Bayu menerobos jalanan dengan sangat lincah. Dia penyetir yang handal. Maka dari itu, para pelanggannya selalu setia padanya. Cepat, tapi mengutamakan keselamatan pelanggan. Bayu sudah mengantarkan istrinya ke kantor. Setelah mengedrop istrinya, dia kembali pulang ke rumah menyusuri kerasnya jalanan ibu kota. Sesekali dia membuka kaca depannya, karena kurang jelas melihat kedepan akibat debu yang menempel di kaca helmnya.
Dia sudah sampai di rumahnya. Dia membuka sepatunya, kemudian masuk ke ruang studioanya. Dia membuka rating sahamnya mengenai aplikasi besutannya. O-Tra ojek online mitra keluarga begitu dia memberi nama aplikasinya. Lelaki itu tersenyum setelah melihat ratingnya naik. Harga saham juga pasti akan naik pula.
Dia mengotak-atik lagi beberapa fitur untuk mempermudah penggunaannya. Dia melakukan itu dengan sangat gembira. Tiba-tiba, di aplikasinya banyak masuk pesanan. Dia keluar memakai jaket dan juga aksesoris yang menandai bahwa dirinya adalah seorang driver. Jaket berwarna hijau muda bergaris hitam putih, sudah dia kenakan. Kemudian dia pergi mengikuti arah google maps yang tersedia di fitur.
Dia sampai di sebuah rumah mewah. Dia mengerutkan keningnya. Ini rumah mewah, akan tetapi pesan ojek? Ah, mungkin saja pembantunya atau siapanya. Dia memencet bel untuk memberi tahu sang pemilik rumah bahwa ojeknya sudah datang.
“Nyari siapa, Mas?” tanya satpam.
“Ada yang pesan ojek online, Pak. Atas nama Zaskia.” Bayu memperlihatkan gawainya foto orang yang memesan ojek online. Satpam itu mengangguk, kemudian masuk ke dalam. Mungkin memanggilkan orang yang memesan ojek online tersebut.
Panas terik hari ini membuat keringatnya deras mengalir. Lelaki itu memicingkan matanya karena menahan terik yang semakin menghujani kulitnya.
“Mas, masnya di suruh masuk katanya,” ucap satpam tersebut.
“Masuk? Memang kenapa?” Bayu sudah tidak enak. Tugasnya tersebut mengantarkan. Tapi di suruh masuk. Tidak ada dalam peraturannya, seorang ojek online suruh masuk kecuali membawa barang. Itu pun tidak boleh membawa barang terlalu berat. Jadi, tidak mungkin jika tidak ada apa-apanya.
“Maaf, Pak. Kenapa saya harus masuk?” tanya Bayu.
“Saya tidak tahu, Mas. Lebih baik masuk saja.” Akhirnya Bayu mengalah. Dia masuk ke rumah itu. Rumah itu sangat besar. Interior dan ornamennya sangat unik.
“Naik ke atas.” Wanita itu memakai baju tang top dengan celana pendek yang memperlihatkan paha mulusnya. Bayu sudah merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi ada dororngan tugas untuk menuruti keinginan wanita itu. Dia naik ke lantai atas.
“Kau tidak cocok sebagai driver ojek online. Kau lebih cocok jadi ....” Wanita itu menjeda bicaranya, kemudian berjalan mendekati Bayu. Dia mulai mengulurkan tangannya, dan memegang-megang dada Bayu.
“Maaf, Nona. Jangan seperti ini. Nona mau saya antar kemana? Mari saya antar.” Bayu masih dengan sopan menolak tangan wanita itu dengan melepaskan dari dadanya.
“Aku mau dong diantar ke ranjang saja. Aku ingin menikmati tubuh seximu. Kau temani aku saja. Aku akan membayarmu lebih mahal dari kerjamu menjadi driver ojol.” Bayu mengerutkan keningnya. Dia tidak menyangka jika ada pelanggan yang begitu sangat menjijikkan. Untung saja, dia membawa kamera kecil yang selalu menempel di jaket drivernya. Kamera itu langsung menyambung ke google drivenya.
“Baiklah, Nona. Jika nona tidak mau kemanapun, saya permisi.” Bayu melenggang untuk pergi. Akan tetapi, wanita itu semakin garang. Dia menarik Bayu ke pelukannya. Bayu kelabakan karena tingkah polah wanita itu yang mendadak. Dia sudah berada di atas tubuh wanita itu.
“Nona, jangan kurang ajar!” Bayu banyun dari tubuh wanita itu dan menghempaskan tubuh wanita itu.
“Baru jadi ojol saja belagu. Gue akan laporkan ke aplikasi lo, bahwa lo melakukan pelecehan terhadap saya. Kita lihat saja, siapa yang akan rugi, karena tidak menuruti ajakanku!” geram wanita itu.
“Silakan,Nona. Saya tidak takut, karena saya tidak salah.” Bayu bangkit kemudian berlalu dari kamar itu. Untung saja, wanita itu lupa menguncinya. Jadi, dia sangat mudah untuk keluar. Dia berlari menuruni tangga, akan tetapi wanita itu berteriak memanggilnya bahkan sampai membentur-benturkan tubuhnya. Wanita itu bagai orang gila. Bayu tidak lagi menghiraukan wanita itu. Mungkin wanita itu hanya psikopat yang mencari mangsa.
“Ada apa, Mas?” Pak satpam heran melihat Bayu yang berlari ketakutan. Bayu langsung saja menyetarter motornya, kemudian tancap gas. Untung saja kunci motornya tidak tertinggal. Dia merasa aman setelah beberapa meter dari rumah mewah itu.
“Ya Tuhan, ada-ada saja. Pelanggan demikian. Terrnyata memang sangat beresiko menjadi ojol. Kebijakan perusahaan harus diubah kalau begitu. Sebab, ini resikonya sangat tinggi.”Bayu berkata sendiri sambil menurunkan gasnya agar berjalan lebih lambat. Dia sudah sampai jalan besar. Setelah dua tikungan, dia sampai di salah satu pangkalan, tempat para ojol beristirahat dan bergerombol.
“Bayu? Muke lu pucet kayak dikejar hantu, ada apa?” tanya salah seorang ojol.
“Gue dapat pelanggan gila tahu, nggak?” Bayu menceritakan kejadian baru saja dialaminya.
“Hahaha, gila bagaimana?” tanya yang lain.
“Jadi dia bukan mau diantarkan pergi, tapi minta diantar beradegan ranjang. Gila nggak, tuh?” cerita Bayu.
“Hahaha ... makanya, punya wajah jangan cekep-cakep. Bikin baper pelanggan ‘kan jadinya?” mereka menetrtawakan Bayu. Akan tetapi ada satu driver yang sirik sama dia. Lelaki itu bernama Toni. Dia mencibir Bayu. Rupanya, mereka memang tidak pernah tahu, jika Bayu adalah direktur mereka.
“Ah, itu bisa-bisanya dia saja untuk narik pelanggan. Kalian ngerasa nggak kalau dia mencuri rejeki kita?” tanya Toni.
“Maksud kamu apa, Ton?” tanya Bayu.
“Kamu tahu, Bu Salamah itu sudah langganan denganku dari pertama aku ngojol. Kamu masuk tiba-tiba dia pindah langganan kamu. Apa nggak mencuri rejeki orang?” Toni melotot ke arah Bayu.
“Baik, kalau kamu ngerasa begitu. Saat nanti bu Salamah memsanku, akan kucencel. Gampang ‘kan?” Bayu sengan santai mengatakannya, sambil berpindah duduk di trotoar.
“Lo emang bajingan, ya? Lo ngerendahin gue?” Toni hampir memukul Bayu, jika tidak di cegah oleh teman-teman di pos itu.
“Jangan main tangan, Ton. Kita masih bisa selesaikan dengan baik-baik,” tukas salah seornag teman. Toni sangat marah saat ini. Dia menghempaskan tangan ornag yang memeganginya, kemudian pergi meninggalkan mereka dengan gas yang kencang. Teman-temannya gedeg-gedeg. Memang dari dulu Toni selalu demikian. Dia tidak terima jika langganannya berpindah. Padahal kadang dia sedang narik.
“Sudah biarain, Bay. Dia memang suka demikian. Nggak terima jika ada yang mengambil pelanggannya. Bukan hanya sama kamu, tapi sama teman yang lain juga demikian.” Bayu manggut-manggut. Sepertinya, dia harus mengadakan evant seperti adanya saling solidaritas kalau kejadiannya demikian. Jadi, para driver tidak harus saling berebut pelanggan. Mereka akan merasa layaknya keluarga.
Bayu membereskan jaketnya untuk di pakai kembali. Setelah itu, dia berpamitan dengan teman-temannya untuk pulang. Dia akan mencari tahu siapa saja pelanggan Toni yang beralih kepadanya. Apa sebabnya, dan mengapa?
Bayu membereskan jaketnya untuk di pakai kembali. Setelah itu, dia berpamitan dengan teman-temannya untuk pulang. Dia akan mencari tahu siapa saja pelanggan Toni yang beralih kepadanya. Apa sebabnya, dan mengapa?“Mau kemana?” tanya teman-temannya.“Pulang. Aku sudah lapar. Dari pada makan makanan di warung, mending makan masakan rumah yang lebih nikmat.” Mereka saling menatap. Selain baik hati, ternyata dia juga sayang kelauarga. Dia bahkan sempat-sempatnya makan siang dirumah, walau sebenarnya berada jauh dari rumah.Bayu menyusuri jalanan ibu kota yang ramai dan penuh sesak. Padahal anjuran untuk aktivitas di dalam rumah s
Mereka akhirnya mandi berdua. Untung saja, sudah sangat sore, sehingga adegan baru saja tidak akan terulang di kamar mandi. Mereka mandi dengan tenang, saling menggosok punggung dan saling memandikan. Merupakan kegiatan yang sangat mengasyikan bagi sepasang suami istri. Terlihat sederhana, tapi mengeratkan hubungan.“Mas, kita menjemput papa dan mama di bandara ahri ini. Mereka akan mengunjungi kita dan hotel. Katanya, akan bertemu dengan partner bisnis baru.” Eliana berjinjit mengambilkan baju untuk suaminya. Karena melihat istrinya kesusahan, maka Bayu mengangkat tubuh istrinya untuk mengambilnya. Akan tetapi, rupanya dia melilitkan handuk kurang kencang, sehingga handuk tersebut melorot dan memperlihatkan barang antik milik Bayu.
“Gila, ini ngasih makan orang apa beruang? Porsinya ajib gile. Tapi bikin puas sih?” Agung mengacungkan jempolnya.“Eh, ini yang mau kau kenalkan padaku? Ini mantumu?” Mereka saling menatap. Begitu juga dengan bayu yang tersenyum kepada lelaki paruh baya itu.“Iya. Kenalin mantu kesayang gue. Karena Cuma satu-satunya. Namanya Bayu. Bayu, ini sahabat papa. Dia gila, dari dulu sangat gila.” Bayu menyalami lelaki paruh baya itu, kemudian lelaki itu memeluknya erat.“Apa kamu tahu, mantumu ini jadi pelangganku. Dia senantiasa bolak-balik membeli makanan di sini. Aku baru tahu sekarang, ternyata mas Bayu itu menantumu.” Lelaki paruh baya itu memeluk
“Sudah tenang? Sekarang duduk di sini, dengarkan aku bicara.” Bayu memegang pundak istrinya dan mendudukkan Eliana di bangku panjang yang ada di taman itu.Bayu berjongkok di depan istrinya yang terduduk di bangku panjang. Dia berlutut, kemudian memandang lekat wajah istrinya yang muram. Sedangkan Eliana berudah membuang wajahnya ke manapun karena dia tidak ingin melihat wajah suaminya. Dia sangat kesal memandnag wajah itu. Wajah yang selalu mengalah dengan siapa pun yang menghujatnya.“Sayang, kau lihat? Semua orang memperhatikanmu dan menontonmu berantem sama wanita itu. Aku tidak ingin istriku yang sangat cantik ini, menjadi konsumsi publik. Aku tahu kamu marah. Tapi, tidak harus meluapkan ‘kan
“Kamu lagi, kamu lagi. Memang bandel, ya? Ojek online tidak boleh masuk ke hotel ini. Mengerti tidak?!” Satpam itu sedikit membentak.“Maaf, Pak. saya di suruh menunggu pak Agung. Saya tidak berani untuk pergi, atau saya akan dimarahi.” Bayu mengatakan kepada pak satpam itu. Bayu berada duduk di atas motornya sekarang. Dia berada di tempat parkir, diantara banyak mobil mewah terparkir di sana.Sementara itu, didalam Agung sudah sedikit gelisah menunggu partner bisnisnya tida juga datang dia menelpon orang itu, untuk memberi tahu bahwa dirinya sudah sampai di tempat mereka janji bertemu.Tidak lama kemudian, sebuah mobil
Pambudi hanya bisa melongo saja. Dia baru saja kehilangan uang yang sangat banyak, karena gagal mendapatkan investor. Dia memukul pohon yang ada di sampingnya. Tangannya dikibas-kibaskan karena merasa sakit. Berganti dengan menendang ban mobil milik seseorang, hingga dia di tegur oleh orang yang punya mobil.“Bangsat! Anak itu mmnag pembawa sial. Aku sekali lagi kehilangan milyaran karena dia.” Pambudi mengumpat sedalam-dalamnya.“Heh, ada apa dengan mobilku? Kau tendang-tenang? Kurang kerjaan saja!” Dia berlalu saja tanpa peduli omelan ddari orang tersebut yang mobilnya dia tend
“Ya, papa lihat sendiri.” Agung mengangkat cangkir kopinya kemudian menyeruputnya.“Memang, siapa yang dihina?” Eliana penasaran, mengapa sampai papanya semarah itu?Papanya meletakkan kopinya di meja, kemudian menengok ke arah Eliana. Dia akan mengatakan sejujurnya. Papanya menepuk pundaknya, kemudian menangkupkan jari-jari ke sela jarinya yang lain.“Eliana, dia menghina suamimu, karena jadi tukang ojek. Papa kira, suamimu ada hubungan dengannya sebelumnya. Sebab, dia sangat kesal walau sudah papa tunjukkan kebenarannya. Dia tetap menganggap suamimu ini tidak berguna
“Beri aku lebih, Sayang.” Bayu menarik tangan istrinya, agar posisinya di bawah. Dia memberikan kenikmatan kepada istrinya dengan klimaks bersama setelah saling bersatu dalam lautan madu.Hari sudah mulai sore. Setelah melihat semua rating di aplikasinya, Bayu siap-siap akan berangkat. Dia menerima beberapa orderan. Seperti biasa, istrinya sudah menyiapkan jaketnya, dan semua peralatan keamanan berkendara untuk suaminya tersebut.“Aku pergi, Sayang. Hati-hati di rumah.” Bayu mengedipkan sebelah matanya setelah mencium kening istrinya. Lelaki itu kemudian menekan gasnya dan bergerak menuju jalanan. Kali ini, pelanggan yang dia jemput adalah ibu hamil yang akan periksa ke rumah sakit. Dia melajukan motornya menuju gang-gang sempit sesuai arah a
“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
“Maafkan aku, Cinta. Ini yang aku takutkan. Aku lelaki dewasa dan membutuhkan ini.” Aku kembali membungkus tubuhnya dengan selimut walau sejujurnya aku ingin melanjutkan. “Kuharap kamu mengerti. Tolong ….” Aku pergi meninggalkannya yang meringkuk di dalam selimut.***Meyyis***POV Shasha Jam dinding berbentuk kepala kelinci sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi aku segera bersih-bersih untuk melaksanakan salat malam yang tinggal beberapa menit lagi waktunya, menuju ke subuh. Setelah salat malam dan sedikit dzikir mulai terdengar suara azan. Aku melaksanakan salat dua rakaat dan keluar dari kamar untuk sekedar olahraga pagi. Davin sudah siap di taman belakang, melakukan pemanasan tanpa banyak bicara. Aku menyusulnya dan melakukan pemanasan juga. “Mau cobain kita jogging di trek taman depan?” tanyanya.“Yuk, aku ingin membeli sarapan,” ucapku.“Pingin sarapan apa?” tanyanya. “Bubur ayam di tepian itu sepertinya enak.” Davin mengangguk.“Baiklah, sebentar aku ambil dompet dulu.” Lelakiku
“Kamu sangat … please jangan seperti ini. Aku bisa mati penasaran.” Aku menggoyangkan telunjukku tanda memberinya kode bahwa dia tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Ia terlihat kesal, akan tetapi menurut. Sebenarnya, aku sedikit merasa kasihan tetapi juga merasa senang, bisa sekali-kali ngerjain dia.***Meyyis***POV DAVINSetelah pesta usai, kami tentu pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Sasha membuatku jengkel. Apa ia sudah tidak cinta lagi? sepertinya berubah, hal itu menjadi sering uring-uringan karena takut kehilangan dia. Leboh baik aku menghindar saja, biar ia merasa. Kalau tidak merasa juga, berarti memang sudah tidak mencintaiku. Apakah ada orang lain? Tidak mungkin … ia mencintaiku. Aku menghempaskan pikiran jahat yang menguasaiku.Dia memegang tangan, aku tahu itu trik untuk mengelabuhi, lebih baik aku menghempaskan tangannya saja. Tapi aku rindu memeluk tubuhnya, harum tubuhnya terutama bibirnya yang membuatku mabuk
“Kamu mau mengatakannya atau mendapatkan hukuman dariku.” Davin akan menciumku kembali, akan tetapi aku dorong. “Tidak malam ini. Aku tidak akan mengalah padamu. Kalau kamu memberi hukuman, berarti tidak akan aku beritahu apa yang aku persiapkan.” Aku tahu ia sangat kesal. Biarkan saja.***Meyyis***POV Shasha“Kamu memang benar-benar,” tutur Davin. Ia merasa sangat kesal dengan sang keksih, tapi juga gemas.“Oke, kali ini kamu harus kalah, dan harus mengalah aku ….” Kedua lengaku, lepas dari leher Davin, dan berhasil kabur darinya. “Biarkan saja ia kesal. Makanya jadi orang jangan suka ngambil kesimpulan cepat.” Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Suara tutukan sepatu terdengar menjauh dari kamarku. Aku yakin lelakiku itu akan berpikir sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Biarkan saja, aku sangat suka menggodanya seperti itu.Esok hari, telah tiba sebelum ayam berkokok. Davin sudah mengetuk pintu kamarku. Aku yang baru saja bangun tidur bahkan belum sempat mencuci wajah, m
Tepuk tangan menggema di taman itu. Setelah sesi tukar cincin, maka selanjutnya mereka berjalan turun dari pelaminan untuk menemui tamu. Aku sudah siap dengan keranjang kalau mawar untuk ditaburi sepanjang jalan. Sampai di ujung karpet, Elsa melempar buket bunga. Kami berdesakan agar mendapatkan buket itu.***Meyyis***POV ShashaSetelah pesta berlangsung aku dan Davin pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Davin menjadi sering uring-uringan. Aku tidak tahu kenapa? Bahkan hari ini dia dua kali marah. Davin memang berbeda dengan orang lain, dia kalau marah lebih suka diam. Ditanya diam dan menghindar. Aku mengingat-ingat salah apa hari ini, tetapi tidak juga menemukan kesalahanku. Kami sudah memasuki mobil untuk pulang ke rumah. Aku bermaksud untuk mengajaknya bicara sekarang, karena kami dalam wilayah santai sehingga akan sangat mudah berbicara dengannya.Aku memegang tangannya, akan tetapi Davin menghempaskan tanganku. Aku memilih untuk t
Aku tahu papa juga terharu melihat putri pertamanya sudah melangkah ke jenjang selanjutnya. Meskipun Papa menginginkan ini, aku yakin sebagai seorang ayah lelaki itu merasa dirampok ketika putrinya akan dinikahi oleh lelaki mana pun. Bisa dibilang, hati dan cintanya akan direbut oleh lelaki lain walaupun dalam konotasi yang berbeda.***Meyyis***POV ShashaPapa adalah orang Jawa tulen. Meskipun sekarang berada di Singapura, ia menghendaki suara gamelan, alih-alih lagu romantic. Maka saat Elsa keluar, walaupun menggunakan gaun bertema internasional, akan tetapi suara gamelan mulai terdengar. Hatiku ikut merasa tersenyum mendengar suara music pentatonic itu. Betapa indahnya, sebuah musik yang menjadi ciri khas Nusantara tersebut yang telah mengakar pada budaya kita.Aku menjadi pengiring pengantin mengikuti langkah pengantin dari belakang. Setelah sampai ke pelaminan, Papa menyerahkan tangan pada Arya yang sudah berdiri di atas pelaminan dengan jas putih yang menawan. Rambutnya tertata
“Aku bawa ke rumah Davin. Di rumahnya akan banyak kesedihan jika ia melihat kamar mama.” Aku tahu karena kekasihku itu sudah bicara sebelumnya. Aku tersenyum dengan interaksi kedua orang itu. Setelah mengetahui yang dibicarakan Arya, aku memilih hengkang dari tempatku mengintip.***Meyyis***POV ShashaIni adalah pernikahan yang diimpikan oleh Elsa setelah banyak rintangan dengan Arya. Hari ini saatnya kedua sejoli itu melangkah ke jenjang selanjutnya, mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Bunga-bunga bernuansa putih sudah menghiasi nuansa taman golf tersebut.Pernikahannya dilakukan di Singapura karena mama dan papa berada di sini. Wanita yang menjadi kakakku dari ibu yang berbeda itu, kini sudah mengenakan gaun putih dengan hiasan kepala yang menjuntai. Dia sangat cantik dan menawan. Lekuk tubuhnya yang indah, tinggi badannya yang menjulang dan semampai membuatnya bak model.“Kak, kamu sangat cantik.” Aku memandang lekat ke mata indah kakakku itu. “Benarkah? Aku masih tidak
Aku ke dapur untuk membuat yang kupikirkan itu. Setelah dua sendok sereal masuk ke gelas, dua sendok susu coklat masuk juga. Air panas segera meluncur untuk menyatukan keduanya. Aroma khas coklat semakin memperparah rasa laparku. Aku mulai meniup makanan itu, menyendoknya mengarahkan ke mulut. Hmmm … ini lebih nikmat. Sesuap demi suap makanan itu tandas meluncur ke perutku. Ini lebih dari cukup.***Meyyis***POV DAVINTeleponku berbunyi. Aku tersenyum saat di layar terlihat Sayangku memanggil. Langsung saja tombol terima aku usap.“Iya, Sayang.” Sapaan terakhir tidak akan pernah lupa agar wanitaku itu merasakan bahwa aku memang sangat menggilainya.“Bagaimana korbannya?” tanyanya. Aku tahu, hanya alasan saja bertanya tentang korban kecelakaan yang sedang kami urus. Akan tetapi aku paham bahwa sebenarnya ia sangat ingin bersamaku.“Kamu kangen sama aku?” Langsung saja aku tembak dengan perkataan begitu agar ia makin berbunga-bunga. Aku yakin saat ini perutnya penuh dengan taman bunga y
“Aku melihat korban penuh darah, Sha. Bagaimana keadaannya. Ia kasihan banget. Seandainya kita satu mobil saat itu, Arya akan lebih tenang memandangku. Aku yang salah.” Aku ingin tertawa rasanya. Bagaimana bisa Arya menyetir sambil memandang Elsa. Pantas saja kecelakaan.***Meyyis***POV Shasha“Kamu kok malah ketawa?” Elsa menghapus air matanya.“Maaf … aku tertawa karena itu lucu, Kak. Arya benar-benar mencintaimu. Aku akan cari tahu untukmu bagaimana keadaan dari korban.” Aku mengelus pundak Elsa. Setelahnya, menelepon Davin untuk mengetahui keadaan sang korban.“Iya, Sayang.” Suara Davin memang selalu bikin baper.“Bagaimana korbannya?” tanyaku.“Kamu kangen sama aku?” ‘Kan? Dia memang selalu begitu. Tapi … sebenarnya kangen juga, sih?“Jangan mengalihkan perhatian. Bagaimana keadaannya. Elsa masih ketakutan.” Davin terdengar tertawa sedikit.“Dia sudah ditangani. Bilang sama kakakmu tenang saja. Arya sedang diintrogasi. Tim legal dari kantornya juga sudah datang untuk membebaska