Home / Historical / OSIS LYFE (INDONESIA) / Chapter 9 : This is Love?

Share

Chapter 9 : This is Love?

Author: Ananta
last update Last Updated: 2021-04-11 17:55:42

"Mamah pulang..."

Seseorang membuka pintu depan.

"Ah, mamah... selamat datang"

Aku menyambutnya.

"Eh... banyak temen Erika ya, kerja kelompok? udah pada makan belum?"

"Udah kok tante, gapapa"

Jawab mereka serempak.

Ibuku baru pulang dari toko tempat dia bekerja, jam empat sore tepatnya. Dia membawa kantong belanjaan yang sangat banyak, tak seperti biasanya. Apa mungkin dia akan membuat sesuatu yang spesial hari ini setelah tadi pagi kami berbaikan?.

"Oh... yaudah, nanti pulangnya jangan kemalaman, nanti dicariin"

sambung ibuku.

Aku ragu ibu senang dengan kehadiran teman temanku. Terlihat dari raut wajahnya, sepertinya dia ingin mereka segera pulang.

"Ah iya Dek Hana... Tante Anna gimana kabarnya? baik-baik aja?"

"Baik kok Tante, sekarang ibu lagi ada tamu temen kerjanya ayah, jadi kita numpang disini"

Jawab Hana.

Karna aku mengerti keadaan ibu, jadi aku memutuskan untuk menyelesaikan diskusi untuk hari ini. Mungkin memang aku harus menyisihkan sebagian waktu untuk keluargaku malam ini.

"Karna kita masih bingung tentang hasil diskusi ini, jadi kita udahan dulu aja ya? besok kita lanjut"

"Ah iya iya, Icha juga kan pasti capek udah kerja tadi siang..."

Jawab Erin.

"Kerja?..."

Sialan! Malam kemarin dirumah Hana aku sudah Bilang ke bos kalau hari ini aku bakal ambil waktu full time di perpustakaan, dan bodohnya aku malah ketiduran sampai sore, kalo ambil jam malam aku bakal gak ada waktu lagi buat ibu, secara dia sudah membeli bahan makanan sebanyak itu untuk malam ini.

"Tante, kita pulang duluan ya"

Hana berpamitan.

"Iya hati-hati ya"

"Eh ngomong-ngomong kalo rumah Hana deket, berarti kita pulang nya jalan kaki dong?"

Tanya Ze.

"Bukan nya si Dadang bawa sepeda juga tadi?"

Tanya Erin kembali.

"Yakali satu sepeda muat sama tiga orang, apalagi badan si Ze tinggi banget, tiang listrik juga minder liat dia"

"Lu nya aja yang kependekan".

"Kalo gitu tadi kalian berangkat kesini gimana?"

"Aku boncengan sama si Ze, Jajang boncengan sama Dadang, Alika sama Zahra, Erin sendiri"

Jawab Hana.

"Yaudah kalo gitu kenapa kalian gak boncengan lagi aja kayak tadi?"

Tanyaku.

"Zahra sama Alika kan pulangnya ke komplek, beda arah. Aku juga ke arah sana, sedangkan mereka ke arah stasiun" Jawab Erin.

"Yaudah kak, kita pulang duluan ya"

Zahra berpamitan.

"Iya hati hati..."

Jawabku.

"Yaudah aku anterin kalian sampai stasiun"

"Kalo gitu Cha, aku duluan ya. Emak juga pasti udah nungguin"

Erin berpamitan.

"Hana mau ikut juga?"

"Enggak lah, aku juga mau bantu Ibu masak buat nanti malem"

Jawabnya.

Sekarang hanya tinggal ada aku dan mereka bertiga. Meski jarak rumah ke stasiun agak jauh, tetapi sepertinya cukup waktu untuk pulang sebelum malam.

"Mah... Aku nganterin temenku pulang dulu ya... Sebentar kok"

Aku berteriak dari luar.

"Iya... jangan pulang terlalu malem"

"Jadi sekarang aku boncengan sama siapa?"

"Sama Ze aja, aku sama si Jajang"

Jawab Dadang.

"Yaudah..."

*Kami pun berangkat...

Selama diperjalanan, melewati sawah-sawah dibawah matahari sore dengan angin yang berhembus, kami hanya saling diam dan menutup mulut masing masing. Walau bagaimanapun aku ini juga manusia biasa, sekuat apapun aku berusaha bersikap dingin, tetap saja rasa canggung akan terus menghantui. Dengan duduk di belakang badan yang tinggi ini... malah semakin menambah kecanggunganku.

Tak pernah sedekat ini dengan seorang cowok yang bahkan sudah pernah memukulku. Aku harap jantungku yang berdegup kencang ini tak terdengar oleh nya.

"Cha, Adikmu kelas berapa ngomong-ngomong"

Dia memulai topik.

"Dia kelas lima SD. Kenapa emang?"

Jawabku

"Enggak, aku heran aja dia bisa secerdas itu. Bahkan kita aja gak kepikiran sama sekali. Apa karna faktor keturunan?"

"Enggak tau juga, yang kulihat dia biasa aja. Di sekolahnya juga jarang masuk rangking, sikapnya hampir sama kayak ibuku. Tapi kecerdasan nya aku gak tau dia dapet dari mana"

Aku menjelaskan.

"Mungkin dari ayahmu?"

"Yah mungkin..."

Obrolan pun kembali terhenti, kecanggungan kembali menghantui. Kita sudah tertinggal jauh dengan Jajang dan Dadang yang sudah berada jauh di depan sana.

"Kenapa pake kupluk mulu ke sekolah?"

"Enggak kenapa-kenapa, pengen aja. Lagian daerah sekolah kita selalu dingin karna berdekatan sama gunung. Kenapa emang?"

"Enggak, cuman kayaknya bakal lebih cocok kalau dilepas"

Jawabnya.

Hampir saja aku tersipu malu, terlalu berlebihan memang. Tetapi mau bagaimana lagi? ini pertama kalinya ada seseorang yang mengomentari penampilanku, ditambah dia adalah seorang cowok.

Aku tak terlalu berharap ada adegan dengan alur yang sama seperti di novel novel atau film yang kulihat di Internet. Membuatku merasa geli jika melihatnya, aku lebih suka film yang menceritakan tentang organisasi pembunuh bayaran seperti Jhon wick ataupun film martial arts seperti Ip man yang dengan bodohnya aku tiru untuk mengalahkan si Ze ini.

******

Kami sudah sampai di stasiun, ada sedikit yang membuatku bingung...

"Eh kan kalian pake sepeda, terus naik kereta nya gimana?”

Aku bertanya pada Jajang dan Dadang.

"Rumah kami disini, deker stasiun. Yang naik kereta ya Ze doang"

"Yaudah bro, aku berangkat duluan. Cha duluan ya"

Dia masuk ke kereta dan melambaikan tangannya pada kami. Kami pun balik melambaikan tangan.

Tak kusangka sifat dia berbeda dengan saat dia berada di sekolah. Yang awalnya kukira cowok berandalan yang tak punya rasa empati sama sekali, sekarang malah melihat senyum diwajahnya.

Sekali lagi mau bagaimanapun aku ini adalah manusia, punya kekeliruan dalam menilai seseorang.

Kereta pun berangkat, dia masih tersenyum dan melambaikan tangannya pada kami.

"Yaudah ya, aku juga mau pul-"

"Eh? mereka kemana?"

Kedua anak buah Ze ini ternyata sudah pulang duluan.

"Kalo gitu berarti Ze senyum ke... Arghhhh!"

Deg deg...

Jantungku berdetak, terkejut dengan hal yang baru saja terjadi padaku. Aku duduk melamun di kursi stasiun, bertanya tanya.

Apakah jantung yang berdetak kencang ini hanya sebatas shock atau ada maksud lain?

TO BE CONTINUED...

Related chapters

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 10 : Fact

    Setelah mengantar Ze pulang menuju stasiun, aku pun pulang dengan menaiki sepeda tua dibawah langit sore yang mulai gelap, sedangkan pikiranku masih membayangkan kejadian beberapa menit yang lalu.Senang dan sedih bercampur, akhirnya hidupku perlahan lahan menunjukan warna yang tak hitam putih lagi. Aku tak tau apa yang sedang terjadi sekarang didalam hatiku. Tapi selama itu membuatku senang, aku tak perduli.Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, aku memacu pedal sepeda sebelum akhirnya langit benar benar gelap."Ah, udah gelap. Mamah pasti udah nungguin"Gumamku.*Sesampainya dirumah..."Aku pulang..."Aku mulai masuk kedalam rumah, tidak ada siapa siapa."Eh kok sepi? gak ada siapa siapa? tapi pintunya kebuka"Aku memutuskan untuk mengecek nya ke dapur...Dan...

    Last Updated : 2021-04-14
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 11 : Just like this

    *Kring kring kring...Ponsel yang dipegang adikku berbunyi."Kak, ini ada telfon dari mamah""Kamu angkat aja, bilangin kakak lagi beli makanan ke warung"Jawabku."Kenapa gak Icha aja yang angkat?"Tanya Hana."Lagi males aja, palingan juga nanti dia marah marah terus nyuruh pulang, kalo yang angkat si Rei gabakal buru buru disuruh pulang"Sambungku.*******"Halo mah? kenapa?""Kakakmu kemana?""Ini emm... lagi ke warung beli makanan sama kak Hana""Kamu lagi dimana sekarang?"Tanya ibuku."Eng... lagi ditaman deket komplek... kenaoa mah?""Kalo kakakmu udah balik kalian langsung pulang ya, ada yang mau kita omongin"Sambung ibuku."Kita?"Aku bergumam.Aku tau arti kata 'kita' yang dimaksud adalah ibu dan ayahku, tapi entah kenapa aku masih b

    Last Updated : 2021-04-17
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 12 : I'm Working

    "Kak bangun... kata mamah anterin Za ke sekolah"Seseorang membangunkanku dari nikmatnya tidur."Ahh iya iya, kamu mandi duluan, kakak siapin sarapan"Jawabku Sambil menarik kembali selimut.Hari kedua sejak aku di skorsing dari sekolah, aku yang biasa kerja paruh waktu sekarang memutuskan untuk bekerja full time. Setidaknya sampai aku mengingat sesuatu."Eh Rei pulang sekolah nya siang kan? mamah udah berangkat kerja?""Udah, makanya... Aku udah mandi dari tadi, sarapan udah dibuatin sama ayah, tinggal kakak yang siap siap"Jawabnya sambil meninggalkan kamarku.Ah iya, dia tinggal disini sekarang, aku tak perlu repot-repot menyiapkan sarapan lagi. Tapi tetap saja aku masih merasa canggung karena ucapanku padanya kemarin, secara kita baru pertama kali bertemu setelah bertahun-tahun, dan kalimat yang pertama kali muncul di bibirku malah terkesan seperti tak menerima

    Last Updated : 2021-04-18
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 13 : New day new problem

    Mata kami saling bertemu, sebuah kebetulan dia bisa datang ke tempat dimana aku bekerja selama bertahun-tahun, atau mungkin bukan sebuah kebetulan.Dia memakai setelan hoodie dan juga topi. Hampir saja aku tak mengenalinya kalau bukan karna tas merah yang dia pakai di punggungnya."Hei tunggu!" Aku mengejar dia yang berlari keluar meninggalkan toko buku.Dia berlari perlahan, mencoba untuk tidak menarik perhatian orang-orang disekitar. Aku terus mengikutinya sampai tiba disebuah gang buntu nan sempit."Gausah main kejar-kejaran lagi... " Aku menyandarkan tubuhku di tembok kotor yang sepertinya tidak pernah disentuh oleh makhluk hidup manapun."Kenapa kak Erika ada disana?" Dia bertanya dengan kepala yang masih menunduk, tak mau menatapku."Maksudmu toko buku itu? itu tempat aku kerja, lagian yang harusnya bertanya itu aku, kenapa kamu ada disini saat jam seko

    Last Updated : 2021-04-29
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 14 : Semakin rumit

    Hari ini kami melanjutkan membahas tentang masalah yang baru muncul lagi hari ini, masih tentang hal yang sama."Uang sumbangan kelas perbulan ilang? seriusan?" Aku bertanya seakan tak percaya dengan apa yang kudengar barusan."Iya, uang sumbangan itu kan tadinya buat gantiin peralatan sekolah yang udah rusak" Erin mencoba menjelaskan."Aku takut kita dituduh korupsi lagi Cha..." Sambungnya."Iya aku tau, maksudku... ya masa ilang lagi? lagian kan uang itu disimpan di setiap ketua masing masing kelas?""Tapi Cha, yang kehilangan uang cuman beberapa kelas doang, termasuk kelasnya si Ze" Hana memperjelas."Eh, gimana maksudnya cuman beberapa kelas?" Tanyaku kembali."Cuman tiga kelas doang yang kena. Kelas dua belas B, dua belas D sama Kelas kita bertiga, kelas F" Ze mulai angkat bicara."Ahh....." Kami menghela nafas panjang sambil me

    Last Updated : 2021-05-02
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 15 : Ze

    Akhirnya hari ini aku sudah bisa masuk sekolah setelah tiga hari diskors, sampai akhirnya aku harus menerima fakta bahwa sebelum kita menyelesaikan kasus uang hilang ini, kita akan menjadi bahan untuk orang orang melampiaskan emosinya."Tumbenan Hari ini gak ada yang manggil manggil koruptor" Ujar Hana yang baru kembali dari kantin.Seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, aku pribadi memang tak terlalu peduli dengan omong kosong mereka, begitu pun Erin dan juga Hana. Sepertinya mereka sudah mulai terbiasa dengan hal hal semacam itu sehingga orang orang ini sepertinya sudah mulai bosan mempermainkan kami, walaupun sebenarnya Hana cenderung tak mendapat ejekan apa-apa."Orang pada bosen... emang apa yang mereka harapkan dari ngatain kayak gitu kalo bukan reaksi marah dari kita?" Jawabku sambil mengeluarkan beberapa camilan yang dia bawa."Terus, yang kemarin udah ditanyain belum? yang kelas B sama F?" Sambungku.

    Last Updated : 2021-05-07
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 16 : Insiden

    "Eh eh eh ini seriusan?" Aku memegang erat pundak Hana sambil melihat ke lantai dasar."Tenang dulu Cha, kita periksa dulu ke bawah" Hana menarik tanganku yang disusul oleh Erin.Kami berlari menuruni tangga satu persatu menuju lantai bawah tempat Ze terjatuh. Rasa cemas terus menyelimuti, berharap satu satunya petunjuk yang kami punya tidak hilang begitu saja."OSIS mana OSIS?! Bantu ibu sini!" Seseorang dari kerumunan memanggil-manggil kami sambil melambaikan tangannya."Hadir bu, kita harus bagaimana?" Tanya Erin sebagai ketua kami."Emm..., gini. Erika sama Hana tolong bilang ke murid yang lain untuk masuk kelas terlebih dahulu, Erin bantu ibu menghubungi orang tuanya" Perintah guru BK kami."Tapi bu, kita harus bilang apa sama murid lain?" Tanyaku."Ah Iya, oke gini aja deh. Biar semua gak pada ribut, kamu suruh mereka kumpul di lapangan belakang, karna ini udah mau jam terakhir juga, nan

    Last Updated : 2021-05-21
  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 17 : Teori dan Solusi

    Gelap malam menjadi titik tumpu pandanganku hari ini, membiarkan pikiran melayang bebas mencari jawaban setelah apa yang terjadi sejauh ini sebelum akhirnya dering telpon menyadarkan ku dari lamunan."Iya Halo?," aku mengambil ponsel di sebelahku."Erin ngajak keluar, ikut gak?" Suara serak Hana mulai terdengar."Kenapa dia gak langsung bilang aja?," Tanyaku. "Pulsa dia gak bakal cukup buat nelpon kamu yang dari tadi di spam gak bales bales".Benar saja, setelah mengecek kembali, Erin mengirim puluhan pesan sejak dua puluh menit yang lalu. Dia mengajak kami berdua untuk datang berkunjung kerumahnya dengan alasan kesepian karena orang tua nya sedang tidak ada di rumah."Iya-iya, tapi kita gak pernah pergi kerumahnya, katanya kemarin Deket perumahan?" Tanyaku."Pokoknya bawa sepeda mu".Dia menutup telfon tanpa menjawab pertanyaan ku, sekali lagi pandanganku teralih pada malam deng

    Last Updated : 2021-06-02

Latest chapter

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 17 : Teori dan Solusi

    Gelap malam menjadi titik tumpu pandanganku hari ini, membiarkan pikiran melayang bebas mencari jawaban setelah apa yang terjadi sejauh ini sebelum akhirnya dering telpon menyadarkan ku dari lamunan."Iya Halo?," aku mengambil ponsel di sebelahku."Erin ngajak keluar, ikut gak?" Suara serak Hana mulai terdengar."Kenapa dia gak langsung bilang aja?," Tanyaku. "Pulsa dia gak bakal cukup buat nelpon kamu yang dari tadi di spam gak bales bales".Benar saja, setelah mengecek kembali, Erin mengirim puluhan pesan sejak dua puluh menit yang lalu. Dia mengajak kami berdua untuk datang berkunjung kerumahnya dengan alasan kesepian karena orang tua nya sedang tidak ada di rumah."Iya-iya, tapi kita gak pernah pergi kerumahnya, katanya kemarin Deket perumahan?" Tanyaku."Pokoknya bawa sepeda mu".Dia menutup telfon tanpa menjawab pertanyaan ku, sekali lagi pandanganku teralih pada malam deng

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 16 : Insiden

    "Eh eh eh ini seriusan?" Aku memegang erat pundak Hana sambil melihat ke lantai dasar."Tenang dulu Cha, kita periksa dulu ke bawah" Hana menarik tanganku yang disusul oleh Erin.Kami berlari menuruni tangga satu persatu menuju lantai bawah tempat Ze terjatuh. Rasa cemas terus menyelimuti, berharap satu satunya petunjuk yang kami punya tidak hilang begitu saja."OSIS mana OSIS?! Bantu ibu sini!" Seseorang dari kerumunan memanggil-manggil kami sambil melambaikan tangannya."Hadir bu, kita harus bagaimana?" Tanya Erin sebagai ketua kami."Emm..., gini. Erika sama Hana tolong bilang ke murid yang lain untuk masuk kelas terlebih dahulu, Erin bantu ibu menghubungi orang tuanya" Perintah guru BK kami."Tapi bu, kita harus bilang apa sama murid lain?" Tanyaku."Ah Iya, oke gini aja deh. Biar semua gak pada ribut, kamu suruh mereka kumpul di lapangan belakang, karna ini udah mau jam terakhir juga, nan

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 15 : Ze

    Akhirnya hari ini aku sudah bisa masuk sekolah setelah tiga hari diskors, sampai akhirnya aku harus menerima fakta bahwa sebelum kita menyelesaikan kasus uang hilang ini, kita akan menjadi bahan untuk orang orang melampiaskan emosinya."Tumbenan Hari ini gak ada yang manggil manggil koruptor" Ujar Hana yang baru kembali dari kantin.Seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, aku pribadi memang tak terlalu peduli dengan omong kosong mereka, begitu pun Erin dan juga Hana. Sepertinya mereka sudah mulai terbiasa dengan hal hal semacam itu sehingga orang orang ini sepertinya sudah mulai bosan mempermainkan kami, walaupun sebenarnya Hana cenderung tak mendapat ejekan apa-apa."Orang pada bosen... emang apa yang mereka harapkan dari ngatain kayak gitu kalo bukan reaksi marah dari kita?" Jawabku sambil mengeluarkan beberapa camilan yang dia bawa."Terus, yang kemarin udah ditanyain belum? yang kelas B sama F?" Sambungku.

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 14 : Semakin rumit

    Hari ini kami melanjutkan membahas tentang masalah yang baru muncul lagi hari ini, masih tentang hal yang sama."Uang sumbangan kelas perbulan ilang? seriusan?" Aku bertanya seakan tak percaya dengan apa yang kudengar barusan."Iya, uang sumbangan itu kan tadinya buat gantiin peralatan sekolah yang udah rusak" Erin mencoba menjelaskan."Aku takut kita dituduh korupsi lagi Cha..." Sambungnya."Iya aku tau, maksudku... ya masa ilang lagi? lagian kan uang itu disimpan di setiap ketua masing masing kelas?""Tapi Cha, yang kehilangan uang cuman beberapa kelas doang, termasuk kelasnya si Ze" Hana memperjelas."Eh, gimana maksudnya cuman beberapa kelas?" Tanyaku kembali."Cuman tiga kelas doang yang kena. Kelas dua belas B, dua belas D sama Kelas kita bertiga, kelas F" Ze mulai angkat bicara."Ahh....." Kami menghela nafas panjang sambil me

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 13 : New day new problem

    Mata kami saling bertemu, sebuah kebetulan dia bisa datang ke tempat dimana aku bekerja selama bertahun-tahun, atau mungkin bukan sebuah kebetulan.Dia memakai setelan hoodie dan juga topi. Hampir saja aku tak mengenalinya kalau bukan karna tas merah yang dia pakai di punggungnya."Hei tunggu!" Aku mengejar dia yang berlari keluar meninggalkan toko buku.Dia berlari perlahan, mencoba untuk tidak menarik perhatian orang-orang disekitar. Aku terus mengikutinya sampai tiba disebuah gang buntu nan sempit."Gausah main kejar-kejaran lagi... " Aku menyandarkan tubuhku di tembok kotor yang sepertinya tidak pernah disentuh oleh makhluk hidup manapun."Kenapa kak Erika ada disana?" Dia bertanya dengan kepala yang masih menunduk, tak mau menatapku."Maksudmu toko buku itu? itu tempat aku kerja, lagian yang harusnya bertanya itu aku, kenapa kamu ada disini saat jam seko

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 12 : I'm Working

    "Kak bangun... kata mamah anterin Za ke sekolah"Seseorang membangunkanku dari nikmatnya tidur."Ahh iya iya, kamu mandi duluan, kakak siapin sarapan"Jawabku Sambil menarik kembali selimut.Hari kedua sejak aku di skorsing dari sekolah, aku yang biasa kerja paruh waktu sekarang memutuskan untuk bekerja full time. Setidaknya sampai aku mengingat sesuatu."Eh Rei pulang sekolah nya siang kan? mamah udah berangkat kerja?""Udah, makanya... Aku udah mandi dari tadi, sarapan udah dibuatin sama ayah, tinggal kakak yang siap siap"Jawabnya sambil meninggalkan kamarku.Ah iya, dia tinggal disini sekarang, aku tak perlu repot-repot menyiapkan sarapan lagi. Tapi tetap saja aku masih merasa canggung karena ucapanku padanya kemarin, secara kita baru pertama kali bertemu setelah bertahun-tahun, dan kalimat yang pertama kali muncul di bibirku malah terkesan seperti tak menerima

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 11 : Just like this

    *Kring kring kring...Ponsel yang dipegang adikku berbunyi."Kak, ini ada telfon dari mamah""Kamu angkat aja, bilangin kakak lagi beli makanan ke warung"Jawabku."Kenapa gak Icha aja yang angkat?"Tanya Hana."Lagi males aja, palingan juga nanti dia marah marah terus nyuruh pulang, kalo yang angkat si Rei gabakal buru buru disuruh pulang"Sambungku.*******"Halo mah? kenapa?""Kakakmu kemana?""Ini emm... lagi ke warung beli makanan sama kak Hana""Kamu lagi dimana sekarang?"Tanya ibuku."Eng... lagi ditaman deket komplek... kenaoa mah?""Kalo kakakmu udah balik kalian langsung pulang ya, ada yang mau kita omongin"Sambung ibuku."Kita?"Aku bergumam.Aku tau arti kata 'kita' yang dimaksud adalah ibu dan ayahku, tapi entah kenapa aku masih b

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 10 : Fact

    Setelah mengantar Ze pulang menuju stasiun, aku pun pulang dengan menaiki sepeda tua dibawah langit sore yang mulai gelap, sedangkan pikiranku masih membayangkan kejadian beberapa menit yang lalu.Senang dan sedih bercampur, akhirnya hidupku perlahan lahan menunjukan warna yang tak hitam putih lagi. Aku tak tau apa yang sedang terjadi sekarang didalam hatiku. Tapi selama itu membuatku senang, aku tak perduli.Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, aku memacu pedal sepeda sebelum akhirnya langit benar benar gelap."Ah, udah gelap. Mamah pasti udah nungguin"Gumamku.*Sesampainya dirumah..."Aku pulang..."Aku mulai masuk kedalam rumah, tidak ada siapa siapa."Eh kok sepi? gak ada siapa siapa? tapi pintunya kebuka"Aku memutuskan untuk mengecek nya ke dapur...Dan...

  • OSIS LYFE (INDONESIA)   Chapter 9 : This is Love?

    "Mamah pulang..."Seseorang membuka pintu depan."Ah, mamah... selamat datang"Aku menyambutnya."Eh... banyak temen Erika ya, kerja kelompok? udah pada makan belum?""Udah kok tante, gapapa"Jawab mereka serempak.Ibuku baru pulang dari toko tempat dia bekerja, jam empat sore tepatnya. Dia membawa kantong belanjaan yang sangat banyak, tak seperti biasanya. Apa mungkin dia akan membuat sesuatu yang spesial hari ini setelah tadi pagi kami berbaikan?."Oh... yaudah, nanti pulangnya jangan kemalaman, nanti dicariin"sambung ibuku.Aku ragu ibu senang dengan kehadiran teman temanku. Terlihat dari raut wajahnya, sepertinya dia ingin mereka segera pulang."Ah iya Dek Hana... Tante Anna gimana kabarnya? baik-baik aja?""Baik kok Tante, sekarang ibu lagi ada tamu temen kerjanya ayah, jadi kita numpang disini"Jawab Hana.Karn

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status