Sampai di Hamilton Company Restourant , Stevano, Oriel, Carolline, Aaron dan juga Emily duduk dalam satu meja di ruang khusus yang disediakan untuk keluarga Hamilton. Ruang itu sangat ramai dipenuhi oleh ocehan Aaron, Emily dan juga Stevano. Sedangkan Oriel dan Carol hanya diam menikmati makanannya.
"Aunty maukah Kau menyuapiku?" ucap Emily yang duduk di sebelah kanan Carol
"Makan sendiri Emi," ucap Oriel sambil menatap sang anak datar, Emi yang ditatap seperti itu pun takut dan menundukkan wajahnya
"Hey, jangan sedih, sini Aunty suapi,"ucap Carol yang tidak tega melihat Emily sedih dan mendengar itu seketika Emily mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar tanpa menghiraukan tatapan sang ayah.
"Terima kasih Aunty,"
"Sama-sama, ayo makan yang banyak gadis manis,"
Emily pun memakan makanannya dengan lahap. sedangkan Oriel hanya menatap datar keduanya.
"Kau tidak ingin mencarikan ibu untuk Mereka? kurasa Carol cocok sebagai kandidatnya," bisik Stevano menggoda Oriel yang dibalas tatapan tajam Oriel
Di sisi lain Aaron diam-diam memandang iri pada sang adik. Dia juga ingin di suapi seperti adiknya. Carol merasa ada yang menatapnya pun berbali menatap Aaron yang berada di sebelah kirinya.
"Emm apa Kau juga ingin Aunty suapi?" tanya Carol pada Aaron yang sejak tadi menatapnya
"Bolehkah?"ucap Aaron pelan
"Tentu saja, dengan senang hati anak tampan," mendengar perkataan Carol seketika membuat Aaron tersenyum sumringah
"Tolong suapi Aku, Aunty,"
Oriel yang melihat kedua anaknya seperti itu pun hanya bisa menghela nafas lalu mengalihkan pandangan. Ia mengerti kedua anaknya membutuhkan figur seorang ibu yang tidak pernah Mereka dapatkan sejak Mereka lahir. Sangat wajar jika kedua anaknya senang berdekatan dengan Carol yang juga sangat lembut pada Mereka.
_______________
Jam 7 malam Carol baru saja sampai apartemennya. Dia harus lembur mengerjakan pekerjaannya yang tertubda karena harus bermain dengan Aaron dan juga Emily sebelum Mereka pulang. Mengingat itu membuat Carol tersenyum, Dia sangat menyukai anak kecil.
Tapi Carol juga sedikit terkejut ketika Stevano mengatakan bahwa Ibu Aaron dan juga Emily sudah tiada ketika melahirkan Mereka. Ia kembali mengingat apa yang dikatakan oleh Stevano ketika mereka kembali ke lantai bagian keuangan.
Flashback On
Carol dan juga Stevano kembali ke lantai tempat Mereka bekerja setelah mengantar Emily dan juga Aaron ke bawah untuk pulang. Suasana di lift sangat hening hingga Stevano angkat bicara,
"Sepertinya Mereka sangat menyukaimu Carol," ucap Stevano sambil menoleh menatap Carol
"Mereka?" tanya Carol keran tidak paham apa maksud Stevano
"Aaron dan Emily, sepertinya Mereka sangat menyukaimu,"
"Oh mungkin karena Mereka merindukan ibunya di rumah tuan, jadi Mereka bisa akrab denganku,"
"Yah, mungkin Mereka memang merindukan Ibunya, tapi Ibunya tidak si rumah," ucap Stevano sambil menghela nafas
"Maksud Tuan? ibu Mereka dimana?"
"Ibu Mereka berada di surga, Dia meninggal ketika melahirkan Mereka berdua," jelas Stevano lalu keluar dari lift dan berjalan menuju ruangannya.
Sedangkan Carol, setelah mendengar apa yang dikatakan Stevano hanya diam mematung. Carol terlalu terkejut dengan fakta yang baru saja diketahuinya
Flashback Off
Carol sempat berpikir bahwa Dirinya merasa sangat bersalah karena telah bercinta dengan Oriel mengetahui Oriel sudah memiliki seorang anak. Tapi mengetahui status Oriel yang seorang duda membuatnya sedikit lega. Setidaknya Dia tidak tidur dengan suami orang.
Carol beranjak dan menghentikan segala pikiran tentang Keluarga hamilton. Dia harus bangun dari acara berbaringnya di sofa lalu segera membersihkan apartemennya yang sudah mirip seperti hunian tidak berpenghuni.
______________
Di kediaman Keluarga Hamilton diramaikan dengan celotehan Aaron dan Emily. Mereka sejak tadi membicarakan tentang Carol, Carol dan Carol yang membuat Oriel memutar bola mata jengan. Sejak Mereka datang ke rumah Orang tua Oriel, kedua anaknya itu tidak bisa diam bahkan hany untuk satu menit saja.
"Apakah Aunty Carol itu calon kakak ipar ku, Kak?" tanya Cassie yang datang lalu duduk di sebelah Oriel
"Jangan asal bicara," desis Oriel sambil menatap tajam adiknya
"Aku tidak asal bicara Kakak, anak-anakmu itu Mereka spertinya sangat menyukai aunty Carol-nya itu. Dan itu membuka kesempatan untukmu supaya mencarika ibu untuk Mereka." celotehan panjang lebar Cassie tidak dihiraukan oleh Oriel
"Kak, Kau mendengarku tidak?" tanya Cassie pada sang kakak yang sejak tadi hanya diam seperti tidak mendengarkan perkataannya
"Ya ya, sudahlah Aku ingin pergi ke kamatku. Dan Kau, adik kecilku yang cerewet diamlah dan jangan banyak bicara."
Setelah mengatakan itu, Oriel melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Meninggalkan Cassie yang uring-uringan sendiri sambil mengumpatinya.
Sampai di kamarnya Oriel menjatuhkan dirinya di atas ranjang sambil memandang ke arah langit-langit kamar. Setelah mendengar mengenai Carol, seluruh keluarganya berbondong-bondong memintanya untuk menikah. Dan sekarang pikiran Oriel tertuju pada satu objek, Carolline.
Entah mengapa kedua anaknya bisa sangat menyukai gadis itu. Oriel akui dirinya sukup tertarik pada gadis itu. Dia gadis yang lembut dan sepertinya sangat menyukai anak-anak. Sangat cocok menjadi ibu dari anaknya. Memikirkan hal itu membuat Oriel menggelengkan kepalanya, Ia harus mengusir ide mustahil itu dari otaknya.
Pagi tadi ketika Oriel akan berangkat ke kantor, tiba-tiba kedua anaknya merengek meminta ikut. Flashback On "Daddy ayolaah, biarkan Kami ikut denganmuuu," "Iya Daddy, Kau akan menjadi Daddy terbaik di dunia jika membawa kami ikut bersamamu," Oriel menatap jengah kedua anaknya yang sekarang tengah bergelantungan di kedua kakinya. Mereka merengek agar Oriel membawa Mereka ke kantor. "Ayolah Daddy, Kau telihat tampan dari bawah sini, meskipun Aku hanya bisa melihat dagumu," "Iya Daddy Kau tampan, jadi Izinkan Kami ikut bersamamu,"
Kali ini Oriel dan juga kedua anaknya sedang berada di depan pintu apartemen Carolline. Hubungan Mereka sedekat itu sekarang? Ya, lebih tepatnya kedua bocah kecil di gendongan Oriel-lah yang semakin tidak mau lepas dari Carol. Pagi tadi Mereka terus merengek meminta bertemu Carol. Karena hari ini weekend tentu Mereka tidak bisa bertemu di kantor. Jadi dua bocah kecil itu memaksa Oriel mengantar Mereka ke rumah Carol. Dan disinilah Mereka sekarang. "Ayo Daddy, tekan bell-nya!" Oriel hanya bisa pasrah dan menuruti perkataan kedua malaikat kecilnya itu. Setelah beberapa kali menekan bell akhirnya pintu terbuka dan munculah Carol dengan memakai kaos kebesaran dan juga tunggu mengapa Oriel tidak melihat Carol memakai celana? Disi
Sampai di rumah Oriel, Aaron dan juga Emily begitu antusias membawa Carol ke kamar Mereka. Dan disinilah mereka sekarang di sebuah kamar dengan perpaduan biru muda dan juga biru tua yang berisi beberapa barang termasuk ranjang king size. Tempat Mereka berbaring sekarang. Carol sekarang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membaca buku dongeng dengan Aaron dan Emily berbaring disamping kiri dan kanannya. Ketika kedua anak itu sudah terlelap, dengan pelan Carol turun dari ranjang. Ia keluar untuk mencari keberadaan Oriel. Ia butuh berganti pakaian dan mungkin Oriel memiliki pakaian yang bisa Ia pakai. Keluar dari kamar, Carol melihat Oriel yang sudah mengenakan piama duduk di balkon sambil memangku laptop. "Oriel," panggil Carol membuat Oriel mengalikan pandangannya dari layar monitor
Sepasang mata indah yang sejak tadi tertutup pun terbuka. Sekarang netra mata itu beralih menatap kebawah dimana seorang pria sedang tertidur pulas di ceruk lehernya. Carol mengusap lembut kepala Oriel dengan perasaan tak menentu. Kedua kalinya Mereka berhubungan badan bukanlah hal yang sepele menurut Carol. Dia tidak bisa mengendalikan hatinya untuk tidak tersentuh dengan semua perlakuan Oriel semalam. Tapi Dirinya tidak akan berharap lebih untuk mendapat perasaan yang sama dari Oriel. Mungkin apa yang terjadi diantara Mereka berdua hanyalah nafsu sesaat dan setelah bosan seperti laki-laki lain Oriel perlahan pasti akan pergi darinya. Memikirkan hal itu membuat air mata Carol perlahan keluar tanpa diminta. Dan Oriel yang sejak Carol mengusap kepalanya sudah terbangun pun menyadari jika Carol menangis. Tanpa mengunggu lama Ia bangun d
Kali ini Oriel sedang berada di salah satu restoran bersama dengan kedua temannya, Ellard dan Devan. Entah apa yang Mereka bahas yang jelas sekarang Ellard dan juga Devan sedang tertawa terpingkal-pingkal sedangkan Oriel hanya menatap keduanya jengah. "Ellard, apa Ku bilang teman Kita yang satu ini pasti akan segera mendapatkan pelepasan," "Ya, Kau benar Devan ouh dan lihatlah raut wajah Oriel, seperti orang yang sudah benar-benar lega karena melepaskan sesuatu yang ditahannya bertahun-tahun." "Astaga Aku benar-benar puas menertawakanmu Oriel," Ellard dan juga Devan kembali tertawa dengan sangat puas Oriel sebelumnya memang menceritakan bahwa dia sudah memiliki seorang kekasih kepada kedua sahabatnya itu. D
Suasana gemerlap lampu dan juga suara musik sudah biasa bagi seorang Oriel. Dirinya sekarang sedang berada di Club milik Ellard tempat diselengarakan acara ulang tahun sepupunya, Stevano Hamilton. Bukan hanya Oriel dan kedua temannya yang datang tapi juga seluruh staff bagian keuangan HamiltonCompanydibawah kepemimpinan Stevano. "Aku ke toilet dulu," ucap Oriel pada Ellad dan juga Devan yang sibuk bercumbu dengan wanita malam, Ketika berjalan di lorong menuju ke toilet, Oriel melihat seorang wanita yang sepertinya sedang hilang kendali karena mabuk. Oriel segera berjalan mendekat ketika melihat wanita itu hampir terjatuh. "Kau baik-baik saja Nona?" ucap Oriel "T-tolong, kepalaku sangat pusing," ucap wani
Di sebuah lobi gedung perkantoran, baru saja terparkir sebuah mobil mewah. Sepasang bocah kecil keluar dari mobil tersebut. Mereka adalah Aaron Kenric Hamilton (5 tahun) dan juga Emily Dwyne Hamilton(5 tahun). Anak dari seorang pengusaha ternama di Las vegas, Amerika serikat, Oriel Jeff Hamilton(27 tahun). Mereka berjalan memasuki gedung diikuti oleh 2 orang bodyguard berpakainan serba hitam. Di depan pintu masuk, sudah ada seseorang yang berdiri menyambut Mereka. Dia adalah Erlan Jones(25 tahun) asisten sekaligus orang kepercayaan Oriel Hamilton. "Selamat datang, Tuan dan Nona Muda. Mari Saya antar menuju ke ruangan Tuan Hamilton." ucap Erlan sambil membungkuk lalu berjalan di belakang kedua bocah kecil itu. "Selamat datang, Tuan dan Nona," sapa resepsionis dengan nada dibuat seram
Sebuah club malam tampak sangat pengap dipenuhi oleh orang-orang yang sibuk bersenang-senang. Di suatu sudut tampak tiga orang pria dewasa sedang bersulang untuk minuman masing-masing. Ketiga pria tersebut adalah Oriel dan juga kedua temannya Ellard Johanson serta Devan Smith. Oriel menatap jengah kedua temannya yang sedang sibuk bercumbu wanita di pangkuan masing-masing. Tadi setelah pulang kantor Oriel tidak langsung menuju ke rumah. Ia dihubungi kedua temannya itu untuk datang ke club milik Ellard. Tapi ternyata keputusannya salah karena menerima ajakan Mereka. "Kenapa wajahmu kusut sekali Hamilton," ucap Devan sambil menikmati cumbuan wanita di pangkuannya. "Untuk apa Kalian memanggilku kesini jika hanya Kalian suruh melihat adegan menjijikkan seperti ini," geram Oriel manatap t