Share

23

Aku cepat berdiri agar tidak diseret oleh orang-orang yang kelihatan sangat percaya

pada kakek tua itu. Aku duduk sebentar di sofa yang sudah digeser agak ke sudut biar ruang tamu jadi luas.

Aku memijit pelipis yang lumayan sakit seraya berpikir keras.

Apa maksud Caca? Anak mereka sudah jadi sebelum aku kenal suamiku? Tapi bukannya mereka gagal nikah?

Kepalaku jadi semakin pusing.

Jadi bocah itu anak siapa sebenarnya? Hatiku tek enak, sulit menerima kenyataan hidup yang pahit. Ah, tak mungkin itu anak Bang Bian. Aku yakin anak kecil itu adalah buah hati dari pernikahan Caca dengan lelaki kaya yang membawanya lari. Hanya perasaanku saja kalau bocah itu anaknya Bian. Sudah jelas dia tak subur juga. Carisa hanya ingin memanas-manasiku.

"Cepat lah kalian bawa perempuan itu ke rumah sakit jiwa. Mungkin saja otak dia kebentur di mana atau gak ikut antri saat pembagian otak."

Suara tua bangka itu terdengar lagi dengan nada mengejek. Sekilas kulihat kalau Caca mengulum senyum menden
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status