Seorang pemuda dengan tinggi rata-rata orang Indonesia, ah tidak. Sebenarnya, dia tergolong tinggi bagi orang Indonesia. Tingginya seratus tujuh puluh delapan senti meter. Dengan lingkar pinggang proporsional sekitar tujuh puluhan. Kulitnya sawo matang dengan wajah oval dan rambut cepak khas lelaki Idonesia. Dia sangat manis dan memukau. Senyum menawan dengan lesung pipi di sebelah kiri membuat dirinya menjadi idola dari kalangan penumpang, terutama wanita. Namun, tidak demikian hari ini.
“Pak, maaf. Saya mau menemui ibu Eliana Calandra Callista,” ijin pemuda itu. Ah, lupa memperkenalkan diri. Pemuda itu bernama Bayu Siswanto. Mungkin namanya kedengaran sangat “ndeso” kalau anak sekarang bilang. Tapi, di balik nama itu mengandung hoki. Dengan nama itu pula, dia mencapai apa yang orang lain sulit capai.
“Siapa kamu mau ketemu dengan bu Eliana? Kau seorang ojol? Mau meminta bantuan?” tanya satpam. Satpam itu mencibir dengan menunjuk-nunjuk lengan kanan Bayu, sehingga lelaki itu terdorong ke belakang. Duh, pak satpam. Baru menjadi satpam saja belagu.
“Maaf, Pak. Tapi saya di suruh beliau untuk menunggu di sini.” Satpam intu menilik lelaki itu ke atas ke bawah. Lelaki itu mengenakan sepatu merek terkenal yang limites edition. Akan tetapi, sekarang ‘kan banyak merek KW. Maka satpam itu menghinanya kembali. Rupanya, dia sesombong itu. Baru saja menjadi satpam sudah belagu setinggi langit.
“Sepatumu adidas? Cuih, model seperti kamu mengenakan sepatu adidas? KW berapa?” Ojol itu hanya diam saja, sambil tersenyum. Dia sebenarnya tidak ingin meladeni orang iseng seperti itu, namun dia harus bertemu istrinya di sana. Istrinya minta di jemput, dia pingin naik ojol katanya. Dia memang berbeda. Istrinya tersebut bahkan sangat suka naik motor. Katanya, sangat romantis dari pada naik mobil.
“Ada apa ini?” Seorang lelaki tinggi gagah mengenakan kemeja putih dengan dasi biru menyambangi mereka. Sepatunya yang mengkilap, diduga lelaki itu memiliki jabatan yang penting di hotel tersebut. Rambutnya, klimis kalau bahasa jawanya kimit-kimit. Menambah macho dan berkelas lelaki itu.
“Ini, Pak. Ada ojol mangkal di sini. Entah tahu dari mana, kenal di mana, atau ngaku-ngaku saja, mau ketemu sama bu Eliana.” Lelaki itu kemudian menunjuk ke arah Bayu. Sedangkan pria rapi tersebut kini juga memandang rendah ke arah ojol itu. Dia memandang ke atas ke bawah. Kemudian memutari tubuh lelaki itu.
“Kau? Kau mencari bu Eliana? Ada urusan apa?” tanya sang lelaki rapi itu. Dia menatap penuh curiga pada lelaki berjaket warna hujau bergaris hitam itu. Oh, mungkin lelaki rapi itu adalah seseorang yang memiliki jabatan penting di hotel itu. Buktinya dia berseragam rapi dengan dandanan yang klimis.
Bang Ojol Bayu Siswanto sekarang berada di hotel Green Palapa yang ada di pusat kota Jakarta. Katanya, hotel itu kelas internasional. Tarif semalam hotel itu seharga UMR Jakarta. Sangat mahal untuk kantong orang biasa.
“Saya disuruh menunggu beliau.” Ojol itu memegang pergelangannya sendiri dan di letakkan di depan perutnya. Kepalanya terus menunduk, seolah-olah merasa rendah diri.
“Eh, ada apa, Beb?” Seorang wanita menyambangi mereka. Wanita itu baru saja keluar dari mobil warna merah miliknya. Sepatu hak tinggi yang dia pakai menimbulkan suara tutukan yang terdengar berirama.
“Mas Bayu? Kau? Kau Bayu ‘kan? Hahaha, dari dulu sampai sekarang tidak berubah ya? Tetap saja, motor butut dan tukang ojek. Oh, aku lupa. Sekarang pakai seragam, berarti ojol, ya?” tukas wanita itu. Wanita itu adalah Miranda Greysila manatan pacarnya dulu. Orang tua Miranda menolak mentah-mentah kehadirannya, waktu tahu dia hanya tukang ojek. Padahal, Bayu sudah menabung untuk melamar Miranda. Akan tetapi, saat dia ke rumah untuk menyampaikan maksudnya, tiba-tiba dirinya menolak untuk menerima lamarannya, berikut orang tuanya.
Sakit hati Bayu. Akan tetapi, mau diapakan lagi? Semua sudah takdir. Mungkin Miranda bukan jodohnya. Bayu menyadari kekurangannya. Dia memilih mengikhlaskannya saja.
“Pergi kau dari sini! Jadi ini lelaki yang kau maksud? Lelaki lemah, lelaki miskin? Kau memang tidak pantas bersanding dengannya. Ayahmu memilih calon yang tepat yaitu aku. Lihat perbedaan aku dan dia.” Lelaki itu mengacungkan jempolnya ke bawah. Dia tidak henti-hentinya menghina sang ojol tersebut. Namun bang ojol tetap diam saja, tanpa membalasnya.
“Ya, Beb. Mana pernah dia mengajak aku jalan-jalan ke tempat bagus.”
“Iya, Dik. Aku memang tidak pernah mengajakmu ke tempat bagus. Tapi, kau tahu? Aku berusaha mati-matian untuk mengumpulkan uang demi pernikahan kita. Aku tidak menyangka, bahwa kau mata duitan. Kau selalu menilai dengan uang,” Ucap Bayu. Rasa sakitnya masih bertahan hingga hari ini, walau dia sudah merelakannya.
Plak ... sebuah tamparan mendarat di wajah Bayu, sampai kelima jari wanita itu tergambar jelas di pipinya.
“Ada apa ini?” tanya seorang wanita berjilbab dengan gaun berwarna hijau tosca. Dia adalah Eliana. Dia direktur keuangan yang mengelola hotel itu, namun jarang masuk kantor karena dia memantau dari rumah.semua staf keuangan langsung terhubung dengan CCTV dan laporang kebanyakan dilakukan digital. Akan tetapi sesekali akan pergi ke hotel. Dia langsung meraih tangan sang ojol, kemudian menciumnya.
“Ini, tukang ojol ini merusak pandangan dengan mangkal di sini. Katanya mau bertemu dengan bu Eliana. Tapi, mana mungkin? Saya yang meneger di sini saja belum pernah bertemu dengannya, dia mau sok-sok an menemuinya. Ini pasti mau minta sumbangan, kalau tidak menipu,” tukas lelaki klimis itu. Oh, iya dia bernama Stefan Hadinata. Dia memang meneger pemasaran di hotel tersebut.
“Anda siapa berani
menjastifikasi seseorang. Dia memang ojol, tapi dia manusia. Anda tidak bisa seenaknya memutuskan. Memangnya pemilik hotel melarang ojol masuk hotel?” gertak Eliana. Rupanya, Stefan belum menyadari, bahwa yang dia ajak bicara adalah Eliana seorang direktur keuangan, putra dari pemilik hotel Gran Palapa.“Saya manager di sini. Saya yang bertanggung jawab atas kelancaran semua pelanggan dan keamanan seluruh wilayah. Kalau ada ojol seperti ini, ‘kan merusak pemandangan.” Rupanya, Stefan Hadinata belum menyadari interaksi wanita itu dengan ojol itu, padahal jelas-jelas dia bersalaman dan mencium tangannya. Wanita itu berarti seseorang yang berarti bagi ojol itu. Lagi pula, Stefan tidak tahu, jika wanita cantik di depannya adalah Eliana.
“Oh, pak menager yang terhormat, siap-siap kamu dipecat kalau begitu. Hotel ini tidak butuh pegawai sombong macam kamu.” Wanita itu sudah merasa marah di atas angin. Dia ingin rasanya menyumpal mulut lelaki itu dengan appaun.
“Kau siapa berani mengancam-ancam?” tukas Stefan.
"Dik, sudahlah. Jangan di ladeni. Kita pergi. Katanya mau minta nasi liwet Mbok Jum? Ayo kita makan saja. Sudah lapar,” ajak Bayu.
“Tidak, Mas. Dia harus tahu siapa kamu dan siapa dirinya,” kesal Eliana.
“Sayang, tolong!” Bayu menarik tangan Eliana yang akan menampar Stefan. Sedangkan Stefan juga sudah siap melayangkan tamparan pada Eliana. Mererka saling melempar pandangan sengit. Eliana sangat tidak suka pada perangai Stefan yang suka merendahkan orang lain. Dia mengancam lelaki busuk itu, untuk di pecat. Dia akan menggunakan kuasanya kali ini.
“Kali ini, aku memaafkanmu, karena perintah suamiku. Jika lain kali kamu berulah. Habis kamu!” Eliana menggandeng tangan suaminya, kemudian menuju ke motor yang di parkir di depan.
“Beb, sebenarnya bu Eliana itu siapa? Terus, kalau yang dia cari ibu Eliana, jadi? Itu ibu Eliana, Beb.” Miranda menganalisa.
“Kali ini, aku memaafkanmu, karena perintah suamiku. Jika lain kali kamu berulah. Habis kamu!” Eliana menggandeng tangan suaminya, kemudian menuju ke motor yang di parkir di depan.“Beb, sebenarnya bu Eliana itu siapa? Terus, kalau yang dia cari ibu Eliana, jadi? Itu ibu Eliana, Beb.” Miranda menganalisa.“Dia adalah direktur di sini. Apa? Itu ibu Eliana? Mati aku!” Stefan menepuk jidadnya sendiri. Jika wanita itu adalah ibu Eliana, akan sangat gawat untuk dirinya.“ Lagian, aku juga tidak tahu kalau bu Eliana suka naik ojol. Baru kali ini dia naik ojol. Kalau
Bayu menerobos jalanan dengan sangat lincah. Dia penyetir yang handal. Maka dari itu, para pelanggannya selalu setia padanya. Cepat, tapi mengutamakan keselamatan pelanggan. Bayu sudah mengantarkan istrinya ke kantor. Setelah mengedrop istrinya, dia kembali pulang ke rumah menyusuri kerasnya jalanan ibu kota. Sesekali dia membuka kaca depannya, karena kurang jelas melihat kedepan akibat debu yang menempel di kaca helmnya.Dia sudah sampai di rumahnya. Dia membuka sepatunya, kemudian masuk ke ruang studioanya. Dia membuka rating sahamnya mengenai aplikasi besutannya. O-Tra ojek online mitra keluarga begitu dia memberi nama aplikasinya. Lelaki itu tersenyum setelah melihat ratingnya naik. Harga saham juga pasti akan naik pula.Dia mengotak-atik lagi beberapa fitur unt
Bayu membereskan jaketnya untuk di pakai kembali. Setelah itu, dia berpamitan dengan teman-temannya untuk pulang. Dia akan mencari tahu siapa saja pelanggan Toni yang beralih kepadanya. Apa sebabnya, dan mengapa?“Mau kemana?” tanya teman-temannya.“Pulang. Aku sudah lapar. Dari pada makan makanan di warung, mending makan masakan rumah yang lebih nikmat.” Mereka saling menatap. Selain baik hati, ternyata dia juga sayang kelauarga. Dia bahkan sempat-sempatnya makan siang dirumah, walau sebenarnya berada jauh dari rumah.Bayu menyusuri jalanan ibu kota yang ramai dan penuh sesak. Padahal anjuran untuk aktivitas di dalam rumah s
Mereka akhirnya mandi berdua. Untung saja, sudah sangat sore, sehingga adegan baru saja tidak akan terulang di kamar mandi. Mereka mandi dengan tenang, saling menggosok punggung dan saling memandikan. Merupakan kegiatan yang sangat mengasyikan bagi sepasang suami istri. Terlihat sederhana, tapi mengeratkan hubungan.“Mas, kita menjemput papa dan mama di bandara ahri ini. Mereka akan mengunjungi kita dan hotel. Katanya, akan bertemu dengan partner bisnis baru.” Eliana berjinjit mengambilkan baju untuk suaminya. Karena melihat istrinya kesusahan, maka Bayu mengangkat tubuh istrinya untuk mengambilnya. Akan tetapi, rupanya dia melilitkan handuk kurang kencang, sehingga handuk tersebut melorot dan memperlihatkan barang antik milik Bayu.
“Gila, ini ngasih makan orang apa beruang? Porsinya ajib gile. Tapi bikin puas sih?” Agung mengacungkan jempolnya.“Eh, ini yang mau kau kenalkan padaku? Ini mantumu?” Mereka saling menatap. Begitu juga dengan bayu yang tersenyum kepada lelaki paruh baya itu.“Iya. Kenalin mantu kesayang gue. Karena Cuma satu-satunya. Namanya Bayu. Bayu, ini sahabat papa. Dia gila, dari dulu sangat gila.” Bayu menyalami lelaki paruh baya itu, kemudian lelaki itu memeluknya erat.“Apa kamu tahu, mantumu ini jadi pelangganku. Dia senantiasa bolak-balik membeli makanan di sini. Aku baru tahu sekarang, ternyata mas Bayu itu menantumu.” Lelaki paruh baya itu memeluk
“Sudah tenang? Sekarang duduk di sini, dengarkan aku bicara.” Bayu memegang pundak istrinya dan mendudukkan Eliana di bangku panjang yang ada di taman itu.Bayu berjongkok di depan istrinya yang terduduk di bangku panjang. Dia berlutut, kemudian memandang lekat wajah istrinya yang muram. Sedangkan Eliana berudah membuang wajahnya ke manapun karena dia tidak ingin melihat wajah suaminya. Dia sangat kesal memandnag wajah itu. Wajah yang selalu mengalah dengan siapa pun yang menghujatnya.“Sayang, kau lihat? Semua orang memperhatikanmu dan menontonmu berantem sama wanita itu. Aku tidak ingin istriku yang sangat cantik ini, menjadi konsumsi publik. Aku tahu kamu marah. Tapi, tidak harus meluapkan ‘kan
“Kamu lagi, kamu lagi. Memang bandel, ya? Ojek online tidak boleh masuk ke hotel ini. Mengerti tidak?!” Satpam itu sedikit membentak.“Maaf, Pak. saya di suruh menunggu pak Agung. Saya tidak berani untuk pergi, atau saya akan dimarahi.” Bayu mengatakan kepada pak satpam itu. Bayu berada duduk di atas motornya sekarang. Dia berada di tempat parkir, diantara banyak mobil mewah terparkir di sana.Sementara itu, didalam Agung sudah sedikit gelisah menunggu partner bisnisnya tida juga datang dia menelpon orang itu, untuk memberi tahu bahwa dirinya sudah sampai di tempat mereka janji bertemu.Tidak lama kemudian, sebuah mobil
Pambudi hanya bisa melongo saja. Dia baru saja kehilangan uang yang sangat banyak, karena gagal mendapatkan investor. Dia memukul pohon yang ada di sampingnya. Tangannya dikibas-kibaskan karena merasa sakit. Berganti dengan menendang ban mobil milik seseorang, hingga dia di tegur oleh orang yang punya mobil.“Bangsat! Anak itu mmnag pembawa sial. Aku sekali lagi kehilangan milyaran karena dia.” Pambudi mengumpat sedalam-dalamnya.“Heh, ada apa dengan mobilku? Kau tendang-tenang? Kurang kerjaan saja!” Dia berlalu saja tanpa peduli omelan ddari orang tersebut yang mobilnya dia tend
“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
“Maafkan aku, Cinta. Ini yang aku takutkan. Aku lelaki dewasa dan membutuhkan ini.” Aku kembali membungkus tubuhnya dengan selimut walau sejujurnya aku ingin melanjutkan. “Kuharap kamu mengerti. Tolong ….” Aku pergi meninggalkannya yang meringkuk di dalam selimut.***Meyyis***POV Shasha Jam dinding berbentuk kepala kelinci sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi aku segera bersih-bersih untuk melaksanakan salat malam yang tinggal beberapa menit lagi waktunya, menuju ke subuh. Setelah salat malam dan sedikit dzikir mulai terdengar suara azan. Aku melaksanakan salat dua rakaat dan keluar dari kamar untuk sekedar olahraga pagi. Davin sudah siap di taman belakang, melakukan pemanasan tanpa banyak bicara. Aku menyusulnya dan melakukan pemanasan juga. “Mau cobain kita jogging di trek taman depan?” tanyanya.“Yuk, aku ingin membeli sarapan,” ucapku.“Pingin sarapan apa?” tanyanya. “Bubur ayam di tepian itu sepertinya enak.” Davin mengangguk.“Baiklah, sebentar aku ambil dompet dulu.” Lelakiku
“Kamu sangat … please jangan seperti ini. Aku bisa mati penasaran.” Aku menggoyangkan telunjukku tanda memberinya kode bahwa dia tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Ia terlihat kesal, akan tetapi menurut. Sebenarnya, aku sedikit merasa kasihan tetapi juga merasa senang, bisa sekali-kali ngerjain dia.***Meyyis***POV DAVINSetelah pesta usai, kami tentu pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Sasha membuatku jengkel. Apa ia sudah tidak cinta lagi? sepertinya berubah, hal itu menjadi sering uring-uringan karena takut kehilangan dia. Leboh baik aku menghindar saja, biar ia merasa. Kalau tidak merasa juga, berarti memang sudah tidak mencintaiku. Apakah ada orang lain? Tidak mungkin … ia mencintaiku. Aku menghempaskan pikiran jahat yang menguasaiku.Dia memegang tangan, aku tahu itu trik untuk mengelabuhi, lebih baik aku menghempaskan tangannya saja. Tapi aku rindu memeluk tubuhnya, harum tubuhnya terutama bibirnya yang membuatku mabuk
“Kamu mau mengatakannya atau mendapatkan hukuman dariku.” Davin akan menciumku kembali, akan tetapi aku dorong. “Tidak malam ini. Aku tidak akan mengalah padamu. Kalau kamu memberi hukuman, berarti tidak akan aku beritahu apa yang aku persiapkan.” Aku tahu ia sangat kesal. Biarkan saja.***Meyyis***POV Shasha“Kamu memang benar-benar,” tutur Davin. Ia merasa sangat kesal dengan sang keksih, tapi juga gemas.“Oke, kali ini kamu harus kalah, dan harus mengalah aku ….” Kedua lengaku, lepas dari leher Davin, dan berhasil kabur darinya. “Biarkan saja ia kesal. Makanya jadi orang jangan suka ngambil kesimpulan cepat.” Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Suara tutukan sepatu terdengar menjauh dari kamarku. Aku yakin lelakiku itu akan berpikir sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Biarkan saja, aku sangat suka menggodanya seperti itu.Esok hari, telah tiba sebelum ayam berkokok. Davin sudah mengetuk pintu kamarku. Aku yang baru saja bangun tidur bahkan belum sempat mencuci wajah, m
Tepuk tangan menggema di taman itu. Setelah sesi tukar cincin, maka selanjutnya mereka berjalan turun dari pelaminan untuk menemui tamu. Aku sudah siap dengan keranjang kalau mawar untuk ditaburi sepanjang jalan. Sampai di ujung karpet, Elsa melempar buket bunga. Kami berdesakan agar mendapatkan buket itu.***Meyyis***POV ShashaSetelah pesta berlangsung aku dan Davin pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Davin menjadi sering uring-uringan. Aku tidak tahu kenapa? Bahkan hari ini dia dua kali marah. Davin memang berbeda dengan orang lain, dia kalau marah lebih suka diam. Ditanya diam dan menghindar. Aku mengingat-ingat salah apa hari ini, tetapi tidak juga menemukan kesalahanku. Kami sudah memasuki mobil untuk pulang ke rumah. Aku bermaksud untuk mengajaknya bicara sekarang, karena kami dalam wilayah santai sehingga akan sangat mudah berbicara dengannya.Aku memegang tangannya, akan tetapi Davin menghempaskan tanganku. Aku memilih untuk t
Aku tahu papa juga terharu melihat putri pertamanya sudah melangkah ke jenjang selanjutnya. Meskipun Papa menginginkan ini, aku yakin sebagai seorang ayah lelaki itu merasa dirampok ketika putrinya akan dinikahi oleh lelaki mana pun. Bisa dibilang, hati dan cintanya akan direbut oleh lelaki lain walaupun dalam konotasi yang berbeda.***Meyyis***POV ShashaPapa adalah orang Jawa tulen. Meskipun sekarang berada di Singapura, ia menghendaki suara gamelan, alih-alih lagu romantic. Maka saat Elsa keluar, walaupun menggunakan gaun bertema internasional, akan tetapi suara gamelan mulai terdengar. Hatiku ikut merasa tersenyum mendengar suara music pentatonic itu. Betapa indahnya, sebuah musik yang menjadi ciri khas Nusantara tersebut yang telah mengakar pada budaya kita.Aku menjadi pengiring pengantin mengikuti langkah pengantin dari belakang. Setelah sampai ke pelaminan, Papa menyerahkan tangan pada Arya yang sudah berdiri di atas pelaminan dengan jas putih yang menawan. Rambutnya tertata
“Aku bawa ke rumah Davin. Di rumahnya akan banyak kesedihan jika ia melihat kamar mama.” Aku tahu karena kekasihku itu sudah bicara sebelumnya. Aku tersenyum dengan interaksi kedua orang itu. Setelah mengetahui yang dibicarakan Arya, aku memilih hengkang dari tempatku mengintip.***Meyyis***POV ShashaIni adalah pernikahan yang diimpikan oleh Elsa setelah banyak rintangan dengan Arya. Hari ini saatnya kedua sejoli itu melangkah ke jenjang selanjutnya, mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Bunga-bunga bernuansa putih sudah menghiasi nuansa taman golf tersebut.Pernikahannya dilakukan di Singapura karena mama dan papa berada di sini. Wanita yang menjadi kakakku dari ibu yang berbeda itu, kini sudah mengenakan gaun putih dengan hiasan kepala yang menjuntai. Dia sangat cantik dan menawan. Lekuk tubuhnya yang indah, tinggi badannya yang menjulang dan semampai membuatnya bak model.“Kak, kamu sangat cantik.” Aku memandang lekat ke mata indah kakakku itu. “Benarkah? Aku masih tidak
Aku ke dapur untuk membuat yang kupikirkan itu. Setelah dua sendok sereal masuk ke gelas, dua sendok susu coklat masuk juga. Air panas segera meluncur untuk menyatukan keduanya. Aroma khas coklat semakin memperparah rasa laparku. Aku mulai meniup makanan itu, menyendoknya mengarahkan ke mulut. Hmmm … ini lebih nikmat. Sesuap demi suap makanan itu tandas meluncur ke perutku. Ini lebih dari cukup.***Meyyis***POV DAVINTeleponku berbunyi. Aku tersenyum saat di layar terlihat Sayangku memanggil. Langsung saja tombol terima aku usap.“Iya, Sayang.” Sapaan terakhir tidak akan pernah lupa agar wanitaku itu merasakan bahwa aku memang sangat menggilainya.“Bagaimana korbannya?” tanyanya. Aku tahu, hanya alasan saja bertanya tentang korban kecelakaan yang sedang kami urus. Akan tetapi aku paham bahwa sebenarnya ia sangat ingin bersamaku.“Kamu kangen sama aku?” Langsung saja aku tembak dengan perkataan begitu agar ia makin berbunga-bunga. Aku yakin saat ini perutnya penuh dengan taman bunga y
“Aku melihat korban penuh darah, Sha. Bagaimana keadaannya. Ia kasihan banget. Seandainya kita satu mobil saat itu, Arya akan lebih tenang memandangku. Aku yang salah.” Aku ingin tertawa rasanya. Bagaimana bisa Arya menyetir sambil memandang Elsa. Pantas saja kecelakaan.***Meyyis***POV Shasha“Kamu kok malah ketawa?” Elsa menghapus air matanya.“Maaf … aku tertawa karena itu lucu, Kak. Arya benar-benar mencintaimu. Aku akan cari tahu untukmu bagaimana keadaan dari korban.” Aku mengelus pundak Elsa. Setelahnya, menelepon Davin untuk mengetahui keadaan sang korban.“Iya, Sayang.” Suara Davin memang selalu bikin baper.“Bagaimana korbannya?” tanyaku.“Kamu kangen sama aku?” ‘Kan? Dia memang selalu begitu. Tapi … sebenarnya kangen juga, sih?“Jangan mengalihkan perhatian. Bagaimana keadaannya. Elsa masih ketakutan.” Davin terdengar tertawa sedikit.“Dia sudah ditangani. Bilang sama kakakmu tenang saja. Arya sedang diintrogasi. Tim legal dari kantornya juga sudah datang untuk membebaska