Share

Bab 7

Nathan tidak memberitahunya karena dia merasa semuanya dibiarkan berjalan secara natural saja, kalau memberi tahu terlalu banyak akan membuat situasi berubah.

Air sudah mendidih, Aurie membalikkan badan untuk memasak mi, jadi dia tidak melihat ekspresi Nathan yang berubah. Dia bahkan lanjut berkata, "Kamu juga kerja di perusahaan besar, 'kan? Seperti keponakannya Bibi Evelyn."

Mengungkit keponakan Bibi Evelyn, Nathan teringat kemarin saat di KUA, dia mendengar Aurie membahas hal ini di telepon.

"Maksudmu pasangan kencan butamu?" tanya Nathan sambil menatapnya.

"Iya, kata Bibi Evelyn keponakannya bekerja di perusahaan terbaik di kota! Keponakannya sangat hebat," ujar Aurie dengan nada kagum sambil memasak mi.

Kata-kata ini berhasil menarik perhatian Nathan. Dia bersandar di sebelah pintu dapur sambil menanyakan, "Perusahaan terbaik di kota?"

"Grup Imanuel, apa kamu nggak tahu?" Aurie menoleh menatap Nathan dengan ekspresi kagum sambil berkata, "Saat aku baru lulus kuliah, aku juga pernah mengirimkan lamaran kerja. Tapi, nggak ada balasan sama sekali sampai sekarang."

Saat Aurie berbicara, dia menoleh untuk memasak mi agar tidak mendidih hingga banjir keluar. Dia lanjut berkata, "Dengar kabar di sana hanya menerima orang elit. Aku sepertinya bahkan nggak cukup kriteria menjadi tukang bersih-bersih."

Kemungkinan karena Aurie terbiasa di lingkungan yang mementingkan putra, meskipun nilainya dari dulu sangat bagus, dia tetap saja merasa rendah diri.

Melihat Aurie seperti ini, Nathan menanyakan, "Kapan kamu mengirimkan lamaranmu?"

"Sekitar bulan Juli tahun lalu, tapi aku sudah nggak ingat jelas tanggalnya. Intinya nggak ada balasan sama sekali." Aurie berbicara sambil mengeluarkan mi, kemudian menuangkan sup suwir daging dan acar. Masakan mi yang lezat siap dimakan.

Mereka berdua duduk dan makan di ruang tamu. Nathan melihat semangkuk mi di depannya, dia bahkan tidak pernah melihat sayuran seperti acar.

Aurie malah sudah mulai makan dengan lahap, Nathan pun mengambil sumpit dan mencicipinya.

'Wah! Lezat sekali! Aurie memang hebat dalam memasak.'

"Oh ya, Pak Nathan, margamu Imanuel, apa ada hubungannya dengan Grup Imanuel?" Aurie yang sedang makan tiba-tiba bertambah cerdas.

"Meskipun marga Imanuel bukan marga pasaran, itu bukan berarti kami sekeluarga." Nathan dalam hati tiba-tiba terkejut. Semua orang menyukai uang, Aurie juga manusia, dia juga tidak terkecualikan. 'Apa maksudnya tiba-tiba menanyakan hal ini?'

Mereka baru berkenalan dua hari, Nathan masih belum begitu mengenal sifatnya Aurie, latar belakang memang gampang diperiksa, tapi sifat seseorang tidak bisa diperiksa.

Aurie tidak punya pemikiran terlalu ribet, jadi dia tidak memperhatikan perubahan ekspresi Nathan. Dia berkata, "Betul juga. Pak Nathan, kamu setiap hari pasti sangat sibuk, 'kan? Kamu besok mau makan apa? Aku akan buatkan untukmu."

Tugas Nathan setiap hari adalah membuat Grup Imanuel berjalan dengan lancar, semua pekerjaan kecil yang tidak berhubungan dengan perusahaan bukanlah bagian dari tugasnya dan asistennya akan mencari orang lain untuk mengurusnya.

Akan tetapi, Nathan tidak mengatakan apa pun kepada Aurie, karena Aurie menanyakan hanya sekadar menganggapnya sebagai karyawan perusahaan.

"Buatkan seporsi untukku saja sesuai apa pun yang kamu makan." Nathan bukan pemilih makanan, dia menerima apa pun selama tidak merepotkannya.

"Oke," jawab Aurie sambil tersenyum. Setelah menyelesaikan makan malam yang telat dan membereskan semua piring, waktu pun sudah lumayan larut malam.

Mereka berdua kembali ke kamar masing-masing. Malam hari kembali hening.

Keesokan pagi, Aurie bangun pagi untuk menyiapkan sarapan pagi.

Nathan turun ke bawah setelah mandi. Dia melihat roti lapis, susu, soya, cakwe, jus jeruk dan salad di atas meja. Aurie menatanya dengan sangat indah seakan-akan seperti bufet di hotel bintang lima yang menggugah selera.

"Pak Nathan, kamu sudah bangun, ya. Aku nggak tahu kamu mau makan apa, jadi aku buat lebih banyak," ujar Aurie dan duduk di meja makan bersama Nathan.

Nathan mengambil roti lapis dan menggigitnya. Rasanya sangat lezat! Dia pun memuji dengan senang, "Kamu pintar memasak, juga pandai menata makanan ini."

"Aku belajar menata ala makanan barat di SMA saat bekerja di hotel," ujar Aurie dengan sedikit bangga.

Aurie adalah orang yang giat belajar, dia juga punya sifat baik yang disukai orang-orang, ditambah lagi mulutnya yang manis jadi banyak yang bisa dipelajarinya.

"Kamu sudah bekerja saat masih SMA? Hidupmu cukup berat, ya" ujar Nathan sambil meliriknya. Setelah tinggal bersama selama dua hari, Nathan pun merasa kalau Aurie adalah wanita pekerja keras.

"Nggak, kok." Aurie tidak mengatakan terlalu banyak. Dia tidak merasa hidup berat selama tidak tinggal di rumah itu.

Setelah selesai sarapan, Aurie pergi ke toko. Saat Nathan kembali ke ruang kerja, hal pertama yang dilakukannya adalah menyuruh asistennya memeriksa lamaran bulan Juli tahun lalu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status