/ Romansa / Noda Masa Lalu Istriku / Bab 3. Perkenalan

공유

Bab 3. Perkenalan

작가: Kyency blue
last update 최신 업데이트: 2024-10-29 19:42:56

"wow mengejutkan. Seorang Lara yang lugu dan polos menjelma menjadi wanita yang cantik dan seksi," imbuh laki-laki tersebut yang terusemandang Lara dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Lepaskan!" geram Lara dengan bibir gemelatuk menahan emosi.

"Aku kira kamu sudah mati, Lara. Ternyata aku salah, kamu malah berubah menjadi wanita yang sangat menggai-rahkan," laki-laki tersebut menjawil dagu belah milik Lara membuat si empunya membuang muka secara kasar.

"Masih jual mahal rupanya," imbuhnya dengan kekehan yang sangat membuat Lara muak.

"Lepaskan aku, Broto baji-ngan!" Lara meludah kearah laki-laki yang bernama Broto membuat laki-laki yang usianya sepantaran dengan almarhum Ayah Lara itu tersenyum remeh.

"Sudah berani rupanya kamu denganku. Tidak ingatkah kamu saat menangis memohon ampun di bawahku dulu. Saat aku menikmati tubuh indahmu itu," lagi-lagi Broto terkekeh.

"Breng-sek kamu, baji-ngan tengik."

"Sekarang berapa hargamu semalam?" lagi, Broto seolah sangat senang bermain-main dengan Lara yang terbakar emosi.

Lara kembali meludah ke wajah Broto membuat Broto mengangkat tangan hendak menampar Lara yang masih menatap matanya dengan Nyalang.

"Bapak!" sebuah seruan menghentikan tangan Broto yang terangkat di udara.

"Urusan kita belum selesai. Pergi dan jangan sampai Fadil melihatmu! ingat kalau kamu tidak sebanding dengan anakku, Pela-cur!" Broto mendorong Lara hingga tersungkur lalu keluar dari lobi untuk bertemu anak semata wayangnya.

Lara bangkit hendak mengejar mobil yang Broto tumpangi bersama Fadil. Ia ingin Fadil tahu bagaimana ayahnya yang sesungguhnya.

"Fadil," teriak Lara saat mobil yang Fadil kendarai telah melesat dengan cepat meninggalkan halaman hotel yang begitu luas.

"Sialan!" makinya dengan napas terengah.

"Lara," Andin menepuk bahu Lara membuat ia sedikit terlonjak kaget.

Lara memandang Andin yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. Penampilan Andin terlihat lebih segar dengan senyum yang merekah dibibir merahnya.

"Kamu ngeliatin apa?" tanya Andin sembari melihat kearah depan, tempat dimana juragan Broto menghilang bersama mobil berwarna hitam miliknya.

"Nggak ada," jawab Lara terbata.

Selama Lara berada di tempat baru, tak seorangpun tahu keadaan yang sebenarnya menimpa dirinya di masa lalu. Ia menutup rapat-rapat cerita masa lalunya termasuk tentang Fadil.

"Kamu yakin?" tanya Andin memastikan.

Dengan sedikit ragu Lara mengangguk. Berusaha menekan perasaan sakit dan amarah yang ada di dalam dada.

"Ya sudah kalau begitu lebih baik kita langsung berangkat, takut telat soalnya," ajak Andin menggandeng lengan Lara.

Lara mengikuti Andin yang berjalan terburu-buru.

"Pelan-pelan, Andin!" pinta Lara saat tangannya terlepas dari tangannya.

"Kamu lama, Ra. Kita bisa telat!" gerutu Andin pada Lara yang justru berhenti dan membenarkan sepatu hak yang kaitannya hampir terlepas.

"Taksi!" Andin menghentikan sebuah taksi yang kebetulan melintas di depannya.

"Tapi."

"Udahlah, Ra. Bayaran aku kali ini lumayan gede jadi tidak apa-apa kalo naik taksi. Aku bisa bayar, kok tenang aja," ujar Andin sembari membuka pintu penumpang.

Lara mengikuti Andin melakukan hal yang sama. Duduk bersebelahan dengan Andin yang terlihat lebih segar dari terakhir kali bertemu.

"Kamu keliatan seneng banget, deh," ujar Lara menyenggol bahunya yang tak terbalut kain.

"Aku dapat bonus banyak dari yang nyewa aku semalam. Gi-la banget itu orang duitnya gepokan," jawab Andin dengan ekspresi takjub yang kentara.

"Siapa memanganya?"

"Gak tahu. Dia gak ngenalin namanya," cengir Andin tanpa rasa berdosa.

Berteman dengan Andin membuat Lara seolah tidak canggung membicarakan hal-hal yang dulu sangat ia hindari. Pergaulan dan pekerjaannya menuntut ia harus mau hidup berdampingan dengan para penjajah tubuh seperti Andin.

Andin bercerita banyak hal tentang laki-laki yang menurutnya sangat baik membuat Lara menanggapi sekenanya saja.

"Sudah sampai, Mbak," ujar sopir taksi menghentikan sesi bercerita Andin yang sepertinya masih panjang.

"Ini, Pak uangnya. Ambil saja kembaliannya," Andin menyerahkan beberapa uang berwarna merah untuk membayar taksi yang mereka tumpangi.

"Ayo!" ajak Andin saat lara hanya diam memandangnya yang telah membuka pintu.

"Eh, ayo."

Lara berjalan beriringan dengan Andin yang terlihat menyapa beberapa pria yang melintas hendak memasuki club'. Ada beberapa pria yang Lara kenal yang merupakan pengunjung tetap club' tempatnya bekerja dan mungkin ada di antara mereka yang pernah bersama Andin.

"Hai cantik," sapa seorang pria yang tiba-tiba memeluk pinggang Andin dan mengecup pipinya.

"Hai," balas Andin dengan gaya manjanya.

Lara lihat pria tersebut membisikkan sesuatu ketelinga Andin sebelum pergi meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri di depan club' milik Rio.

"Siapa dia?" tanya Lara penasaran pada Andin.

"Dia? Ramon, biasalah, langganan," Andin terkekeh dengan entengnya. "Mau aku kenalin gak? Lumayan loh," imbuhnya seraya menggosokkan jempol dengan jari telunjuknya beberapa kali di depan wajah Lara.

"Dasar!" Lara menoyor kepala Andin hingga ke belakang membuat si empunya justru tertawa terbahak karena ulahnya.

Malam semakin larut, dentuman musik DJ semakin menggema dengan situasi yang semakin riuh oleh tepuk tangan dan sorak dari pengunjung setiap DJ cantik yang berpenampilan seksi itu bergoyang dengan penuh energik.

Lara duduk di salah satu kursi yang di sediakan di depan meja bartender, menopang dagu dengan mata yang hampir terpejam.

Entah mengapa malam ini rasanya ia sangat lemas dan mengantuk. Mungkin karena kurang tidur akibat terlalu memikirkan Fadil membuatnya tidak bisa memejamkan mata dengan tenang.

"Ra, ada yang cari kamu, tuh," ujar seorang bartender yang sering menggantikan Rio.

Lara yang hampir memejaman mata langsung membuka mata dengan lebar. Merasa heran karena tidak biasanya ada pengunjung yang mencarinya mengingat ia yang tidak terlalu terekspose dibanding karyawan lainnya.

Lara berjalan dengan menebak-nebak orang yang mencariku.

"Lara!" panggil seseorang yang suaranya terdengar asing untuknya.

Lara menoleh, mencari siapa yang telah memanggilnya. Dalam riuhnya pengunjung ia dapat melihat seseorang yang menerobos kerumunan untuk berjalan menghampirinya.

Lara mengernyit, mencoba mengenali pria yang tengah berjalan dengan tenang kearahnya.

"Hai, cantik. Boleh kenalan?" tanya pria tersebut terlihat ramah.

관련 챕터

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 4. Pergi

    "La-lara," ucap Lara terbata."Kamu cantik banget. Gak salah aku tadi tanya kamu sama Andin.""Andin?" Lara menaikkan kedua alisnya terkejut."Iya, teman kamu 'kan?"Tatapan Ramos terlihat mulai menelisik membuat Lara risih ditatap dengan pandangan yang seolah menelanjanginya."Maaf, ada apa, ya?" tanya Lara dengan berusaha sesopan mungkin."Aku sudah lama berkunjung di club' ini tapi belum pernah melihat kamu. Kata Andin kamu sudah lama tapi kenapa aku bisa tidak melihat wanita secantik kamu," Ramos menjawil dagu Lara membuat Lara mundur tidak nyaman."Boleh aku mengenalmu lebih dekat?" imbuh Ramos sembari memandang Lara dengan tatapan yang sulit di jelaskan."Maaf, tapi aku.""Sudahlah tida usah jual mahal. Kalau kamu butuh uang, aku bisa berikan berapapun yang kamu mau," perkataan Ramos semakin membuat Lara tidak mengerti."Apa maksud anda?" tanya Lara mulai tidak suka dengan cara bicaranya yang sudah mulai terlihat merendahkannya."Sudahlah, cantik jangan pura-pura tidak tahu. Aku

  • Noda Masa Lalu Istriku   bab 5. Mencari

    Lara terisak di sela-sela tangis yang tak kunjung reda. Berjalan tanpa tujuan dalam gelapnya malam yang begitu sunyi."Sesulit inikah hidupku, Tuhan?" lirihnya kala merasa kehidupan yang ia miliki sangatlah tidak adil.Malam semakin larut membuat udara semakin dingin. Lara memeluk tubuhku sendiri berharap dapat memberikan sedikit kehangatan yang ia butuhkan.Seluruh tubuhnya rasanya lelah, seluruh tulangnya serasa remuk dan hatinya rasanya telah hancur berkeping-keping.Lara terus melangkah menyusuri jalan pulang. Tak ada apapun yang ia bawa bahkan dompet dan ponselnya semua tertinggal bersama tas di loker club' milik Rio. Ingin kembali pun percuma karena ia yakin hanya akan di berondong pertanyaan yang mungkin akan sulit ia jelaskan.Lara memilih beristirahat sejenak dalam pos ronda yang terlihat sepi. Jarak antar club' dan tempat tinggalnya memang tidak terlalu jauh, hanya saja tubuhnya terlalu lelah untuk memaksakan kaki melangkah menuju kos dengan segera.Ingatannya kembali menera

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 6. Seandainya

    Lara diam, tak bergeming mendengar pertanyaan Andin. Dal hati merasa tidak percaya pada apa yang baru saja Andin katakan."Dia, dia," jawab Lara terbata.Lara kembali terdiam sebelum menyelesaikan kalimatnya, kembali menimbang apakah ia harus jujur pada Andin atau tidak.Tiba-tiba sebuah suara gaduh mengalihkan perhatian mereka. Ada seseorang yang jatuh tersungkur di bawah meja dengan beberapa pecahan gelas berserakan."Siapa itu?" gumam Lara merasa heran karena seseorang yang tengah menjadi perhatian banyak orang bahkan tidak bangkit dari posisi telungkupnya."Ayolah, ini masih sore," ujar Andin dengan nada tak suka di sebelah Lara.Lara refleks menoleh kearahnya. Andin menghembuskan napas kasar, seolah jengah ia melangkah dengan menghentakkan kakinya dengan kuat."Ayo ikut!" Andin menyeret lengan Lara lalu membawanya mendekat kearah orang yang masih jatuh terlungkup."Kamu lagi!" gumam Andin sembari membuang napas kasar di ujung kalimatnya."Ada apa ini?" Rio lari terponggoh mengham

  • Noda Masa Lalu Istriku   pertanyaan

    Fadil terbangun dengan keadaan tubuh yang berasa remuk dan sedikit linglung. Kepalanya serasa berputar dengan pandangan yang sedikit kabur."Dimana aku?" tanyanya saat melihat tempat yang begitu asing diindra penglihatannya.Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas siang, namun rasanya Fadil baru saja terlelap dan kantuk seakan masih mendera.Suara hendel pintu membuat Fadil menoleh kesumber suara. Dilihatnya seorang wanita cantik yang rambutnya digelung keatas memasuki ruangan dengan lamunan."Lara," lirih Fadil saat menyadari bahwa yang dilihatnya adalah Lara, gadis cantik yang membuatnya hampir seminggu ini selalu pulang dalam keadaan mabuk, hal yang sama sekali belum pernah ia lakukan sebelumnya."Sudah bangun?" tanya Lara terdengar cuek."Aku dimana?" Fadil bertanya balik."Kamu tidak perlu tahu kamu dimana, lebih baik sekarang kamu pulang," ujar Lara tanpa menoleh kearah Fadil yang tengah menatapnya penuh tanya."Kenapa?""Karena kamu menyusahkan ku!""Lara," lirih Fadil yang

  • Noda Masa Lalu Istriku   Prolog

    Aku berlari terseok menyusuri hutan saat banyak warga mengejarku. Entah apa yang di katakan lelaki tua itu mengenaiku hingga para warga secara membabi buta mengejarku layaknya mangsa yang sangat menggiurkan.Kutahan rasa sakit pada kakiku dan memaksanya untuk terus melangkah. Entah sudah berapa banyak darah yang terbuang dari luka menganga pada betis yang terasa sangat perih ini.“Lara!” teriakan demi teriakan para warga menyerukan namaku dengan lantang.Aku berjongkok dibalik rimbunnya semak belukar. Ku bekap mulutku sendiri saat air mata semakin membasahi pipi yang penuh memar ini.Entah sudah berapa kali pukulan yang aku terima dari para warga di wajah serta tubuhku, yang jelas saat ini tubuhku terasa remuk serta tulangku serasa patah.“Lara!” teriakan itu kembali terdengar.Aku dapat melihat beberapa obor berjalan secara beriringan serta sorot senter yang mengarah kesana kemari dari tempatku jongkok.Aku berusaha sekuat tenaga menahan isakan yang semakin ingin keluar dari mulutku.

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 1. Pertemuan

    "Lara tolong hantarkan ini kemeja sebelah sana," ucap Rio dengan menunjuk sebuah meja bundar yang terdapat beberapa laki-laki yang duduk melingkar."Baik, Bang." Lara tersenyum manis lalu membawa nampan yang berisi beberapa gelas dengan warna minuman dan kadar alkohol yang nampak berbeda-beda.Suasana nampak riuh dengan dentuman musik DJ yang mengiringi beberapa orang meliuk-liukan badannya di area lantai dansa. Terlihat beberapa muda-mudi yang saling bercum-bu tanpa memperdulikan suasana sekitar membuat Lara sedikit berdecak.Delapan tahun lamanya ia telah bekerja dalam club' malam milik Rio, namun baginya pemandangan-pemandangan seperti itu seakan belum terbiasa memasuki indra penglihatannya."Permisi," ucap Laras dengan sopan lalu ia membungkuk untuk meletakan minuman tersebut diatas meja."Cantik," seseorang menjawil dagu terbelah milik Lara membuat siempunya tersenyum menampilkan gigi gingsul yang semakin membuatnya terlihat manis.Tanpa Lara sadar seseorang yang duduk tidak jauh

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 2. Luka lama

    "Aku kotor Fadil, aku rusak. Aku tidak pantas dengan siapapun," lirih Lara sembari memeluk dirinya sendiri.Lara bersimpuh di balik salah satu mobil yang terparkir. Air matanya terus meringsek keluar seraya dengan hatinya yang semakin hancur tak bersisa.Ia merindukan Fadil, sangat rindu. Hanya saja semua yang telah terjadi seakan menjadi cermin untuk ia berkaca betapa tidak pantasnya ia untuk laki-laki sebaik Fadil."Aku tidak boleh lemah, aku sudah bertahan sejauh ini dari fitnah yang paling kejam sekalipun," gumam Lara setelah cukup lama menangis.Lara kembali bergabung dengan semua rekan kerjanya dengan senyum ceria yang selalu aku tampilkan. Berkutat dengan yang lainnya agar pikirannya tidak semakin larut dalam kenangan.Dengan fokus bekerja seakan membuatnya sejenak melupakan Fadil dan semua kenangan yang ada. Hingga tanpa terasa malam telah hampir pagi, saatnya Lara bersiap-siap untuk pulang.Lara bersiap untuk pulang. Saat pagi buta akan sulit rasanya mendapatkan kendaraan. Te

최신 챕터

  • Noda Masa Lalu Istriku   pertanyaan

    Fadil terbangun dengan keadaan tubuh yang berasa remuk dan sedikit linglung. Kepalanya serasa berputar dengan pandangan yang sedikit kabur."Dimana aku?" tanyanya saat melihat tempat yang begitu asing diindra penglihatannya.Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas siang, namun rasanya Fadil baru saja terlelap dan kantuk seakan masih mendera.Suara hendel pintu membuat Fadil menoleh kesumber suara. Dilihatnya seorang wanita cantik yang rambutnya digelung keatas memasuki ruangan dengan lamunan."Lara," lirih Fadil saat menyadari bahwa yang dilihatnya adalah Lara, gadis cantik yang membuatnya hampir seminggu ini selalu pulang dalam keadaan mabuk, hal yang sama sekali belum pernah ia lakukan sebelumnya."Sudah bangun?" tanya Lara terdengar cuek."Aku dimana?" Fadil bertanya balik."Kamu tidak perlu tahu kamu dimana, lebih baik sekarang kamu pulang," ujar Lara tanpa menoleh kearah Fadil yang tengah menatapnya penuh tanya."Kenapa?""Karena kamu menyusahkan ku!""Lara," lirih Fadil yang

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 6. Seandainya

    Lara diam, tak bergeming mendengar pertanyaan Andin. Dal hati merasa tidak percaya pada apa yang baru saja Andin katakan."Dia, dia," jawab Lara terbata.Lara kembali terdiam sebelum menyelesaikan kalimatnya, kembali menimbang apakah ia harus jujur pada Andin atau tidak.Tiba-tiba sebuah suara gaduh mengalihkan perhatian mereka. Ada seseorang yang jatuh tersungkur di bawah meja dengan beberapa pecahan gelas berserakan."Siapa itu?" gumam Lara merasa heran karena seseorang yang tengah menjadi perhatian banyak orang bahkan tidak bangkit dari posisi telungkupnya."Ayolah, ini masih sore," ujar Andin dengan nada tak suka di sebelah Lara.Lara refleks menoleh kearahnya. Andin menghembuskan napas kasar, seolah jengah ia melangkah dengan menghentakkan kakinya dengan kuat."Ayo ikut!" Andin menyeret lengan Lara lalu membawanya mendekat kearah orang yang masih jatuh terlungkup."Kamu lagi!" gumam Andin sembari membuang napas kasar di ujung kalimatnya."Ada apa ini?" Rio lari terponggoh mengham

  • Noda Masa Lalu Istriku   bab 5. Mencari

    Lara terisak di sela-sela tangis yang tak kunjung reda. Berjalan tanpa tujuan dalam gelapnya malam yang begitu sunyi."Sesulit inikah hidupku, Tuhan?" lirihnya kala merasa kehidupan yang ia miliki sangatlah tidak adil.Malam semakin larut membuat udara semakin dingin. Lara memeluk tubuhku sendiri berharap dapat memberikan sedikit kehangatan yang ia butuhkan.Seluruh tubuhnya rasanya lelah, seluruh tulangnya serasa remuk dan hatinya rasanya telah hancur berkeping-keping.Lara terus melangkah menyusuri jalan pulang. Tak ada apapun yang ia bawa bahkan dompet dan ponselnya semua tertinggal bersama tas di loker club' milik Rio. Ingin kembali pun percuma karena ia yakin hanya akan di berondong pertanyaan yang mungkin akan sulit ia jelaskan.Lara memilih beristirahat sejenak dalam pos ronda yang terlihat sepi. Jarak antar club' dan tempat tinggalnya memang tidak terlalu jauh, hanya saja tubuhnya terlalu lelah untuk memaksakan kaki melangkah menuju kos dengan segera.Ingatannya kembali menera

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 4. Pergi

    "La-lara," ucap Lara terbata."Kamu cantik banget. Gak salah aku tadi tanya kamu sama Andin.""Andin?" Lara menaikkan kedua alisnya terkejut."Iya, teman kamu 'kan?"Tatapan Ramos terlihat mulai menelisik membuat Lara risih ditatap dengan pandangan yang seolah menelanjanginya."Maaf, ada apa, ya?" tanya Lara dengan berusaha sesopan mungkin."Aku sudah lama berkunjung di club' ini tapi belum pernah melihat kamu. Kata Andin kamu sudah lama tapi kenapa aku bisa tidak melihat wanita secantik kamu," Ramos menjawil dagu Lara membuat Lara mundur tidak nyaman."Boleh aku mengenalmu lebih dekat?" imbuh Ramos sembari memandang Lara dengan tatapan yang sulit di jelaskan."Maaf, tapi aku.""Sudahlah tida usah jual mahal. Kalau kamu butuh uang, aku bisa berikan berapapun yang kamu mau," perkataan Ramos semakin membuat Lara tidak mengerti."Apa maksud anda?" tanya Lara mulai tidak suka dengan cara bicaranya yang sudah mulai terlihat merendahkannya."Sudahlah, cantik jangan pura-pura tidak tahu. Aku

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 3. Perkenalan

    "wow mengejutkan. Seorang Lara yang lugu dan polos menjelma menjadi wanita yang cantik dan seksi," imbuh laki-laki tersebut yang terusemandang Lara dari ujung rambut hingga ujung kaki."Lepaskan!" geram Lara dengan bibir gemelatuk menahan emosi."Aku kira kamu sudah mati, Lara. Ternyata aku salah, kamu malah berubah menjadi wanita yang sangat menggai-rahkan," laki-laki tersebut menjawil dagu belah milik Lara membuat si empunya membuang muka secara kasar."Masih jual mahal rupanya," imbuhnya dengan kekehan yang sangat membuat Lara muak."Lepaskan aku, Broto baji-ngan!" Lara meludah kearah laki-laki yang bernama Broto membuat laki-laki yang usianya sepantaran dengan almarhum Ayah Lara itu tersenyum remeh."Sudah berani rupanya kamu denganku. Tidak ingatkah kamu saat menangis memohon ampun di bawahku dulu. Saat aku menikmati tubuh indahmu itu," lagi-lagi Broto terkekeh."Breng-sek kamu, baji-ngan tengik.""Sekarang berapa hargamu semalam?" lagi, Broto seolah sangat senang bermain-main de

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 2. Luka lama

    "Aku kotor Fadil, aku rusak. Aku tidak pantas dengan siapapun," lirih Lara sembari memeluk dirinya sendiri.Lara bersimpuh di balik salah satu mobil yang terparkir. Air matanya terus meringsek keluar seraya dengan hatinya yang semakin hancur tak bersisa.Ia merindukan Fadil, sangat rindu. Hanya saja semua yang telah terjadi seakan menjadi cermin untuk ia berkaca betapa tidak pantasnya ia untuk laki-laki sebaik Fadil."Aku tidak boleh lemah, aku sudah bertahan sejauh ini dari fitnah yang paling kejam sekalipun," gumam Lara setelah cukup lama menangis.Lara kembali bergabung dengan semua rekan kerjanya dengan senyum ceria yang selalu aku tampilkan. Berkutat dengan yang lainnya agar pikirannya tidak semakin larut dalam kenangan.Dengan fokus bekerja seakan membuatnya sejenak melupakan Fadil dan semua kenangan yang ada. Hingga tanpa terasa malam telah hampir pagi, saatnya Lara bersiap-siap untuk pulang.Lara bersiap untuk pulang. Saat pagi buta akan sulit rasanya mendapatkan kendaraan. Te

  • Noda Masa Lalu Istriku   Bab 1. Pertemuan

    "Lara tolong hantarkan ini kemeja sebelah sana," ucap Rio dengan menunjuk sebuah meja bundar yang terdapat beberapa laki-laki yang duduk melingkar."Baik, Bang." Lara tersenyum manis lalu membawa nampan yang berisi beberapa gelas dengan warna minuman dan kadar alkohol yang nampak berbeda-beda.Suasana nampak riuh dengan dentuman musik DJ yang mengiringi beberapa orang meliuk-liukan badannya di area lantai dansa. Terlihat beberapa muda-mudi yang saling bercum-bu tanpa memperdulikan suasana sekitar membuat Lara sedikit berdecak.Delapan tahun lamanya ia telah bekerja dalam club' malam milik Rio, namun baginya pemandangan-pemandangan seperti itu seakan belum terbiasa memasuki indra penglihatannya."Permisi," ucap Laras dengan sopan lalu ia membungkuk untuk meletakan minuman tersebut diatas meja."Cantik," seseorang menjawil dagu terbelah milik Lara membuat siempunya tersenyum menampilkan gigi gingsul yang semakin membuatnya terlihat manis.Tanpa Lara sadar seseorang yang duduk tidak jauh

  • Noda Masa Lalu Istriku   Prolog

    Aku berlari terseok menyusuri hutan saat banyak warga mengejarku. Entah apa yang di katakan lelaki tua itu mengenaiku hingga para warga secara membabi buta mengejarku layaknya mangsa yang sangat menggiurkan.Kutahan rasa sakit pada kakiku dan memaksanya untuk terus melangkah. Entah sudah berapa banyak darah yang terbuang dari luka menganga pada betis yang terasa sangat perih ini.“Lara!” teriakan demi teriakan para warga menyerukan namaku dengan lantang.Aku berjongkok dibalik rimbunnya semak belukar. Ku bekap mulutku sendiri saat air mata semakin membasahi pipi yang penuh memar ini.Entah sudah berapa kali pukulan yang aku terima dari para warga di wajah serta tubuhku, yang jelas saat ini tubuhku terasa remuk serta tulangku serasa patah.“Lara!” teriakan itu kembali terdengar.Aku dapat melihat beberapa obor berjalan secara beriringan serta sorot senter yang mengarah kesana kemari dari tempatku jongkok.Aku berusaha sekuat tenaga menahan isakan yang semakin ingin keluar dari mulutku.

DMCA.com Protection Status