Hari ini Carol kembali menjalankan aktivitasnya seperti semula setelah weekend yang sangat berbeda dari biasanya. Dimana Dirinya bangun satu ranjang bersama dengan pria asing yang entah datang dari mana. Ah sudahlah Carol tidak mau mengingat hal itu lagi. Ia tidak ingin menambah beban pada otaknya, cukup semua angka di monitornya saja yang membuat otaknya terbebani.
"Carol, temani Aku meeting di lantai 20," ucap Stevano yang sekarang sudah ada di depan meja kerjanya
"Baik Pak," Carol segera mengambil barang yang diperlukan lalu berjalan mengikuti Stevano
"Kemarin malam Kau kemana Carol? Aku tidak melihatmu setelah Kita minum," ucap Stevano ketika Mereka sedang berada di lift menuju lantai 20
"Saya pulang duluan Pak," ucap Carol salah tingkah
"Oh syukurlah, kemarin sepertinya Kau sangat mabuk sehingga Aku khawatir Kau bertemu orang jahat,"
Aku tidak tahu harus menyebut pria itu jahat atau tidak batin Carol sambil mengingat perlakuan Oriel padanya
Ting
Lift sampai dan Mereka langsung menuju ke ruang meeting.
"Hari ini Kita akan membahas proyek besar," bisik saat Mereka sudah duduk di ruang meeting
"Oh ya? hotel atau pusat perbelanjaan Pak?" balas Carol, Stevano orang yang sangat ramah sehingga para pegawai termasuk Carol tidak canggung ketika bebincang dengannya
"Pembangunan Hotel di 5 kota besar benua Asia,"
Carol tidak heran ketika perusahaan tempatnya bekerja ini sering mendapatkan proyek besar. Hamilton Company merupakan perusahaan konstruksi no. 1 di negara ini. Jadi sudah tidak diragukan lagi kualitas serta kuantitasnya.
Ruang meeting sudah mulai penuh, Mereka hanya tinggal menunggu kedatangan CEO perusahaan yang akan memimpin meeting kali ini. Beberapa menit menunggu akhirnya CEO pun datang bersama asistennya.
Carol yang awalnya menunduk pun berdiri menyambut sang CEO yang selama ini tidak pernah Ia ketahui rupanya. Dan Carol sangat terkejut ketika melihat wajah Pria yang sekarang berdiri di depan sana sambil menatap intens ke arahnya.
"Pak, Pria itu adalah Tuan Hamilton?" tanya Carol memastikan apa yang dilihatnya pada Stevano
"Ya, Dia Oriel Jeff Hamilton, apakah Kau baru mengetahuinya?" apa yang dikatakan Stevano membuat Carol seketika mematung
Jadi Dia atasanku? batin Carol sambil menatap Oriel yang sekarang juga sedang menatapnya.
_________________
"Pak, meeting sudah siap,"
Tanpa membalas ucapan Erland, Oriel segera beranjak dari kursi kebesarannya menuju ke ruang meeting diikuti Erland di belakangnya. Sampai di ruang meeting, semua orang yang berada dalam berdiri dari duduknya untuk menyambut Sang CEO.
Oriel memandang satu per satu para pegawai yang bergabung dalam meeting kali ini. Lalu tatapannya tertuju pada seorang wanita yang berada di samping Stevano.
Baiklah, sekarang Aku ingat mengapa aku merasa pernah melihatnya batin Oriel yang melihat keberadaan Carol
Oriel ingat, Carol adalah staff keuangan yang pernah tertidur ketika berada satu lift dengannya. Sepanjang meeting Oriel tak melepaskan tatapannya dari Carol. Carol yang ditatap seperti itu pun salah tingkah dan akhirnya memilih mencoba mengabaikan tatapan Oriel.
Ketika semua orang sedang fokus mendengarkan presentasi dari Oriel, tiba-tiba...
BRAK
"DADDY," Aaron dan Emily membuka pintu ruang rapat dengan kencang dan disusul Elly dibelakang Mereka
"Maaf Pak, Saya sudah berusaha menahan Tuan dan Nona, tapi.."
"Daddy mengapa Kau meeting lama sekali!!!," Aaron sudah berteriak ketika Elly belum selesai berbicara
"Iya Daddy, Aku sudah lapar. Ayo Kita makan." Ucap Emily sambil memegangi perutnya
"Kenapa Kalian datang kesini? bukankah sudah bersama Aunty Cassie?" Ya, tadi pagi Oriel menitipkan kedua anaknya pada sang adik, Cassie. Tapi entah mengapa Mereka berada di sini sekarang
"Aunty harus pergi ke sekolah, jadi Kami diantar kesini," ucap Aaron
Sedangkan Emily tidak menghiarukan pertanyaan Sang Ayah, perhatiannya terfokus pada wanita di samping Stevano. Carolline
"Aunty cantik," ucap Emily yang sekarang sudah memeluk kaki Carol dan hal itu membuat semua orang menatap ke arahnya
"Meeting Kita lanjutkan besok. Kalian boleh keluar," ucap Oriel meminta semua orang meninggalkan ruang meeting
Dan tersisa Oriel, Aaron, Emily, Stevano dan juga Carolline di sana.
"Kau mengenal Carol, Emi?" tanya Stevano pada Emily yang sekarang berada di pangkuan Emily
"Carol? who is Carol?"tanya Emily
"Carol adalah nama Aunty, Carolline," balas Carol dengan pelan karena sejak tadi Oriel tidak melepaskan tatapan darinya
"Oh ya? Aunty Carol? nama yang cantik seperti namaku," ucap Emily sambil memegang pipi Carol
"Terima kasih," balas Carol sambil mengelus kepala Emily
"Bagaimana kalau kita makan bersama?" ucap Stevano
"YA UNCLE, AYO KITA MAKAN," teriak Aaron yang berada di pangkuan Oriel
"Baiklah ayo Kita pergi," Stevan menggendong Aaron keluar dari ruangan
"Kau juga ikutlah," ucap Oriel
"T-tapi.."
"Ayolah Aunty, Ikutlah makan bersama Kami," bujuk Emily dengan ekspresi memohon
"Baiklah,"
Dan akhirnya Mereka keluar dengan Oriel berada di depan sedangkan Carol berada di belakang bersama Emily di gendongannya.
Sampai diHamilton CompanyRestourant ,Stevano, Oriel, Carolline, Aaron dan juga Emily duduk dalam satu meja di ruang khusus yang disediakan untuk keluarga Hamilton. Ruang itu sangat ramai dipenuhi oleh ocehan Aaron, Emily dan juga Stevano. Sedangkan Oriel dan Carol hanya diam menikmati makanannya. "Aunty maukah Kau menyuapiku?" ucap Emily yang duduk di sebelah kanan Carol "Makan sendiri Emi," ucap Oriel sambil menatap sang anak datar, Emi yang ditatap seperti itu pun takut dan menundukkan wajahnya "Hey, jangan sedih, sini Aunty suapi,"ucap Carol yang tidak tega melihat Emily sedih dan mendengar itu seketika Emily mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar tanpa menghiraukan tatapan sang ayah. "Terima kasih A
Pagi tadi ketika Oriel akan berangkat ke kantor, tiba-tiba kedua anaknya merengek meminta ikut. Flashback On "Daddy ayolaah, biarkan Kami ikut denganmuuu," "Iya Daddy, Kau akan menjadi Daddy terbaik di dunia jika membawa kami ikut bersamamu," Oriel menatap jengah kedua anaknya yang sekarang tengah bergelantungan di kedua kakinya. Mereka merengek agar Oriel membawa Mereka ke kantor. "Ayolah Daddy, Kau telihat tampan dari bawah sini, meskipun Aku hanya bisa melihat dagumu," "Iya Daddy Kau tampan, jadi Izinkan Kami ikut bersamamu,"
Kali ini Oriel dan juga kedua anaknya sedang berada di depan pintu apartemen Carolline. Hubungan Mereka sedekat itu sekarang? Ya, lebih tepatnya kedua bocah kecil di gendongan Oriel-lah yang semakin tidak mau lepas dari Carol. Pagi tadi Mereka terus merengek meminta bertemu Carol. Karena hari ini weekend tentu Mereka tidak bisa bertemu di kantor. Jadi dua bocah kecil itu memaksa Oriel mengantar Mereka ke rumah Carol. Dan disinilah Mereka sekarang. "Ayo Daddy, tekan bell-nya!" Oriel hanya bisa pasrah dan menuruti perkataan kedua malaikat kecilnya itu. Setelah beberapa kali menekan bell akhirnya pintu terbuka dan munculah Carol dengan memakai kaos kebesaran dan juga tunggu mengapa Oriel tidak melihat Carol memakai celana? Disi
Sampai di rumah Oriel, Aaron dan juga Emily begitu antusias membawa Carol ke kamar Mereka. Dan disinilah mereka sekarang di sebuah kamar dengan perpaduan biru muda dan juga biru tua yang berisi beberapa barang termasuk ranjang king size. Tempat Mereka berbaring sekarang. Carol sekarang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membaca buku dongeng dengan Aaron dan Emily berbaring disamping kiri dan kanannya. Ketika kedua anak itu sudah terlelap, dengan pelan Carol turun dari ranjang. Ia keluar untuk mencari keberadaan Oriel. Ia butuh berganti pakaian dan mungkin Oriel memiliki pakaian yang bisa Ia pakai. Keluar dari kamar, Carol melihat Oriel yang sudah mengenakan piama duduk di balkon sambil memangku laptop. "Oriel," panggil Carol membuat Oriel mengalikan pandangannya dari layar monitor
Sepasang mata indah yang sejak tadi tertutup pun terbuka. Sekarang netra mata itu beralih menatap kebawah dimana seorang pria sedang tertidur pulas di ceruk lehernya. Carol mengusap lembut kepala Oriel dengan perasaan tak menentu. Kedua kalinya Mereka berhubungan badan bukanlah hal yang sepele menurut Carol. Dia tidak bisa mengendalikan hatinya untuk tidak tersentuh dengan semua perlakuan Oriel semalam. Tapi Dirinya tidak akan berharap lebih untuk mendapat perasaan yang sama dari Oriel. Mungkin apa yang terjadi diantara Mereka berdua hanyalah nafsu sesaat dan setelah bosan seperti laki-laki lain Oriel perlahan pasti akan pergi darinya. Memikirkan hal itu membuat air mata Carol perlahan keluar tanpa diminta. Dan Oriel yang sejak Carol mengusap kepalanya sudah terbangun pun menyadari jika Carol menangis. Tanpa mengunggu lama Ia bangun d
Kali ini Oriel sedang berada di salah satu restoran bersama dengan kedua temannya, Ellard dan Devan. Entah apa yang Mereka bahas yang jelas sekarang Ellard dan juga Devan sedang tertawa terpingkal-pingkal sedangkan Oriel hanya menatap keduanya jengah. "Ellard, apa Ku bilang teman Kita yang satu ini pasti akan segera mendapatkan pelepasan," "Ya, Kau benar Devan ouh dan lihatlah raut wajah Oriel, seperti orang yang sudah benar-benar lega karena melepaskan sesuatu yang ditahannya bertahun-tahun." "Astaga Aku benar-benar puas menertawakanmu Oriel," Ellard dan juga Devan kembali tertawa dengan sangat puas Oriel sebelumnya memang menceritakan bahwa dia sudah memiliki seorang kekasih kepada kedua sahabatnya itu. D
Suasana gemerlap lampu dan juga suara musik sudah biasa bagi seorang Oriel. Dirinya sekarang sedang berada di Club milik Ellard tempat diselengarakan acara ulang tahun sepupunya, Stevano Hamilton. Bukan hanya Oriel dan kedua temannya yang datang tapi juga seluruh staff bagian keuangan HamiltonCompanydibawah kepemimpinan Stevano. "Aku ke toilet dulu," ucap Oriel pada Ellad dan juga Devan yang sibuk bercumbu dengan wanita malam, Ketika berjalan di lorong menuju ke toilet, Oriel melihat seorang wanita yang sepertinya sedang hilang kendali karena mabuk. Oriel segera berjalan mendekat ketika melihat wanita itu hampir terjatuh. "Kau baik-baik saja Nona?" ucap Oriel "T-tolong, kepalaku sangat pusing," ucap wani
Di sebuah lobi gedung perkantoran, baru saja terparkir sebuah mobil mewah. Sepasang bocah kecil keluar dari mobil tersebut. Mereka adalah Aaron Kenric Hamilton (5 tahun) dan juga Emily Dwyne Hamilton(5 tahun). Anak dari seorang pengusaha ternama di Las vegas, Amerika serikat, Oriel Jeff Hamilton(27 tahun). Mereka berjalan memasuki gedung diikuti oleh 2 orang bodyguard berpakainan serba hitam. Di depan pintu masuk, sudah ada seseorang yang berdiri menyambut Mereka. Dia adalah Erlan Jones(25 tahun) asisten sekaligus orang kepercayaan Oriel Hamilton. "Selamat datang, Tuan dan Nona Muda. Mari Saya antar menuju ke ruangan Tuan Hamilton." ucap Erlan sambil membungkuk lalu berjalan di belakang kedua bocah kecil itu. "Selamat datang, Tuan dan Nona," sapa resepsionis dengan nada dibuat seram
Kali ini Oriel sedang berada di salah satu restoran bersama dengan kedua temannya, Ellard dan Devan. Entah apa yang Mereka bahas yang jelas sekarang Ellard dan juga Devan sedang tertawa terpingkal-pingkal sedangkan Oriel hanya menatap keduanya jengah. "Ellard, apa Ku bilang teman Kita yang satu ini pasti akan segera mendapatkan pelepasan," "Ya, Kau benar Devan ouh dan lihatlah raut wajah Oriel, seperti orang yang sudah benar-benar lega karena melepaskan sesuatu yang ditahannya bertahun-tahun." "Astaga Aku benar-benar puas menertawakanmu Oriel," Ellard dan juga Devan kembali tertawa dengan sangat puas Oriel sebelumnya memang menceritakan bahwa dia sudah memiliki seorang kekasih kepada kedua sahabatnya itu. D
Sepasang mata indah yang sejak tadi tertutup pun terbuka. Sekarang netra mata itu beralih menatap kebawah dimana seorang pria sedang tertidur pulas di ceruk lehernya. Carol mengusap lembut kepala Oriel dengan perasaan tak menentu. Kedua kalinya Mereka berhubungan badan bukanlah hal yang sepele menurut Carol. Dia tidak bisa mengendalikan hatinya untuk tidak tersentuh dengan semua perlakuan Oriel semalam. Tapi Dirinya tidak akan berharap lebih untuk mendapat perasaan yang sama dari Oriel. Mungkin apa yang terjadi diantara Mereka berdua hanyalah nafsu sesaat dan setelah bosan seperti laki-laki lain Oriel perlahan pasti akan pergi darinya. Memikirkan hal itu membuat air mata Carol perlahan keluar tanpa diminta. Dan Oriel yang sejak Carol mengusap kepalanya sudah terbangun pun menyadari jika Carol menangis. Tanpa mengunggu lama Ia bangun d
Sampai di rumah Oriel, Aaron dan juga Emily begitu antusias membawa Carol ke kamar Mereka. Dan disinilah mereka sekarang di sebuah kamar dengan perpaduan biru muda dan juga biru tua yang berisi beberapa barang termasuk ranjang king size. Tempat Mereka berbaring sekarang. Carol sekarang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membaca buku dongeng dengan Aaron dan Emily berbaring disamping kiri dan kanannya. Ketika kedua anak itu sudah terlelap, dengan pelan Carol turun dari ranjang. Ia keluar untuk mencari keberadaan Oriel. Ia butuh berganti pakaian dan mungkin Oriel memiliki pakaian yang bisa Ia pakai. Keluar dari kamar, Carol melihat Oriel yang sudah mengenakan piama duduk di balkon sambil memangku laptop. "Oriel," panggil Carol membuat Oriel mengalikan pandangannya dari layar monitor
Kali ini Oriel dan juga kedua anaknya sedang berada di depan pintu apartemen Carolline. Hubungan Mereka sedekat itu sekarang? Ya, lebih tepatnya kedua bocah kecil di gendongan Oriel-lah yang semakin tidak mau lepas dari Carol. Pagi tadi Mereka terus merengek meminta bertemu Carol. Karena hari ini weekend tentu Mereka tidak bisa bertemu di kantor. Jadi dua bocah kecil itu memaksa Oriel mengantar Mereka ke rumah Carol. Dan disinilah Mereka sekarang. "Ayo Daddy, tekan bell-nya!" Oriel hanya bisa pasrah dan menuruti perkataan kedua malaikat kecilnya itu. Setelah beberapa kali menekan bell akhirnya pintu terbuka dan munculah Carol dengan memakai kaos kebesaran dan juga tunggu mengapa Oriel tidak melihat Carol memakai celana? Disi
Pagi tadi ketika Oriel akan berangkat ke kantor, tiba-tiba kedua anaknya merengek meminta ikut. Flashback On "Daddy ayolaah, biarkan Kami ikut denganmuuu," "Iya Daddy, Kau akan menjadi Daddy terbaik di dunia jika membawa kami ikut bersamamu," Oriel menatap jengah kedua anaknya yang sekarang tengah bergelantungan di kedua kakinya. Mereka merengek agar Oriel membawa Mereka ke kantor. "Ayolah Daddy, Kau telihat tampan dari bawah sini, meskipun Aku hanya bisa melihat dagumu," "Iya Daddy Kau tampan, jadi Izinkan Kami ikut bersamamu,"
Sampai diHamilton CompanyRestourant ,Stevano, Oriel, Carolline, Aaron dan juga Emily duduk dalam satu meja di ruang khusus yang disediakan untuk keluarga Hamilton. Ruang itu sangat ramai dipenuhi oleh ocehan Aaron, Emily dan juga Stevano. Sedangkan Oriel dan Carol hanya diam menikmati makanannya. "Aunty maukah Kau menyuapiku?" ucap Emily yang duduk di sebelah kanan Carol "Makan sendiri Emi," ucap Oriel sambil menatap sang anak datar, Emi yang ditatap seperti itu pun takut dan menundukkan wajahnya "Hey, jangan sedih, sini Aunty suapi,"ucap Carol yang tidak tega melihat Emily sedih dan mendengar itu seketika Emily mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar tanpa menghiraukan tatapan sang ayah. "Terima kasih A
Hari ini Carol kembali menjalankan aktivitasnya seperti semula setelah weekend yang sangat berbeda dari biasanya. Dimana Dirinya bangun satu ranjang bersama dengan pria asing yang entah datang dari mana. Ah sudahlah Carol tidak mau mengingat hal itu lagi. Ia tidak ingin menambah beban pada otaknya, cukup semua angka di monitornya saja yang membuat otaknya terbebani. "Carol, temani Aku meeting di lantai 20," ucap Stevano yang sekarang sudah ada di depan meja kerjanya "Baik Pak," Carol segera mengambil barang yang diperlukan lalu berjalan mengikuti Stevano "Kemarin malam Kau kemana Carol? Aku tidak melihatmu setelah Kita minum," ucap Stevano ketika Mereka sedang berada di lift menuju lantai 20 "Saya pulang duluan Pak," ucap Ca
Carol membuka matanya lalu terdiam menatap sekeliling.Ini bukan kamarkubatin Carol. Lalu Ia merasakan ada pergerakan di sampingnya.Siapa pria ini?batin Carol melihat seorang laki-laki tidur disampingnya. Lalu Carol melihat ke dalam selimut dan terkejut ketika dirinya tidak memakai sehelai benang pun. "Kau sudah bangun?" tanya Pria di sampingnya yang sekarang sudah bersandar di kepala ranjang "Kemarin..." Carol tidak bisamelanjutkan kata-katanya, Ia terlalu terkejut dengan apa yang dilihatnya "Maaf, Aku tidak bisa mengendalikan diriku kemarin," ucap Pria itu "Tidak, itu juga salahku. Aku ingat, Aku terlalu mabuk kemarin." balas Carol dengan parau, entah mengapa air matanya keluar begi
Hari ini, manajer dari divisi keuangan, Pak Stevano sedang berulang tahun. Beliau mengundang seluruh staff keuangan untuk datang ke pesta ulang tahunnya yang diadakan di salah satu Club Malam ternama di kota ini. Untuk itulah Carolline berada di sini, ditengah-tengah pengapnya asap rokok dan kumpulan manusia yang memenuhi ruangan. Dari dulu Carol sangat membenci tempat ini. Jika bukan karena undangan dari atasannya Dia tidak akan sudi menginjakkan kaki di tempat itu. Carol hanya diam sambil sesekali meminum jus jeruk pesanannya. "Kenapa Kau diam saja Carol?" tanya Stevano menghampiri Carol "Nikmatilah pesta ini, sesekali Kau perlu bersantai dan melupakan lembaran kertas berisi angka itu," lanjut Stevano sambil duduk di sebelah Carol