Sebuah club malam tampak sangat pengap dipenuhi oleh orang-orang yang sibuk bersenang-senang. Di suatu sudut tampak tiga orang pria dewasa sedang bersulang untuk minuman masing-masing. Ketiga pria tersebut adalah Oriel dan juga kedua temannya Ellard Johanson serta Devan Smith.
Oriel menatap jengah kedua temannya yang sedang sibuk bercumbu wanita di pangkuan masing-masing. Tadi setelah pulang kantor Oriel tidak langsung menuju ke rumah. Ia dihubungi kedua temannya itu untuk datang ke club milik Ellard. Tapi ternyata keputusannya salah karena menerima ajakan Mereka.
"Kenapa wajahmu kusut sekali Hamilton," ucap Devan sambil menikmati cumbuan wanita di pangkuannya.
"Untuk apa Kalian memanggilku kesini jika hanya Kalian suruh melihat adegan menjijikkan seperti ini," geram Oriel manatap tajam kedua temannya
"Oh ayolah Oriel, jangan terlalu kaku pada hidupmu. Sesekali Kau juga butuh kesenangan."ucap Ellard ketika wanita yang berda di pangkuannya tadi sudah pergi
"Ellard benar, sesekali kau pasti butuh pelepasan. Kau ingin Aku panggilkan salah satu wanita ke sini?" tawar Devan
"Aku tidak membutuhkan itu semua, Kalian tahu sendiri bukan Aku sudah berhenti bermalam dengan sembarang wanita sejak memiliki anak."
Teman-teman Oriel tahu dan mengerti atas apa yang dilakukan Oriel. Mereka bertiga memiliki status yang sama yaitu seorang duda. Yang membedakan di antara ketiganya hanyalah Oriel yang sudah memiliki anak, sedang kedua temannya duda tanpa anak.
Semenjak istrinya meninggal 5 tahun lalu ketika melahirkan anak kembar Mereka, Oriel hidup seperti sebuah robot dan hanya akan lebuh manusiawi ketika bersama kedua anaknya. Oriel berubah menjadi sedingin salju sejak kehilangan cintanya.
______________
Suasana apartemen Carolline malam ini tidak seperti biasanya. Kali ini apartemen kecil Carol dipenuhi dengan suara cumbuan antara dua manusia berbeda jenis yang menempati kamar di sebelah kamar Carol. Tadi setelah Ia pulang dari kantor Lusy temannya, datang membawa sang kekasih dan meminta untuk menginap disini. Dan Carolline mengiyakan permintaan itu.
Tapi sekarang Carol menyesali keputusannya. Dia benar-benar tidak bisa tidur. Suara itu benar-benar terngiang di telinganya. Bahlan Ia sudah menyumpal telinganya dengan Earphone dan memainkan musik dengan keras tapi suara kedua menusia itu tetap terdengar.
Yes baby... terus.....
"ARRRRRGH, Aku benar-benra tidak bisa tidur. Ya Tuhan apakah Mereka tidak lelah, bahkan ini sudah hampir pagi. Tapi Mereka bahkan tidak berhenti sebentar saja," Carol benar-benar muak, jika bukan karena Lusy temannya yang selalu ada saat Ia butuh, sudah pasti keduanya akan Ia lempar keluar dari apartemen ini.
Dari pada pusing sendiri, Carol memilih mengambil cemilan di dapur dan menonton TV dengan suara keras. Bisa dipastikan dirinya akan seperti zombi besok pagi. Ia benar-benar tidak tidur semenit pun astaga.
Ketika benar benar sudah fokus menonton tanpa menghiraukan suara gaib tadi, Carol lama kelamaan tertidur di sofa depan TV. Entah sudah berapa lama Ia tertidur, yang Ia tahu baru saja dirinya dibangunkan Lusy yang akan pamit pulang bersama kekasihnya. Ketika melihat jam menunjukkan pukul 6 pagi, Ia bergegas kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap berangkat bekerja.
Pukul 7.30 Ia sudah sampai di perusahaan dan sekarang Carol sedang berada di lift menuju ke lantai tempatnya bekerja. Carol sesekali menguap dan menyandarkan kepalanya pada dinding lift. Dia benar-benar mengantuk.
Di sisi lain, Oriel yang baru saja sampai di perusahaan bersama dengan Erlan. Ketika ingin masuk ke lift khusus ternyata lift itu rusak. Oriel pun bergeser memasukki lift biasa bersama dengan karyawan lainnya. Di dalam lift keadaan tampak hening, lalu Oriel menoleh pada wanita di sebelahnya.
Wanita itu yang mungkin karyawannya juga, sedang menguap dengan lebar. Lalu menutup mata dan bersandar pada dinding lift. Sepertinya wanita itu ngantuk sekali. Sampai Oriel bisa mendengar suara dengkuran halus di telinganya.
Lift pun berhenti di lantai bagian keuangan, dan seketika wanita itu bangun lalu segera keluar dari lift masih dengan menguap lebar. Hal itu pun tak luput dari penglihatan Oriel.
Wanita aneh batin Oriel sambil menatap kepergian wanita itu yang peralahan hilang karena pintu lift tertutup.
Hari ini, manajer dari divisi keuangan, Pak Stevano sedang berulang tahun. Beliau mengundang seluruh staff keuangan untuk datang ke pesta ulang tahunnya yang diadakan di salah satu Club Malam ternama di kota ini. Untuk itulah Carolline berada di sini, ditengah-tengah pengapnya asap rokok dan kumpulan manusia yang memenuhi ruangan. Dari dulu Carol sangat membenci tempat ini. Jika bukan karena undangan dari atasannya Dia tidak akan sudi menginjakkan kaki di tempat itu. Carol hanya diam sambil sesekali meminum jus jeruk pesanannya. "Kenapa Kau diam saja Carol?" tanya Stevano menghampiri Carol "Nikmatilah pesta ini, sesekali Kau perlu bersantai dan melupakan lembaran kertas berisi angka itu," lanjut Stevano sambil duduk di sebelah Carol
Carol membuka matanya lalu terdiam menatap sekeliling.Ini bukan kamarkubatin Carol. Lalu Ia merasakan ada pergerakan di sampingnya.Siapa pria ini?batin Carol melihat seorang laki-laki tidur disampingnya. Lalu Carol melihat ke dalam selimut dan terkejut ketika dirinya tidak memakai sehelai benang pun. "Kau sudah bangun?" tanya Pria di sampingnya yang sekarang sudah bersandar di kepala ranjang "Kemarin..." Carol tidak bisamelanjutkan kata-katanya, Ia terlalu terkejut dengan apa yang dilihatnya "Maaf, Aku tidak bisa mengendalikan diriku kemarin," ucap Pria itu "Tidak, itu juga salahku. Aku ingat, Aku terlalu mabuk kemarin." balas Carol dengan parau, entah mengapa air matanya keluar begi
Hari ini Carol kembali menjalankan aktivitasnya seperti semula setelah weekend yang sangat berbeda dari biasanya. Dimana Dirinya bangun satu ranjang bersama dengan pria asing yang entah datang dari mana. Ah sudahlah Carol tidak mau mengingat hal itu lagi. Ia tidak ingin menambah beban pada otaknya, cukup semua angka di monitornya saja yang membuat otaknya terbebani. "Carol, temani Aku meeting di lantai 20," ucap Stevano yang sekarang sudah ada di depan meja kerjanya "Baik Pak," Carol segera mengambil barang yang diperlukan lalu berjalan mengikuti Stevano "Kemarin malam Kau kemana Carol? Aku tidak melihatmu setelah Kita minum," ucap Stevano ketika Mereka sedang berada di lift menuju lantai 20 "Saya pulang duluan Pak," ucap Ca
Sampai diHamilton CompanyRestourant ,Stevano, Oriel, Carolline, Aaron dan juga Emily duduk dalam satu meja di ruang khusus yang disediakan untuk keluarga Hamilton. Ruang itu sangat ramai dipenuhi oleh ocehan Aaron, Emily dan juga Stevano. Sedangkan Oriel dan Carol hanya diam menikmati makanannya. "Aunty maukah Kau menyuapiku?" ucap Emily yang duduk di sebelah kanan Carol "Makan sendiri Emi," ucap Oriel sambil menatap sang anak datar, Emi yang ditatap seperti itu pun takut dan menundukkan wajahnya "Hey, jangan sedih, sini Aunty suapi,"ucap Carol yang tidak tega melihat Emily sedih dan mendengar itu seketika Emily mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar tanpa menghiraukan tatapan sang ayah. "Terima kasih A
Pagi tadi ketika Oriel akan berangkat ke kantor, tiba-tiba kedua anaknya merengek meminta ikut. Flashback On "Daddy ayolaah, biarkan Kami ikut denganmuuu," "Iya Daddy, Kau akan menjadi Daddy terbaik di dunia jika membawa kami ikut bersamamu," Oriel menatap jengah kedua anaknya yang sekarang tengah bergelantungan di kedua kakinya. Mereka merengek agar Oriel membawa Mereka ke kantor. "Ayolah Daddy, Kau telihat tampan dari bawah sini, meskipun Aku hanya bisa melihat dagumu," "Iya Daddy Kau tampan, jadi Izinkan Kami ikut bersamamu,"
Kali ini Oriel dan juga kedua anaknya sedang berada di depan pintu apartemen Carolline. Hubungan Mereka sedekat itu sekarang? Ya, lebih tepatnya kedua bocah kecil di gendongan Oriel-lah yang semakin tidak mau lepas dari Carol. Pagi tadi Mereka terus merengek meminta bertemu Carol. Karena hari ini weekend tentu Mereka tidak bisa bertemu di kantor. Jadi dua bocah kecil itu memaksa Oriel mengantar Mereka ke rumah Carol. Dan disinilah Mereka sekarang. "Ayo Daddy, tekan bell-nya!" Oriel hanya bisa pasrah dan menuruti perkataan kedua malaikat kecilnya itu. Setelah beberapa kali menekan bell akhirnya pintu terbuka dan munculah Carol dengan memakai kaos kebesaran dan juga tunggu mengapa Oriel tidak melihat Carol memakai celana? Disi
Sampai di rumah Oriel, Aaron dan juga Emily begitu antusias membawa Carol ke kamar Mereka. Dan disinilah mereka sekarang di sebuah kamar dengan perpaduan biru muda dan juga biru tua yang berisi beberapa barang termasuk ranjang king size. Tempat Mereka berbaring sekarang. Carol sekarang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membaca buku dongeng dengan Aaron dan Emily berbaring disamping kiri dan kanannya. Ketika kedua anak itu sudah terlelap, dengan pelan Carol turun dari ranjang. Ia keluar untuk mencari keberadaan Oriel. Ia butuh berganti pakaian dan mungkin Oriel memiliki pakaian yang bisa Ia pakai. Keluar dari kamar, Carol melihat Oriel yang sudah mengenakan piama duduk di balkon sambil memangku laptop. "Oriel," panggil Carol membuat Oriel mengalikan pandangannya dari layar monitor
Sepasang mata indah yang sejak tadi tertutup pun terbuka. Sekarang netra mata itu beralih menatap kebawah dimana seorang pria sedang tertidur pulas di ceruk lehernya. Carol mengusap lembut kepala Oriel dengan perasaan tak menentu. Kedua kalinya Mereka berhubungan badan bukanlah hal yang sepele menurut Carol. Dia tidak bisa mengendalikan hatinya untuk tidak tersentuh dengan semua perlakuan Oriel semalam. Tapi Dirinya tidak akan berharap lebih untuk mendapat perasaan yang sama dari Oriel. Mungkin apa yang terjadi diantara Mereka berdua hanyalah nafsu sesaat dan setelah bosan seperti laki-laki lain Oriel perlahan pasti akan pergi darinya. Memikirkan hal itu membuat air mata Carol perlahan keluar tanpa diminta. Dan Oriel yang sejak Carol mengusap kepalanya sudah terbangun pun menyadari jika Carol menangis. Tanpa mengunggu lama Ia bangun d
Kali ini Oriel sedang berada di salah satu restoran bersama dengan kedua temannya, Ellard dan Devan. Entah apa yang Mereka bahas yang jelas sekarang Ellard dan juga Devan sedang tertawa terpingkal-pingkal sedangkan Oriel hanya menatap keduanya jengah. "Ellard, apa Ku bilang teman Kita yang satu ini pasti akan segera mendapatkan pelepasan," "Ya, Kau benar Devan ouh dan lihatlah raut wajah Oriel, seperti orang yang sudah benar-benar lega karena melepaskan sesuatu yang ditahannya bertahun-tahun." "Astaga Aku benar-benar puas menertawakanmu Oriel," Ellard dan juga Devan kembali tertawa dengan sangat puas Oriel sebelumnya memang menceritakan bahwa dia sudah memiliki seorang kekasih kepada kedua sahabatnya itu. D
Sepasang mata indah yang sejak tadi tertutup pun terbuka. Sekarang netra mata itu beralih menatap kebawah dimana seorang pria sedang tertidur pulas di ceruk lehernya. Carol mengusap lembut kepala Oriel dengan perasaan tak menentu. Kedua kalinya Mereka berhubungan badan bukanlah hal yang sepele menurut Carol. Dia tidak bisa mengendalikan hatinya untuk tidak tersentuh dengan semua perlakuan Oriel semalam. Tapi Dirinya tidak akan berharap lebih untuk mendapat perasaan yang sama dari Oriel. Mungkin apa yang terjadi diantara Mereka berdua hanyalah nafsu sesaat dan setelah bosan seperti laki-laki lain Oriel perlahan pasti akan pergi darinya. Memikirkan hal itu membuat air mata Carol perlahan keluar tanpa diminta. Dan Oriel yang sejak Carol mengusap kepalanya sudah terbangun pun menyadari jika Carol menangis. Tanpa mengunggu lama Ia bangun d
Sampai di rumah Oriel, Aaron dan juga Emily begitu antusias membawa Carol ke kamar Mereka. Dan disinilah mereka sekarang di sebuah kamar dengan perpaduan biru muda dan juga biru tua yang berisi beberapa barang termasuk ranjang king size. Tempat Mereka berbaring sekarang. Carol sekarang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membaca buku dongeng dengan Aaron dan Emily berbaring disamping kiri dan kanannya. Ketika kedua anak itu sudah terlelap, dengan pelan Carol turun dari ranjang. Ia keluar untuk mencari keberadaan Oriel. Ia butuh berganti pakaian dan mungkin Oriel memiliki pakaian yang bisa Ia pakai. Keluar dari kamar, Carol melihat Oriel yang sudah mengenakan piama duduk di balkon sambil memangku laptop. "Oriel," panggil Carol membuat Oriel mengalikan pandangannya dari layar monitor
Kali ini Oriel dan juga kedua anaknya sedang berada di depan pintu apartemen Carolline. Hubungan Mereka sedekat itu sekarang? Ya, lebih tepatnya kedua bocah kecil di gendongan Oriel-lah yang semakin tidak mau lepas dari Carol. Pagi tadi Mereka terus merengek meminta bertemu Carol. Karena hari ini weekend tentu Mereka tidak bisa bertemu di kantor. Jadi dua bocah kecil itu memaksa Oriel mengantar Mereka ke rumah Carol. Dan disinilah Mereka sekarang. "Ayo Daddy, tekan bell-nya!" Oriel hanya bisa pasrah dan menuruti perkataan kedua malaikat kecilnya itu. Setelah beberapa kali menekan bell akhirnya pintu terbuka dan munculah Carol dengan memakai kaos kebesaran dan juga tunggu mengapa Oriel tidak melihat Carol memakai celana? Disi
Pagi tadi ketika Oriel akan berangkat ke kantor, tiba-tiba kedua anaknya merengek meminta ikut. Flashback On "Daddy ayolaah, biarkan Kami ikut denganmuuu," "Iya Daddy, Kau akan menjadi Daddy terbaik di dunia jika membawa kami ikut bersamamu," Oriel menatap jengah kedua anaknya yang sekarang tengah bergelantungan di kedua kakinya. Mereka merengek agar Oriel membawa Mereka ke kantor. "Ayolah Daddy, Kau telihat tampan dari bawah sini, meskipun Aku hanya bisa melihat dagumu," "Iya Daddy Kau tampan, jadi Izinkan Kami ikut bersamamu,"
Sampai diHamilton CompanyRestourant ,Stevano, Oriel, Carolline, Aaron dan juga Emily duduk dalam satu meja di ruang khusus yang disediakan untuk keluarga Hamilton. Ruang itu sangat ramai dipenuhi oleh ocehan Aaron, Emily dan juga Stevano. Sedangkan Oriel dan Carol hanya diam menikmati makanannya. "Aunty maukah Kau menyuapiku?" ucap Emily yang duduk di sebelah kanan Carol "Makan sendiri Emi," ucap Oriel sambil menatap sang anak datar, Emi yang ditatap seperti itu pun takut dan menundukkan wajahnya "Hey, jangan sedih, sini Aunty suapi,"ucap Carol yang tidak tega melihat Emily sedih dan mendengar itu seketika Emily mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar tanpa menghiraukan tatapan sang ayah. "Terima kasih A
Hari ini Carol kembali menjalankan aktivitasnya seperti semula setelah weekend yang sangat berbeda dari biasanya. Dimana Dirinya bangun satu ranjang bersama dengan pria asing yang entah datang dari mana. Ah sudahlah Carol tidak mau mengingat hal itu lagi. Ia tidak ingin menambah beban pada otaknya, cukup semua angka di monitornya saja yang membuat otaknya terbebani. "Carol, temani Aku meeting di lantai 20," ucap Stevano yang sekarang sudah ada di depan meja kerjanya "Baik Pak," Carol segera mengambil barang yang diperlukan lalu berjalan mengikuti Stevano "Kemarin malam Kau kemana Carol? Aku tidak melihatmu setelah Kita minum," ucap Stevano ketika Mereka sedang berada di lift menuju lantai 20 "Saya pulang duluan Pak," ucap Ca
Carol membuka matanya lalu terdiam menatap sekeliling.Ini bukan kamarkubatin Carol. Lalu Ia merasakan ada pergerakan di sampingnya.Siapa pria ini?batin Carol melihat seorang laki-laki tidur disampingnya. Lalu Carol melihat ke dalam selimut dan terkejut ketika dirinya tidak memakai sehelai benang pun. "Kau sudah bangun?" tanya Pria di sampingnya yang sekarang sudah bersandar di kepala ranjang "Kemarin..." Carol tidak bisamelanjutkan kata-katanya, Ia terlalu terkejut dengan apa yang dilihatnya "Maaf, Aku tidak bisa mengendalikan diriku kemarin," ucap Pria itu "Tidak, itu juga salahku. Aku ingat, Aku terlalu mabuk kemarin." balas Carol dengan parau, entah mengapa air matanya keluar begi
Hari ini, manajer dari divisi keuangan, Pak Stevano sedang berulang tahun. Beliau mengundang seluruh staff keuangan untuk datang ke pesta ulang tahunnya yang diadakan di salah satu Club Malam ternama di kota ini. Untuk itulah Carolline berada di sini, ditengah-tengah pengapnya asap rokok dan kumpulan manusia yang memenuhi ruangan. Dari dulu Carol sangat membenci tempat ini. Jika bukan karena undangan dari atasannya Dia tidak akan sudi menginjakkan kaki di tempat itu. Carol hanya diam sambil sesekali meminum jus jeruk pesanannya. "Kenapa Kau diam saja Carol?" tanya Stevano menghampiri Carol "Nikmatilah pesta ini, sesekali Kau perlu bersantai dan melupakan lembaran kertas berisi angka itu," lanjut Stevano sambil duduk di sebelah Carol