Carol membuka matanya lalu terdiam menatap sekeliling. Ini bukan kamarku batin Carol. Lalu Ia merasakan ada pergerakan di sampingnya. Siapa pria ini? batin Carol melihat seorang laki-laki tidur disampingnya. Lalu Carol melihat ke dalam selimut dan terkejut ketika dirinya tidak memakai sehelai benang pun.
"Kau sudah bangun?" tanya Pria di sampingnya yang sekarang sudah bersandar di kepala ranjang
"Kemarin..." Carol tidak bisamelanjutkan kata-katanya, Ia terlalu terkejut dengan apa yang dilihatnya
"Maaf, Aku tidak bisa mengendalikan diriku kemarin," ucap Pria itu
"Tidak, itu juga salahku. Aku ingat, Aku terlalu mabuk kemarin." balas Carol dengan parau, entah mengapa air matanya keluar begitu saja
"Namaku Oriel," ucap pria itu dan membuat Carol menoleh
"Carolline, Kau tahu dimana pakaianku?" ucap Carol sambil menghapus air matanya
"Emm maaf pakaianmu Ku robek kemarin, tapi aku akan meminta seseorang mengirim pakaian untukmu kesini" ucap Oriel sambil mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu
"Aku ingin mandi," ucap Carol pelan sambil menunduk
"Ya, silahkan, disana kamar mandinya," balas Oriel sambil menunjuk letak kamar mandi
Carol pun bangkit dengan selimut di tubuhnya. Ia sama sekali tidak menoleh pada Oriel karena Ia tahu keadaan Mereka saat ini sama. Di dalam kamar mandi, Carol menatap pantulan dirinya di cermin. Badannya dipenuhi dengan bercak merah. Lalu Ia kembali menangis.
"Sudahlah Carol, semuanya sudah terjadi jadi tidak perlu menangis," ucap Carol pada dirinya sendiri
Di sisi lain, Oriel segera mencari pakaiannya yang kemarin Ia lempar ke seluruh ruangan. Ia benar-benar bingung harus melakukan apa. Melihat Carolline menangis membuatnya benar-benar merasa bersalah.
Ini semua salahmu, karena tidak bisa mengendalikan nafsu batin Oriel merutuki dirinya sendiri.
Tok tok tok
Pintu di ketuk dari luar dan Oriel pun segera membukanya.
"Selamat pagi, Tuan," Erland berdiri di depan pintu sambil membawa paperbag di tangannya
"Pagi, Kau membawa semua yang Ku minta?" tanya Oriel sambil mengambil paperbag dari tangan Erland
"Sudah semua Tuan,"
"Baiklah, Kau boleh pergi. Terima kasih Er," setelah mengucapkan itu Oriel menutup pintu dan ketika berbalik sudah ada Carol yang berdiri di depan kamar mandi menggunakan bathrobe
"Ini, di dalamnya ada pakaian untukmu," ucap Oriel sambil memberikan paperbag tadi kepada Carol
Carol pun segera masuk kembali ke kamar mandi. Sedangkan Oriel melanjutkan memakai pakaiannya sendiri.
Tak lama pintu kamar mandi terbuka dan keluarlah Carol dengan memakai sweater turtleneck maroon dan juga rok selutut berwarna cokelat muda
"Aku antar Kau pulang ya?" tanya Oriel yang diangguki oleh Carol
Dan Mereka pun beranjak dari Club milik Ellard dan menuju ke parkiran tempat Oriel memarkir mobil semalam. Di dalam perjalanan tidak ada pembicaraan apapun dari keduanya selain mengenai alamat tempat tinggal Carol.
Akhirnya Mereka berdua pun sampai di depan gedung apartemen Carol. Keduanya turun dari mobil dan sama-sama terdiam.
"Jika terjadi sesuatu padamu setelah ini, Kau bisa menghubungiku. Ini kartu namaku." Ucap Oriel sambil memberikan kartu namanya dan Carol pun menerima tanpa mengatakan apapun
"Terima kasih sudah mengantarku," ucap Carol sambil berlalu masuk ke gedung apartemennya. Oriel masih terpaku sambil memperhatikan punggung Carol yang perlahan menghilang.
____________
Setelah mengantar Carol, Oriel segera pulang ke rumahnya. Kedua anaknya pasti sudah mencarinya. Biasanya jika Oriel ingin lembur atau bahkan tidak pulang Oriel akan mengatakan peda kedua anaknya terlebih dahulu.
Sampai di rumahnya, Oriel segera masuk dan disambut oleh suara tangisan kedua anaknya. Mereka berdua sedang menagis dengan beberapa pelayan mencoba menenangkan
"Kenapa Kalian berisik sekali," ucap Oriel dan membuat kedua anaknya menoleh lalu segera berlari menuju Oriel
"Huaaaa Daddyyyy,"
"Kenapa tidak pulaaang, Kami sangat merindukanmu Daddy,"
"Jangan terlalu mendramatisir keadaan Aaron," ucap Oriel menatap kedua anaknya jengah
Sekarang keduanya sudah berdiri di depan Oriel sambil melipat tangan di dada dan memandang tajam pada Oriel. Drama dimulai batin Oriel pasrah
"Kenapa Kau tidak pulang, DADDY ?" tanya Emily dengan menekan kata Daddy
"Lupa," jawab Oriel terlihat tidak peduli
"Daddy Kau sangat kejam, bahkan Kau tidak ingat pada anakmu," balas Aaron dengan ekspresi wajah menggambarkan orang paling tersiksa disana
Oriel yang melihat itu pura-pura tidak peduli lalu berjalan meninggalkan keduanya. Tapi kedua bocah itu tidak tinggal diam. Mereka berlari lalu bergelantungan dikedua kaki Oriel.
"Bukankah Kalian sedang marah? Kenapa mengikutiku?" tanya Oriel menunduk ke arah kakinya
"Siapa yang marah? Kami tidak, ya kan Em?" ucap Aaron meminta persetujuan Adiknya
"Iya benar, Kami tidak pernah marah. Kami anak yang penurut Daddy,"
Melihat kedua anaknya yang memasang ekspresi menggemaskan, membuat Oriel tidak tahan untuk tersenyum. Oriel menggendong kedua anaknya lalu mencium pipi tembam keduanya.
"Kenapa Kalian sangat menggemaskan hm?"
"Kami memang anak yang menggemaskan, apakah dadi baru saja mengetahuinya?" ucap Aaron dengan percaya diri yang disambut kekehan Oriel.
Hari ini Carol kembali menjalankan aktivitasnya seperti semula setelah weekend yang sangat berbeda dari biasanya. Dimana Dirinya bangun satu ranjang bersama dengan pria asing yang entah datang dari mana. Ah sudahlah Carol tidak mau mengingat hal itu lagi. Ia tidak ingin menambah beban pada otaknya, cukup semua angka di monitornya saja yang membuat otaknya terbebani. "Carol, temani Aku meeting di lantai 20," ucap Stevano yang sekarang sudah ada di depan meja kerjanya "Baik Pak," Carol segera mengambil barang yang diperlukan lalu berjalan mengikuti Stevano "Kemarin malam Kau kemana Carol? Aku tidak melihatmu setelah Kita minum," ucap Stevano ketika Mereka sedang berada di lift menuju lantai 20 "Saya pulang duluan Pak," ucap Ca
Sampai diHamilton CompanyRestourant ,Stevano, Oriel, Carolline, Aaron dan juga Emily duduk dalam satu meja di ruang khusus yang disediakan untuk keluarga Hamilton. Ruang itu sangat ramai dipenuhi oleh ocehan Aaron, Emily dan juga Stevano. Sedangkan Oriel dan Carol hanya diam menikmati makanannya. "Aunty maukah Kau menyuapiku?" ucap Emily yang duduk di sebelah kanan Carol "Makan sendiri Emi," ucap Oriel sambil menatap sang anak datar, Emi yang ditatap seperti itu pun takut dan menundukkan wajahnya "Hey, jangan sedih, sini Aunty suapi,"ucap Carol yang tidak tega melihat Emily sedih dan mendengar itu seketika Emily mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar tanpa menghiraukan tatapan sang ayah. "Terima kasih A
Pagi tadi ketika Oriel akan berangkat ke kantor, tiba-tiba kedua anaknya merengek meminta ikut. Flashback On "Daddy ayolaah, biarkan Kami ikut denganmuuu," "Iya Daddy, Kau akan menjadi Daddy terbaik di dunia jika membawa kami ikut bersamamu," Oriel menatap jengah kedua anaknya yang sekarang tengah bergelantungan di kedua kakinya. Mereka merengek agar Oriel membawa Mereka ke kantor. "Ayolah Daddy, Kau telihat tampan dari bawah sini, meskipun Aku hanya bisa melihat dagumu," "Iya Daddy Kau tampan, jadi Izinkan Kami ikut bersamamu,"
Kali ini Oriel dan juga kedua anaknya sedang berada di depan pintu apartemen Carolline. Hubungan Mereka sedekat itu sekarang? Ya, lebih tepatnya kedua bocah kecil di gendongan Oriel-lah yang semakin tidak mau lepas dari Carol. Pagi tadi Mereka terus merengek meminta bertemu Carol. Karena hari ini weekend tentu Mereka tidak bisa bertemu di kantor. Jadi dua bocah kecil itu memaksa Oriel mengantar Mereka ke rumah Carol. Dan disinilah Mereka sekarang. "Ayo Daddy, tekan bell-nya!" Oriel hanya bisa pasrah dan menuruti perkataan kedua malaikat kecilnya itu. Setelah beberapa kali menekan bell akhirnya pintu terbuka dan munculah Carol dengan memakai kaos kebesaran dan juga tunggu mengapa Oriel tidak melihat Carol memakai celana? Disi
Sampai di rumah Oriel, Aaron dan juga Emily begitu antusias membawa Carol ke kamar Mereka. Dan disinilah mereka sekarang di sebuah kamar dengan perpaduan biru muda dan juga biru tua yang berisi beberapa barang termasuk ranjang king size. Tempat Mereka berbaring sekarang. Carol sekarang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membaca buku dongeng dengan Aaron dan Emily berbaring disamping kiri dan kanannya. Ketika kedua anak itu sudah terlelap, dengan pelan Carol turun dari ranjang. Ia keluar untuk mencari keberadaan Oriel. Ia butuh berganti pakaian dan mungkin Oriel memiliki pakaian yang bisa Ia pakai. Keluar dari kamar, Carol melihat Oriel yang sudah mengenakan piama duduk di balkon sambil memangku laptop. "Oriel," panggil Carol membuat Oriel mengalikan pandangannya dari layar monitor
Sepasang mata indah yang sejak tadi tertutup pun terbuka. Sekarang netra mata itu beralih menatap kebawah dimana seorang pria sedang tertidur pulas di ceruk lehernya. Carol mengusap lembut kepala Oriel dengan perasaan tak menentu. Kedua kalinya Mereka berhubungan badan bukanlah hal yang sepele menurut Carol. Dia tidak bisa mengendalikan hatinya untuk tidak tersentuh dengan semua perlakuan Oriel semalam. Tapi Dirinya tidak akan berharap lebih untuk mendapat perasaan yang sama dari Oriel. Mungkin apa yang terjadi diantara Mereka berdua hanyalah nafsu sesaat dan setelah bosan seperti laki-laki lain Oriel perlahan pasti akan pergi darinya. Memikirkan hal itu membuat air mata Carol perlahan keluar tanpa diminta. Dan Oriel yang sejak Carol mengusap kepalanya sudah terbangun pun menyadari jika Carol menangis. Tanpa mengunggu lama Ia bangun d
Kali ini Oriel sedang berada di salah satu restoran bersama dengan kedua temannya, Ellard dan Devan. Entah apa yang Mereka bahas yang jelas sekarang Ellard dan juga Devan sedang tertawa terpingkal-pingkal sedangkan Oriel hanya menatap keduanya jengah. "Ellard, apa Ku bilang teman Kita yang satu ini pasti akan segera mendapatkan pelepasan," "Ya, Kau benar Devan ouh dan lihatlah raut wajah Oriel, seperti orang yang sudah benar-benar lega karena melepaskan sesuatu yang ditahannya bertahun-tahun." "Astaga Aku benar-benar puas menertawakanmu Oriel," Ellard dan juga Devan kembali tertawa dengan sangat puas Oriel sebelumnya memang menceritakan bahwa dia sudah memiliki seorang kekasih kepada kedua sahabatnya itu. D
Suasana gemerlap lampu dan juga suara musik sudah biasa bagi seorang Oriel. Dirinya sekarang sedang berada di Club milik Ellard tempat diselengarakan acara ulang tahun sepupunya, Stevano Hamilton. Bukan hanya Oriel dan kedua temannya yang datang tapi juga seluruh staff bagian keuangan HamiltonCompanydibawah kepemimpinan Stevano. "Aku ke toilet dulu," ucap Oriel pada Ellad dan juga Devan yang sibuk bercumbu dengan wanita malam, Ketika berjalan di lorong menuju ke toilet, Oriel melihat seorang wanita yang sepertinya sedang hilang kendali karena mabuk. Oriel segera berjalan mendekat ketika melihat wanita itu hampir terjatuh. "Kau baik-baik saja Nona?" ucap Oriel "T-tolong, kepalaku sangat pusing," ucap wani