Share

Bab 3

Aurie menyimpan kunci dari Nathan dan surat nikah mereka, setelah itu dia mendapat telepon dari tukang renovasi toko yang menyuruhnya untuk beli bahan.

"Pak Nathan, tokoku masih ada urusan, aku kembali dulu, ya." Aurie mengakhiri panggilan sambil berpamitan dengan Nathan, setelah itu buru-buru menuju ke stasiun kereta bawah tanah.

Nathan ingin mengantarnya, tapi Aurie malah sudah lari dengan cepat hingga membuat Nathan tidak sempat berbicara. Aurie terlihat sangat mandiri dan bukanlah orang yang suka merepotkan orang lain.

Mereka berdua menjalankan kesibukan masing-masing seharian. Aurie sangat sibuk dengan renovasi tokonya sampai jam sepuluh malam baru pulang dengan kelelahan.

Dia dengan terbiasa kembali ke rumah sewaan, lalu memesan semangkuk bihun untuk makan malam. Dia bahkan sudah lupa dengan dirinya yang sudah menikah.

Saat Aurie sedang makan bihun, dia tiba-tiba mendapat telepon dari Nathan.

"Halo, Pak Nathan ...." Saat Aurie angkat telepon, dia baru teringat dirinya sudah menikah siang tadi. Dia sangat panik karena dirinya bisa melupakan hal yang begitu penting!

"Kamu di mana?" Terdengar suara tenang yang berasal dari ponsel.

Hari ini adalah hari pertama Nathan menikah dengan Aurie, jadi Nathan tidak lembur kerja dan pulang lebih awal untuk melihat apakah Aurie sendirian membutuhkan bantuannya.

Siapa sangka, setelah penantian yang lama hingga jam sepuluh malam, Nathan tidak melihat Aurie sama sekali, dia pun menebak kalau Aurie mungkin sudah melupakan pernikahan mereka.

Pernikahan tanpa cinta membuat Aurie tidak terbiasa kalau dirinya sudah berkeluarga. Maka itu, setelah tokonya tutup, dia pun kembali ke rumah sewaannya dan melupakan hal ini.

"Maaf, aku ... itu, aku barusan menyelesaikan kerjaan di tokoku, aku akan segera pulang." Aurie hampir saja keceplosan, dia pun buru-buru mencari alasan lain agar tidak membuat Nathan marah.

Nathan bukan orang yang bodoh, mendengar suara Aurie yang sedikit panik, dia pun menyadari kalau Aurie belum terbiasa dengan status pernikahannya dan melupakan Nathan.

Akan tetapi, Nathan tidak mempermasalahkannya bahkan merasa wajar melihat Aurie yang masih muda melupakannya karena terlalu sibuk. Dia bertanya dengan sabar, "Kamu di mana?"

"Aku di rumah sewaanku. Aku pergi ke Citra Mandala hanya sekitar 30 menit saja kalau naik sepeda listrik." Aurie buru-buru menyeka mulutnya, bahkan tidak selera untuk menghabiskan setengah porsi bihun itu lagi.

"Kirimkan lokasimu, lalu bereskan barang-barangmu dan tunggu aku." Nathan memberikan tiga perintah dalam satu kalimat dan langsung mengakhiri panggilan.

'Sikap yang begitu tegas terlihat seperti seorang pemimpin yang sudah terbiasa memerintah bawahannya.'

Aurie dalam hati mencoba menebaknya, dia pun mengirimkan lokasi kepada Nathan, kemudian membereskan barangnya yang tidak terlalu banyak dan menunggu kedatangan Nathan.

Nathan datang menggunakan mobil SUV yang memiliki bagian bagasi besar, dia pun sekaligus membawa sepeda listrik lucu milik Aurie.

Dalam perjalanan kembali ke Citra Mandala, Aurie yang duduk di sebelah kursi pengemudi merasa sedikit tidak canggung. "Pak Nathan, terima kasih telah menjemputku begitu malam. Maaf sudah merepotkanmu."

Nathan sedang fokus menyetir sambil melihat depan, dia dengan sopan menjawab, "Kita adalah suami istri, ini adalah kewajibanku juga, jadi sama sekali nggak merepotkanku. Kamu nggak perlu begitu sungkan padaku."

Bagi Nathan, ini adalah hal yang biasa. Meskipun Keluarga Imanuel adalah orang terkaya di Kota Biantro, pria dalam keluarga mereka sangat setia terhadap istri, bahkan penuh perhatian. Selama ini, tidak ada satu pun pria dalam keluarga mereka yang tidak setia dalam pernikahan.

Lingkungan hidup Aurie malah jauh berbeda dengannya. Dikarenakan ibunya sudah meninggal karena kecelakaan setelah Aurie lahir, jadi dia pun tidak tahu bagaimana ayahnya memperlakukan ibunya dulu.

Akan tetapi, Aurie sejak kecil melihat Jayden selalu bertengkar dengan Samantha, bahkan terkadang main tangan.

Hidup terlalu lama di lingkungan seperti ini membuat Aurie tidak tertarik pada pernikahan, bahkan menikah dengan Nathan juga karena terpaksa. Selama masalah keluarganya sudah diselesaikan, Aurie juga akan cerai dengan Nathan kapan saja.

Sesaat kemudian, Nathan pun membawa Aurie ke rumah di Citra Mandala yang baru saja dibeli untuk lebih dekat ke tempat kerja.

Nathan mengisi daya sepeda listriknya Aurie di garasi, kemudian membawa Aurie menuju lantai enam digedung delapan.

Setiap lantai di sini dihuni oleh orang yang berbeda, Nathan pun mendaftarkan sidik jari Aurie di depan pintu rumah sambil berkata, "Ke depannya akan lebih praktis jika kamu lupa bawa kunci."

"Terima kasih." Aurie merasa Nathan adalah orang yang lumayan baik hati, berbeda dengan penampilannya yang cuek.

Setelah masuk ke dalam rumah, Nathan ganti sandal masuk ke dalam rumah, Aurie malah berdiri di depan pintu dengan malu.

Nathan menyadari Aurie merasa tidak nyaman, dia pun berinisiatif berkata, "Ke depannya ini juga rumahmu." Setelah mengatakannya, Nathan mengambil kopernya berjalan ke ruang tamu daripada melihatnya di tempat hanya membuatnya semakin canggung.

Kata-kata Nathan pun membuat Aurie tersentuh. Entah apa pun tujuannya, sekarang Aurie sudah menikah dengan Nathan. Tidak peduli selama apa pernikahan ini akan berlangsung, sekarang tempat ini adalah rumahnya Aurie.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status