Suasana gemerlap lampu dan juga suara musik sudah biasa bagi seorang Oriel. Dirinya sekarang sedang berada di Club milik Ellard tempat diselengarakan acara ulang tahun sepupunya, Stevano Hamilton. Bukan hanya Oriel dan kedua temannya yang datang tapi juga seluruh staff bagian keuangan Hamilton Company dibawah kepemimpinan Stevano.
"Aku ke toilet dulu," ucap Oriel pada Ellad dan juga Devan yang sibuk bercumbu dengan wanita malam,
Ketika berjalan di lorong menuju ke toilet, Oriel melihat seorang wanita yang sepertinya sedang hilang kendali karena mabuk. Oriel segera berjalan mendekat ketika melihat wanita itu hampir terjatuh.
"Kau baik-baik saja Nona?" ucap Oriel
"T-tolong, kepalaku sangat pusing," ucap wanita itu yang kini sudah menyandarkan kepalanya di dada bidang Oriel
Entah mengapa berdekatan dengan wanita itu membuat sesuatu yang selama ini Oriel pendam kembali muncul. Apalagi sekarang wanita itu sedang mengendus-ngendus di lehernya. Wanita itu menyembunyikan wajahnya di leher Oriel. Dan dibalik keremangan lorong, Oriel tidak bisa melihat wajah wanita itu.
Akhirnya Oriel pun memustuskan membawa wanita itu ke lantai teratas club. Sampai di dalam lift wanita itu tidak sadarkan diri dan Oriel memilih menggendong wanita itu secara bridal style.
Lift pun sampai dan Oriel segera keluar menuju ke kamar khusus yang disediakan oleh Ellard untuknya. Setelah menutup pintu, Oriel berjalan menuju ke ranjang dan membaringkan wanita tersebut.
Ketika melihat wajah wanita itu, Oriel seperti tidak asing. Ia merasa pernah melihat wajah wanita itu. Oriel memutuskan untuk meninggalkan wanita itu disana. Tapi ketika akan beranjak tangannya ditarik oleh wanita itu sehingga dirinya yang tidak siap pun jatuh menimpa tubuh wanita tadi.
"Tolong bantu Aku melepaskan ini, disini sangat gerah," ucap wanita itu sambil menarik-narik kerah gaun yang dipakainya.
Oriel yang sadar akan posisinya pun segera bangkit. Tapi rencananya gagal karena wanita itu sudah manarik lehernya dan mencium bibirnya. Mata Oriel yang semula terbelalak kaget pun perlahan tertutup serta membalas ciuman wanita itu. Entah mengapa sisi lain dalam diri Oriel benar- benar menikmati ciuman wanita itu. Dan Oriel sudah tidak bisa mengendalikan gairahnya, Dirinya butuh pelepasan sekarang juga.
"Ku harap Kau tidak menyesal karena telah menggodaku Nona,"bisik Oriel sambil menciumi dan menghisap leher wanita itu sehingga meninggalkan bekas merah
Enggh...
Mendengar suara desahan itu membuat Oriel semakin bersemangat menjelajahi tubuh wanita asing itu. Kini tubuh wanita itu sudah tidak tertutupi apapun. Oriel pun melakukan hal yang sama lalu segera melanjutkan aktivitasnya.
Akh... Sssakiit....
"Ouh shit, Kau masih perawan?" kata Oriel
Oriel pun berhenti sejenak, Ia memberi kesempatan wanita itu agar lebih tenang. Setelah merasa Wanita itu lebih baik, Oriel melanjutkan kegiatan Mereka dengan diiringi desahan keduanya. Untuk pertama kalinya setelah kehilangan sang istri 5 tahun yang lalu, malam ini Oriel benar-benar melampiaskan hasratnya.
Di sebuah lobi gedung perkantoran, baru saja terparkir sebuah mobil mewah. Sepasang bocah kecil keluar dari mobil tersebut. Mereka adalah Aaron Kenric Hamilton (5 tahun) dan juga Emily Dwyne Hamilton(5 tahun). Anak dari seorang pengusaha ternama di Las vegas, Amerika serikat, Oriel Jeff Hamilton(27 tahun). Mereka berjalan memasuki gedung diikuti oleh 2 orang bodyguard berpakainan serba hitam. Di depan pintu masuk, sudah ada seseorang yang berdiri menyambut Mereka. Dia adalah Erlan Jones(25 tahun) asisten sekaligus orang kepercayaan Oriel Hamilton. "Selamat datang, Tuan dan Nona Muda. Mari Saya antar menuju ke ruangan Tuan Hamilton." ucap Erlan sambil membungkuk lalu berjalan di belakang kedua bocah kecil itu. "Selamat datang, Tuan dan Nona," sapa resepsionis dengan nada dibuat seram
Sebuah club malam tampak sangat pengap dipenuhi oleh orang-orang yang sibuk bersenang-senang. Di suatu sudut tampak tiga orang pria dewasa sedang bersulang untuk minuman masing-masing. Ketiga pria tersebut adalah Oriel dan juga kedua temannya Ellard Johanson serta Devan Smith. Oriel menatap jengah kedua temannya yang sedang sibuk bercumbu wanita di pangkuan masing-masing. Tadi setelah pulang kantor Oriel tidak langsung menuju ke rumah. Ia dihubungi kedua temannya itu untuk datang ke club milik Ellard. Tapi ternyata keputusannya salah karena menerima ajakan Mereka. "Kenapa wajahmu kusut sekali Hamilton," ucap Devan sambil menikmati cumbuan wanita di pangkuannya. "Untuk apa Kalian memanggilku kesini jika hanya Kalian suruh melihat adegan menjijikkan seperti ini," geram Oriel manatap t
Hari ini, manajer dari divisi keuangan, Pak Stevano sedang berulang tahun. Beliau mengundang seluruh staff keuangan untuk datang ke pesta ulang tahunnya yang diadakan di salah satu Club Malam ternama di kota ini. Untuk itulah Carolline berada di sini, ditengah-tengah pengapnya asap rokok dan kumpulan manusia yang memenuhi ruangan. Dari dulu Carol sangat membenci tempat ini. Jika bukan karena undangan dari atasannya Dia tidak akan sudi menginjakkan kaki di tempat itu. Carol hanya diam sambil sesekali meminum jus jeruk pesanannya. "Kenapa Kau diam saja Carol?" tanya Stevano menghampiri Carol "Nikmatilah pesta ini, sesekali Kau perlu bersantai dan melupakan lembaran kertas berisi angka itu," lanjut Stevano sambil duduk di sebelah Carol
Carol membuka matanya lalu terdiam menatap sekeliling.Ini bukan kamarkubatin Carol. Lalu Ia merasakan ada pergerakan di sampingnya.Siapa pria ini?batin Carol melihat seorang laki-laki tidur disampingnya. Lalu Carol melihat ke dalam selimut dan terkejut ketika dirinya tidak memakai sehelai benang pun. "Kau sudah bangun?" tanya Pria di sampingnya yang sekarang sudah bersandar di kepala ranjang "Kemarin..." Carol tidak bisamelanjutkan kata-katanya, Ia terlalu terkejut dengan apa yang dilihatnya "Maaf, Aku tidak bisa mengendalikan diriku kemarin," ucap Pria itu "Tidak, itu juga salahku. Aku ingat, Aku terlalu mabuk kemarin." balas Carol dengan parau, entah mengapa air matanya keluar begi
Hari ini Carol kembali menjalankan aktivitasnya seperti semula setelah weekend yang sangat berbeda dari biasanya. Dimana Dirinya bangun satu ranjang bersama dengan pria asing yang entah datang dari mana. Ah sudahlah Carol tidak mau mengingat hal itu lagi. Ia tidak ingin menambah beban pada otaknya, cukup semua angka di monitornya saja yang membuat otaknya terbebani. "Carol, temani Aku meeting di lantai 20," ucap Stevano yang sekarang sudah ada di depan meja kerjanya "Baik Pak," Carol segera mengambil barang yang diperlukan lalu berjalan mengikuti Stevano "Kemarin malam Kau kemana Carol? Aku tidak melihatmu setelah Kita minum," ucap Stevano ketika Mereka sedang berada di lift menuju lantai 20 "Saya pulang duluan Pak," ucap Ca
Sampai diHamilton CompanyRestourant ,Stevano, Oriel, Carolline, Aaron dan juga Emily duduk dalam satu meja di ruang khusus yang disediakan untuk keluarga Hamilton. Ruang itu sangat ramai dipenuhi oleh ocehan Aaron, Emily dan juga Stevano. Sedangkan Oriel dan Carol hanya diam menikmati makanannya. "Aunty maukah Kau menyuapiku?" ucap Emily yang duduk di sebelah kanan Carol "Makan sendiri Emi," ucap Oriel sambil menatap sang anak datar, Emi yang ditatap seperti itu pun takut dan menundukkan wajahnya "Hey, jangan sedih, sini Aunty suapi,"ucap Carol yang tidak tega melihat Emily sedih dan mendengar itu seketika Emily mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar tanpa menghiraukan tatapan sang ayah. "Terima kasih A
Pagi tadi ketika Oriel akan berangkat ke kantor, tiba-tiba kedua anaknya merengek meminta ikut. Flashback On "Daddy ayolaah, biarkan Kami ikut denganmuuu," "Iya Daddy, Kau akan menjadi Daddy terbaik di dunia jika membawa kami ikut bersamamu," Oriel menatap jengah kedua anaknya yang sekarang tengah bergelantungan di kedua kakinya. Mereka merengek agar Oriel membawa Mereka ke kantor. "Ayolah Daddy, Kau telihat tampan dari bawah sini, meskipun Aku hanya bisa melihat dagumu," "Iya Daddy Kau tampan, jadi Izinkan Kami ikut bersamamu,"
Kali ini Oriel dan juga kedua anaknya sedang berada di depan pintu apartemen Carolline. Hubungan Mereka sedekat itu sekarang? Ya, lebih tepatnya kedua bocah kecil di gendongan Oriel-lah yang semakin tidak mau lepas dari Carol. Pagi tadi Mereka terus merengek meminta bertemu Carol. Karena hari ini weekend tentu Mereka tidak bisa bertemu di kantor. Jadi dua bocah kecil itu memaksa Oriel mengantar Mereka ke rumah Carol. Dan disinilah Mereka sekarang. "Ayo Daddy, tekan bell-nya!" Oriel hanya bisa pasrah dan menuruti perkataan kedua malaikat kecilnya itu. Setelah beberapa kali menekan bell akhirnya pintu terbuka dan munculah Carol dengan memakai kaos kebesaran dan juga tunggu mengapa Oriel tidak melihat Carol memakai celana? Disi