Share

22 B

"Kamu bisa menyaksikan aku menikah lagi," lanjutnya. Aku tersenyum kecut, ternyata tatapan tak sesuai ekspektasi.

Anisa berdiri dan menarikku ke sebuah kamar setelah diperintahkan Bian. Gadis yang sering kuejek tak laku-laku itu tersenyum menyeringai.

"Kamu mau apa? Ingat, aku mengandung anak abang kamu," tegasku. Nisa terus berjalan mendekat dan aku terpaksa mundur hingga punggung menyentuh dinding.

"Cih, bisa saja itu anak suamimu yang sekarang, " kekehnya.

"Gak mungkin, Nis. Aku baru cerai 6 bulan, gak mungkin perutku sebesar ini. Sebentar lagi mau lahiran."

"Tapi bukannya Bang Bian tidak bisa punya anak?" sergahnya.

Aku menelan ludah. Anisa terlalu kritis diajak bicara. Coba saja dengan Bang Bian, dengan mudah aku mengarang cerita walupun agak kurang masuk akal.

"Dia sudah sembuh karena sering berobat tradisional. Aku tak menyadarinya. Kami akan memperbaiki hubungan dengan kehadiran bayi ini," ujarku dengan suara tercekat. Nisa menarik ujung gamisku sampai perut. Dia sedikit
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status