Di sebuah lobi gedung perkantoran, baru saja terparkir sebuah mobil mewah. Sepasang bocah kecil keluar dari mobil tersebut. Mereka adalah Aaron Kenric Hamilton (5 tahun) dan juga Emily Dwyne Hamilton(5 tahun). Anak dari seorang pengusaha ternama di Las vegas, Amerika serikat, Oriel Jeff Hamilton(27 tahun).
Mereka berjalan memasuki gedung diikuti oleh 2 orang bodyguard berpakainan serba hitam. Di depan pintu masuk, sudah ada seseorang yang berdiri menyambut Mereka. Dia adalah Erlan Jones(25 tahun) asisten sekaligus orang kepercayaan Oriel Hamilton.
"Selamat datang, Tuan dan Nona Muda. Mari Saya antar menuju ke ruangan Tuan Hamilton." ucap Erlan sambil membungkuk lalu berjalan di belakang kedua bocah kecil itu.
"Selamat datang, Tuan dan Nona," sapa resepsionis dengan nada dibuat seramah mungkin
"Uncle Erlan, bisakah Kau membelikan baju untuknya, Kurasa bajunya sudah kekecilan," perintah Aaron sambil menunjuk ke arah salah satu resepsionis yang memakai baju terlalu ketat
"Baik Tuan, akan saya lakukan," ucap Erland sambil melirik datar ke arah resepsionis yang menunduk malu
Mereka pun melanjutkan langkah untuk memasuki lift khusus petinggi perusahaan. Lift bejalan menuju ke lantai tertinggi gedung tersebut. Tempat CEO perusahaan, Tuan Oriel hamilton berada. Ketika pintu lift terbuka kedua bocah itu pun langsung berlari menuju ke ruangan Sang Ayah.
"Selamat siang, Aunty Elly" sapa Emily pada sekretaris Oriel yang berada di depan ruangan Ayahnya.
"Selamat siang, Nona Emily dan Tuan Aaron,"balas Elly sambil tersenyum
Kedua bocah itu masuk dan terlihat pemandangan seorang Oriel Hamilton sedang fokus membaca sebuah dokumen.
"Daddy," teriak Aaron dan Emily berlari ke arah Ayahnya yang disambut pelukan oleh Oriel
"Kalian sudah makan siang?" tanya Oriel pada kedua anaknya yang sekarang sudah duduk di sofa di ruangannya
"Belum Daddy, Kami ingin makan siang bersama Daddy,"jawab Emily dengan tatapan memohon yang diikuti oleh Aaron
"Baiklah, baiklah, jangan memasang ekspresi seperti itu, Daddy jadi tidak tahan ingin memakan Kalian," balas Oriel sambil menggelitiki perut kedua anaknya
"Hahaha sudah Daddy, ampun hahaha,"
"Ahahaha sudah Daddy, ayo Kita segera pergi ke makan,"
Setelah lelah tertawa, ketiganya keluar dengan masing-masing menggandeng tangan Oriel. Rencananya Mereka akan makan di restoran yang berada di depan perusahaan. Restoran itu juga dikhususkan untuk makan para karyawan. Perusahaan Oriel sangat mengutamakan kesehatan karyawannya dengan mendirikan restoran yang khusus berisi makanan sehat.
__________
Hari-hari membosankan, setiap hari dijalani oleh seorang Carolline Anderson. Pekerjaanya sebagai seorang accounting staff di sebuah perusahaan konstruksi ternama, Hamilton Company. Berangkat pagi dan pulang ketika sore hari sudah menjadi rutinitasnya. Hari-harinya hanya dihabiskan untuk bekerja. Ketika di rumah pun, hanya Ia habiskan untuk tidur.
Di kantor Ia dipusingkan dengan semua angka-angka yang membuatnya ingin muntah. Tapi itulah resiko yang harus Ia terima demi menghidupi dirinya yang sebatangkara di kota besar ini.
"Nih, kerjaan baru," ucap Shelly salah satu tekannya di bagian keuangan
"Makan siang dulu ya Shel, Aku benar-benar lapar," balas Carolline
"Ya sudah, ayo Kita ke bawah," ajak Shelly
Mereka pun pergi menuju ke restoran khusus perusahaan bersama rekan yang lain. Semua karyawan diwajibkan makan disana. Restoran itu terdiri dari 9 lantai dan menyediakan makanan sehat serta gratis. Hal itulah yang paling Carol syukuri karena diterima bekerja di Hamilton Company. Mereka sangat peduli pada karyawan-karyawannya.
Sampai disana sudah banyak yang mengantri untuk mengambil makanan. Ketika selesai mengantri dan akan menyusul ke meja teman-temannya, Carol merasa ada yang menabrak bokongnya dari belakang. Ia pun menoleh dan menemukan seorang anak perempuan cantik mengenakan gaun hijau sedang memandang takut ke arahnya.
"Maaf Aunty, Aku tidak sengaja." gumam anak itu sambil memasang ekspresi ingin menangis
"Hei Sweetie sudah jangan menangis, apa Kau terluka?" tanya Carol berjongkok sambil menyamakan tingginya dengan anak itu
"Tidak,"jawab anak itu pelan
"Namamu siapa? Kau disini bersama siapa?"
"Emily, Aku bersama Daddy,"
"Kau tahu dimana Daddy-mu?"tanya Carol yang dijawab anggukan oleh Emily sambil menujuk ke arah salah satu meja yang tidak jauh dari posisi Mereka
"Ingin Ku antar?" tanya Carol
"Tidak perlu, Aku bisa sendiri Aunty."
"Baiklah, kembalilah dengan hati-hati dan perhatikan jalanmu, oke?" ingat Carol dengan mengusap kepala Emily
"Oke, Aunty cantik, bye bye." Emily pun pamit sambil melambaikan tangannya
Anak yang manis batin Carolline sambil melihat kepergian Emily.
Sebuah club malam tampak sangat pengap dipenuhi oleh orang-orang yang sibuk bersenang-senang. Di suatu sudut tampak tiga orang pria dewasa sedang bersulang untuk minuman masing-masing. Ketiga pria tersebut adalah Oriel dan juga kedua temannya Ellard Johanson serta Devan Smith. Oriel menatap jengah kedua temannya yang sedang sibuk bercumbu wanita di pangkuan masing-masing. Tadi setelah pulang kantor Oriel tidak langsung menuju ke rumah. Ia dihubungi kedua temannya itu untuk datang ke club milik Ellard. Tapi ternyata keputusannya salah karena menerima ajakan Mereka. "Kenapa wajahmu kusut sekali Hamilton," ucap Devan sambil menikmati cumbuan wanita di pangkuannya. "Untuk apa Kalian memanggilku kesini jika hanya Kalian suruh melihat adegan menjijikkan seperti ini," geram Oriel manatap t
Hari ini, manajer dari divisi keuangan, Pak Stevano sedang berulang tahun. Beliau mengundang seluruh staff keuangan untuk datang ke pesta ulang tahunnya yang diadakan di salah satu Club Malam ternama di kota ini. Untuk itulah Carolline berada di sini, ditengah-tengah pengapnya asap rokok dan kumpulan manusia yang memenuhi ruangan. Dari dulu Carol sangat membenci tempat ini. Jika bukan karena undangan dari atasannya Dia tidak akan sudi menginjakkan kaki di tempat itu. Carol hanya diam sambil sesekali meminum jus jeruk pesanannya. "Kenapa Kau diam saja Carol?" tanya Stevano menghampiri Carol "Nikmatilah pesta ini, sesekali Kau perlu bersantai dan melupakan lembaran kertas berisi angka itu," lanjut Stevano sambil duduk di sebelah Carol
Carol membuka matanya lalu terdiam menatap sekeliling.Ini bukan kamarkubatin Carol. Lalu Ia merasakan ada pergerakan di sampingnya.Siapa pria ini?batin Carol melihat seorang laki-laki tidur disampingnya. Lalu Carol melihat ke dalam selimut dan terkejut ketika dirinya tidak memakai sehelai benang pun. "Kau sudah bangun?" tanya Pria di sampingnya yang sekarang sudah bersandar di kepala ranjang "Kemarin..." Carol tidak bisamelanjutkan kata-katanya, Ia terlalu terkejut dengan apa yang dilihatnya "Maaf, Aku tidak bisa mengendalikan diriku kemarin," ucap Pria itu "Tidak, itu juga salahku. Aku ingat, Aku terlalu mabuk kemarin." balas Carol dengan parau, entah mengapa air matanya keluar begi
Hari ini Carol kembali menjalankan aktivitasnya seperti semula setelah weekend yang sangat berbeda dari biasanya. Dimana Dirinya bangun satu ranjang bersama dengan pria asing yang entah datang dari mana. Ah sudahlah Carol tidak mau mengingat hal itu lagi. Ia tidak ingin menambah beban pada otaknya, cukup semua angka di monitornya saja yang membuat otaknya terbebani. "Carol, temani Aku meeting di lantai 20," ucap Stevano yang sekarang sudah ada di depan meja kerjanya "Baik Pak," Carol segera mengambil barang yang diperlukan lalu berjalan mengikuti Stevano "Kemarin malam Kau kemana Carol? Aku tidak melihatmu setelah Kita minum," ucap Stevano ketika Mereka sedang berada di lift menuju lantai 20 "Saya pulang duluan Pak," ucap Ca
Sampai diHamilton CompanyRestourant ,Stevano, Oriel, Carolline, Aaron dan juga Emily duduk dalam satu meja di ruang khusus yang disediakan untuk keluarga Hamilton. Ruang itu sangat ramai dipenuhi oleh ocehan Aaron, Emily dan juga Stevano. Sedangkan Oriel dan Carol hanya diam menikmati makanannya. "Aunty maukah Kau menyuapiku?" ucap Emily yang duduk di sebelah kanan Carol "Makan sendiri Emi," ucap Oriel sambil menatap sang anak datar, Emi yang ditatap seperti itu pun takut dan menundukkan wajahnya "Hey, jangan sedih, sini Aunty suapi,"ucap Carol yang tidak tega melihat Emily sedih dan mendengar itu seketika Emily mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar tanpa menghiraukan tatapan sang ayah. "Terima kasih A
Pagi tadi ketika Oriel akan berangkat ke kantor, tiba-tiba kedua anaknya merengek meminta ikut. Flashback On "Daddy ayolaah, biarkan Kami ikut denganmuuu," "Iya Daddy, Kau akan menjadi Daddy terbaik di dunia jika membawa kami ikut bersamamu," Oriel menatap jengah kedua anaknya yang sekarang tengah bergelantungan di kedua kakinya. Mereka merengek agar Oriel membawa Mereka ke kantor. "Ayolah Daddy, Kau telihat tampan dari bawah sini, meskipun Aku hanya bisa melihat dagumu," "Iya Daddy Kau tampan, jadi Izinkan Kami ikut bersamamu,"
Kali ini Oriel dan juga kedua anaknya sedang berada di depan pintu apartemen Carolline. Hubungan Mereka sedekat itu sekarang? Ya, lebih tepatnya kedua bocah kecil di gendongan Oriel-lah yang semakin tidak mau lepas dari Carol. Pagi tadi Mereka terus merengek meminta bertemu Carol. Karena hari ini weekend tentu Mereka tidak bisa bertemu di kantor. Jadi dua bocah kecil itu memaksa Oriel mengantar Mereka ke rumah Carol. Dan disinilah Mereka sekarang. "Ayo Daddy, tekan bell-nya!" Oriel hanya bisa pasrah dan menuruti perkataan kedua malaikat kecilnya itu. Setelah beberapa kali menekan bell akhirnya pintu terbuka dan munculah Carol dengan memakai kaos kebesaran dan juga tunggu mengapa Oriel tidak melihat Carol memakai celana? Disi
Sampai di rumah Oriel, Aaron dan juga Emily begitu antusias membawa Carol ke kamar Mereka. Dan disinilah mereka sekarang di sebuah kamar dengan perpaduan biru muda dan juga biru tua yang berisi beberapa barang termasuk ranjang king size. Tempat Mereka berbaring sekarang. Carol sekarang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membaca buku dongeng dengan Aaron dan Emily berbaring disamping kiri dan kanannya. Ketika kedua anak itu sudah terlelap, dengan pelan Carol turun dari ranjang. Ia keluar untuk mencari keberadaan Oriel. Ia butuh berganti pakaian dan mungkin Oriel memiliki pakaian yang bisa Ia pakai. Keluar dari kamar, Carol melihat Oriel yang sudah mengenakan piama duduk di balkon sambil memangku laptop. "Oriel," panggil Carol membuat Oriel mengalikan pandangannya dari layar monitor