Seperti masuk ke alam lain, Isyana menatap waspada ke rumah yang baru saja dia tapaki. Pandangannya menyapu seluruh area yang masih sangat minim barang-barang. Ruang tamu hanya ada satu meja kecil dengan kursi plastik. Sama sekali tidak mewah. Terbalik dengan rumah ini yang begitu besar."Rumah siapa ini, Asher?" tanya Isyana pada pemuda yang hanya mengikutinya di belakang."Rumah kita."Isyana mendorong dada Asher untuk sedikit menjauh darinya. Tentu saja merasa gerah karena saat mengatakan 'rumah kita' Asher meniupkannya tepat di telinga Isyana. Membuat bulu kuduk gadis itu meremang."Mengapa saya didorong Nona?" Tanya Asher yang tidak tahu kenapa Isyana sampai sekesal ini. "Refleks aja, maaf ya."Dengan tanpa berdosa Isyana melanjutkan menjelajah lebih ke dalam lagi. Satu hal yang baru dia sadari, rumah ini baru saja selesai dirapikan. Warna cat masih baru dan masih tercium yang membuat dia sedikit tidak nyaman."Asher, kau beli rumah ini kapan?" tanya Samanta yang juga merasa hera
Kondisi Nenek Asma setelah adanya Danu tidak baik-baik saja. Asma yang dideritanya seringkali kambuh. Beberapa kali Kakek Jalu meminta periksa ke dokter. Tapi tidak digubris si istri. Untungnya berangsur-angsur membaik, saat Asher mengirimkan video Isyana tengah makan dengan lahap di rumah baru."Kata Asher, sore ini akan ke sini. Sekalian memperjelas maksud dari Danu. Mereka mungkin akan menikah langsung, kalau saja Danu nekad."Nenek Asma mengangguk. Tentu saja dia akan membela Isyana. Untuk menikah kan cucunya pun, tidak keberatan. "Heh, Nenek dan Kakek Tua, aku lapar. Minta uang buat beli makan."Baru saja akan merasakan sore yang tenang. Danu kembali datang. Sejak semalam pria itu tidak nongol batang hidungnya. Padahal Nenek Asma juga sudah berharap, pria itu telah pergi jauh."Ini."Kakek Danu menyerahkan selembar uang biru. Yang tentu saja mendapat pelototan dari Nenek Asma."Mas.""Biarkan saja," ujar Kakek Jalu yang menolak semburan protes dari istrinya."Heh, kakek tua! Man
Sampai di rumah Mommy Ranty, ternyata sudah ada Sukma. Perempuan yang menghilang beberapa bulan itu, duduk sambil menangis. Bahunya naik-turun menandakan betapa sesaknya ia."Mama."Isyana yang melihat sang ibu, langsung menghambur ke pelukan. Betapa ia sangat rindu belaian ibunya. Orang yang membawanya ke sini, sekaligus orang yang memintanya cepat mencari jodoh. Hal ini menjadi celah bapaknya untuk menjodohkan Isyana dengan pria pilihannya."Kau baik-baik saja kan? Maafin Mama ya."Sukma seperti tidak sanggup menatap wajah anaknya. Perempuan kecil yang tumbuh dewasa dengan cepat. Selalu saja dia, membuat hidup Isyana sulit. Sukma sampai tidak tahu harus mengatakan apa, selain maaf."Iya Ma. Alhamdulillah Isyana mendapat teman yang baik seperti Joseline. Dia yang mau menampung Isyana. Mama ke mana aja? Katanya gak pulang ke rumah lagi."Sukma mengangguk. Bersyukur sekali Isyana masih bisa selamat."Bapakmu itu seperti orang gila di sini. Berkali-kali mengamuk, acak-acak barang. Anehn
"Sebagai seorang pria, sebaiknya Anda masuk dan bicara baik-baik. Seharusnya juga ikut saya ke masjid dan lakukan salat tiga rakaat."Pundak Danu telah ditepuk oleh Asher. Sebelum mereka benar-benar pergi dari halaman rumahnya. "Kau siapa?" Tanya Danu heran dengan pria bule yang menegurnya. Dia merasa asing seperti tidak pernah melihat pria ini."Perkenalkan saya Asher. Saya calon menantu Anda."Asher menjabat tangan Danu dengan erat. Tidak ada keraguan dari perlakuannya. Sifatnya tegas dan tidak sedikitpun gentar. Mungkin sadar dengan kualitasnya yang lebih tinggi, dibandingkan Danu saat ini. Paling tidak begitu menurut calon ibu mertuanya. Sombong sedikit tidak masalah sepertinya."Oh, gara-gara kau Isyana kabur."Danu mengeratkan rahangnya. Berpikir Isyana tidak memiliki kekasih sama sekali. Perempuan itu gila sekali kerja dan tidak memikirkan untuk berkencan. Wajar saja ketika ada seseorang yang mengaku calon menantunya, dia akan kesulitan untuk berpikir. Apa ini benar atau hany
Danu masih memegangi tenggorokannya yang terasa sakit. Akibat insiden tersedak tulang itu, dia merasa sedikit trauma. Susah payah dia mengeluarkan tulang yang menyangkut tiang tenggorokan. Karena bukannya membantu, ibu dan anak yang ada di depannya justru menertawakan dia. Beruntung Asher dan mertuanya pulang dari masjid. Mereka yang membantu Danu untuk meloloskan diri dari tulang sialan itu."Apa kau lihat-lihat?" hardik Sukma yang masih saja kesel dengan kehadiran pria ini."Kau memang tidak ada kasihan kepadaku. Durhaka kau Sukma!" hardik Danu setelahnya."Ck, selalu saja kata-kata itu yang kau keluarkan. Kau pikir kau tidak zalim kepadaku. Tidak memberi nafkah baik secara lahir maupun batin. Tidak memberikan rasa nyaman dan aman. Kau pikir kau sempurna sebagai seorang bapak dan juga suami?"Sukma tidak mau kalah dengan ini. Terus aja dia mendebat dengan suaminya. "Sudah hentikan pertikaian kalian. Kita mulai diskusi saja mengenai apa yang seharusnya kita lakukan."Jalu menengahi
Pondok kecil di belakang rumah Nenek Asma, menjadi tempat yang pas untuk melarikan Isyana yang terluka hatinya.Sengaja dibangun karena ide dari Asher. Dia seringkali memergoki Isyana yang memegangi kepala karena pekerjaannya yang berat. Tidak heran membuat sebuah pondokan, menjadi tempat yang baik untuk gadis itu melepas stres.Ternyata berguna juga untuk hari ini. Ditemani lampu kuning yang memancar menggantikan sinar rembulan yang hari ini tidak ada. "Apa aku tampak menyedihkan?" tanya Isyana yang menunduk dalam. Menunjukkan wajahnya di hadapan Asher saja dia tidak mampu."Tidak. Kau justru sangat hebat."Asher tidak berbohong hanya untuk menyenangkan hati perempuan ini. Selama mengenal Isyana Gadis itu selalu memukau. Memberikan Dia potongan-potongan indah dalam hidup. Sifatnya yang tegas, bisa juga lembut. Menjadikan dia tidak bosan untuk berinteraksi dengan Isyana."Hebat dari mana. Aku bahkan mendoakan bapakku sendiri mati."Ucapan Isyana begitu merana. Seorang anak yang harus
"Nah ini dia calonnya sudah datang."Hanya tiga orang yang tahu, apa yang terjadi di dalam rumah. Semua pergi selain Kakek Jalu yang menjadi penengah. Setelah kembali, justru kondisi telah ramai.Bapak tua memakai sorban dengan baju koko putih dan sarung seperti hendak beribadah. Datang ke rumah Asher dengan membawa tas dokumen."Jadi yang akan dinikahkan, Gadis ini yang bernama Isyana dengan kekasihnya. Berbuat mesum ya?" ucap pria tua itu dengan senyum mengejek."Eh enak aja. Bukan dengan bule kampung ini. Melainkan keponakanku dengan calon suaminya. Pak Manto."Sari berkata dengan lantang. Mana mungkin dia menyerahkan keponakannya dengan pria bule yang tidak matang ini. Habis sudah dulu dia ditipu dengan Isyana yang berpura-pura berkekasih Asher. Padahal setelah di selidiki Asher hanyalah sopirnya."Loh calonnya sudah …."Pria tua yang ternyata penghulu itu tidak melanjutkan ejekannya. Padahal sudah jelas sekali kalau Isyana tidak cocok dengan pria tua yang berperut buncit itu"Su
Menghadapi malam pertama dengan suami sendiri, tentu saja ada rasa tidak nyaman di hati Isyana. Bukan karena dia tidak ingin, hanya saja masih belum percaya dengan kenyataan ini.Sementara itu Asher terlihat mendekat. Memang lebih dulu Isyana yang masuk kamar. Pria itu telah menekan kunci sebanyak dua kali. Membuat Isyana gugup saja."Kok dikunci?" tanya Isyana gugup. Ludahnya bahkan dicerna dengan cepat. Seperti tahu tidak ada waktu lagi untuk mencerna segala yang terjadi."Kita sama-sama lelah, butuh waktu untuk istirahat."Tentu saja sangat lelah. Isyana saja mengakui hal ini. Niatnya hanya kabur dari Bapaknya tanpa menikah dulu. Tapi justru dia dinikahkan saat itu juga."Kau mau apa?"Isyana gugup saat Asher sudah satu langkah di depannya. Tangannya terulur menyentuh kepala Isyana. Dengan suara lirih yang masih bisa didengar, Asher kembali melantunkan doa."Ya Allah, kepada-Mu aku memohon kebaikan istriku dan kebaikan sifat yang Engkau ciptakan untuknya. Aku berlindung kepada-Mu d