Seorang gadis dengan seragam putih abu-abu berjalan memasuki halaman rumah sahabatnya. Keningnya mengernyit ketika ia melihat keramaian di sana, terlebih rumah itu di dekorasi seperti untuk acara penting. Ia merasa sahabatnya itu tidak memiliki adik atau kakak, lalu acara untuk siapa?
"Masa iya Tante Naomi nikah lagi?" gumam Melly ketika ia melihat dekorasi rumah Kiara. Melly merasa khawatir karena sudah beberapa hari Kiara tidak masuk sekolah, itu sebabnya ia datang untuk menjenguk. Awalnya ia mengajak Tessa, namun di tengah jalan Tessa mendapatkan telepon untuk pulang lebih cepat. Itu sebabnya ia datang sendirian menemui Kiara ke rumahnya. Melly terus melangkahkan kakinya memasuki rumah, mencari Tuan rumah. Ia bertanya kepada siapapun di sana mengatakan apabila Kiara dan Ibunya berada di dalam kamar. Melly mengetuk pintu kamar Kiara, namun tidak ada jawaban dari dalam. Ia mendengar suara Naomi dan Kiara sedang berbicara membuat ia tersenyum lalu membuka pintu. Melly tercengang ketika melihat sahabatnya memakai gaun yang sangat cantik dan sedang didandani oleh Naomi. Melly terkejut ketika tanpa sengaja ia mendengar pembicaraan mereka. "Apa? Calon suami?" ucap Melly membuat Naomi dan Kiara menoleh kearahnya. Kiara langsung bangkit dari duduknya ketika melihat sahabatnya berada di dalam kamar dan melihat semuanya. Ia sengaja tidak memberitahu teman-temannya agar tidak ada yang tahu dengan acara pertunangan ini. Namun, kini Melly mengetahui semuanya. Kiara berjalan menghampiri Melly yang masih terpaku di ambang pintu. "Lo kenapa ada di sini?" tanya Kiara. "Gue kira lo sakit beberapa hari enggak sekolah, ternyata.." ucap Melly lalu menutup mulutnya. "Kiara baik-baik saja kok! Tante keluar dulu kalau begitu ya?" pamit Naomi lalu keluar dari kamar putrinya. Kiara mengajak Melly duduk di sofa yang berada di dalam kamarnya. Melly masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat, sahabatnya akan memiliki calon suami. Ia melihat mata Kiara yang sedikit sembab, meskipun sudah kembali di rias namun masih terlihat jelas apabila Kiara sempat menangis. "Gue mohon! Jangan bilang siapa-siapa soal ini, pertunangan ini dirahasiakan Mel" pinta Kiara seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Manik matanya kembali mengembun, namun sebisa mungkin Kiara mencoba untuk tidak menangis lagi. "Lo tunangan sama siapa? Sama aki-aki ya? Sampai lo nangis-nangis gitu?" tanya Melly penasaran. "Atau nyokap lo punya utang sampai lo harus nikah sama tua bangka?" sambung Melly terus menginterogasi sahabatnya. "Bukan gitu Mel, nyokap gue enggak punya hutang ih!" elak Kiara. "Terus kenapa lo mau tunangan? Gue kaget tahu, gue kira elo enggak masuk sekolah sakit. Tahunya malah mau tunangan aja!" cerocos Melly . "Kalau lo mau kabur dari acara pertunangan ini gue telepon temen-temen yang lain biar bantu, gimana?" sambung Melly menawarkan. "Jangan Mel! Ini kemauan Nyokap, gue enggak mau nyokap sampe pingsan lagi kalau gue enggak nurutin keinginannya. Lagian keluarga calon suami gue baik kok, nyokapnya sayang banget sama gue" ucap Kiara. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu, Naomi kembali masuk memberitahu apabila acara akan segera dimulai. Kiara menggenggam tangan Melly sahabatnya, sebentar lagi statusnya akan berubah menjadi calon istri seseorang. Naomi tahu apa yang dirasakan oleh putrinya saat ini, namun semua ini yang terbaik untuknya. Naomi menuntun Kiara keluar dari dalam kamar, bersama Melly yang berada di samping Kiara. Kiara merasa gugup apalagi ketika melihat banyak kerabat dan keluarga Hegar yang turut hadir. "Wah cantiknya, pantas saja Hegar mau." "Iya, aku juga harus cari calon menantu yang cantik seperti Nessa." Terdengar begitu banyak bisik-bisik para kerabat dan keluarga yang memuji kecantikan Kiara. Melly merasa tidak asing dengan nama yang sejak tadi mereka sebut. Apalagi ketika ia melihat seorang pria membelakangi mereka sedang berbicara dengan keluarganya. "Tunggu, kok gue kayak kenal suara ini Ki?" tanya Melly lalu menoleh kearah Kiara yang sejak tadi menundukkan kepalanya. "Lo tunangan sama Pak Ice?" tanya Melly lagi. "Siapa Pak Ice?" tanya Naomi penasaran. "Panggilan buat Pak Hegar, Bunda." "Ya, ampun!" ucap Melly. Kiara merasa terharu karena sahabatnya pasti tahu penderitaan apa yang akan menimpanya setelah ini. Ia akan semakin terikat dengan orang menyebalkan dalam hidupnya. "Kasihan banget Pak Hegar dapet calon bini kayak lo yang sudah diatur Kikim!" celetuk Melly membuat Kiara langsung mendelik menatap sahabatnya. "Lo itu sahabat gue bukan sih? Kok malah bela dia?" protes Kiara merenggut sebal. "Kan emang kenyataan Kikim, selama ini elo selalu ngerepotin Pak Ice dengan segala kelakuan lo. Enggak kebayang gue dia pasti bakal kurus setelah ini" seloroh Melly. "Udah nanti saja bahasnya, sekarang Kiara harus ketemu sama Hegar." Naomi mengulurkan tangannya mengajak Kiara menghampiri Hegar dan keluarganya. Hegar pun berbalik ketika mengetahui kedatangan Kiara, manik mata Hegar tak lepas memandang kecantikan murid yang sebentar lagi akan menjadi tunangannya. Ia tidak menyangka murid menyebalkan ini menyimpan kecantikan yang luar biasa. Hegar kembali mengalihkan pandangannya, ia tidak mau Kiara besar kepala karena ketahuan memperhatikannya terlalu lama. "Calon mantu Mami cantik ya?" tanya Nessa berbisik kepada putranya. "Biasa aja," jawab Hegar singkat. "Biasa aja kok enggak ngedip-ngedip?" goda Nessa. "Apa sih Mami," elak Hegar. Acara pun dimulai, Hegar menyematkan cincin pada jari manis Kiara. Begitu pula sebaliknya, acara pertukaran cincin pun diakhiri dengan doa bersama. Berbeda dengan Kiara dan Hegar yang saling mengumpat dibalik itu. "Bencana apa aku tunangan sama Bapak?" bisik Kiara ketika Hegar mencium keningnya namun ia tetap tersenyum. "Justru musibah bagiku mempunyai calon istri kayak kamu," balas Hegar berbisik juga kepadanya. Keduanya mencoba tersenyum ketika sesi foto bersama, apalagi ketika mereka berada di depan kedua orang tua mereka. Hegar dan Kiara harus memasang wajah ceria dan bahagia. Melly merasa terharu melihat hal itu, ia merasa iri dengan Kiara yang mendapatkan calon suami sesempurna Hegar. Sudah tampan keren kaya raya, pokoknya paket komplit. Siapa yang tidak mau menikah dengan pria seperti Hegar Wiguna. "Apa gue minta dijodohin juga gitu ya sama Nyokap biar dapat calon suami kayak Bapak Ice," gumam Melly mendramatisir. Pesta telah usai para tamu pun sudah berkurang, tinggal keluarga saja yang masih berada di rumah. Kiara berdiam diri di teras balkon lantai atas, ia masih tidak menyangka akan terikat dengan pria yang paling ia tidak suka di dunia. Kiara dapat membayangkan pria itu akan semakin mengaturnya setelah ini. Kiara menghentakkan kakinya mengapa harus Hegar? Mengapa bukan yang lain saja. "Sayang!" ucap seseorang membuat Kiara membulatkan kedua matanya.Manik mata Kiara membulat ketika melihat siapa yang memanggilnya dengan panggilan sayang. Tunangan dinginnya yang pertama kalinya tersenyum kepada dirinya saat ini. Pria itu bahkan menggandeng lengan Kiara membuat Kiara semakin tercengang dengan tingkah Hegar saat ini."Kamu ngapain di sini Sayang? Di luar dingin." ucap Hegar lalu memasangkan jas yang ia kenakan tadi pada tubuh Kiara."Bapak kesambet ya?" tanya Kiara masih merasa aneh dengan tingkah Hegar yang tidak biasanya."Di belakang ada Bunda kamu sama mami yang masih kepo dengan kita," bisik Hegar.Kiara lalu menoleh kearah Naomi yang terlihat bahagia melihat Kiara diperlakukan semanis ini oleh suaminya. Kini Kiara tahu yang dilakukan Hegar hanya untuk menyenangkan para Ibu mereka."Kamu mau Bunda kamu pingsan lagi? Jadi jangan banyak drama bocil," bisik Hegar dengan nada sinisnya.Keduanya berbalik lalu menghampiri Nessa dan Naomi yang berada tidak jauh dari sana, mereka mencoba tersenyum dihadapan semuanya. Naomi dan Nessa sa
Terdengar suara langkah seseorang yang berlarian menuju gerbang sekolah. Lagi-lagi Kiara datang terlambat ke sekolah, gadis itu menghela nafas kasar ketika melihat pintu gerbang sudah ditutup. Terlebih seseorang pria menyebalkan sudah berdiri di depan gerbang sambil bersidekap dada.Dia guru killer yang paling ditakuti di sekolah, Hegar Wiguna guru paling tampan di SMA Taruna namun selalu bersikap dingin kepada siapapun. Kiara menjulukinya Ice karena ia dingin seperti es, berbeda dengan siswi lain yang memuja Hegar, Kiara justru membencinya."Kamu lagi yang terlambat," ucap Hegar dengan sikap dinginnya.Tidak ada senyum sama sekali yang terukir pada wajah tampan pria itu. Kiara berdecak sebal, lagi-lagi ia harus mendapatkan hukuman dari guru menyebalkan ini. Kiara sudah langganan dihukum oleh Hegar karena segala ulah yang ia lakukan, entah karena terlambat atau ketahuan membolos ke kantin saat jam pelajaran berlangsung."Telatnya cuma sedikit kok Pak, please hari ini didiskon ya?" pin
Mentari mulai meninggi, seseorang wanita paruh baya memasuki sebuah kafe. Pandangannya mengeksplor seluruh ruangan mencari seseorang yang sejak tadi menunggunya. Senyumnya terbit ketika melihat seorang wanita seumurannya melambaikan tangan kepadanya."Naomi!" panggil wanita itu."Nessa!" Naomi berjalan menghampiri Nessa yang sejak tadi duduk di sana.Naomi dan Nessa saling berpelukan, sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Naomi dan Nessa bersahabat sudah sangat lama, mereka bertemu di aplikasi sosial media. Meskipun baru beberapa kali bertemu tapi mereka sudah sangat dekat seperti saudara sendiri saling menyayangi.Seperti biasa apabila mereka bertemu pasti mereka saling melepas rindu. Membuat Kiara yang menunggu di luar kafe merasa bosan, awalnya Naomi mengajak Kiara untuk ikut masuk namun Kiara menolak karena malas ikut berbincang dengan para ibu-ibu."Nes, kamu kan punya anak laki-laki. Anakku perempuan, gimana kalau kita besanan?" usul Naomi sangat antusias."Ini tuh jaman moder
"Tuhan, aku mohon sembuhkan Bunda. Kia janji akan nurut sama Bunda," ucap Kiara dalam hati.Manik matanya mulai mengembun, ia takut sesuatu hal buruk terjadi dengan Bundanya. Kiara semakin cemas, keringat dingin membasahi kedua tangannya, sejak tadi tidak ada satu pun Dokter atau tim medis yang keluar dari ruangan. Berulangkali ia berjalan mondar-mandir ke sana kemari menunggu kabar tentang Ibunda tercinta. Hegar yang melihat hal itu merasa jengah, namun ia tidak dapat protes. Tiba-tiba saja salah satu perawat keluar dari ruangan meminta Nessa untuk masuk. Senyum Kiara memudar karena bukan ia yang dibutuhkan oleh Ibunda tercinta melainkan Nessa sahabatnya. "Apa Bunda marah sampai enggak mau ketemu sama aku?" gumam Kiara lalu duduk dengan lemah di kursi tunggu dekat Hegar."Sudah, enggak usah dipikirkan! Bunda kamu pasti membaik" bujuk Hegar.Ia tidak tega ketika melihat Kiara merenggut dan hampir menangis, bulir bening hampir saja terjatuh begitu saja andai Hegar tidak menghiburnya.
Manik mata Kiara membulat ketika melihat siapa yang memanggilnya dengan panggilan sayang. Tunangan dinginnya yang pertama kalinya tersenyum kepada dirinya saat ini. Pria itu bahkan menggandeng lengan Kiara membuat Kiara semakin tercengang dengan tingkah Hegar saat ini."Kamu ngapain di sini Sayang? Di luar dingin." ucap Hegar lalu memasangkan jas yang ia kenakan tadi pada tubuh Kiara."Bapak kesambet ya?" tanya Kiara masih merasa aneh dengan tingkah Hegar yang tidak biasanya."Di belakang ada Bunda kamu sama mami yang masih kepo dengan kita," bisik Hegar.Kiara lalu menoleh kearah Naomi yang terlihat bahagia melihat Kiara diperlakukan semanis ini oleh suaminya. Kini Kiara tahu yang dilakukan Hegar hanya untuk menyenangkan para Ibu mereka."Kamu mau Bunda kamu pingsan lagi? Jadi jangan banyak drama bocil," bisik Hegar dengan nada sinisnya.Keduanya berbalik lalu menghampiri Nessa dan Naomi yang berada tidak jauh dari sana, mereka mencoba tersenyum dihadapan semuanya. Naomi dan Nessa sa
Seorang gadis dengan seragam putih abu-abu berjalan memasuki halaman rumah sahabatnya. Keningnya mengernyit ketika ia melihat keramaian di sana, terlebih rumah itu di dekorasi seperti untuk acara penting. Ia merasa sahabatnya itu tidak memiliki adik atau kakak, lalu acara untuk siapa? "Masa iya Tante Naomi nikah lagi?" gumam Melly ketika ia melihat dekorasi rumah Kiara. Melly merasa khawatir karena sudah beberapa hari Kiara tidak masuk sekolah, itu sebabnya ia datang untuk menjenguk. Awalnya ia mengajak Tessa, namun di tengah jalan Tessa mendapatkan telepon untuk pulang lebih cepat. Itu sebabnya ia datang sendirian menemui Kiara ke rumahnya. Melly terus melangkahkan kakinya memasuki rumah, mencari Tuan rumah. Ia bertanya kepada siapapun di sana mengatakan apabila Kiara dan Ibunya berada di dalam kamar. Melly mengetuk pintu kamar Kiara, namun tidak ada jawaban dari dalam. Ia mendengar suara Naomi dan Kiara sedang berbicara membuat ia tersenyum lalu membuka pintu. Melly tercengang k
"Tuhan, aku mohon sembuhkan Bunda. Kia janji akan nurut sama Bunda," ucap Kiara dalam hati.Manik matanya mulai mengembun, ia takut sesuatu hal buruk terjadi dengan Bundanya. Kiara semakin cemas, keringat dingin membasahi kedua tangannya, sejak tadi tidak ada satu pun Dokter atau tim medis yang keluar dari ruangan. Berulangkali ia berjalan mondar-mandir ke sana kemari menunggu kabar tentang Ibunda tercinta. Hegar yang melihat hal itu merasa jengah, namun ia tidak dapat protes. Tiba-tiba saja salah satu perawat keluar dari ruangan meminta Nessa untuk masuk. Senyum Kiara memudar karena bukan ia yang dibutuhkan oleh Ibunda tercinta melainkan Nessa sahabatnya. "Apa Bunda marah sampai enggak mau ketemu sama aku?" gumam Kiara lalu duduk dengan lemah di kursi tunggu dekat Hegar."Sudah, enggak usah dipikirkan! Bunda kamu pasti membaik" bujuk Hegar.Ia tidak tega ketika melihat Kiara merenggut dan hampir menangis, bulir bening hampir saja terjatuh begitu saja andai Hegar tidak menghiburnya.
Mentari mulai meninggi, seseorang wanita paruh baya memasuki sebuah kafe. Pandangannya mengeksplor seluruh ruangan mencari seseorang yang sejak tadi menunggunya. Senyumnya terbit ketika melihat seorang wanita seumurannya melambaikan tangan kepadanya."Naomi!" panggil wanita itu."Nessa!" Naomi berjalan menghampiri Nessa yang sejak tadi duduk di sana.Naomi dan Nessa saling berpelukan, sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Naomi dan Nessa bersahabat sudah sangat lama, mereka bertemu di aplikasi sosial media. Meskipun baru beberapa kali bertemu tapi mereka sudah sangat dekat seperti saudara sendiri saling menyayangi.Seperti biasa apabila mereka bertemu pasti mereka saling melepas rindu. Membuat Kiara yang menunggu di luar kafe merasa bosan, awalnya Naomi mengajak Kiara untuk ikut masuk namun Kiara menolak karena malas ikut berbincang dengan para ibu-ibu."Nes, kamu kan punya anak laki-laki. Anakku perempuan, gimana kalau kita besanan?" usul Naomi sangat antusias."Ini tuh jaman moder
Terdengar suara langkah seseorang yang berlarian menuju gerbang sekolah. Lagi-lagi Kiara datang terlambat ke sekolah, gadis itu menghela nafas kasar ketika melihat pintu gerbang sudah ditutup. Terlebih seseorang pria menyebalkan sudah berdiri di depan gerbang sambil bersidekap dada.Dia guru killer yang paling ditakuti di sekolah, Hegar Wiguna guru paling tampan di SMA Taruna namun selalu bersikap dingin kepada siapapun. Kiara menjulukinya Ice karena ia dingin seperti es, berbeda dengan siswi lain yang memuja Hegar, Kiara justru membencinya."Kamu lagi yang terlambat," ucap Hegar dengan sikap dinginnya.Tidak ada senyum sama sekali yang terukir pada wajah tampan pria itu. Kiara berdecak sebal, lagi-lagi ia harus mendapatkan hukuman dari guru menyebalkan ini. Kiara sudah langganan dihukum oleh Hegar karena segala ulah yang ia lakukan, entah karena terlambat atau ketahuan membolos ke kantin saat jam pelajaran berlangsung."Telatnya cuma sedikit kok Pak, please hari ini didiskon ya?" pin