Share

Bab 2

Ketika Nathan sedang angkat telepon, Aurie juga mendapat telepon dari Evelyn.

"Aurie, tadi aku sedang menidurkan cucuku, jadi ponselku mode senyap. Aku barusan mendapat telepon dari keponakanku, dia tanya kamu ke mana, karena dia sudah menunggumu setengah jam di kafe."

Ketika Aurie mendengarnya, pikirannya seakan-akan disambar petir! Kalau keponakannya Evelyn menunggunya di kafe, jadi dengan siapakah dia menikah?

Tidak heran Aurie merasa ada yang aneh, kini dia baru teringat kalau keponakan dari Evelyn bukan bermarga Imanuel, tapi marganya Iskandar.

Aurie menatap Nathan dengan ekspresi tercengang! Dia hanya ingat kalau keponakan Evelyn adalah karyawan perusahaan dan berpenampilan tampan, maka itu saat melihat Nathan, dia langsung merasa sama dengan yang disebutkan Bibi Evelyn! Jadi dia pun langsung menghampirinya tanpa berpikir panjang.

Aurie tidak menyangka dirinya yang buru-buru menikah ternyata menikah dengan orang yang salah.

"Bi ... Bibi ...." Aurie memegang ponselnya dengan kebingungan. Kalau dia mengatakan hal ini, pasti nggak ada yang percaya, 'kan?

"Aurie, apa kamu malu?" Evelyn menyadari ketidaknyamanan dari Aurie, dia pun tersenyum sambil menasihati, "Aku tahu kamu malu, tapi nggak masalah, kok. Kalian hanya bertemu biasa saja, jadi teman juga boleh. Kamu jangan merasa tertekan, ya. Aku sudah menjelaskan kondisimu kepadanya."

"Bukan begitu ...." Aurie berbicara sambil menatap Nathan yang sedang menatapnya juga. Dia berkata, "Bibi, tolong sampaikan kepadanya kalau aku tiba-tiba ada urusan mendadak, jadi aku nggak bisa menemuinya saat ini. Nanti akan kujelaskan padamu."

Aurie buru-buru mengakhiri panggilan, dia dengan sangat canggung hingga berbicara dengan gagap, "Pak Nathan, sepertinya ... aku salah orang. Kenapa ... tadi kamu nggak bilang apa-apa?"

Nathan juga mengira kalau kakeknya mulai mencari wanita yang berbeda setelah gagal memperkenalkan banyak wanita kaya kepadanya, dirinya juga tidak menyangka kalau akan terjadi kesalahpahaman seperti ini.

Akan tetapi, meskipun ini hanyalah salah paham, tujuan mereka berdua sudah tercapai, bukan?

Setelah memikirkannya, Nathan menatap Aurie dan berkata dengan tenang, "Tujuan kita berdua sama. Kalau kamu merasa keberatan, kamu menyesal sekarang juga masih sempat."

Nathan sangat memedulikan perasaan Aurie. Tujuan Aurie memang mencari pria yang ingin menikahinya secepat mungkin karena dia sudah tidak punya waktu dan tidak ingin dijebak oleh ayah dan ibu tirinya.

Ketika mereka sedang berbicara, teleponnya berdering lagi dan kali ini dari Keisha.

"Aurie, kamu di mana? Ayah sudah menerima hadiah seserahan dari Keluarga Mantofa, mereka bilang acara pernikahan di kampung juga sudah disiapkan semuanya, sekarang hanya menunggumu saja," ujar Keisha dengan panik hingga hampir menangis.

Ibu mereka meninggal di usia muda, maka itu Keisha seperti seorang ibu yang merawat Aurie sampai besar.

Kalau bukan karena telepon ini, Aurie akan mempertimbangkan untuk cerai dengan Nathan karena pasangan kencan butanya bukanlah Nathan, melainkan keponakannya Evelyn.

Akan tetapi, Jayden malah menerima hadiah seserahan tanpa persetujuan dari Aurie, bahkan menyuruhnya pulang malam ini untuk menikah.

Aurie tidak punya hutang budi terhadap siapa pun kecuali kakaknya! Maka itu, dia pun tidak mau dimanfaatkan mereka.

"Kakak, kamu tenang saja. Sekarang aku sudah menikah, jadi mereka nggak bisa memaksaku lagi." Aurie menceritakan secara singkat tentang situasi sekarang, lalu mengakhiri panggilan setelah menenangkan kakaknya.

Nathan yang mendengar pembicaraan mereka pun mulai memahami kondisinya Aurie.

"Nggak heran tadi kamu terus menegaskan kalau kondisimu ribet. Sepertinya kamu sudah nggak ada jalan lagi, apa kamu masih mau cerai?"

Nathan adalah seorang pengusaha. Dari kondisi mereka berdua, Nathan tidak peduli perasaan mereka berdua, dia hanya mementingkan keuntungan kedua pihak saja.

"Aku nggak melakukan kesalahan apa pun, jadi Tuhan pasti akan melindungiku," ujar Aurie dengan tatapan yakin. Meskipun dia menikah dengan orang yang salah, Nathan yang terlihat sangat ramah seharusnya bukan orang jahat.

"Kamu memang orang yang lugas." Nathan menyukai orang yang berpikiran jernih dan menilai situasi.

Setelah memutuskan sesuatu, mereka pun harus bertanggung jawab dengan penuh. Mereka berdua menyimpan nomor masing-masing, kemudian Nathan mengeluarkan sebuah kunci dari saku celananya dan memberikan kepada Aurie sambil berkata, "Ini adalah kunci rumahku. Kamu tahu perumahan Citra Mandala, 'kan? Kamu cepat pindah ke sana."

"Oke ...." Aurie menerima kunci dari Nathan dengan perasaan senang.

Pertama, dia bisa menghemat uang sewaan rumah yang sudah hampir habis, kedua dia juga tidak perlu takut dicari oleh ayahnya dan ibu tiri lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status