Mentari mulai meninggi, seseorang wanita paruh baya memasuki sebuah kafe. Pandangannya mengeksplor seluruh ruangan mencari seseorang yang sejak tadi menunggunya. Senyumnya terbit ketika melihat seorang wanita seumurannya melambaikan tangan kepadanya.
"Naomi!" panggil wanita itu. "Nessa!" Naomi berjalan menghampiri Nessa yang sejak tadi duduk di sana. Naomi dan Nessa saling berpelukan, sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Naomi dan Nessa bersahabat sudah sangat lama, mereka bertemu di aplikasi sosial media. Meskipun baru beberapa kali bertemu tapi mereka sudah sangat dekat seperti saudara sendiri saling menyayangi. Seperti biasa apabila mereka bertemu pasti mereka saling melepas rindu. Membuat Kiara yang menunggu di luar kafe merasa bosan, awalnya Naomi mengajak Kiara untuk ikut masuk namun Kiara menolak karena malas ikut berbincang dengan para ibu-ibu. "Nes, kamu kan punya anak laki-laki. Anakku perempuan, gimana kalau kita besanan?" usul Naomi sangat antusias. "Ini tuh jaman modern Naomi, udah enggak jaman jodoh-jodohan. Lagian Kiara anakmu kan masih sekolah, masa iya mau dinikahin" jawab Nessa. "Kia bentar lagi lulus sekolah jadi enggak masalah nikah sekarang juga. Yang penting aku punya mantu sultan," celetuk Naomi lalu terkekeh. Nessa ikut tertawa mendengar ucapan Naomi, ia sama sekali tidak tersinggung atau merasa dimanfaatkan. Karena ia sudah tahu sifat Naomi seperti apa, ia pun ingin semakin dekat dengan Naomi. Namun memaksa Hegar menikah sepertinya akan sangat sulit karena Hegar selalu dingin kepada siapapun. Tak lama kemudian datang seorang gadis dengan rambut dicepol ke atas berjalan menghampiri mereka. Gadis itu tersenyum manis kepada Nesa, pertama kali bertemu dengan gadis ini Nessa langsung jatuh hati. "Permisi, Tante!" sapa Kiara dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya. "Nah, ini Kiara Nes. Anak gadisku calon masa depan Hegar" ucap Naomi sangat antusias. "Ya, ampun cantik banget Kia! Aslinya lebih cantik daripada di foto," puji Nessa. Kiara pun mencium punggung tangan Naomi dan Nessa secara bergantian lalu duduk di dekat Naomi. Ia tersenyum tipis mendengar obrolan mereka, entah mengapa ia merasa tidak asing dengan nama putra Tante Nessa. Perbincangan mereka berlanjut setelah Nessa memesankan cake dan minuman untuk Kiara. Nessa tidak menyangka ia akan sangat cocok berbicara dengan Kiara seperti ibu dan anak. Kiara sangat nyambung diajak mengobrol daripada kedua putranya di rumah. "Kapan-kapan kita nonton dracin bareng ya, Kia!" ajak Nessa sangat bersemangat. "Kok aku berasa emak yang terbuang sih? Daritadi kalian berdua ngobrol tanpa aku," protes Naomi seraya mengerucutkan bibirnya. "Enggak dong, Bunda kan tetep Bunda terbaiknya Kia. Tante Nessa ini besti barunya aku selain Tessa sama Melly, ya Tan?" bujuk Kiara yang langsung memeluk Bundanya dengan sayang. "Iya, baru segitu aja kamu udah cemburu. Gimana nanti kalau Kiara jadi menantu aku. Kia mau ya jadi menantu Tante, biar Kia bisa temenin Tante terus" pinta Nessa. "Maksud Tante gimana? Kia enggak paham?" tanya Kiara. "Kia mau ya nikah sama anak Tante?" bujuk Nessa. "Nikah? Aku masih sekolah Tante?" ucap Kiara lalu beralih menatap Naomi. "Ini apa maksudnya Bunda?" "Bunda pengen banget besanan sama Tante Nessa, biar persahabatan kami makin erat. Kamu mau ya nikah sama anak Tante Nessa?" kini Naomi yang memohon. "Anak Tante ganteng banget lho, kayak opa-opa Korea. Di rumah saja banyak banget yang ngantri pengen jadi mantu Tante, kebayang kan cakepnya kayak apa anak Tante?" Nessa tidak berhenti membujuk Kiara agar mau menjadi menantunya. Kiara menghela nafas kasar, ia melihat kearah jendela luar dimana banyak orang berlalu-lalang melewati kafe. Lalu ia kembali melihat dua wanita yang masih antusias membahas masalah perjodohan ini. Ingin menolak tapi kapan lagi ia mendapatkan suami kaya dan tampan, paket komplit kan? Kiara tersenyum manis membayangkan sosok pria tampan yang dibicarakan oleh Tante Nesa. Ia sangat yakin akan diratukan oleh pria itu seperti dalam drama yang sering ia tonton. "Kamu ngapain senyum-senyum sendiri?" tanya Nessa selidik. "Paling juga dia lagi bayangin wajah tampan Hegar. Kiara emang enggak bisa lihat yang cakep dikit," saut Naomi. "Ih Bunda, bikin aku malu aja didepan Tante Nesa." Kiara kembali menikmati chessecake lembut dengan segelas matcha latte sambil menikmati pemandangan di luar sana. Seolah ia sedang menghitung banyaknya pepohonan yang berada di dekat kafe. Meskipun di luar sana sangat panas, namun masih banyak orang yang duduk santai di bawah pepohonan di sana. Tiba-tiba saja datang seorang pria tampan dengan pakaian formalnya memasuki kafe. Pria itu terlihat berkarisma dengan kacamata hitam yang ia kenakan. Semua pandangan para kaum hawa tertuju kepadanya, memandang mahakarya Tuhan yang begitu sempurna. Pria tampan dengan rahang tegas dan sorot mata yang tajam itu tersenyum manis ketika melihat wanita yang paling ia cintai di dunia. Siapa lagi kalau bukan Mami tercintanya Nessa. "Mami!" sapa pria itu lalu memeluk Nessa. Pria itu beralih ke Naomi, ia lalu menyalami Naomi dengan sopan santun. Naomi tersenyum ketika melihat Hegar kini berada di depan mereka, Kiara yang sedang asyik menikmati cakep kesukaannya merasa tidak asing dengan suara itu. Ia mendongak melihat siapa sosok yang baru saja datang. Keduanya sama-sama membelalakkan kedua mata mereka, ketika pandangan mereka saling bertemu. "Kamu!" "Bapak?" ucap Hegar dan Kiara bersamaan. "Kalian saling kenal? Bagus dong kalau begitu. Jadi enggak usah lama-lama pendekatan lagi," sahut Naomi. "Iya, langsung nikah aja ya?" timpal Nessa lalu terkekeh. "Apa? Nikah? Sama dia? Enggak ada calon lain selain dia, Mi?" protes Hegar tidak setuju dengan keputusan Sang Mami. "Idih, aku juga ogah sama bapak. Bapak kaku kayak kanebo, bapak dingin banget nanti aku kedinginan kalau deket-deket bapak. Bapak udah masuk daftar list calon suami yang ditolak sama aku," cerocos Kiara panjang lebar. "Hey bocil, siapa juga yang mau jadi suami kamu? Kamu itu perempuan yang enggak banget dan suatu bencana kalau aku sampe nikah sama kamu!" sewot Hegar. "Bencana juga buat aku kalau sama bapak, di sekolah aja dihukum terus. Ini mau berumah tangga sama Bapak yang ada nanti jadi rumah duka," Kiara tidak mau kalah. Sementara Nessa dan Naomi pusing melihat perdebatan mereka yang tidak kunjung berakhir. Harapan menjadi besan hancur melihat mereka berdua saling membenci. Keduanya sama-sama menolak perjodohan ini membuat Naomi putus asa. Ia ingin hidup Kiara terjamin, satu-satunya yang akan membuat Kiara berkecukupan hanya dengan menikahi Hegar. Tiba-tiba saja tubuh Naomi ambruk begitu saja membuat Kiara, Nesa dan Hegar panik. "Bunda!""Tuhan, aku mohon sembuhkan Bunda. Kia janji akan nurut sama Bunda," ucap Kiara dalam hati.Manik matanya mulai mengembun, ia takut sesuatu hal buruk terjadi dengan Bundanya. Kiara semakin cemas, keringat dingin membasahi kedua tangannya, sejak tadi tidak ada satu pun Dokter atau tim medis yang keluar dari ruangan. Berulangkali ia berjalan mondar-mandir ke sana kemari menunggu kabar tentang Ibunda tercinta. Hegar yang melihat hal itu merasa jengah, namun ia tidak dapat protes. Tiba-tiba saja salah satu perawat keluar dari ruangan meminta Nessa untuk masuk. Senyum Kiara memudar karena bukan ia yang dibutuhkan oleh Ibunda tercinta melainkan Nessa sahabatnya. "Apa Bunda marah sampai enggak mau ketemu sama aku?" gumam Kiara lalu duduk dengan lemah di kursi tunggu dekat Hegar."Sudah, enggak usah dipikirkan! Bunda kamu pasti membaik" bujuk Hegar.Ia tidak tega ketika melihat Kiara merenggut dan hampir menangis, bulir bening hampir saja terjatuh begitu saja andai Hegar tidak menghiburnya.
Seorang gadis dengan seragam putih abu-abu berjalan memasuki halaman rumah sahabatnya. Keningnya mengernyit ketika ia melihat keramaian di sana, terlebih rumah itu di dekorasi seperti untuk acara penting. Ia merasa sahabatnya itu tidak memiliki adik atau kakak, lalu acara untuk siapa? "Masa iya Tante Naomi nikah lagi?" gumam Melly ketika ia melihat dekorasi rumah Kiara. Melly merasa khawatir karena sudah beberapa hari Kiara tidak masuk sekolah, itu sebabnya ia datang untuk menjenguk. Awalnya ia mengajak Tessa, namun di tengah jalan Tessa mendapatkan telepon untuk pulang lebih cepat. Itu sebabnya ia datang sendirian menemui Kiara ke rumahnya. Melly terus melangkahkan kakinya memasuki rumah, mencari Tuan rumah. Ia bertanya kepada siapapun di sana mengatakan apabila Kiara dan Ibunya berada di dalam kamar. Melly mengetuk pintu kamar Kiara, namun tidak ada jawaban dari dalam. Ia mendengar suara Naomi dan Kiara sedang berbicara membuat ia tersenyum lalu membuka pintu. Melly tercengang k
Manik mata Kiara membulat ketika melihat siapa yang memanggilnya dengan panggilan sayang. Tunangan dinginnya yang pertama kalinya tersenyum kepada dirinya saat ini. Pria itu bahkan menggandeng lengan Kiara membuat Kiara semakin tercengang dengan tingkah Hegar saat ini."Kamu ngapain di sini Sayang? Di luar dingin." ucap Hegar lalu memasangkan jas yang ia kenakan tadi pada tubuh Kiara."Bapak kesambet ya?" tanya Kiara masih merasa aneh dengan tingkah Hegar yang tidak biasanya."Di belakang ada Bunda kamu sama mami yang masih kepo dengan kita," bisik Hegar.Kiara lalu menoleh kearah Naomi yang terlihat bahagia melihat Kiara diperlakukan semanis ini oleh suaminya. Kini Kiara tahu yang dilakukan Hegar hanya untuk menyenangkan para Ibu mereka."Kamu mau Bunda kamu pingsan lagi? Jadi jangan banyak drama bocil," bisik Hegar dengan nada sinisnya.Keduanya berbalik lalu menghampiri Nessa dan Naomi yang berada tidak jauh dari sana, mereka mencoba tersenyum dihadapan semuanya. Naomi dan Nessa sa
Terdengar suara langkah seseorang yang berlarian menuju gerbang sekolah. Lagi-lagi Kiara datang terlambat ke sekolah, gadis itu menghela nafas kasar ketika melihat pintu gerbang sudah ditutup. Terlebih seseorang pria menyebalkan sudah berdiri di depan gerbang sambil bersidekap dada.Dia guru killer yang paling ditakuti di sekolah, Hegar Wiguna guru paling tampan di SMA Taruna namun selalu bersikap dingin kepada siapapun. Kiara menjulukinya Ice karena ia dingin seperti es, berbeda dengan siswi lain yang memuja Hegar, Kiara justru membencinya."Kamu lagi yang terlambat," ucap Hegar dengan sikap dinginnya.Tidak ada senyum sama sekali yang terukir pada wajah tampan pria itu. Kiara berdecak sebal, lagi-lagi ia harus mendapatkan hukuman dari guru menyebalkan ini. Kiara sudah langganan dihukum oleh Hegar karena segala ulah yang ia lakukan, entah karena terlambat atau ketahuan membolos ke kantin saat jam pelajaran berlangsung."Telatnya cuma sedikit kok Pak, please hari ini didiskon ya?" pin
Manik mata Kiara membulat ketika melihat siapa yang memanggilnya dengan panggilan sayang. Tunangan dinginnya yang pertama kalinya tersenyum kepada dirinya saat ini. Pria itu bahkan menggandeng lengan Kiara membuat Kiara semakin tercengang dengan tingkah Hegar saat ini."Kamu ngapain di sini Sayang? Di luar dingin." ucap Hegar lalu memasangkan jas yang ia kenakan tadi pada tubuh Kiara."Bapak kesambet ya?" tanya Kiara masih merasa aneh dengan tingkah Hegar yang tidak biasanya."Di belakang ada Bunda kamu sama mami yang masih kepo dengan kita," bisik Hegar.Kiara lalu menoleh kearah Naomi yang terlihat bahagia melihat Kiara diperlakukan semanis ini oleh suaminya. Kini Kiara tahu yang dilakukan Hegar hanya untuk menyenangkan para Ibu mereka."Kamu mau Bunda kamu pingsan lagi? Jadi jangan banyak drama bocil," bisik Hegar dengan nada sinisnya.Keduanya berbalik lalu menghampiri Nessa dan Naomi yang berada tidak jauh dari sana, mereka mencoba tersenyum dihadapan semuanya. Naomi dan Nessa sa
Seorang gadis dengan seragam putih abu-abu berjalan memasuki halaman rumah sahabatnya. Keningnya mengernyit ketika ia melihat keramaian di sana, terlebih rumah itu di dekorasi seperti untuk acara penting. Ia merasa sahabatnya itu tidak memiliki adik atau kakak, lalu acara untuk siapa? "Masa iya Tante Naomi nikah lagi?" gumam Melly ketika ia melihat dekorasi rumah Kiara. Melly merasa khawatir karena sudah beberapa hari Kiara tidak masuk sekolah, itu sebabnya ia datang untuk menjenguk. Awalnya ia mengajak Tessa, namun di tengah jalan Tessa mendapatkan telepon untuk pulang lebih cepat. Itu sebabnya ia datang sendirian menemui Kiara ke rumahnya. Melly terus melangkahkan kakinya memasuki rumah, mencari Tuan rumah. Ia bertanya kepada siapapun di sana mengatakan apabila Kiara dan Ibunya berada di dalam kamar. Melly mengetuk pintu kamar Kiara, namun tidak ada jawaban dari dalam. Ia mendengar suara Naomi dan Kiara sedang berbicara membuat ia tersenyum lalu membuka pintu. Melly tercengang k
"Tuhan, aku mohon sembuhkan Bunda. Kia janji akan nurut sama Bunda," ucap Kiara dalam hati.Manik matanya mulai mengembun, ia takut sesuatu hal buruk terjadi dengan Bundanya. Kiara semakin cemas, keringat dingin membasahi kedua tangannya, sejak tadi tidak ada satu pun Dokter atau tim medis yang keluar dari ruangan. Berulangkali ia berjalan mondar-mandir ke sana kemari menunggu kabar tentang Ibunda tercinta. Hegar yang melihat hal itu merasa jengah, namun ia tidak dapat protes. Tiba-tiba saja salah satu perawat keluar dari ruangan meminta Nessa untuk masuk. Senyum Kiara memudar karena bukan ia yang dibutuhkan oleh Ibunda tercinta melainkan Nessa sahabatnya. "Apa Bunda marah sampai enggak mau ketemu sama aku?" gumam Kiara lalu duduk dengan lemah di kursi tunggu dekat Hegar."Sudah, enggak usah dipikirkan! Bunda kamu pasti membaik" bujuk Hegar.Ia tidak tega ketika melihat Kiara merenggut dan hampir menangis, bulir bening hampir saja terjatuh begitu saja andai Hegar tidak menghiburnya.
Mentari mulai meninggi, seseorang wanita paruh baya memasuki sebuah kafe. Pandangannya mengeksplor seluruh ruangan mencari seseorang yang sejak tadi menunggunya. Senyumnya terbit ketika melihat seorang wanita seumurannya melambaikan tangan kepadanya."Naomi!" panggil wanita itu."Nessa!" Naomi berjalan menghampiri Nessa yang sejak tadi duduk di sana.Naomi dan Nessa saling berpelukan, sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Naomi dan Nessa bersahabat sudah sangat lama, mereka bertemu di aplikasi sosial media. Meskipun baru beberapa kali bertemu tapi mereka sudah sangat dekat seperti saudara sendiri saling menyayangi.Seperti biasa apabila mereka bertemu pasti mereka saling melepas rindu. Membuat Kiara yang menunggu di luar kafe merasa bosan, awalnya Naomi mengajak Kiara untuk ikut masuk namun Kiara menolak karena malas ikut berbincang dengan para ibu-ibu."Nes, kamu kan punya anak laki-laki. Anakku perempuan, gimana kalau kita besanan?" usul Naomi sangat antusias."Ini tuh jaman moder
Terdengar suara langkah seseorang yang berlarian menuju gerbang sekolah. Lagi-lagi Kiara datang terlambat ke sekolah, gadis itu menghela nafas kasar ketika melihat pintu gerbang sudah ditutup. Terlebih seseorang pria menyebalkan sudah berdiri di depan gerbang sambil bersidekap dada.Dia guru killer yang paling ditakuti di sekolah, Hegar Wiguna guru paling tampan di SMA Taruna namun selalu bersikap dingin kepada siapapun. Kiara menjulukinya Ice karena ia dingin seperti es, berbeda dengan siswi lain yang memuja Hegar, Kiara justru membencinya."Kamu lagi yang terlambat," ucap Hegar dengan sikap dinginnya.Tidak ada senyum sama sekali yang terukir pada wajah tampan pria itu. Kiara berdecak sebal, lagi-lagi ia harus mendapatkan hukuman dari guru menyebalkan ini. Kiara sudah langganan dihukum oleh Hegar karena segala ulah yang ia lakukan, entah karena terlambat atau ketahuan membolos ke kantin saat jam pelajaran berlangsung."Telatnya cuma sedikit kok Pak, please hari ini didiskon ya?" pin