Share

Bab 4. CCTV

Yulia masih membawa perasaan gelisah dan penasaran saat melangkah menuju kamarnya. Setelah menutup pintu dan menghela napas, dia terkejut melihat suaminya, Arya, sudah tertidur di atas ranjang. Namun, kejutan itu bukan hanya karena Arya yang sudah tidur lebih awal dari biasanya, melainkan karena sesuatu yang tidak biasa—Arya tidur tanpa mengenakan kaos, berbeda dari kebiasaan hariannya.

Yulia berdiri mematung di ambang pintu kamar, memperhatikan suaminya yang terbaring dengan posisi yang tampak tenang. Namun, ketenangan itu justru membuatnya merasa semakin aneh. Pikiran Yulia segera dipenuhi dengan berbagai pertanyaan: Mengapa Mas Arya sudah tidur? Mengapa dia tidak mengenakan kaos? Apakah ini ada hubungannya dengan apa yang terjadi di rumah tadi?

Merasa ada sesuatu yang tidak beres, Yulia mendekati Arya dengan hati-hati. Dia memandang suaminya dengan penuh curiga, mencoba mencari petunjuk lain yang mungkin bisa menjelaskan situasi ini. Namun, Arya tetap terlelap, tampak tidak menyadari kehadirannya.

Yulia menghela napas panjang, perasaannya campur aduk antara kelelahan, kebingungan, dan kecurigaan. Ia tahu, ada banyak hal yang belum terjawab, dan instingnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan. Namun, untuk saat ini, dia memutuskan untuk tidak membangunkan Arya. Yulia pun perlahan berjalan menuju sisi lain dari tempat tidur, berusaha menenangkan pikirannya yang masih bergejolak, sambil berharap bahwa esok hari akan memberikan jawaban atas semua pertanyaannya.

Arya terbangun dengan tiba-tiba dan matanya membuka lebar ketika melihat Yulia sudah berada di sampingnya di ranjang. Rasa terkejut dan kebingungan tampak jelas di wajahnya. Ia segera duduk, berusaha menghilangkan rasa kantuknya.

"Sayang! Sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Arya dengan suara gugup, mencoba menenangkan diri. "Kenapa kamu tidak membangunkanku? Aku tidak sadar kamu sudah masuk kamar."

Yulia memandang Arya dengan ekspresi campur aduk, antara kekhawatiran dan kebingungan. "Aku baru masuk beberapa menit yang lalu," jawabnya dengan nada pelan. "Aku melihat kamu sudah tidur dan merasa ada sesuatu yang tidak beres."

Arya mengerutkan kening, mencoba mengingat kejadian sebelumnya. "Maaf, aku lelah sekali tadi. Sepertinya aku tertidur lebih awal dari biasanya," katanya sambil menggeser posisi tidurnya. "Ada yang mengganggu pikiranmu, Sayang?"

Yulia merasa sedikit ragu untuk berbicara lebih lanjut, tetapi ia memutuskan untuk mengungkapkan sebagian perasaannya. "Tadi di rumah, aku melihat Bi Imah dan Zizi bertengkar. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka, dan itu membuatku khawatir. Aku juga merasa ada yang aneh denganmu, terutama karena kamu tidur tanpa kaos. Ada apa, Mas?"

Arya tampak terkejut mendengar penjelasan Yulia. Ia mencoba menjaga ketenangan, meskipun ekspresi wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Aku tidak tahu apa yang terjadi antara Bi Imah dan Zizi. Aku pikir aku hanya terlalu lelah dan tertidur lebih awal. Tentang kaos, aku hanya merasa panas dan memutuskan untuk tidur tanpa kaos," jelas Arya, berusaha memberi penjelasan yang masuk akal.

Yulia mengangguk pelan, meskipun masih merasa ada yang mengganjal. "Baiklah, mungkin aku terlalu khawatir. Tapi jika ada sesuatu yang tidak beres, aku harap kamu bisa memberitahuku."

Arya mengangguk, memberikan senyuman kecil untuk menenangkan Yulia. "Tentu, Sayang. Aku akan cerita jika ada yang penting. Untuk sekarang, mari kita coba istirahat. Hari ini memang melelahkan."

Dengan sedikit rasa lega, Yulia berbaring kembali di samping Arya, berusaha menenangkan pikiran yang masih bergejolak, berharap esok hari akan membawa kejelasan atas segala keraguan dan kekhawatiran yang ada.

*** 

Pagi hari, Yulia dan Arya sudah duduk di meja makan untuk sarapan. Meskipun beberapa hari terakhir Yulia tampak murung dan gelisah, hari ini ia terlihat lebih tenang. Mungkin karena dia merasa sudah bisa sedikit mengendalikan kecemasannya, atau mungkin karena semalam Arya memberinya rasa aman dengan penjelasannya.

Arya memandang Yulia dengan penuh perhatian, merasa lega melihat istrinya sedikit lebih tenang. "Pagi ini kamu terlihat lebih baik, Sayang. Ada sesuatu yang berubah?"

Yulia mengangguk pelan sambil menyendok makanan ke piringnya. "Aku hanya mencoba untuk lebih tenang dan tidak terlalu terburu-buru menyimpulkan segala sesuatu. Mungkin aku terlalu khawatir belakangan ini. Aku akan mencoba untuk fokus pada hal-hal positif dan memberi waktu untuk memahami semuanya dengan lebih baik."

Arya tersenyum, merasa senang melihat Yulia kembali lebih stabil. "Baguslah kalau kamu merasa lebih baik. Kita berdua butuh waktu untuk beradaptasi dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin."

Sementara mereka menikmati sarapan, suasana di meja makan terasa lebih santai. Yulia dan Arya berbicara tentang hal-hal ringan, mencoba untuk memulai hari dengan suasana hati yang lebih positif. Meskipun beberapa pertanyaan dan kekhawatiran masih ada di benak Yulia, dia memutuskan untuk memberikan waktu dan melihat bagaimana segala sesuatunya berkembang.

Saat sarapan, Yulia memberitahu Arya bahwa dia telah memutuskan untuk mengajukan cuti hari ini. "Mas, aku ingin memberitahumu bahwa aku mengajukan cuti hari ini. Aku merasa perlu untuk sedikit merawat diri dan menghabiskan waktu di luar rumah. Aku berencana untuk berbelanja dan melakukan beberapa treatment di salon langgananku."

Arya menatap Yulia dengan senyuman penuh pengertian. "Itu terdengar seperti ide yang bagus, Sayang. Kamu memang butuh waktu untuk diri sendiri dan melepaskan stres. Nikmati waktu di salon dan berbelanja. Aku yakin itu akan membantumu merasa lebih baik."

Yulia mengangguk, merasa lega dan berterima kasih atas dukungan Arya. "Terima kasih, Mas. Aku rasa ini akan membantu aku merasa lebih segar dan siap menghadapi hari-hari ke depan dengan lebih baik."

Setelah sarapan, Yulia bersiap-siap untuk hari yang telah dia rencanakan. Dengan niat untuk memanfaatkan waktu cutinya dengan sebaik-baiknya, dia meninggalkan rumah dengan harapan bahwa hari ini akan membawa perubahan positif dan memberikan sedikit ketenangan untuk dirinya.

Setelah seharian berbelanja dan melakukan perawatan di salon, Yulia merasa cukup puas dengan waktunya sendiri. Saat sedang berjalan-jalan, matanya tertuju pada sebuah toko yang menjual perangkat CCTV. Ia berhenti sejenak, memandang etalase toko dengan penuh perhatian.

Pikiran tentang CCTV memunculkan berbagai pertanyaan dalam benaknya. Yulia mulai mempertimbangkan apakah ada manfaat dari memasang kamera pengawas di rumah. Dengan semua kejadian yang terjadi belakangan ini, termasuk ketegangan antara Bi Imah dan Zizi, serta beberapa hal aneh yang ia rasakan di rumah, Yulia merasa bahwa memasang CCTV bisa membantu memantau situasi di rumah secara lebih baik.

"Apakah ini ide yang terlalu paranoid?" pikir Yulia dalam hati. "Atau mungkin ini cara untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik dan aman di rumah?"

Setelah beberapa saat merenung, Yulia memutuskan untuk masuk ke dalam toko dan melihat lebih dekat berbagai perangkat CCTV yang tersedia. Dia berbicara dengan salah seorang staf toko untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan menilai opsi yang ada. Meskipun ragu, dia merasa bahwa ini bisa menjadi langkah yang bijaksana untuk memberikan rasa aman dan kepastian di rumahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status