Share

Orang Ketiga Di Pernikahanku
Orang Ketiga Di Pernikahanku
Penulis: Sayap Emas

Bab 1. Malam Petaka

Yulia, yang baru saja tiba di rumah, merasa ada yang aneh. Setelah menghempaskan tubuhnya di sofa, dia memanggil nama Arya-suaminya. Dengan suara lembut tapi cukup keras untuk terdengar di seluruh rumah. Tubuhnya yang begitu lelah seolah melarangnya untuk bangkit dari sofa.

Beberapa saat Yulia terbuai dengan empuknya sofa di rumahnya, hingga akhirnya Yulia mulai bangkit dari sofa. "Mas! Mas Arya? Kamu di mana?"

Tetap tidak ada jawaban. Yulia mengernyitkan dahi, merasa cemas. Biasanya, Arya selalu menyambutnya ketika dia pulang. Dia bangkit dari sofa dan mulai berjalan ke arah kamar-kamar, berharap menemukan pria itu atau setidaknya mendengar tanda-tanda keberadaannya di rumah.

Yulia, yang mulai merasa semakin khawatir, berhenti sejenak di depan pintu kamar sebuah kamar yang terletak di paviliun belakang rumahnya. Dia mendengar sesuatu—suara desahan yang samar-samar datang dari dalam kamar. Jantungnya berdetak lebih cepat.

“Mas, Mas Arya!” panggilnya sambil mengetuk pintu kamar. Namun, tidak ada jawaban dari dalam kamar.

Penasaran dan cemas, Yulia menempelkan telinganya ke pintu, mencoba mendengarkan lebih jelas. Suara itu terdengar lagi, sebuah desahan lembut yang membuat Yulia semakin gelisah. Ia ragu sejenak, berpikir apakah harus mengetuk atau langsung masuk.

Dengan hati-hati Yulia menempelkan telinganya ke pintu kamar. “Suara ini.”

"Siapa yang ada di dalam kamar ini?" pikirnya, semakin cemas.

Merasa tidak ada pilihan lain, Yulia akhirnya memutuskan untuk mengambil kunci cadangan. Dia berjalan cepat ke arah laci kecil di ruang tamu, tempat di mana dia selalu menyimpan kunci cadangan untuk setiap kamar di rumah.

Dengan tangan sedikit gemetar, Yulia membuka laci dan mengambil kunci itu. Tanpa menunggu lebih lama, dia kembali ke depan kamar tersebut dan memasukkan kunci ke lubangnya.

Sambil berdoa agar semuanya baik-baik saja, Yulia memutar kunci dan perlahan membuka pintu kamar, siap menghadapi apa pun yang akan dia temui di balik pintu itu.

Begitu pintu kamar terbuka, Yulia langsung masuk dan melihat seorang wanita muda sedang duduk di tempat tidurnya. Wanita itu tampak terkejut melihat Yulia masuk dengan kunci cadangan.

"Siapa kamu? Bagaimana kamu bisa ada di dalam rumahku?" Yulia bertanya dengan nada cemas, matanya memeriksa sekeliling kamar.

Wanita itu kini tampak lebih tenang, mengerutkan kening dan menatap Yulia dengan bingung. "Saya … nama saya Zizi, Nyonya. Saya putri Bi Mina, pembantu di rumah ini.”

Yulia masih ragu, merasa ada sesuatu yang tidak biasa. Namun, melihat wajah Zizi yang tampak tenang dan meyakinkan, dia mulai mempertimbangkan kemungkinan bahwa mungkin saja dia memang salah dengar.

“Apa mungkin aku salah dengar, tapi sepertinya enggak. Aku benar-benar mendengar suara itu,” batin Yulia.

“Kapan kamu datang ke rumah ku, kenapa aku bisa nggak tahu kedatanganmu,” Yulia berkata, nada suaranya sedikit melunak, tapi matanya masih mencari tanda-tanda yang mencurigakan.

Zizi mengangguk dan mencoba tersenyum. "Saya baru datang tadi siang, Nyonya. Saat Tuan dan Nyonya sudah berangkat ke kantor. Memangnya kenapa, apa ada hal yang bisa saya bantu.”

Yulia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Meskipun masih ada keraguan di benaknya, dia memutuskan untuk tidak mendesak lebih jauh saat ini. "Baiklah, kalau begitu. Selamat malam,”

Zizi mengangguk lagi, tersenyum sedikit lebih tulus kali ini. "Baik, Nyonya. Selamat malam.”

Setelah mendengar penjelasan Zizi, Yulia tidak langsung pergi. Dia tetap berdiri di sana, matanya mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamar. Seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Zizi, Yulia memperhatikan dengan seksama, mencari tanda-tanda yang mungkin bisa menjelaskan suara desahan yang ia dengar sebelumnya.

Perlahan, dia melangkah lebih jauh ke dalam kamar, memperhatikan meja lemari, dan tempat tidur. Segala sesuatu tampak normal, tapi ada sesuatu yang masih mengganggu pikirannya.

"Zizi, kamu yakin semuanya baik-baik saja? Aku merasa ada yang aneh," ujar Yulia, suaranya mengandung keraguan.

Zizi, yang merasakan ketidakpercayaan Yulia, berusaha tetap tenang. "Iya, Nyonya. Semua baik-baik saja. Memang kenapa, apa ada hal yang mengganggu pikiran Nyonya saat ini?”

“Baru saja aku mendengar ada suara desahan dari dalam ini,” ucap Yulia sambil mengamati sekitar kamar.

“Suara desahan,” jawab Zizi sambil terlihat berpikir. “Oh itu, kebetulan tadi saya menonton drama korea di televisi. Pasti suara itu yang Nyonya dengar.”

Meskipun jawaban Zizi terdengar meyakinkan, Yulia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang sedang disembunyikan. Namun, tanpa bukti lebih lanjut dan tidak ingin membuat Zizi semakin tertekan, Yulia akhirnya mengangguk pelan.

"Baiklah, kalau begitu," katanya dengan nada pasrah. "Aku permisi dulu."

Zizi tersenyum tipis dan mengangguk, sementara Yulia perlahan keluar dari kamar, masih merasa ada sesuatu yang belum terungkap. Yulia berjalan kembali ke kamarnya dengan langkah berat. Meski Zizi telah meyakinkannya bahwa semuanya baik-baik saja, firasat Yulia mengatakan sebaliknya. Kecurigaannya semakin kuat, dan sebuah pikiran tidak enak mulai muncul di benaknya: kenapa Bi Mina tidak memberitahunya jika putrinya akan berkunjung ke rumahnya.

Di kamar, Yulia duduk di tepi tempat tidurnya, mencoba meredakan kecemasan yang mulai membebaninya. Namun, rasa penasaran dan kekhawatiran terus menghantui pikirannya. Kedatangan Zizi di rumahnya secara tiba-tiba tentunya membuat Yulia merasa bingung: Ada apa sebenarnya.

Setelah beberapa saat, Yulia memutuskan bahwa dia perlu mencari tahu kebenarannya. Dia tidak bisa membiarkan perasaan ini terus mengganggunya tanpa ada penjelasan. Dengan tekad yang bulat, Yulia berencana untuk mencari tahu suara apa yang baru saja di dengarnya. Dan apa tujuan Zizi datang ke rumahnya.

Yulia memutuskan untuk mengamati dengan lebih cermat. Dia berencana untuk memeriksa keadaan rumah, mencari petunjuk, atau mungkin menunggu sampai ada momen yang bisa mengungkapkan kebenaran. “Aku akan mencari tahu suara apa yang baru saja aku dengar,” ucap Yulia sambil meremas sprei tempat tidurnya. “

Dengan hati yang berat, Yulia memutuskan untuk menunggu dan bersiap untuk mencari tahu lebih jauh, sambil tetap menjaga agar Zizi tidak menyadari kecurigaannya. “Bi Mina harus menjelaskan tentang semua ini.”

Yulia, yang masih merasa cemas dan tidak tenang, tiba-tiba teringat pada Arya, suaminya. Selama ini, Arya juga belum terlihat atau memberikan kabar. Mungkin saja ketidakhadiran Arya ada hubungannya dengan situasi yang mengganggu pikirannya.

Yulia memutuskan untuk mencari Arya, berharap menemukan jawabannya di tempat lain di rumah. Dia berjalan keluar dari kamar, melintasi ruang tamu, dan mulai mencari suaminya. Dia memeriksa ruang kerja Arya dan area lain yang biasanya sering dikunjungi Arya. “Kemana Mas Arya, kenapa sampai sekarang dia belum juga pulang.”

"Mas! MasArya, kamu di mana?" panggil Yulia, suaranya kali ini lebih penuh harapan daripada sebelumnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status