"Tuhan, aku mohon sembuhkan Bunda. Kia janji akan nurut sama Bunda," ucap Kiara dalam hati.
Manik matanya mulai mengembun, ia takut sesuatu hal buruk terjadi dengan Bundanya. Kiara semakin cemas, keringat dingin membasahi kedua tangannya, sejak tadi tidak ada satu pun Dokter atau tim medis yang keluar dari ruangan. Berulangkali ia berjalan mondar-mandir ke sana kemari menunggu kabar tentang Ibunda tercinta. Hegar yang melihat hal itu merasa jengah, namun ia tidak dapat protes. Tiba-tiba saja salah satu perawat keluar dari ruangan meminta Nessa untuk masuk. Senyum Kiara memudar karena bukan ia yang dibutuhkan oleh Ibunda tercinta melainkan Nessa sahabatnya. "Apa Bunda marah sampai enggak mau ketemu sama aku?" gumam Kiara lalu duduk dengan lemah di kursi tunggu dekat Hegar. "Sudah, enggak usah dipikirkan! Bunda kamu pasti membaik" bujuk Hegar. Ia tidak tega ketika melihat Kiara merenggut dan hampir menangis, bulir bening hampir saja terjatuh begitu saja andai Hegar tidak menghiburnya. Sementara itu di dalam ruangan sana, Nessa, Naomi dan Dokter Tika sedang berunding. Naomi meminta Dokter Tika untuk berbohong apabila Naomi sakit agar Kiara dan Hegar mau menerima perjodohan yang mereka rencanakan. "Kalian ini parah, aku ini Dokter masa aku harus berbohong," tolak Tika yang malas menerima permintaan absurd mereka. "Ayolah Tik, enggak akan ada yang tahu juga." Naomi memelas berusaha membujuk Tika dengan segala caranya. "Nanti aku kasih voucher salon gratis selama beberapa minggu deh!" bujuk Nessa. Tika menghela nafas kasar, "Bukan masalah itu, ah kalian menyebalkan!" Beberapa menit kemudian Dokter mengizinkan Kiara dan Hegar masuk ke dalam ruangan. "Karena Bunda kamu kekeh enggak mau di rawat jadi Bunda kamu sudah diperbolehkan pulang. Tapi ingat jangan buat Bunda kamu stress ya Kia, dia tidak boleh terlalu banyak pikiran" ucap Dokter Tika lalu memandang kedua sahabatnya yang sejak tadi berusaha menahan tawa atas drama yang mereka buat. Dokter Tika pun pergi begitu saja meninggalkan mereka, Kiara langsung menghampiri Naomi yang masih berbaring di atas ranjang pesakitan. "Maafin Kia, udah buat Bunda sakit. Kia mau deh nikah tapi jangan sama Pak es ya Bunda, calonnya boleh nego enggak yang baik dikit enggak ganteng doang," rengek Kiara lalu memeluk Naomi. Mendengar ucapan Kiara barusan membuat Hegar rasanya ingin mencubit pipi gadis itu. Gadis itu benar-benar menyebalkan beraninya ia menolak seorang Hegar Wiguna. "Baiklah! Aku terima perjodohan ini. Aku akan menikahi Kiara sesuai keinginan kalian, tapi karena Kiara masih SMA bagaimana kalau kami bertunangan saja dulu?" usul Hegar meyakinkan Nessa dan Naomi. "Bener juga kata Hegar, tunangan saja dulu." "Iya, benar kalian bertunangan saja dahulu. Biar pesta dan yang lainnya kami yang persiapkan," ucap Nessa sangat antusias. Sebuah senyuman terbit pada bibir Nessa dan Naomi, drama yang mereka buat berhasil membuat Kiara dan Hegar menerima pernikahan ini. Meskipun bertunangan dulu namun, ini sudah satu langkah yang baik. "Ih, kok main terima saja! Aku kan lagi nego ini, aku masih mau cogan yang masih muda bukan ba_," belum sempat Kiara melanjutkan ucapannya Hegar sudah menutup mulut gadis itu dengan tangannya. Ia mengajak Kiara untuk berbicara di luar agar tidak di dengar para orang tua. Kiara pun menurut, Hegar menuntun Kiara keluar dari ruangan. "Kamu pengen Bunda kamu pingsan dan sakit makin parah. Sudah kita terima saja, enggak usah banyak protes!" kata Hegar menasehati. "Ternyata Bapak ngebet banget ya nikah sama aku," celetuk Kiara membuat Hegar mendelik kepadanya. Hegar menoyor kepala Kiara, lalu berbisik. "Aku melakukan ini demi mereka bukan karena aku pengen nikah sama kamu." "Sekarang bilangnya gini, nanti bucin sama Kia enggak tanggung-tanggung. Aku enggak ngeklaim BJPS ya, kalau Bapak bucin sama aku nanti" goda Kiara mengulas senyum. Senyum manis yang dapat memikat para kaum Adam kecuali Hegar. Keduanya kembali masuk ke dalam, mereka akhirnya setuju menerima perjodohan ini. Nessa dan Naomi sangat senang akhirnya mereka akan menjadi besan. Hari-hari sebelum acara pertunangan Nessa dan Naomi sangat sibuk untuk mempersiapkan pesta pertunangan mereka. Meskipun pesta diadakan secara tertutup, namun mereka tetap ingin yang terbaik. Ini adalah acara penting bagi mereka, persahabatan mereka akan semakin erat dengan persatuan putra putri mereka. Melly dan Tessa merasa ada yang aneh karena beberapa hari ini Kiara tidak masuk sekolah. Karena Kiara harus ikut memilih pakaian dan berbagai perawatan mengikuti keinginan mereka. Kiara meresa bosan karena setelah memilih pakaian kini ia terjebak didalam rumah menjalani berbagai perawatan. "Aduh Bunda, aku kayak Rapunzel yang terkurung dalam menara tinggi enggak bisa kemana-mana," protes Kiara seraya mengerucutkan bibirnya sambil bersidekap dada. "Enggak usah manyun gitu, besok kan ada pangeran yang akan rela memanjat untuk menjemput Rapunzel keluar dari menara ini," jawab Naomi membujuk Sang putri. "Bunda enggak asyik!" Kiara keluar dari kamarnya sambil menghentakkan kakinya. Naomi hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri semata wayangnya itu. Ia berharap setelah menikah nanti sifat manja Kiara lama-lama berubah. Hari yang dinantikan pun tiba, hari ini rumah keluarga Naomi sudah dihias dengan dekorasi yang elegan dan cantik. Suasana rumah sudah mulai ramai oleh para tamu yang hadir, hanya keluarga dan kerabat terdekat saja yang diundang. Sementara itu di dalam kamar sejak tadi Kiara terus menangis membuat tukang rias kewalahan karena berkali-kali harus merapikan make up yang berantakan. "Tunangan kamu tuh ganteng banget kok nangis, Dek?" tanya tukang rias itu. "Dia emang ganteng, tapi aku masih muda lho. Nanti pacar aku Cha Eun Woo potek kalau tahu aku berkhianat darinya," rengek Kiara sangat lebay. "Boleh kabur enggak sih? Rasanya aku enggak bisa ngebayangin seumur hidup bakal dihukum terus sama dia," imbuhnya lagi. Naomi berjalan menghampiri Kiara, ia lalu duduk di samping putrinya. Para perias itu pun keluar setelah mendapatkan kode dari Naomi. Naomi membantu merapikan kembali makeup Kiara yang mulai luntur. "Kamu tahu kenapa Bunda ingin sekali kamu menikah dengan Hegar?" tanya Naomi kepada putrinya. Kiara hanya menjawab dengan gelengan kepala, ia berusaha menahan air mata yang sejak tadi mengalir begitu saja. "Hegar pria baik yang cocok buat kamu, dia pasti bisa membimbing kamu menjadi istri yang baik." "Aku enggak bisa bebas lagi Bunda," rengek Kiara. Jari jemari Naomi menari indah memainkan alat make up untuk merias wajah putrinya. "Apa yang kamu cari dari kebebasan itu? Kesenangan? Semua akan kamu dapat bersama suami kamu nantinya. Bunda ingin kamu menikah dengan Hegar bukan karena mereka mapan saja. Tapi Bunda percaya Nessa akan menyayangi kamu seperti putrinya sendiri. Bunda enggak ingin apa yang Bunda rasakan kamu ikut merasakan, percayalah nak semua ini yang terbaik buat kamu." "Tapi nanti kita enggak serumah lagi Bunda?" "Kan ada Tante Nessa yang gantiin Bunda, bukannya kalian cocok banget kemarin hem?" sindir Naomi lalu mengulas senyum. "Hmmm Bunda!" "Cantik banget sih putri Bunda, calon suami kamu pasti kelepek- kelepek liatnya" puji Naomi setelah ia selesai mendandani wajah putrinya. "Apa calon suami?" Naomi dan Kiara pun terkejut ketika melihat siapa yang datang.Seorang gadis dengan seragam putih abu-abu berjalan memasuki halaman rumah sahabatnya. Keningnya mengernyit ketika ia melihat keramaian di sana, terlebih rumah itu di dekorasi seperti untuk acara penting. Ia merasa sahabatnya itu tidak memiliki adik atau kakak, lalu acara untuk siapa? "Masa iya Tante Naomi nikah lagi?" gumam Melly ketika ia melihat dekorasi rumah Kiara. Melly merasa khawatir karena sudah beberapa hari Kiara tidak masuk sekolah, itu sebabnya ia datang untuk menjenguk. Awalnya ia mengajak Tessa, namun di tengah jalan Tessa mendapatkan telepon untuk pulang lebih cepat. Itu sebabnya ia datang sendirian menemui Kiara ke rumahnya. Melly terus melangkahkan kakinya memasuki rumah, mencari Tuan rumah. Ia bertanya kepada siapapun di sana mengatakan apabila Kiara dan Ibunya berada di dalam kamar. Melly mengetuk pintu kamar Kiara, namun tidak ada jawaban dari dalam. Ia mendengar suara Naomi dan Kiara sedang berbicara membuat ia tersenyum lalu membuka pintu. Melly tercengang k
Manik mata Kiara membulat ketika melihat siapa yang memanggilnya dengan panggilan sayang. Tunangan dinginnya yang pertama kalinya tersenyum kepada dirinya saat ini. Pria itu bahkan menggandeng lengan Kiara membuat Kiara semakin tercengang dengan tingkah Hegar saat ini."Kamu ngapain di sini Sayang? Di luar dingin." ucap Hegar lalu memasangkan jas yang ia kenakan tadi pada tubuh Kiara."Bapak kesambet ya?" tanya Kiara masih merasa aneh dengan tingkah Hegar yang tidak biasanya."Di belakang ada Bunda kamu sama mami yang masih kepo dengan kita," bisik Hegar.Kiara lalu menoleh kearah Naomi yang terlihat bahagia melihat Kiara diperlakukan semanis ini oleh suaminya. Kini Kiara tahu yang dilakukan Hegar hanya untuk menyenangkan para Ibu mereka."Kamu mau Bunda kamu pingsan lagi? Jadi jangan banyak drama bocil," bisik Hegar dengan nada sinisnya.Keduanya berbalik lalu menghampiri Nessa dan Naomi yang berada tidak jauh dari sana, mereka mencoba tersenyum dihadapan semuanya. Naomi dan Nessa sa
Seseorang yang baru saja datang membuat Hegar dan Kiara salah tingkah. Pasalnya posisi mereka sangat dekat seperti tadi takut menimbulkan prasangka bagi orang lain."Maaf saya mengganggu," ucap pria itu."Enggak apa-apa, Jhon. Ada apa?" tanya Hegar langsung berjalan menghampiri Jhon."Maaf mobil kamu menghalangi jalan, saya mau masuk ke dalam rumah tertutup mobilmu Hegar," jawab Jhon.Karena terburu-buru membuat Hegar terlupakan apabila ia memarkirkan kendaraannya di depan rumah orang lain. Sejak kemarin Hegar mencari foto itu kemana-mana dan ternyata foto itu berada di studio foto miliknya."Ya ampun, maaf sekali Jhon!" ucap Hegar lalu mereka pun keluar dari studio.Hegar bergegas memasuki kendaraannya untuk memarkirkan kendaraannya di depan studio. Sementara Jhon kini dapat memasukkan kendaraannya ke dalam bagasi rumahnya. Hegar kembali masuk ke dalam, ia melihat Kiara sedang asyik dengan gadgetnya."Pasti foto itu penting banget, sampai-sampai salah parkir segala," sindir Kiara kep
Hegar melajukan kendaraannya meninggalkan halaman rumah Kiara, ia merasa lega karena tidak perlu mampir terlebih dahulu. Namun baru beberapa meter dari rumah Kiara, tiba-tiba saja Hegar melihat tab Kiara yang tertinggal. Hegar pun memutar balik kendaraannya, untuk mengembalikan tab milik Kiara.Ia mengingat apabila Kiara sangat antusias ketika menggambar, gadis itu pasti akan mencari benda ini. Itu sebabnya Hegar bergegas kembali untuk mengembalikan tab milik Kiara."Bisa-bisanya dia melupakan benda penting yang paling dia suka," gumam Hegar sambil fokus menyetir.Hegar memberhentikan kendaraannya ketika sampai di dekat rumah Kiara. Ia tidak mau membangunkan kedua orangtua Kiara apabila mendengar suara kendaraannya. Ketika Hegar berjalan menuju rumah Kiara, ia melihat Kiara masih berdiri di depan rumah seperti sedang menunggu.Hegar baru saja tersadar apabila ia dibohongi oleh Kiara, ia tahu Kiara pasti akan pergi keluar."Dia berbohong, dasar bocil nakal!" Hegar pun berjalan mengham
Manik mata Kiara membulat ketika ia melihat bukan Naren seperti dalam bayangannya pria yang ada dalam hadapannya kini. Namun Hegar pria tampan dan kaku yang saat ini menatapnya tanpa ekspresi seperti biasanya. Kiara bergegas melepaskan pegangan Hegar karena saat ini banyak yang memperhatikan mereka."Bapak ngapain ada di sini?" tanya Kiara dengan suara berbisik."Tadi ada mamanya temen mami nyuruh masuk, jadi di sini," jawab Hegar ikut mengecilkan suaranya.Tiba-tiba saja seseorang menepuk pelan pundak Kiara, membuat Kiara menoleh kearahnya. Sebuah senyum terbit pada wajah tampan pria itu, senyum yang sama persis dengan Cha Eun Woo idola kesayangan Kiara. "Kamu enggak apa-apa?" tanya Naren mengulas senyum.Sebuah senyum yang dapat membuat jantung Kiara bermasalah. Oh astaga, jantung Kiara berdegup semakin kencang berada dalam dekat seperti ini dengan Naren. Hegar pun meninggalkan mereka ketika ia mendapatkan panggilan telepon."Aku enggak apa-apa kok! Untung tadi ada Pak Hegar yang n
Krriiiiinngg!!!Terdengar suara dering ponsel milik Kiara, semalam ia langsung tidur setelah sampai rumah. Dan pagi ini Kiara masih setia di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Tangannya meraba-raba dengan mata Mash terpejam ia mencari keberadaan ponselnya. Setelah ia temukan ia terima panggilan telepon tersebut."Bangun bocilll, sudah siang!" ucap seseorang di sebrang sana.Kiara masih mengabaikan ucapan orang tersebut, membuat Hegar menghela nafas kasar karena kesal. Pagi-pagi sekali Maminya meminta ia menjemput Kiara ke rumahnya. Hegar harus memastikan terlebih dahulu apabila Kiara sudah terbangun atau belum. Dan benar, gadis itu masih tertidur di jam ini, pantas saja ia sering terlambat datang ke sekolah."Masih belum mau bangun? aku sebentar lagi ke sana. Kalau kamu belum siap juga kamu tahu hukumannya Kiara!" ancam Hegar dengan tegas. Mendengar ancaman itu Kiara langsung membelalakkan kedua matanya, ia melihat nama Hegar dalam layar ponsel. Kiara bergegas melompat dar
"Kenapa pagi-pagi udah ngomel-ngomel? Ayo berangkat bareng?" ajak Naren.Kiara pun menerima ajakan Naren, ia menaiki motor sport milik Naren. Naren melepaskan jaket yang ia kenakan lalu memberikan kepada Kiara."Tutupin pake itu."Wanita mana yang enggak luluh diperlakukan seperti ini oleh pria yang ia cintai. Berbeda sekali dengan Hegar yang dingin seperti es, Naren sangat peka kepadanya. Naren melakukan kendaraannya menuju sekolah, sebuah senyum terbit pada wajah gadis cantik itu. Beberapa menit berlalu mereka telah sampai di sekolah, banyak mata yang melihat mereka bersama. Menimbulkan banyak desas-desus dari para siswa siswi hingga Hegar pun mendengarnya."Naren sama Kiara jadian ya?" tanya salah satu siswi."Iya, elo enggak liat tadi pagi Kiara dibonceng Naren. Beruntung banget sih Kiara dapet cogan Husada," ucap salah satunya lagi dengan antusias.Hegar pun melanjutkan langkahnya menuju kelas, ternyata Kiara tidak mendengarkan ucapannya. Ketika ia masuk ia melihat Kiara sedang
Delia dan teman-temannya terkejut ketika melihat siapa yang berani mencengkram tangan Delia. Pria tampan dan dingin dengan tatapan tajam tanpa ekspresi, ia menghempaskan tangan Delia begitu saja. Hegar bergegas menarik Kiara agar Kiara terlepas dari cengkraman mereka."Apa ini yang diajarkan oleh guru kalian? Mau saya laporkan kepada kepala sekolah?" tanya Hegar dengan tegas.Ketiganya hanya menundukkan kepala mendengarkan ucapan Hegar. Guru satu ini terkenal sangat galak membuat mereka tidak bisa melarikan diri karena Hegar pasti akan melaporkan mereka.Tiba-tiba saja Naren pun datang menghampiri, ia mendapatkan kabar dari seseorang yang melihat Kiara dikeroyok teman-teman Delia. Naren langsung memeluk Kiara, membuat Delia semakin muak melihatnya.Seperti ada banyak ribuan belati yang menusuk ketika melihat Naren memeluk Kiara seperti itu. Sama halnya dengan Hegar yang suka melihat tunangannya dipeluk pria lain."Lo bener-bener keterlaluan, gue semakin enggak suka sama lo!" bentak Na
Pagi menyapa dua insan yang setia dalam tidur mereka, bahkan mereka tidak menyadari saat ini mereka tertidur saling berpelukan. Sayup-sayup terdengar suara kicauan burung saling bersautan seolah mencoba membangunkan mereka berdua.Manik mata Hegar mengerjap kala cahaya sang mentari masuk melalui celah jendela kamarnya. Ia terkejut ketika melihat Kiara berada dalam dekapannya saat ini. Wajahnya yang cantik tanpa polesan makeup membuat Hegar tidak bosan memandang. "Dia terlihat lebih cantik seperti ini" gumam Hegar sambil memainkan anak rambut Kiara yang menghalangi wajah gadis itu.Hegar tersenyum ketika melihat kain bekas kompres yang Kiara gunakan semalam untuk merawat dirinya. Hegar tidak menyangka gadis manja ini rela tidak tidur demi dirinya. Ia mengusap pelan puncak kepala Kiara, namun ternyata perbuatan Hegar malah membuat Kiara merasa terusik. Hegar berpura-pura tidur ketika melihat Kiara membuka matanya. Ia tidak mau Kiara merasa percaya diri ketika mengetahui apabila ia memp
Tubuh Kiara semakin gemetar kala suara bel terus saja berbunyi, seperti dalam film horor yang ia tonton dimana lampu rumah pun ikut kelap-kelip. Mungkin karena cuaca diluar sana membuat listrik pun ikut baper dibuatnya."Assalamualaikum!" "Kok setan ngucapin salam," ucap Kiara sambil memegang pemukul base ball.Namun suara itu seperti familiar bagi Kiara, ia langsung membuka pintu. Kiara terkejut ketika ia melihat melihat Hegar datang dalam keadaan basah kuyup. Tampangnya yang biasanya terlihat sempurna kini sangat berantakan. Mungkin karena terlalu lama membuka pintu membuat Hegar kehujanan, Kiara jadi merasa bersalah karena membuat Hegar seperti ini."Lama banget sih buka pintunya," protes Hegar lalu masuk ke dalam rumah."Kirain aku orang jahat, lagian Bapak ngapain ke sini malam-malam?" tanya Kiara ikut berjalan di belakang Hegar."Aku disuruh Mami jagain kamu sampai kamu tidur, kata Mami kamu enggak bisa sendirian di rumah" jawab Hegar.Kiara semakin merasa bersalah, ia meremas
Delia dan teman-temannya terkejut ketika melihat siapa yang berani mencengkram tangan Delia. Pria tampan dan dingin dengan tatapan tajam tanpa ekspresi, ia menghempaskan tangan Delia begitu saja. Hegar bergegas menarik Kiara agar Kiara terlepas dari cengkraman mereka."Apa ini yang diajarkan oleh guru kalian? Mau saya laporkan kepada kepala sekolah?" tanya Hegar dengan tegas.Ketiganya hanya menundukkan kepala mendengarkan ucapan Hegar. Guru satu ini terkenal sangat galak membuat mereka tidak bisa melarikan diri karena Hegar pasti akan melaporkan mereka.Tiba-tiba saja Naren pun datang menghampiri, ia mendapatkan kabar dari seseorang yang melihat Kiara dikeroyok teman-teman Delia. Naren langsung memeluk Kiara, membuat Delia semakin muak melihatnya.Seperti ada banyak ribuan belati yang menusuk ketika melihat Naren memeluk Kiara seperti itu. Sama halnya dengan Hegar yang suka melihat tunangannya dipeluk pria lain."Lo bener-bener keterlaluan, gue semakin enggak suka sama lo!" bentak Na
"Kenapa pagi-pagi udah ngomel-ngomel? Ayo berangkat bareng?" ajak Naren.Kiara pun menerima ajakan Naren, ia menaiki motor sport milik Naren. Naren melepaskan jaket yang ia kenakan lalu memberikan kepada Kiara."Tutupin pake itu."Wanita mana yang enggak luluh diperlakukan seperti ini oleh pria yang ia cintai. Berbeda sekali dengan Hegar yang dingin seperti es, Naren sangat peka kepadanya. Naren melakukan kendaraannya menuju sekolah, sebuah senyum terbit pada wajah gadis cantik itu. Beberapa menit berlalu mereka telah sampai di sekolah, banyak mata yang melihat mereka bersama. Menimbulkan banyak desas-desus dari para siswa siswi hingga Hegar pun mendengarnya."Naren sama Kiara jadian ya?" tanya salah satu siswi."Iya, elo enggak liat tadi pagi Kiara dibonceng Naren. Beruntung banget sih Kiara dapet cogan Husada," ucap salah satunya lagi dengan antusias.Hegar pun melanjutkan langkahnya menuju kelas, ternyata Kiara tidak mendengarkan ucapannya. Ketika ia masuk ia melihat Kiara sedang
Krriiiiinngg!!!Terdengar suara dering ponsel milik Kiara, semalam ia langsung tidur setelah sampai rumah. Dan pagi ini Kiara masih setia di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Tangannya meraba-raba dengan mata Mash terpejam ia mencari keberadaan ponselnya. Setelah ia temukan ia terima panggilan telepon tersebut."Bangun bocilll, sudah siang!" ucap seseorang di sebrang sana.Kiara masih mengabaikan ucapan orang tersebut, membuat Hegar menghela nafas kasar karena kesal. Pagi-pagi sekali Maminya meminta ia menjemput Kiara ke rumahnya. Hegar harus memastikan terlebih dahulu apabila Kiara sudah terbangun atau belum. Dan benar, gadis itu masih tertidur di jam ini, pantas saja ia sering terlambat datang ke sekolah."Masih belum mau bangun? aku sebentar lagi ke sana. Kalau kamu belum siap juga kamu tahu hukumannya Kiara!" ancam Hegar dengan tegas. Mendengar ancaman itu Kiara langsung membelalakkan kedua matanya, ia melihat nama Hegar dalam layar ponsel. Kiara bergegas melompat dar
Manik mata Kiara membulat ketika ia melihat bukan Naren seperti dalam bayangannya pria yang ada dalam hadapannya kini. Namun Hegar pria tampan dan kaku yang saat ini menatapnya tanpa ekspresi seperti biasanya. Kiara bergegas melepaskan pegangan Hegar karena saat ini banyak yang memperhatikan mereka."Bapak ngapain ada di sini?" tanya Kiara dengan suara berbisik."Tadi ada mamanya temen mami nyuruh masuk, jadi di sini," jawab Hegar ikut mengecilkan suaranya.Tiba-tiba saja seseorang menepuk pelan pundak Kiara, membuat Kiara menoleh kearahnya. Sebuah senyum terbit pada wajah tampan pria itu, senyum yang sama persis dengan Cha Eun Woo idola kesayangan Kiara. "Kamu enggak apa-apa?" tanya Naren mengulas senyum.Sebuah senyum yang dapat membuat jantung Kiara bermasalah. Oh astaga, jantung Kiara berdegup semakin kencang berada dalam dekat seperti ini dengan Naren. Hegar pun meninggalkan mereka ketika ia mendapatkan panggilan telepon."Aku enggak apa-apa kok! Untung tadi ada Pak Hegar yang n
Hegar melajukan kendaraannya meninggalkan halaman rumah Kiara, ia merasa lega karena tidak perlu mampir terlebih dahulu. Namun baru beberapa meter dari rumah Kiara, tiba-tiba saja Hegar melihat tab Kiara yang tertinggal. Hegar pun memutar balik kendaraannya, untuk mengembalikan tab milik Kiara.Ia mengingat apabila Kiara sangat antusias ketika menggambar, gadis itu pasti akan mencari benda ini. Itu sebabnya Hegar bergegas kembali untuk mengembalikan tab milik Kiara."Bisa-bisanya dia melupakan benda penting yang paling dia suka," gumam Hegar sambil fokus menyetir.Hegar memberhentikan kendaraannya ketika sampai di dekat rumah Kiara. Ia tidak mau membangunkan kedua orangtua Kiara apabila mendengar suara kendaraannya. Ketika Hegar berjalan menuju rumah Kiara, ia melihat Kiara masih berdiri di depan rumah seperti sedang menunggu.Hegar baru saja tersadar apabila ia dibohongi oleh Kiara, ia tahu Kiara pasti akan pergi keluar."Dia berbohong, dasar bocil nakal!" Hegar pun berjalan mengham
Seseorang yang baru saja datang membuat Hegar dan Kiara salah tingkah. Pasalnya posisi mereka sangat dekat seperti tadi takut menimbulkan prasangka bagi orang lain."Maaf saya mengganggu," ucap pria itu."Enggak apa-apa, Jhon. Ada apa?" tanya Hegar langsung berjalan menghampiri Jhon."Maaf mobil kamu menghalangi jalan, saya mau masuk ke dalam rumah tertutup mobilmu Hegar," jawab Jhon.Karena terburu-buru membuat Hegar terlupakan apabila ia memarkirkan kendaraannya di depan rumah orang lain. Sejak kemarin Hegar mencari foto itu kemana-mana dan ternyata foto itu berada di studio foto miliknya."Ya ampun, maaf sekali Jhon!" ucap Hegar lalu mereka pun keluar dari studio.Hegar bergegas memasuki kendaraannya untuk memarkirkan kendaraannya di depan studio. Sementara Jhon kini dapat memasukkan kendaraannya ke dalam bagasi rumahnya. Hegar kembali masuk ke dalam, ia melihat Kiara sedang asyik dengan gadgetnya."Pasti foto itu penting banget, sampai-sampai salah parkir segala," sindir Kiara kep
Manik mata Kiara membulat ketika melihat siapa yang memanggilnya dengan panggilan sayang. Tunangan dinginnya yang pertama kalinya tersenyum kepada dirinya saat ini. Pria itu bahkan menggandeng lengan Kiara membuat Kiara semakin tercengang dengan tingkah Hegar saat ini."Kamu ngapain di sini Sayang? Di luar dingin." ucap Hegar lalu memasangkan jas yang ia kenakan tadi pada tubuh Kiara."Bapak kesambet ya?" tanya Kiara masih merasa aneh dengan tingkah Hegar yang tidak biasanya."Di belakang ada Bunda kamu sama mami yang masih kepo dengan kita," bisik Hegar.Kiara lalu menoleh kearah Naomi yang terlihat bahagia melihat Kiara diperlakukan semanis ini oleh suaminya. Kini Kiara tahu yang dilakukan Hegar hanya untuk menyenangkan para Ibu mereka."Kamu mau Bunda kamu pingsan lagi? Jadi jangan banyak drama bocil," bisik Hegar dengan nada sinisnya.Keduanya berbalik lalu menghampiri Nessa dan Naomi yang berada tidak jauh dari sana, mereka mencoba tersenyum dihadapan semuanya. Naomi dan Nessa sa