Beranda / Fiksi Sejarah / OSIS LYFE (INDONESIA) / Chapter 1 : Monochrome

Share

OSIS LYFE (INDONESIA)
OSIS LYFE (INDONESIA)
Penulis: Ananta

Chapter 1 : Monochrome

Penulis: Ananta
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-30 16:04:29

"Mah aku berangkat..."

"Iya hati hati..."

Hari biasa, senin pagi seperti orang normal lain nya, bersekolah dan belajar lalu mengulangnya kembali dikemudian hari. Membosankan memang. Tapi mau bagaimana lagi?

Sambil menenteng sepeda tua yang diberikan ayahku yang sekarang entah kemana, aku berangkat sekolah dengan roti dimulutku. Mungkin Jam enam terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah, tapi sebagai sekertaris osis yang harus mengumpulkan data semua kelas tiap minggu, ini mungkin hal yang biasa.

"ICHAAAA!!!..."

Suara bising yang menjadi menu sarapanku dipagi hari, tidak salah lagi...

"Hana?! Udahku bilang jangan teriak teriak pagi pagi gini, ganggu orang yang masih tidur".

"Yaelah, sejak kapan seorang Erika peduli dengan orang lain? Lagian manusia mana yang masih tidur jam segini? pengangguran?".

Erika, namaku Aizawa Erika. Dengan 'Aizawa' sebagai nama depanku, bukan berarti aku ini keturunan orang jepang. Ini hal yang konyol, orang tuaku menyukai animasi jepang, dan entah muncul ide dari mana mereka menamaiku seperti ini. 

"Tumben sarapan? biasanya jam segini udah tidur lagi aja di ruang osis" saut dia.

Dia Hana, bendahara osis. Nama lengkapnya Mashiro Hana. Tidak seperti Nama depanku yang merupakan ide konyol dari orang tuaku, Hana ini adalah blasteran. Ibunya yang merupakan orang jepang menikah dengan ayahnya yang orang indonesia. Mashiro sendiri memiliki arti 'Putih sekali' atau 'Sangat putih' dalam bahasa jepang. Bukan tanpa sebab. Ibu Hana yang bernama Mashiro Anna mengidap penyakit albinisme atau albino yang menyebabkan fisik seperti rambut, kulit dan matanya menjadi putih sejak lahir. Karna itulah penglihatan ibu hana sangat terbatas sehingga penyakit albinisme nya ini menurun ke hana sendiri. Tetapi anehnya, Hana memiliki penglihatan yang cukup baik dan kulit yang normal, kemungkinan menurun dari ayahnya sehingga hanya rambutnya saja yang putih.

Hana juga cukup populer dikalangan para cowok karna paras nya yang cantik, berbeda denganku yang dipandang seperti babu sekolah dengan kupluk dikepalanya. 

"Iya, kan ini hari senin. aku harus ngumpulin data agenda semua kelas" Jawabku.

"Iya juga, senin aku kebagian piket kelas. Yaudah ayo cepet pake sepedamu. Ga guna banget didorong mulu" keluhnya.

kami pun berboncengan kesekolah bersama sama.

***Sampai disekolah...***

"Haa... yaudah cha, aku ke kelas duluan, Nanti kususul ke ruang osis".

"Iya... sekalian bawa data anggaran eskul minggu ini".

Sementara Hana membersihkan kelasnya, aku mengelilingi semua kelas untuk mengecek kelengkapan peralatan kebersihan kelas. Karna ini baru minggu keempat ditahun ajaran baru kelas 12, Osis tahun ini masih beranggotakan tiga orang,  sehingga kami belum mempunyai seksi kebersihan. Dan tentunya aku yang harus melakukan tugas ini sembari mengumpulkan data absen minggu lalu. Setelah semua agenda terkumpul, aku pergi ke ruang osis.

***Menuju ruang osis...***

Pintunya sudah terbuka, Ketua sudah tiba lebih dahulu. Wajar saja, dia adalah ketua osis yang harus mengatur dan mengawasi semua kegiatan yang terjadi disekolah. Tapi hari ini...

"Erin? kenapa?"

eh? dia... tidur? enggak enggak, dia... nangis? *Pikirku.

Erina eri, ketua osis kami. Dia menjadi ketua osis dari tahun lalu saat kami kelas 11, dia satu kelas denganku tahun ini. Dengan prestasi yang cukup banyak, meyakinkan dia untuk bergabung dan menjadi ketua osis sampai sekarang dikarnakan tak ada pengganti baru yang mau menggantikan posisi Erin sebagai ketua.

"Ah... Icha, kalo udah di rangkum semua datanya, simpan aja disini" Sambil menghentakan meja dengan tangan nya.

"Aku hanya agak lelah, semua orang disekolah ini menganggap kita selalu melakukan hal negatif yang bahkan tak kita lakukan" Sambungnya...

Selagi aku menulis, Erin terus menceritakan semua keresahan nya, Tidak... Keresahan kami.

Dipandang sebagai babu sekolah...

Dituduh melakukan korupsi...

Tidak bertanggung jawab...

Semua itu telah menjadi tradisi dan beban yang harus kita tanggung selama dua semester.

"Jadi? apa yang harus kita lakukan? melapor pada guru?" Tanyaku.

"Kalo bisa, mungkin memang harus kita laporin kar-"

"Engga engga, erin... Kita ga punya cukup bukti buat bantah semua omongon mereka. Sekeras apapun kita bekerja, selalu aja ada celah buat mereka" Aku sedikit emosi...

*Tiba tiba Hana datang...

"Ya... Mau bagaimana lagi, kita harus menunggu seseorang buat gantiin posisi kita" Sambung Hana.

"Udah piketnya?" 

"Udah, tinggal anak lain. Bagianku dah beres".

"Yaudah Ca, Hana... Aku duluan ke kelas" Sambil Erin merapihkan tas nya.

Aku agak sedikit canggung dengan Erin gara gara perdebatan kecil tadi, jujur aku gak terlalu suka dengan sifatnya yang selalu mengeluh dan mudah menyerah. Walaupun aku tau tenaga yang dikeluarkan dia sebagai ketua tak sebanding denganku. 

"Dia kenapa?" Tanya Hana.

"Erin? Ntah, dia udah gitu dari pertama aku datang. Jadi sekarang kita ngapain disini? nunggu bell doang?"

"Iya... mau kuajak ke kantin pun, kamu gak mau terus" Jawab Hana.

"Ya, mau bagaimana lagi? orang sepertiku gak akan pernah cocok berada disana, mending aku nitip sama kamu"

Perkataanku bukan sekedar omong kosong belaka. Kantin yang berisi anak anak kelas satu tak akan pernah menyukai kehadiran kami, terkecuali Hana.

Terkadang selalu terfikir di pikiranku, jika aku secantik Hana... apa semua orang akan berhenti mengejekku? apa mereka akan berhenti berprasangka buruk juga kepada anggota osis? apakah hidupku akan seromantis yang ada dalam film dan novel? semua itu sering terbesit sejenak dalam otak kosongku ini.

"Icha? Hei... ayo ke kelas, napa ngelamun? ayo" Hana menyadarkanku dari lamunan.

Mungkin benar, hanya melamun dan tanpa melakukan apapun hanyalah hal yang sia sia. Mungkin ini agak sedikit melenceng dari kepribadianku. Tapi aku ingin mengubah itu, mengubah pandangan mereka. Aku yakin, suatu saat nanti... Mereka akan sadar bahwa anggapan mereka salah. Pasti.

Aku dan Hana berjalan keluar dari ruang hampa ini. Lorong yang awalnya terlihat monokrom hitam putih sekarang sedikit berwarna. Iya, aku tak boleh terus seperti ini...

Aku baru menyadari sesuatu, bukan fisik yang membedakan Hana denganku...

"Selamat pagi kak Hana..."

"Selamat pagi juga..."

Tetapi sifat dia yang membawa keceriaan pada orang lain lah yang membedakan dia denganku.

Pasti! aku bisa berubah.

Bab terkait

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 2 : Dasi

    "Anggaran buat eskul minggu ini udah kekumpul?" Kata Erin sambil mencatat sesuatu di buku agendanya."Fyuh... aku udah janji ke setiap ketua eskul disekolah kalau mereka akan mendapat bagian yang lumayan banyak" Kata Hana menghela nafas."Lalu? Icha kemana?"Ini jam istirahat. Karna aku tidak mau membuang waktu dengan hanya berdiam diri di kantin, aku pergi ke ruang Guru lebih awal untuk menyerahkan agenda absen pagi ini.Karna ruang guru ini berada di lantai paling bawah sedangkan Ruang osis berada dilantai paling atas, aku berencana pergi ke kantin hanya untuk sekedar membeli minuman. Aku meletakan agenda nya di kelasku. Dan aku baru sadar, disini letak kesalahanku..."Eh itu osis kan? tumben ke kantin? biasa ngadem di BK Hahaha" Suara tawa seorang perempuan dimeja yang berada tepat di

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-30
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 3 : Who?

    "Ayo Zulfa cepetan kelasnya dimana?!" Teriak Hana."Itu di ujung kak, yang ada banyak orang" Jawab Zulfa."Jangan jangan? sudah dimulai?!...".******Dua diantara mereka mulai memegangi tanganku, aku hanya tinggal menunggu satu orang lagi untuk memukulku."Hah?! berani juga babu sekolah dateng ke kelas ini, udah kuat lu?!" Bentak dia sambil mengangkat seragamku."Ayo Ze, pukul aja ayo!!" Kata orang yang memegangi tangan kananku.Aku baru ingat, dia Zeinal. Salah satu kapten tim basket di sekolah kami. Orang sekitarnya memanggil dia dengan sebutan Ze, dia juga yang selalu memimpin pertandingan menuju kemenangan sampai saat ini. Aku tau ini hal yang gegabah karna sebelumnya aku tak tau permasalahan dia dengan Zulfa seperti apa. Tapi yang kulihat sejauh ini, dia dikenal dengan tempramen nya yang begitu keras dan mudah emosi sehingga

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-31
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 4 : Zulfa

    "Jadi? ada perlu apa Kak Hana?" Tanya Ze."Silahkan duduk dulu..." Hana mempersilahkan."Erika? lu gapapa?" Tanya teman nya Ze.*Aku menggelengkan kepala"Jadi gini... kita mau tanya tanya perihal Zulfa. Aku, Icha sama Erin udah bahas ini barusab, tetapi masih ada yang belum kita ketahui tentang dia" Hana memperjelas."Bukan untuk memperburuk suasana, aku benar benar ingin tau alasan jujur kalian dan anggota lain membully Zulfa" Sambungku."Aku gatau ini bisa disebut pembullyan atau tidak. Karna kami hanya meminta mengganti bola basket kami yang sudah rusak pada Zulfa" Ze mulai menjelaskan."Lalu?""Ya... kan kita tau, anggaran eskul hanya diberi dua kali dalam sebulan. Dan saat eskul lain udah dapat anggaran saat minggu kedua bulan ini, kami buru buru menagihnya ke Zulfa dong?!" Sambung teman nya Ze."Sedangkan Zulfa baru mengambil

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-01
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 5 : Bedroom

    Malam ini aku menginap dirumah Hana. Setelah kesalah pahaman yang terjadi tadi siang di sekolah, aku terpaksa untuk tidak pulang kerumah. Walaupun sebenarnya bisa saja aku berkata jujur pada ibuku, tetapi sepertinya ini jalan yang tepat agar aku tidak menambah beban pikiran ibuku.Entah apa yang terjadi pada Erin di telfon tadi, tapi aku dan Hana sudah berusaha menghubungi Erin kembali dan hasilnya tetap sama.Lalu aku juga sudah menghubungi ibu bahwa aku akan menginap dirumah Hana malam ini. Respon nya tetap dingin. Kemanapun aku pergi asalkan meminta izin terlebih dahulu, pasti ibu izinkan. Dia juga tak pernah bertanya alasanku pergi ke suatu tempat, seperti sekarang. Padahal aku menginap dirumah Hana, tetapi dia tak bertanya sedikitpun alasanku menginap."Erika-San? udah mau tidur?" Hana menyadarkanku dari lamunan."Ah iya, kamu duluan aja" Jawabku."Enggak maksudku ini kasurnya kan cuman ada sat

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-01
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 6 : Mom

    "Bu... kami berangkat ya..." Hana berteriak dari luar."Iya, Hati hati dijalan..."Kami pun berangkat menuju sekolah, ah tidak. Maksudku hanya Hana. Biasanya aku yang membonceng dia, sekarang giliran dia yang memboncengku. Hana akan mengantarkanku terlebih dahulu menuju kerumah."Eh iya. Kalau kamu gak kesekolah, berarti aku harus jalan kaki dong hari ini?" Tanya Hana."Iya juga. Em... Hana bawa aja sepedaku nanti ke sekolah" Jawabku."Emang gapapa? tante Raisa gak akan marah?"."Memangnya semenakutkan apa sih ibuku di pikiranmu?" Jawabku dengan becanda."Enggak gitu Icha..., yang namanya orang tua pasti khawatir sama anaknya. Apalagi ini kan satu satunya sepeda yang kamu punya""Iya juga, ibuku bilang ini punya ayahku. Tapi entah kemana dia sekarang. Gapapa kamu bawa aja, nanti sore kan kita mau kumpul dirumah mu..." Jawabku."Ngom

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-02
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 7 : Dad

    Setelah Hana pergi berangkat ke sekolah. Akupun kembali masuk ke rumah.Ibu terlihat masih membaca surat dari sekolah yang kuberikan tadi. Benar apa yang dikatakan Hana, wajahnya tak terlihat seperti sedang marah. Tapi walaupun begitu, aku masih harus berjaga-jaga agar tak dimarahi olehnya.Akupun berniat untuk pergi ke kamar lalu mengunci nya supaya ibu tidak bisa masuk dan memarahiku. Tapi seperti yang kupikirkan sebelumnya, ibu pasti sudah menyadari rencana klasik yang sudah kuulangi beberapa kali ini."Erika, kesini sebentar..." Ibuku memanggil dengan suara yang nyaris tak bisa kudengar saking kecilnya.Akupun menghampirnya dengan perasaan campur aduk antara takut dan sedih. Kepalaku menunduk dan mencoba untuk tak memandang sorot matanya yang lebih menyeramkan dari penyihir abad pertengahan."Hana nya udah berangkat kan? duduk!...".Akupun mulai duduk di sofa. Aku masih saja tak

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-05
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 8 : Diskusi

    "Oke oke, jadi gimana? langsung kita mulai aja?"Aku keluar dari kamar.Semua orang sudah berkumpul di rumahku. Setidaknya sampai adikku juga ikut bergabung dalam diskusi ini. Semua orang tampak serius. Belum juga dimulai, aku sudah mempunya prasangka buruk tentang dua teman Zulfa ini. Kenapa mereka yang awalnya mendukung Zulfa mendadak ikut dengan diskusi ini yang sudah jelas jelas akan membicarakan sahabatnya itu. Apakah sebelumnya mereka berdua tidak diberitahu oleh yang lain tentang apa yang akan kita bahas sekarang?."Eh iya, kalian temannya Zulfa kan? Nama kalian siapa?" Aku memulai percakapan."Namaku Zahra, dan dia Alika. Rumah kami berdekatan, jadi kami selalu berangkat sekolah bersama-sama" Ujar salah satu dari mereka."Lalu kalian mulai kenal Zulfa dari kapan?" Tanya Hana."Sekitar tiga tahun lalu, pas baru pertama kali kita masuk SMK. Awalnya aku sama Zahra yang udah temenan dari k

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-09
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 9 : This is Love?

    "Mamah pulang..."Seseorang membuka pintu depan."Ah, mamah... selamat datang"Aku menyambutnya."Eh... banyak temen Erika ya, kerja kelompok? udah pada makan belum?""Udah kok tante, gapapa"Jawab mereka serempak.Ibuku baru pulang dari toko tempat dia bekerja, jam empat sore tepatnya. Dia membawa kantong belanjaan yang sangat banyak, tak seperti biasanya. Apa mungkin dia akan membuat sesuatu yang spesial hari ini setelah tadi pagi kami berbaikan?."Oh... yaudah, nanti pulangnya jangan kemalaman, nanti dicariin"sambung ibuku.Aku ragu ibu senang dengan kehadiran teman temanku. Terlihat dari raut wajahnya, sepertinya dia ingin mereka segera pulang."Ah iya Dek Hana... Tante Anna gimana kabarnya? baik-baik aja?""Baik kok Tante, sekarang ibu lagi ada tamu temen kerjanya ayah, jadi kita numpang disini"Jawab Hana.Karn

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-11

Bab terbaru

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 17 : Teori dan Solusi

    Gelap malam menjadi titik tumpu pandanganku hari ini, membiarkan pikiran melayang bebas mencari jawaban setelah apa yang terjadi sejauh ini sebelum akhirnya dering telpon menyadarkan ku dari lamunan."Iya Halo?," aku mengambil ponsel di sebelahku."Erin ngajak keluar, ikut gak?" Suara serak Hana mulai terdengar."Kenapa dia gak langsung bilang aja?," Tanyaku. "Pulsa dia gak bakal cukup buat nelpon kamu yang dari tadi di spam gak bales bales".Benar saja, setelah mengecek kembali, Erin mengirim puluhan pesan sejak dua puluh menit yang lalu. Dia mengajak kami berdua untuk datang berkunjung kerumahnya dengan alasan kesepian karena orang tua nya sedang tidak ada di rumah."Iya-iya, tapi kita gak pernah pergi kerumahnya, katanya kemarin Deket perumahan?" Tanyaku."Pokoknya bawa sepeda mu".Dia menutup telfon tanpa menjawab pertanyaan ku, sekali lagi pandanganku teralih pada malam deng

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 16 : Insiden

    "Eh eh eh ini seriusan?" Aku memegang erat pundak Hana sambil melihat ke lantai dasar."Tenang dulu Cha, kita periksa dulu ke bawah" Hana menarik tanganku yang disusul oleh Erin.Kami berlari menuruni tangga satu persatu menuju lantai bawah tempat Ze terjatuh. Rasa cemas terus menyelimuti, berharap satu satunya petunjuk yang kami punya tidak hilang begitu saja."OSIS mana OSIS?! Bantu ibu sini!" Seseorang dari kerumunan memanggil-manggil kami sambil melambaikan tangannya."Hadir bu, kita harus bagaimana?" Tanya Erin sebagai ketua kami."Emm..., gini. Erika sama Hana tolong bilang ke murid yang lain untuk masuk kelas terlebih dahulu, Erin bantu ibu menghubungi orang tuanya" Perintah guru BK kami."Tapi bu, kita harus bilang apa sama murid lain?" Tanyaku."Ah Iya, oke gini aja deh. Biar semua gak pada ribut, kamu suruh mereka kumpul di lapangan belakang, karna ini udah mau jam terakhir juga, nan

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 15 : Ze

    Akhirnya hari ini aku sudah bisa masuk sekolah setelah tiga hari diskors, sampai akhirnya aku harus menerima fakta bahwa sebelum kita menyelesaikan kasus uang hilang ini, kita akan menjadi bahan untuk orang orang melampiaskan emosinya."Tumbenan Hari ini gak ada yang manggil manggil koruptor" Ujar Hana yang baru kembali dari kantin.Seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, aku pribadi memang tak terlalu peduli dengan omong kosong mereka, begitu pun Erin dan juga Hana. Sepertinya mereka sudah mulai terbiasa dengan hal hal semacam itu sehingga orang orang ini sepertinya sudah mulai bosan mempermainkan kami, walaupun sebenarnya Hana cenderung tak mendapat ejekan apa-apa."Orang pada bosen... emang apa yang mereka harapkan dari ngatain kayak gitu kalo bukan reaksi marah dari kita?" Jawabku sambil mengeluarkan beberapa camilan yang dia bawa."Terus, yang kemarin udah ditanyain belum? yang kelas B sama F?" Sambungku.

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 14 : Semakin rumit

    Hari ini kami melanjutkan membahas tentang masalah yang baru muncul lagi hari ini, masih tentang hal yang sama."Uang sumbangan kelas perbulan ilang? seriusan?" Aku bertanya seakan tak percaya dengan apa yang kudengar barusan."Iya, uang sumbangan itu kan tadinya buat gantiin peralatan sekolah yang udah rusak" Erin mencoba menjelaskan."Aku takut kita dituduh korupsi lagi Cha..." Sambungnya."Iya aku tau, maksudku... ya masa ilang lagi? lagian kan uang itu disimpan di setiap ketua masing masing kelas?""Tapi Cha, yang kehilangan uang cuman beberapa kelas doang, termasuk kelasnya si Ze" Hana memperjelas."Eh, gimana maksudnya cuman beberapa kelas?" Tanyaku kembali."Cuman tiga kelas doang yang kena. Kelas dua belas B, dua belas D sama Kelas kita bertiga, kelas F" Ze mulai angkat bicara."Ahh....." Kami menghela nafas panjang sambil me

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 13 : New day new problem

    Mata kami saling bertemu, sebuah kebetulan dia bisa datang ke tempat dimana aku bekerja selama bertahun-tahun, atau mungkin bukan sebuah kebetulan.Dia memakai setelan hoodie dan juga topi. Hampir saja aku tak mengenalinya kalau bukan karna tas merah yang dia pakai di punggungnya."Hei tunggu!" Aku mengejar dia yang berlari keluar meninggalkan toko buku.Dia berlari perlahan, mencoba untuk tidak menarik perhatian orang-orang disekitar. Aku terus mengikutinya sampai tiba disebuah gang buntu nan sempit."Gausah main kejar-kejaran lagi... " Aku menyandarkan tubuhku di tembok kotor yang sepertinya tidak pernah disentuh oleh makhluk hidup manapun."Kenapa kak Erika ada disana?" Dia bertanya dengan kepala yang masih menunduk, tak mau menatapku."Maksudmu toko buku itu? itu tempat aku kerja, lagian yang harusnya bertanya itu aku, kenapa kamu ada disini saat jam seko

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 12 : I'm Working

    "Kak bangun... kata mamah anterin Za ke sekolah"Seseorang membangunkanku dari nikmatnya tidur."Ahh iya iya, kamu mandi duluan, kakak siapin sarapan"Jawabku Sambil menarik kembali selimut.Hari kedua sejak aku di skorsing dari sekolah, aku yang biasa kerja paruh waktu sekarang memutuskan untuk bekerja full time. Setidaknya sampai aku mengingat sesuatu."Eh Rei pulang sekolah nya siang kan? mamah udah berangkat kerja?""Udah, makanya... Aku udah mandi dari tadi, sarapan udah dibuatin sama ayah, tinggal kakak yang siap siap"Jawabnya sambil meninggalkan kamarku.Ah iya, dia tinggal disini sekarang, aku tak perlu repot-repot menyiapkan sarapan lagi. Tapi tetap saja aku masih merasa canggung karena ucapanku padanya kemarin, secara kita baru pertama kali bertemu setelah bertahun-tahun, dan kalimat yang pertama kali muncul di bibirku malah terkesan seperti tak menerima

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 11 : Just like this

    *Kring kring kring...Ponsel yang dipegang adikku berbunyi."Kak, ini ada telfon dari mamah""Kamu angkat aja, bilangin kakak lagi beli makanan ke warung"Jawabku."Kenapa gak Icha aja yang angkat?"Tanya Hana."Lagi males aja, palingan juga nanti dia marah marah terus nyuruh pulang, kalo yang angkat si Rei gabakal buru buru disuruh pulang"Sambungku.*******"Halo mah? kenapa?""Kakakmu kemana?""Ini emm... lagi ke warung beli makanan sama kak Hana""Kamu lagi dimana sekarang?"Tanya ibuku."Eng... lagi ditaman deket komplek... kenaoa mah?""Kalo kakakmu udah balik kalian langsung pulang ya, ada yang mau kita omongin"Sambung ibuku."Kita?"Aku bergumam.Aku tau arti kata 'kita' yang dimaksud adalah ibu dan ayahku, tapi entah kenapa aku masih b

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 10 : Fact

    Setelah mengantar Ze pulang menuju stasiun, aku pun pulang dengan menaiki sepeda tua dibawah langit sore yang mulai gelap, sedangkan pikiranku masih membayangkan kejadian beberapa menit yang lalu.Senang dan sedih bercampur, akhirnya hidupku perlahan lahan menunjukan warna yang tak hitam putih lagi. Aku tak tau apa yang sedang terjadi sekarang didalam hatiku. Tapi selama itu membuatku senang, aku tak perduli.Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, aku memacu pedal sepeda sebelum akhirnya langit benar benar gelap."Ah, udah gelap. Mamah pasti udah nungguin"Gumamku.*Sesampainya dirumah..."Aku pulang..."Aku mulai masuk kedalam rumah, tidak ada siapa siapa."Eh kok sepi? gak ada siapa siapa? tapi pintunya kebuka"Aku memutuskan untuk mengecek nya ke dapur...Dan...

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 9 : This is Love?

    "Mamah pulang..."Seseorang membuka pintu depan."Ah, mamah... selamat datang"Aku menyambutnya."Eh... banyak temen Erika ya, kerja kelompok? udah pada makan belum?""Udah kok tante, gapapa"Jawab mereka serempak.Ibuku baru pulang dari toko tempat dia bekerja, jam empat sore tepatnya. Dia membawa kantong belanjaan yang sangat banyak, tak seperti biasanya. Apa mungkin dia akan membuat sesuatu yang spesial hari ini setelah tadi pagi kami berbaikan?."Oh... yaudah, nanti pulangnya jangan kemalaman, nanti dicariin"sambung ibuku.Aku ragu ibu senang dengan kehadiran teman temanku. Terlihat dari raut wajahnya, sepertinya dia ingin mereka segera pulang."Ah iya Dek Hana... Tante Anna gimana kabarnya? baik-baik aja?""Baik kok Tante, sekarang ibu lagi ada tamu temen kerjanya ayah, jadi kita numpang disini"Jawab Hana.Karn

DMCA.com Protection Status