Share

Bab 1. Pertemuan

Author: Kyency blue
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Lara tolong hantarkan ini kemeja sebelah sana," ucap Rio dengan menunjuk sebuah meja bundar yang terdapat beberapa laki-laki yang duduk melingkar.

"Baik, Bang." Lara tersenyum manis lalu membawa nampan yang berisi beberapa gelas dengan warna minuman dan kadar alkohol yang nampak berbeda-beda.

Suasana nampak riuh dengan dentuman musik DJ yang mengiringi beberapa orang meliuk-liukan badannya di area lantai dansa. Terlihat beberapa muda-mudi yang saling bercum-bu tanpa memperdulikan suasana sekitar membuat Lara sedikit berdecak.

Delapan tahun lamanya ia telah bekerja dalam club' malam milik Rio, namun baginya pemandangan-pemandangan seperti itu seakan belum terbiasa memasuki indra penglihatannya.

"Permisi," ucap Laras dengan sopan lalu ia membungkuk untuk meletakan minuman tersebut diatas meja.

"Cantik," seseorang menjawil dagu terbelah milik Lara membuat siempunya tersenyum menampilkan gigi gingsul yang semakin membuatnya terlihat manis.

Tanpa Lara sadar seseorang yang duduk tidak jauh darinya tengah memperhatikan setiap gerak-gerik yang ia lakukan, termasuk saat Lara memerkan senyum manisnya kala menanggapi godaan beberapa pria yang terang-terangan terpikat oleh wajah manisnya.

"Saya permisi dahulu, Kak," Lara menunduk dengan sopan lalu menatap satu persatu para laki-laki yang tengah duduk melingkar sebelum ia undur pergi.

Senyum Lara masih merekah hingga tatapannya tidak sengaja tiba pada seorang pemuda yang penampilannya paling berbeda dengan yang lainnya, bahkan didepannya bukan sebuah gelas berisikan minuman alkohol melainkan sebotol air mineral yang isinya telah berkurang.

Lara merasakan darahnya berdesir, rasanya tidak mungkin ia melupakan wajah itu. Wajah yang telah lama ia simpan rapat dalam hati.

Setelah delapan tahun lamanya, wajah itu tidak banyak berubah. Masih terlihat tampan dan semakin mirip dengan laki-laki yang menghancurkan hidup Lara.

"Saya permisi," ucap Lara dengan nada bergetar sebelum dengan secepat kilat ia berlalu pergi.

Lara berbalik badan lalu pergi dengan luka yang kembali menganga. Diusapnya sudut mata yang telah mengeluarkan air mata tanpa ia kehendaki.

"Ayolah, Lara jangan cengeng!" kepalan tangan Lara terangkat, ia menyemangati dirinya sendiri yang mendadak lemah.

laki-laki yang sedari tadi memperhatikan Lara seketika bangkit membuat beberapa rekannya mendongak heran.

"Mau kemana kamu, Fadil? katanya gak suka tempat seperti ini," kekeh yang lainnya melempar candaan.

"Kenapa, Dil. Sudah tertarik booking cewek kamu?" timpal yang lainnya dengan tawa yang menggelegar.

Fadil memilih berlalu tanpa menjawab apapun pertanyaan yang para rekannya lontarkan. Di fikirannya hanya satu, gadis manis bergigi gingsul yang sangat mirip dengan gadis dimasa lalunya. Gadis yang pergi membawa separuh hati Fadil dan meninggalkan ruang kosong tanpa pemiliknya.

Fadil menoleh kesana kemari mencari sosok yang masih terus terngiang diingatannya. memastikan sekali lagi bahwa itu adalah gadis yang dicarinya selama delapan tahun kebelakang.

Fadil mengedarkan pandangan keseluruh ruangan, mengabsen setiap inci dari tempat yang dipijaknya dengan sorot mata yang sulit diartikan.

"Permisi," ucap Fadil saat telah sampai di depan meja bartender membuat Rio selaku bartender sekaligus manager menoleh.

"Iya mau pesan apa?" tanya Rio terlihat ramah dan santai sekaligus.

"Tidak, tidak. Saya tidak minum," jawab Fadil membuat Rio mengernyit.

"Saya mencari gadis yang tingginya sekitar segini," Fadil menyentuh bahunya, mengira-ngira tinggi gadis yang baru saja di temuinya. "Dagunya terbelah dan dia memiliki gigi gingsul di bagian kanan. Apa kamu tahu?" imbuhnya kembali menyebutkan ciri-ciri Lara.

"Maksudmu Lara?" tanya Rio.

Fadil terdiam, entah ini sebuah kebetulan atau takdir yang telah mempertemukan mereka kembali, yang jelas saat ini hati Fadil rasanya tengah berbunga-bunga mendapati kenyataan bahwa gadis itu bernama Lara, sama dengan gadis yang ia cari. Lara-nya yang telah delapan tahun terakhir menghilang.

"Kira-kira dimana dia sekarang?" tanya Fadil dengan antusias. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu kembali dengan pujaan hatinya.

"Masih mengantarkan minuman mungkin, atau, ah iya, itu Lara," tunjuk Rio pada seorang perempuan yang tengah dirangkul seorang pria yang terlihat tengah bercengkrama akrab.

Hati Fadil memanas. Ia sangat cemburu dengan laki-laki di samping Lara.

"Lara," panggil Fadil yang tidak mendapatkan respon apapun dari Lara.

"Ayo kita bicara!" tanpa aba-aba Fadil menarik tangan Lara, membimbing gadis yang masih terlihat syok keluar dari club' meninggalkan beberapa orang yang menatap mereka dengan kebingungan.

"Fadil," lirih Lara tanpa sadar saat melihat Fadil yang terus saja menuntunnya menuju kearah parkiran.

“Lara!” panggilnya dengan suara yang masih sangat Lara kenali.

Lara terdiam, ia pandangi lamat-lamat wajah yang selama ini ia rindukan, wajah yang selalu tersimpan dalan hati yang paling dalam, terkubur bersama memori kelam delapan tahun lalu.

“Maaf anda salah orang,” ucap Lara dengan gugup.

"Tidak, aku tahu ini kamu. Kamu Lara," kekeuh Fadil berharap gadis di depannya mau mengakui yang sebenarnya.

"Lepas!" Lara menghentakkan tangannya yang Fadil genggam.

"Kemana saja kamu selama delapan tahun, Lara? aku mencarimu," ujar Fadil dengan nada khawatir namun masih terlihat jelas rona kebahagiaan di wajahnya.

"Maaf, anda salah orang," jawab Lara dengan nada datar membuat Fadil mengernyit.

"Tidak mungkin. Meski sudah delapan tahun aku tidak melihatmu, tapi aku yakin, aku tidak mungkin salah orang," ujar Fadil yakin. "Kamu kenapa Lara, kenapa kamu menjadi seperti ini dan berada di tempat seperti ini?" imbuh Fadil mengeluarkan berbagai pertanyaan tentang perubahan yang Lara alami didepannya.

Delapan tahun lalu, Lara adalah gadi desa yang manis dan lugu. Tak pernah sekalipun Fadil melihat Lara menanggalkan kerudungnya. Berbeda dengan Lara yang saat ini Fadil lihat, dengan pakaian mini serta rambut yang dibiarkan tergerai indah, membuat siapa saja ingin menyentuhnya.

"Maaf, anda salah orang, saya tidak mengerti apa yang anda maksud," ujar Lara sekuat tenaga menahan genangan di pelupuk matanya.

"Lara aku mohon. Jangan berpura-pura tidak mengenalku. Apa kamu lupa tentang aku? Aku Fadil, laki-laki yang dahulu berjanji akan meminangmu. Aku tahu kamu Lara, Lara-ku," ujar Fadil dengan lembut.

"Lara yang mana yang anda maksud? Lara yang sudah mati saat di buang warga ke jurang atau Lara yang kehormatannya telah terampas setelah kepergian Ibunya? Lara yang mana yang anda maksud?" teriak Lara dengan napas tersenggal. Dadanya terlihat naik turun menandakan emosi yang tengah ia tahan.

"Apa maksudmu, Lara?" tanya Fadil tidak mengerti saat Lara memilih berlari meninggalkannya yang diliputi kebingungan.

Air mata Lara tumpah, sekuat apapun ia berusaha menahannya nyatanya air mata itu tetap meringsek keluar seiring dengan semakin jauhnya jarak antara dirinya dengan Fadil, laki-laki baik yang menjadi cinta pertamanya.

Related chapters

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 2. Luka lama

    "Aku kotor Fadil, aku rusak. Aku tidak pantas dengan siapapun," lirih Lara sembari memeluk dirinya sendiri.Lara bersimpuh di balik salah satu mobil yang terparkir. Air matanya terus meringsek keluar seraya dengan hatinya yang semakin hancur tak bersisa.Ia merindukan Fadil, sangat rindu. Hanya saja semua yang telah terjadi seakan menjadi cermin untuk ia berkaca betapa tidak pantasnya ia untuk laki-laki sebaik Fadil."Aku tidak boleh lemah, aku sudah bertahan sejauh ini dari fitnah yang paling kejam sekalipun," gumam Lara setelah cukup lama menangis.Lara kembali bergabung dengan semua rekan kerjanya dengan senyum ceria yang selalu aku tampilkan. Berkutat dengan yang lainnya agar pikirannya tidak semakin larut dalam kenangan.Dengan fokus bekerja seakan membuatnya sejenak melupakan Fadil dan semua kenangan yang ada. Hingga tanpa terasa malam telah hampir pagi, saatnya Lara bersiap-siap untuk pulang.Lara bersiap untuk pulang. Saat pagi buta akan sulit rasanya mendapatkan kendaraan. Te

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 3. Perkenalan

    "wow mengejutkan. Seorang Lara yang lugu dan polos menjelma menjadi wanita yang cantik dan seksi," imbuh laki-laki tersebut yang terusemandang Lara dari ujung rambut hingga ujung kaki."Lepaskan!" geram Lara dengan bibir gemelatuk menahan emosi."Aku kira kamu sudah mati, Lara. Ternyata aku salah, kamu malah berubah menjadi wanita yang sangat menggai-rahkan," laki-laki tersebut menjawil dagu belah milik Lara membuat si empunya membuang muka secara kasar."Masih jual mahal rupanya," imbuhnya dengan kekehan yang sangat membuat Lara muak."Lepaskan aku, Broto baji-ngan!" Lara meludah kearah laki-laki yang bernama Broto membuat laki-laki yang usianya sepantaran dengan almarhum Ayah Lara itu tersenyum remeh."Sudah berani rupanya kamu denganku. Tidak ingatkah kamu saat menangis memohon ampun di bawahku dulu. Saat aku menikmati tubuh indahmu itu," lagi-lagi Broto terkekeh."Breng-sek kamu, baji-ngan tengik.""Sekarang berapa hargamu semalam?" lagi, Broto seolah sangat senang bermain-main de

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 4. Pergi

    "La-lara," ucap Lara terbata."Kamu cantik banget. Gak salah aku tadi tanya kamu sama Andin.""Andin?" Lara menaikkan kedua alisnya terkejut."Iya, teman kamu 'kan?"Tatapan Ramos terlihat mulai menelisik membuat Lara risih ditatap dengan pandangan yang seolah menelanjanginya."Maaf, ada apa, ya?" tanya Lara dengan berusaha sesopan mungkin."Aku sudah lama berkunjung di club' ini tapi belum pernah melihat kamu. Kata Andin kamu sudah lama tapi kenapa aku bisa tidak melihat wanita secantik kamu," Ramos menjawil dagu Lara membuat Lara mundur tidak nyaman."Boleh aku mengenalmu lebih dekat?" imbuh Ramos sembari memandang Lara dengan tatapan yang sulit di jelaskan."Maaf, tapi aku.""Sudahlah tida usah jual mahal. Kalau kamu butuh uang, aku bisa berikan berapapun yang kamu mau," perkataan Ramos semakin membuat Lara tidak mengerti."Apa maksud anda?" tanya Lara mulai tidak suka dengan cara bicaranya yang sudah mulai terlihat merendahkannya."Sudahlah, cantik jangan pura-pura tidak tahu. Aku

  • Noda Masa Lalu Istriku   bab 5. Mencari

    Lara terisak di sela-sela tangis yang tak kunjung reda. Berjalan tanpa tujuan dalam gelapnya malam yang begitu sunyi."Sesulit inikah hidupku, Tuhan?" lirihnya kala merasa kehidupan yang ia miliki sangatlah tidak adil.Malam semakin larut membuat udara semakin dingin. Lara memeluk tubuhku sendiri berharap dapat memberikan sedikit kehangatan yang ia butuhkan.Seluruh tubuhnya rasanya lelah, seluruh tulangnya serasa remuk dan hatinya rasanya telah hancur berkeping-keping.Lara terus melangkah menyusuri jalan pulang. Tak ada apapun yang ia bawa bahkan dompet dan ponselnya semua tertinggal bersama tas di loker club' milik Rio. Ingin kembali pun percuma karena ia yakin hanya akan di berondong pertanyaan yang mungkin akan sulit ia jelaskan.Lara memilih beristirahat sejenak dalam pos ronda yang terlihat sepi. Jarak antar club' dan tempat tinggalnya memang tidak terlalu jauh, hanya saja tubuhnya terlalu lelah untuk memaksakan kaki melangkah menuju kos dengan segera.Ingatannya kembali menera

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 6. Seandainya

    Lara diam, tak bergeming mendengar pertanyaan Andin. Dal hati merasa tidak percaya pada apa yang baru saja Andin katakan."Dia, dia," jawab Lara terbata.Lara kembali terdiam sebelum menyelesaikan kalimatnya, kembali menimbang apakah ia harus jujur pada Andin atau tidak.Tiba-tiba sebuah suara gaduh mengalihkan perhatian mereka. Ada seseorang yang jatuh tersungkur di bawah meja dengan beberapa pecahan gelas berserakan."Siapa itu?" gumam Lara merasa heran karena seseorang yang tengah menjadi perhatian banyak orang bahkan tidak bangkit dari posisi telungkupnya."Ayolah, ini masih sore," ujar Andin dengan nada tak suka di sebelah Lara.Lara refleks menoleh kearahnya. Andin menghembuskan napas kasar, seolah jengah ia melangkah dengan menghentakkan kakinya dengan kuat."Ayo ikut!" Andin menyeret lengan Lara lalu membawanya mendekat kearah orang yang masih jatuh terlungkup."Kamu lagi!" gumam Andin sembari membuang napas kasar di ujung kalimatnya."Ada apa ini?" Rio lari terponggoh mengham

  • Noda Masa Lalu Istriku   pertanyaan

    Fadil terbangun dengan keadaan tubuh yang berasa remuk dan sedikit linglung. Kepalanya serasa berputar dengan pandangan yang sedikit kabur."Dimana aku?" tanyanya saat melihat tempat yang begitu asing diindra penglihatannya.Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas siang, namun rasanya Fadil baru saja terlelap dan kantuk seakan masih mendera.Suara hendel pintu membuat Fadil menoleh kesumber suara. Dilihatnya seorang wanita cantik yang rambutnya digelung keatas memasuki ruangan dengan lamunan."Lara," lirih Fadil saat menyadari bahwa yang dilihatnya adalah Lara, gadis cantik yang membuatnya hampir seminggu ini selalu pulang dalam keadaan mabuk, hal yang sama sekali belum pernah ia lakukan sebelumnya."Sudah bangun?" tanya Lara terdengar cuek."Aku dimana?" Fadil bertanya balik."Kamu tidak perlu tahu kamu dimana, lebih baik sekarang kamu pulang," ujar Lara tanpa menoleh kearah Fadil yang tengah menatapnya penuh tanya."Kenapa?""Karena kamu menyusahkan ku!""Lara," lirih Fadil yang

  • Noda Masa Lalu Istriku   Prolog

    Aku berlari terseok menyusuri hutan saat banyak warga mengejarku. Entah apa yang di katakan lelaki tua itu mengenaiku hingga para warga secara membabi buta mengejarku layaknya mangsa yang sangat menggiurkan.Kutahan rasa sakit pada kakiku dan memaksanya untuk terus melangkah. Entah sudah berapa banyak darah yang terbuang dari luka menganga pada betis yang terasa sangat perih ini.“Lara!” teriakan demi teriakan para warga menyerukan namaku dengan lantang.Aku berjongkok dibalik rimbunnya semak belukar. Ku bekap mulutku sendiri saat air mata semakin membasahi pipi yang penuh memar ini.Entah sudah berapa kali pukulan yang aku terima dari para warga di wajah serta tubuhku, yang jelas saat ini tubuhku terasa remuk serta tulangku serasa patah.“Lara!” teriakan itu kembali terdengar.Aku dapat melihat beberapa obor berjalan secara beriringan serta sorot senter yang mengarah kesana kemari dari tempatku jongkok.Aku berusaha sekuat tenaga menahan isakan yang semakin ingin keluar dari mulutku.

Latest chapter

  • Noda Masa Lalu Istriku   pertanyaan

    Fadil terbangun dengan keadaan tubuh yang berasa remuk dan sedikit linglung. Kepalanya serasa berputar dengan pandangan yang sedikit kabur."Dimana aku?" tanyanya saat melihat tempat yang begitu asing diindra penglihatannya.Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas siang, namun rasanya Fadil baru saja terlelap dan kantuk seakan masih mendera.Suara hendel pintu membuat Fadil menoleh kesumber suara. Dilihatnya seorang wanita cantik yang rambutnya digelung keatas memasuki ruangan dengan lamunan."Lara," lirih Fadil saat menyadari bahwa yang dilihatnya adalah Lara, gadis cantik yang membuatnya hampir seminggu ini selalu pulang dalam keadaan mabuk, hal yang sama sekali belum pernah ia lakukan sebelumnya."Sudah bangun?" tanya Lara terdengar cuek."Aku dimana?" Fadil bertanya balik."Kamu tidak perlu tahu kamu dimana, lebih baik sekarang kamu pulang," ujar Lara tanpa menoleh kearah Fadil yang tengah menatapnya penuh tanya."Kenapa?""Karena kamu menyusahkan ku!""Lara," lirih Fadil yang

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 6. Seandainya

    Lara diam, tak bergeming mendengar pertanyaan Andin. Dal hati merasa tidak percaya pada apa yang baru saja Andin katakan."Dia, dia," jawab Lara terbata.Lara kembali terdiam sebelum menyelesaikan kalimatnya, kembali menimbang apakah ia harus jujur pada Andin atau tidak.Tiba-tiba sebuah suara gaduh mengalihkan perhatian mereka. Ada seseorang yang jatuh tersungkur di bawah meja dengan beberapa pecahan gelas berserakan."Siapa itu?" gumam Lara merasa heran karena seseorang yang tengah menjadi perhatian banyak orang bahkan tidak bangkit dari posisi telungkupnya."Ayolah, ini masih sore," ujar Andin dengan nada tak suka di sebelah Lara.Lara refleks menoleh kearahnya. Andin menghembuskan napas kasar, seolah jengah ia melangkah dengan menghentakkan kakinya dengan kuat."Ayo ikut!" Andin menyeret lengan Lara lalu membawanya mendekat kearah orang yang masih jatuh terlungkup."Kamu lagi!" gumam Andin sembari membuang napas kasar di ujung kalimatnya."Ada apa ini?" Rio lari terponggoh mengham

  • Noda Masa Lalu Istriku   bab 5. Mencari

    Lara terisak di sela-sela tangis yang tak kunjung reda. Berjalan tanpa tujuan dalam gelapnya malam yang begitu sunyi."Sesulit inikah hidupku, Tuhan?" lirihnya kala merasa kehidupan yang ia miliki sangatlah tidak adil.Malam semakin larut membuat udara semakin dingin. Lara memeluk tubuhku sendiri berharap dapat memberikan sedikit kehangatan yang ia butuhkan.Seluruh tubuhnya rasanya lelah, seluruh tulangnya serasa remuk dan hatinya rasanya telah hancur berkeping-keping.Lara terus melangkah menyusuri jalan pulang. Tak ada apapun yang ia bawa bahkan dompet dan ponselnya semua tertinggal bersama tas di loker club' milik Rio. Ingin kembali pun percuma karena ia yakin hanya akan di berondong pertanyaan yang mungkin akan sulit ia jelaskan.Lara memilih beristirahat sejenak dalam pos ronda yang terlihat sepi. Jarak antar club' dan tempat tinggalnya memang tidak terlalu jauh, hanya saja tubuhnya terlalu lelah untuk memaksakan kaki melangkah menuju kos dengan segera.Ingatannya kembali menera

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 4. Pergi

    "La-lara," ucap Lara terbata."Kamu cantik banget. Gak salah aku tadi tanya kamu sama Andin.""Andin?" Lara menaikkan kedua alisnya terkejut."Iya, teman kamu 'kan?"Tatapan Ramos terlihat mulai menelisik membuat Lara risih ditatap dengan pandangan yang seolah menelanjanginya."Maaf, ada apa, ya?" tanya Lara dengan berusaha sesopan mungkin."Aku sudah lama berkunjung di club' ini tapi belum pernah melihat kamu. Kata Andin kamu sudah lama tapi kenapa aku bisa tidak melihat wanita secantik kamu," Ramos menjawil dagu Lara membuat Lara mundur tidak nyaman."Boleh aku mengenalmu lebih dekat?" imbuh Ramos sembari memandang Lara dengan tatapan yang sulit di jelaskan."Maaf, tapi aku.""Sudahlah tida usah jual mahal. Kalau kamu butuh uang, aku bisa berikan berapapun yang kamu mau," perkataan Ramos semakin membuat Lara tidak mengerti."Apa maksud anda?" tanya Lara mulai tidak suka dengan cara bicaranya yang sudah mulai terlihat merendahkannya."Sudahlah, cantik jangan pura-pura tidak tahu. Aku

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 3. Perkenalan

    "wow mengejutkan. Seorang Lara yang lugu dan polos menjelma menjadi wanita yang cantik dan seksi," imbuh laki-laki tersebut yang terusemandang Lara dari ujung rambut hingga ujung kaki."Lepaskan!" geram Lara dengan bibir gemelatuk menahan emosi."Aku kira kamu sudah mati, Lara. Ternyata aku salah, kamu malah berubah menjadi wanita yang sangat menggai-rahkan," laki-laki tersebut menjawil dagu belah milik Lara membuat si empunya membuang muka secara kasar."Masih jual mahal rupanya," imbuhnya dengan kekehan yang sangat membuat Lara muak."Lepaskan aku, Broto baji-ngan!" Lara meludah kearah laki-laki yang bernama Broto membuat laki-laki yang usianya sepantaran dengan almarhum Ayah Lara itu tersenyum remeh."Sudah berani rupanya kamu denganku. Tidak ingatkah kamu saat menangis memohon ampun di bawahku dulu. Saat aku menikmati tubuh indahmu itu," lagi-lagi Broto terkekeh."Breng-sek kamu, baji-ngan tengik.""Sekarang berapa hargamu semalam?" lagi, Broto seolah sangat senang bermain-main de

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 2. Luka lama

    "Aku kotor Fadil, aku rusak. Aku tidak pantas dengan siapapun," lirih Lara sembari memeluk dirinya sendiri.Lara bersimpuh di balik salah satu mobil yang terparkir. Air matanya terus meringsek keluar seraya dengan hatinya yang semakin hancur tak bersisa.Ia merindukan Fadil, sangat rindu. Hanya saja semua yang telah terjadi seakan menjadi cermin untuk ia berkaca betapa tidak pantasnya ia untuk laki-laki sebaik Fadil."Aku tidak boleh lemah, aku sudah bertahan sejauh ini dari fitnah yang paling kejam sekalipun," gumam Lara setelah cukup lama menangis.Lara kembali bergabung dengan semua rekan kerjanya dengan senyum ceria yang selalu aku tampilkan. Berkutat dengan yang lainnya agar pikirannya tidak semakin larut dalam kenangan.Dengan fokus bekerja seakan membuatnya sejenak melupakan Fadil dan semua kenangan yang ada. Hingga tanpa terasa malam telah hampir pagi, saatnya Lara bersiap-siap untuk pulang.Lara bersiap untuk pulang. Saat pagi buta akan sulit rasanya mendapatkan kendaraan. Te

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 1. Pertemuan

    "Lara tolong hantarkan ini kemeja sebelah sana," ucap Rio dengan menunjuk sebuah meja bundar yang terdapat beberapa laki-laki yang duduk melingkar."Baik, Bang." Lara tersenyum manis lalu membawa nampan yang berisi beberapa gelas dengan warna minuman dan kadar alkohol yang nampak berbeda-beda.Suasana nampak riuh dengan dentuman musik DJ yang mengiringi beberapa orang meliuk-liukan badannya di area lantai dansa. Terlihat beberapa muda-mudi yang saling bercum-bu tanpa memperdulikan suasana sekitar membuat Lara sedikit berdecak.Delapan tahun lamanya ia telah bekerja dalam club' malam milik Rio, namun baginya pemandangan-pemandangan seperti itu seakan belum terbiasa memasuki indra penglihatannya."Permisi," ucap Laras dengan sopan lalu ia membungkuk untuk meletakan minuman tersebut diatas meja."Cantik," seseorang menjawil dagu terbelah milik Lara membuat siempunya tersenyum menampilkan gigi gingsul yang semakin membuatnya terlihat manis.Tanpa Lara sadar seseorang yang duduk tidak jauh

  • Noda Masa Lalu Istriku   Prolog

    Aku berlari terseok menyusuri hutan saat banyak warga mengejarku. Entah apa yang di katakan lelaki tua itu mengenaiku hingga para warga secara membabi buta mengejarku layaknya mangsa yang sangat menggiurkan.Kutahan rasa sakit pada kakiku dan memaksanya untuk terus melangkah. Entah sudah berapa banyak darah yang terbuang dari luka menganga pada betis yang terasa sangat perih ini.“Lara!” teriakan demi teriakan para warga menyerukan namaku dengan lantang.Aku berjongkok dibalik rimbunnya semak belukar. Ku bekap mulutku sendiri saat air mata semakin membasahi pipi yang penuh memar ini.Entah sudah berapa kali pukulan yang aku terima dari para warga di wajah serta tubuhku, yang jelas saat ini tubuhku terasa remuk serta tulangku serasa patah.“Lara!” teriakan itu kembali terdengar.Aku dapat melihat beberapa obor berjalan secara beriringan serta sorot senter yang mengarah kesana kemari dari tempatku jongkok.Aku berusaha sekuat tenaga menahan isakan yang semakin ingin keluar dari mulutku.

DMCA.com Protection Status