. Apa balasannya? Uangku melayang, sedangkan Carisa tetap lengket dengan suaminya. Itu karena cewek Baron itu tidak profesional. Dia malah mengejar-ngejar aku. Belum lagi aku kena omel sama Papi karena dinilai mencari pacar yang gak jelas. Akibatnya, Papi berencana mau mencari calon istri buatku.Argh, rasanya mau pecah kepalaku memikirkan semua ini. Selama ini, aku belum pernah jatuh cinta

  • PAMER SUAMI   39

    "Bi, apa benar Rino mengancam akan melakukan segala cara untuk memisahkan kita?" cecarku setelah semuanya agak tenang. Bian tersenyum hambar, lantas mengusap wajah dengan cepat. "Maafkan aku, Ca. Apa Ibu yang cerita?" tanyanya dengan wajah bersalah. Aku mengangguk. Kuambil kedua tangan Bian, lantas meletakkannya di dadaku. "Hingga saat ini, kamu lah lelaki yang bertahta di hati ini, Bi. Terlebih kamu adalah suamiku, tentu makin istimewa posisimu di sini," lirihku. Mata ini mulai berembun yang membuat pandangan sedikit buram. "Aku tahu, mungkin ada beberapa hal yang tak bisa dibagi dengan siapapun, termasuk pasangan. Namun, jika ada masalah yang membuatmu cemas, kumohon jangan pendam sendiri. Kita cari solusinya bersama. Aku tahu kamu lelaki terbaik yang pernah kukenal, jadi jangan pernah nodai kepercayaan ini," imbuhku.Bian melepaskan tangannya, lalu merangkulku dengan erat. "Maafkan aku, Ca. Aku memang hanya pria bodoh yang berkesempatan menjadi pendampingmu. Aku hanya lelaki ba

  • PAMER SUAMI   38

    "Kamu sudah pulang, Bi?" tanyaku, tersenyum getir melihat ekspresi Bian yang tak bersahabat. Dia berjalan menghampiri adik dari almarhum mantan suamiku.Bugh.Aku menutup mulut dan mata membeliak melihat Bian memukul perut Rino bener apa kali. Aku berteriak histeris, lalu menghampiri."Kamu kenapa sih, Bi? Kok main pukul-pukul saja?" seruku, syok melihat Rino terjengkang ke tanah. Aku membantunya berdiri dan meminta maaf.Bagaimana bisa suamiku yang biasanya pandai meredam emosi, tapi sekarang malah diperbudak setan. Melakukan pemukulan tanpa ada salah. Andai pun ada yang menurutnya salah, apa tak bisa tabayyun terlebih dahulu?"Nak, kenapa kamu pukuli dia? Jaga sikapmu, Bian," sentak Ibu, tergopoh datang dari dalam. Untung saja Boy tidak kelihatan batang hidungnya. Semoga saja buah cintaku itu tidak melihat kejadian memalukan ini. Bukan contoh yang baik buat perkembangan mentalnya.Aku menarik tangan Bian agar duduk di kursi teras. Rino terlihat santai, bersandar di pintu mobilnya."

  • PAMER SUAMI   37

    "Pokoknya kamu juga harus nikah. Carisa udah mau nikah dan dia akan tingal di kampung suaminya itu. Siapa lagi yang jadi menantu Mami?" desak Mami. Aku berdecak kesal. Dulu Reno yang selalu jadi patokan kesuksesan. Sekarang, istrinya lah yang jadi acuan menjadi orang bahagia."Kalau gitu, nikahkan saja aku sama Carisa," balasku cuek. Mata Mami membeliak, lalu memegang kedua bahuku. "Kamu serius?""Iya. Sepertinya aku mulai menyukai janda itu."Mami terlihat bahagia, lalu kembali murung. Duduk di sofa dengan bahu terkulai. "Tapi sayangnya semua udah terlambat, Rino. Kamu sih, dulu pakai acara nolak segala. Coba kamu ikuti alur yang Mama buat, pasti sekarang kita akan berkumpul lagi sebagian keluarga yang utuh."Mami mengusap wajah dengan pelan. "Kamu coba pedekate sama anak temen Mami deh. Gak mungkin Mami ngerusak kebahagiaan Carisa dengan memaksanya menikah denganmu. Bisa rusak citra baik Mami."Aku berdecak lagi. Katanya ingin Carisa jadi menantunya lagi, tapi Mami gak sungguh-

  • PAMER SUAMI   36

    "Ada apa ini? Kok kamu sampai jatuh sih, Sayang?" tanya maminya Rino, membantu putranya berdiri. Dia terlihat cemas dan membolak-balik badan Rino, memeriksa apakah ada yang terluka."Gak ada apa-apa, Mi. Aku cuma terjatuh pas mau berdiri," balas lelaki itu, sedikit meringis dan melirikku sekilas.Kenapa dia harus berbohong? Padahal kalau dia mau, bisa saja mengatakan yang sebenarnya kalau aku telah memukul perutnya."Papa sakit?" tanya Boy cemas.Ya Allah, dia bukan papamu, Nak."Enggak kok, Sayang. Hanya sedikit."Wajah Rino membuatku muak. Dia meringis di depan putraku hingga Boy menarik tangan lelaki itu agar duduk di sofa.Tangan mungilnya mengusap-usap betis Rino yang katanya sakit. Tentu saja aku merasa tak nyaman melihat pemandangan ini karena sudah mendengar sendiri penuturan Rino tadi. Dia ingin merebut cintaku seperti yang dilakukan saudaranya.Apa di dunia ini tak ada lagi wanita lajang yang pas buatnya?Jika aku menjelaskan sekarang pada Boy bahwa lelaki tadi bukan papanya

  • PAMER SUAMI   Lanjutan

    "Kamu kenapa, Bi?" tanya Caca, membuyarkan lamunanku. "Eh?" Aku menatap sekeliling. "Ayo turun, Ibu sama Boy udah nungguin loh," ujar Caca. Aku mengusap wajah dengan pelan, lalu turun dari taksi online yang sudah berhenti sejak tadi. Aku mengikuti nenek dan cucunya itu masuk ke rumah mertuaku. Binar bahagia terpancar di wajah kedua mertuaku. Mereka tentu tak menyangka kalau kami akan datang ke sini, apalagi tidak dikabari sebelumnya. Boy tentu jadi idola, tak hentinya dihadiahi ciuman dari kakek neneknya. "Assalamualaikum!" sapa orang dari luar. Aku menoleh pada Caca. Itu seperti suara mantan mertua istriku. Dengan sigap Caca membuka pintu. "Ya Allah, Nak, kamu di sini? Kok gak ngabarin Mami? Ponsel kamu juga tak bisa dihubungi sejak tiga hari yang lalu. Mami kangen loh, Nak," lirih ibunya Reno. Keduanya berpelukan. "Namanya juga surprise, Mi.""Papaaaaaaaaaa!"Teriakan Boy yang lumayan kencang membuat kami semua menoleh. Aku terkejut bukan karena suaranya, melainkan kata

DMCA.com Protection Status