Ketika Nathan sedang angkat telepon, Aurie juga mendapat telepon dari Evelyn."Aurie, tadi aku sedang menidurkan cucuku, jadi ponselku mode senyap. Aku barusan mendapat telepon dari keponakanku, dia tanya kamu ke mana, karena dia sudah menunggumu setengah jam di kafe."Ketika Aurie mendengarnya, pikirannya seakan-akan disambar petir! Kalau keponakannya Evelyn menunggunya di kafe, jadi dengan siapakah dia menikah?Tidak heran Aurie merasa ada yang aneh, kini dia baru teringat kalau keponakan dari Evelyn bukan bermarga Imanuel, tapi marganya Iskandar.Aurie menatap Nathan dengan ekspresi tercengang! Dia hanya ingat kalau keponakan Evelyn adalah karyawan perusahaan dan berpenampilan tampan, maka itu saat melihat Nathan, dia langsung merasa sama dengan yang disebutkan Bibi Evelyn! Jadi dia pun langsung menghampirinya tanpa berpikir panjang.Aurie tidak menyangka dirinya yang buru-buru menikah ternyata menikah dengan orang yang salah."Bi ... Bibi ...." Aurie memegang ponselnya dengan kebin
Aurie menyimpan kunci dari Nathan dan surat nikah mereka, setelah itu dia mendapat telepon dari tukang renovasi toko yang menyuruhnya untuk beli bahan."Pak Nathan, tokoku masih ada urusan, aku kembali dulu, ya." Aurie mengakhiri panggilan sambil berpamitan dengan Nathan, setelah itu buru-buru menuju ke stasiun kereta bawah tanah.Nathan ingin mengantarnya, tapi Aurie malah sudah lari dengan cepat hingga membuat Nathan tidak sempat berbicara. Aurie terlihat sangat mandiri dan bukanlah orang yang suka merepotkan orang lain.Mereka berdua menjalankan kesibukan masing-masing seharian. Aurie sangat sibuk dengan renovasi tokonya sampai jam sepuluh malam baru pulang dengan kelelahan.Dia dengan terbiasa kembali ke rumah sewaan, lalu memesan semangkuk bihun untuk makan malam. Dia bahkan sudah lupa dengan dirinya yang sudah menikah.Saat Aurie sedang makan bihun, dia tiba-tiba mendapat telepon dari Nathan."Halo, Pak Nathan ...." Saat Aurie angkat telepon, dia baru teringat dirinya sudah menik
Aurie berjalan masuk dengan tenang sambil melihat sekeliling rumah.Rumah dengan luas sekitar 200 meter persegi, tiga kamar utama di lantai atas dan sebuah ruang tamu kecil, di bawah adalah dapur, ruang makan dan sebuah balkon besar terbuka.Balkon besar terbuka seperti ini adalah rumah impiannya Aurie, sayangnya dia tidak punya uang untuk beli rumah, jadi selama ini hanya bisa memikirkannya saja. Sekarang pernikahan mendadak ini malah membawakan sebuah balkon besar untuknya. Maka itu, Aurie selalu berpikir Tuhan pasti menyayanginya.Aurie terus mengitari balkon, Nathan pun berkata, "Kamarmu di bagian kanan lantai atas, di sana ada sebuah balkon kecil dan cahayanya lumayan bagus. Aku dari dulu tinggal sendirian, jadi kalau ada yang kurang, kamu yang urus saja sesuai keinginanmu."Saat mengatakannya, Nathan bahkan memberikan sebuah kartu bank hitam kepada Aurie. "Kamu pakai kartu ini semaumu, anggap saja ini adalah kebutuhan kita setelah pernikahan."Aurie melihat kartu yang diberikan N
Setelah mengganti pakaian yang rapi dan keluar dari kamar, Aurie tidak melihat bayangannya Nathan lagi. Entah Nathan sudah ke luar atau masih di dalam kamar, Aurie tetap berangkat ke toko tanpa mengganggunya.Saat Aurie tiba di toko, Keisha datang bersama Hervin Angkasa, putranya yang kurang dari satu tahun.Ketika Keisha melihat Aurie, kekhawatiran di wajahnya baru menghilang, dia berkata, "Melihatmu baik-baik saja baru bisa menenangkan hatiku."Melihat keponakannya yang tertidur di dalam pelukan Keisha, Aurie langsung menggendong anaknya untuk membantu kakaknya mengurangi beban.Melihat wajah kakaknya yang kelelahan dan masih mengkhawatirkannya, Aurie merasa sangat sedih. Dia mengulurkan tangannya untuk menarik kakaknya duduk berbicara, tapi Keisha malah langsung merintih!Aksi Keisha pun mengejutkan Aurie. Dia menanyakan, "Kak, ada apa denganmu?" Aurie hanya menarik lengan kakaknya tanpa menggunakan tenaga ....Aurie pun langsung menyadari sesuatu. Tanpa menunggu penjelasan dari Kei
Suara renovasi di toko Aurie lumayan keras. Setelah memastikan adiknya baik-baik saja, Keisha pun kembali dengan membawa anaknya.Luas toko Aurie hanya 20 meter persegi. Renovasi hari ini sudah hampir selesai, mungkin besok sudah mulai pengerjaan akhir.Setelah tukang renovasi selesai kerja malam ini, Aurie membersihkan toko sebelum pergi. Kali ini, dia tidak melupakan kalau dirinya sudah menikah.Aurie menutup toko dan pulang ke Citra Mandala dengan sepeda listriknya. Barusan dia tiba di pintu rumah, ponsel Aurie langsung berdering.Melihat panggilan masuk dari Samantha, Aurie pun langsung melirik ke sekeliling rumah.Lampu depan pintu masih menyala, mungkin Nathan belum pulang, jadi hanya menyisakan sebuah lampu kecil untuknya. Nathan melakukan dengan sangat teliti.Menebak Nathan sedang tidak di rumah, Aurie baru berani angkat telepon dari Samantha."Ada apa?" Aurie tidak pernah menyapa ibu tirinya karena Samantha memperlakukan mereka berdua dengan jahat selama 20 tahunan, maka itu
Nathan tidak memberitahunya karena dia merasa semuanya dibiarkan berjalan secara natural saja, kalau memberi tahu terlalu banyak akan membuat situasi berubah.Air sudah mendidih, Aurie membalikkan badan untuk memasak mi, jadi dia tidak melihat ekspresi Nathan yang berubah. Dia bahkan lanjut berkata, "Kamu juga kerja di perusahaan besar, 'kan? Seperti keponakannya Bibi Evelyn."Mengungkit keponakan Bibi Evelyn, Nathan teringat kemarin saat di KUA, dia mendengar Aurie membahas hal ini di telepon."Maksudmu pasangan kencan butamu?" tanya Nathan sambil menatapnya."Iya, kata Bibi Evelyn keponakannya bekerja di perusahaan terbaik di kota! Keponakannya sangat hebat," ujar Aurie dengan nada kagum sambil memasak mi.Kata-kata ini berhasil menarik perhatian Nathan. Dia bersandar di sebelah pintu dapur sambil menanyakan, "Perusahaan terbaik di kota?""Grup Imanuel, apa kamu nggak tahu?" Aurie menoleh menatap Nathan dengan ekspresi kagum sambil berkata, "Saat aku baru lulus kuliah, aku juga perna
Philip Junaida, asistennya adalah pekerja yang sangat efisien. Dalam setengah jam, dia langsung menemukan lamaran kerja Aurie tahun lalu.Sejujurnya, Aurie selain terlihat lucu, dia terlihat cantik pada pandangan pertama. Dari lamaran ini, selain memberikan kesan murid pintar, dia tidak punya daya tarik lainnya lagi.Mengirimkan lamaran kerja mencari pekerjaan adalah masalah besar dalam seumur hidup. Melihat Aurie tidak mengerti menuliskan keunggulannya dalam lamaran kerja,Terlihat jelas kalau Aurie bukanlah orang yang licik.Teringat pertanyaan Aurie kemarin malam, Nathan merasa kalau dirinya yang berpikiran berlebihan. 'Aku marga Imanuel, terutama Grup Imanuel yang begitu terkenal, jadi wajar saja dia bisa mengaitkan.'Nathan dilahirkan di keluarga kaya, dia juga punya tekanan persaingan yang besar. Dia bisa mendapatkan posisi direktur Grup Imanuel sekarang juga bukan hal yang mudah.Maka itu, Nathan sudah terbiasa berpikir berlebihan hingga salah paham pada Aurie.Setelah melihat l
Yuri menghabiskan waktu seharian untuk membersihkan toko, dia menata semua barang yang sudah disiapkan di rak. Di depan toko bahkan disusun kios teh susu, sosi bakar dan bermacam-macam makanan kecil."Aurie, sekarang cuaca lumayan dingin. Bagaimana kalau kita bakar ubi merah?" tanya Yuri sambil menyusun minuman di lemari pajangan depan pintu."Oke! Kamu adalah pemegang saham terbesar, jadi semua sesuai keinginanmu, dong," ujar Aurie dengan nada bercanda.Yuri memiliki kepribadian yang cerah. Ketika mendengar kata-kata Aurie, dia pun langsung berkata dengan bangga, "Sekarang kita juga sudah menjadi bos."Ketika mereka berdua sedang bercandaan, ponsel Aurie tiba-tiba berbunyi, ternyata itu adalah telepon dari Keisha. Aurie mengira Keisha menghubunginya untuk menanyakan jadwal pembukaan besok.Aurie menjadi sangat semangat karena memiliki bisnis kecil bersama teman sendiri. Ke depannya, dia bisa mendapatkan lebih banyak uang untuk menghidupi dirinya, kakaknya dan keponakannya. Jadi, ke de