Larasati, wanita cantik yang terbuang dari tanah kelahirannya karena sebuah fitnah kejam yang di berikan oleh orang terpandang di desa tempatnya tinggal. Terbuang dalam kejamnya dunia membuat Lara memberanikan diri hidup di kota dan bekerja apapun yang ia bisa demi bisa bertahan pada kerasnya kehidupan. Takdir membawanya bertemu kembali dengan Fadil, pemuda yang telah bertahun lamanya tinggal di hati Lara serta anak dari orang yang membuatnya terusir secara hina.
View MoreFadil terbangun dengan keadaan tubuh yang berasa remuk dan sedikit linglung. Kepalanya serasa berputar dengan pandangan yang sedikit kabur."Dimana aku?" tanyanya saat melihat tempat yang begitu asing diindra penglihatannya.Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas siang, namun rasanya Fadil baru saja terlelap dan kantuk seakan masih mendera.Suara hendel pintu membuat Fadil menoleh kesumber suara. Dilihatnya seorang wanita cantik yang rambutnya digelung keatas memasuki ruangan dengan lamunan."Lara," lirih Fadil saat menyadari bahwa yang dilihatnya adalah Lara, gadis cantik yang membuatnya hampir seminggu ini selalu pulang dalam keadaan mabuk, hal yang sama sekali belum pernah ia lakukan sebelumnya."Sudah bangun?" tanya Lara terdengar cuek."Aku dimana?" Fadil bertanya balik."Kamu tidak perlu tahu kamu dimana, lebih baik sekarang kamu pulang," ujar Lara tanpa menoleh kearah Fadil yang tengah menatapnya penuh tanya."Kenapa?""Karena kamu menyusahkan ku!""Lara," lirih Fadil yang
Lara diam, tak bergeming mendengar pertanyaan Andin. Dal hati merasa tidak percaya pada apa yang baru saja Andin katakan."Dia, dia," jawab Lara terbata.Lara kembali terdiam sebelum menyelesaikan kalimatnya, kembali menimbang apakah ia harus jujur pada Andin atau tidak.Tiba-tiba sebuah suara gaduh mengalihkan perhatian mereka. Ada seseorang yang jatuh tersungkur di bawah meja dengan beberapa pecahan gelas berserakan."Siapa itu?" gumam Lara merasa heran karena seseorang yang tengah menjadi perhatian banyak orang bahkan tidak bangkit dari posisi telungkupnya."Ayolah, ini masih sore," ujar Andin dengan nada tak suka di sebelah Lara.Lara refleks menoleh kearahnya. Andin menghembuskan napas kasar, seolah jengah ia melangkah dengan menghentakkan kakinya dengan kuat."Ayo ikut!" Andin menyeret lengan Lara lalu membawanya mendekat kearah orang yang masih jatuh terlungkup."Kamu lagi!" gumam Andin sembari membuang napas kasar di ujung kalimatnya."Ada apa ini?" Rio lari terponggoh mengham
Lara terisak di sela-sela tangis yang tak kunjung reda. Berjalan tanpa tujuan dalam gelapnya malam yang begitu sunyi."Sesulit inikah hidupku, Tuhan?" lirihnya kala merasa kehidupan yang ia miliki sangatlah tidak adil.Malam semakin larut membuat udara semakin dingin. Lara memeluk tubuhku sendiri berharap dapat memberikan sedikit kehangatan yang ia butuhkan.Seluruh tubuhnya rasanya lelah, seluruh tulangnya serasa remuk dan hatinya rasanya telah hancur berkeping-keping.Lara terus melangkah menyusuri jalan pulang. Tak ada apapun yang ia bawa bahkan dompet dan ponselnya semua tertinggal bersama tas di loker club' milik Rio. Ingin kembali pun percuma karena ia yakin hanya akan di berondong pertanyaan yang mungkin akan sulit ia jelaskan.Lara memilih beristirahat sejenak dalam pos ronda yang terlihat sepi. Jarak antar club' dan tempat tinggalnya memang tidak terlalu jauh, hanya saja tubuhnya terlalu lelah untuk memaksakan kaki melangkah menuju kos dengan segera.Ingatannya kembali menera
"La-lara," ucap Lara terbata."Kamu cantik banget. Gak salah aku tadi tanya kamu sama Andin.""Andin?" Lara menaikkan kedua alisnya terkejut."Iya, teman kamu 'kan?"Tatapan Ramos terlihat mulai menelisik membuat Lara risih ditatap dengan pandangan yang seolah menelanjanginya."Maaf, ada apa, ya?" tanya Lara dengan berusaha sesopan mungkin."Aku sudah lama berkunjung di club' ini tapi belum pernah melihat kamu. Kata Andin kamu sudah lama tapi kenapa aku bisa tidak melihat wanita secantik kamu," Ramos menjawil dagu Lara membuat Lara mundur tidak nyaman."Boleh aku mengenalmu lebih dekat?" imbuh Ramos sembari memandang Lara dengan tatapan yang sulit di jelaskan."Maaf, tapi aku.""Sudahlah tida usah jual mahal. Kalau kamu butuh uang, aku bisa berikan berapapun yang kamu mau," perkataan Ramos semakin membuat Lara tidak mengerti."Apa maksud anda?" tanya Lara mulai tidak suka dengan cara bicaranya yang sudah mulai terlihat merendahkannya."Sudahlah, cantik jangan pura-pura tidak tahu. Aku
"wow mengejutkan. Seorang Lara yang lugu dan polos menjelma menjadi wanita yang cantik dan seksi," imbuh laki-laki tersebut yang terusemandang Lara dari ujung rambut hingga ujung kaki."Lepaskan!" geram Lara dengan bibir gemelatuk menahan emosi."Aku kira kamu sudah mati, Lara. Ternyata aku salah, kamu malah berubah menjadi wanita yang sangat menggai-rahkan," laki-laki tersebut menjawil dagu belah milik Lara membuat si empunya membuang muka secara kasar."Masih jual mahal rupanya," imbuhnya dengan kekehan yang sangat membuat Lara muak."Lepaskan aku, Broto baji-ngan!" Lara meludah kearah laki-laki yang bernama Broto membuat laki-laki yang usianya sepantaran dengan almarhum Ayah Lara itu tersenyum remeh."Sudah berani rupanya kamu denganku. Tidak ingatkah kamu saat menangis memohon ampun di bawahku dulu. Saat aku menikmati tubuh indahmu itu," lagi-lagi Broto terkekeh."Breng-sek kamu, baji-ngan tengik.""Sekarang berapa hargamu semalam?" lagi, Broto seolah sangat senang bermain-main de
"Aku kotor Fadil, aku rusak. Aku tidak pantas dengan siapapun," lirih Lara sembari memeluk dirinya sendiri.Lara bersimpuh di balik salah satu mobil yang terparkir. Air matanya terus meringsek keluar seraya dengan hatinya yang semakin hancur tak bersisa.Ia merindukan Fadil, sangat rindu. Hanya saja semua yang telah terjadi seakan menjadi cermin untuk ia berkaca betapa tidak pantasnya ia untuk laki-laki sebaik Fadil."Aku tidak boleh lemah, aku sudah bertahan sejauh ini dari fitnah yang paling kejam sekalipun," gumam Lara setelah cukup lama menangis.Lara kembali bergabung dengan semua rekan kerjanya dengan senyum ceria yang selalu aku tampilkan. Berkutat dengan yang lainnya agar pikirannya tidak semakin larut dalam kenangan.Dengan fokus bekerja seakan membuatnya sejenak melupakan Fadil dan semua kenangan yang ada. Hingga tanpa terasa malam telah hampir pagi, saatnya Lara bersiap-siap untuk pulang.Lara bersiap untuk pulang. Saat pagi buta akan sulit rasanya mendapatkan kendaraan. Te
"Lara tolong hantarkan ini kemeja sebelah sana," ucap Rio dengan menunjuk sebuah meja bundar yang terdapat beberapa laki-laki yang duduk melingkar."Baik, Bang." Lara tersenyum manis lalu membawa nampan yang berisi beberapa gelas dengan warna minuman dan kadar alkohol yang nampak berbeda-beda.Suasana nampak riuh dengan dentuman musik DJ yang mengiringi beberapa orang meliuk-liukan badannya di area lantai dansa. Terlihat beberapa muda-mudi yang saling bercum-bu tanpa memperdulikan suasana sekitar membuat Lara sedikit berdecak.Delapan tahun lamanya ia telah bekerja dalam club' malam milik Rio, namun baginya pemandangan-pemandangan seperti itu seakan belum terbiasa memasuki indra penglihatannya."Permisi," ucap Laras dengan sopan lalu ia membungkuk untuk meletakan minuman tersebut diatas meja."Cantik," seseorang menjawil dagu terbelah milik Lara membuat siempunya tersenyum menampilkan gigi gingsul yang semakin membuatnya terlihat manis.Tanpa Lara sadar seseorang yang duduk tidak jauh
Aku berlari terseok menyusuri hutan saat banyak warga mengejarku. Entah apa yang di katakan lelaki tua itu mengenaiku hingga para warga secara membabi buta mengejarku layaknya mangsa yang sangat menggiurkan.Kutahan rasa sakit pada kakiku dan memaksanya untuk terus melangkah. Entah sudah berapa banyak darah yang terbuang dari luka menganga pada betis yang terasa sangat perih ini.“Lara!” teriakan demi teriakan para warga menyerukan namaku dengan lantang.Aku berjongkok dibalik rimbunnya semak belukar. Ku bekap mulutku sendiri saat air mata semakin membasahi pipi yang penuh memar ini.Entah sudah berapa kali pukulan yang aku terima dari para warga di wajah serta tubuhku, yang jelas saat ini tubuhku terasa remuk serta tulangku serasa patah.“Lara!” teriakan itu kembali terdengar.Aku dapat melihat beberapa obor berjalan secara beriringan serta sorot senter yang mengarah kesana kemari dari tempatku jongkok.Aku berusaha sekuat tenaga menahan isakan yang semakin ingin keluar dari mulutku.
Aku berlari terseok menyusuri hutan saat banyak warga mengejarku. Entah apa yang di katakan lelaki tua itu mengenaiku hingga para warga secara membabi buta mengejarku layaknya mangsa yang sangat menggiurkan.Kutahan rasa sakit pada kakiku dan memaksanya untuk terus melangkah. Entah sudah berapa banyak darah yang terbuang dari luka menganga pada betis yang terasa sangat perih ini.“Lara!” teriakan demi teriakan para warga menyerukan namaku dengan lantang.Aku berjongkok dibalik rimbunnya semak belukar. Ku bekap mulutku sendiri saat air mata semakin membasahi pipi yang penuh memar ini.Entah sudah berapa kali pukulan yang aku terima dari para warga di wajah serta tubuhku, yang jelas saat ini tubuhku terasa remuk serta tulangku serasa patah.“Lara!” teriakan itu kembali terdengar.Aku dapat melihat beberapa obor berjalan secara beriringan serta sorot senter yang mengarah kesana kemari dari tempatku jongkok.Aku berusaha sekuat tenaga menahan isakan yang semakin ingin keluar dari mulutku....
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments