Home / Fantasi / NIGHTALE / Intinya (1)

Share

Intinya (1)

Author: invictuswings
last update Last Updated: 2021-03-23 17:50:42

Will meminta Boo ke taman belakang yang begitu jauh dari kamarnya. Ditemani Pelayan Song yang sejak tadi tersenyum ramah padanya. Namun, gadis itu sama sekali tak menyambutnya hangat. Bahkan sejak tadi dirinya hanya tertarik pada sekumpulan bunga-bunga yang bercahaya di sekitarnya.

"Kau suka flowerblast?" tanya Pelayan Song sambil menunjuk objek yang diamatinya sejak tadi.

Salah satu flowerblast melayang di sisinya begitu pria itu menjentikkan jarinya.

Kini ia dapat melihat lebih jelas bahwa bunga menyala itu memiliki mata yang indah dan mulut yang — tunggu dulu. Mulut? Bunga ini memiliki mulut kecil. Ah, gila!

"Selamat datang, wanitanya Will, aku roseblast," sapa bunga mawar merah itu sambil menempelkan kelopaknya di pipi Boo. Oh, apakah ini cara mereka berkomunikasi?

"A—ap, ah, maksudku aku Boo. Bisakah jauhkan durimu dari lenganku. Tolong," pintanya saat dirasa duri itu semakin melekat di kulitnya.

"Ouch, maafkan aku sungguh aku tak tahu jika kau manusia terlalu lemah—ah maksudku terlalu lembut," koreksi roseblast yang kemudian ia melayang menjauh meninggalkannya.

"Dia kesayangan Ketua William sebelum kau datang. Mungkin mawar itu sedikit—cemburu," jelas Pelayan Song sembari melanjutkan langkahnya.

Boo hanya mengangguk walau ia tak mengerti sepenuhnya.

Mereka hampir sampai saat ia bisa melihat punggung Will dari sana. Kemudian Pelayan Song tadi memintanya berjalan sendiri menghampiri seseorang yang telah menunggunya.

Boo hanya mengangguk saja. Toh hanya beberapa meter lagi kakinya sampai. Semakin dekat saat sesuatu yang besar tiba-tiba saja berlari ke arahnya. Disusul suara geramannya  keras terdengar. Ini buruk! Itu seekor singa besar menuju ke arahnya.

"Aaaaaakh—" teriaknya kencang dan tersungkur akibat terdorong oleh kuku tajam singa itu. Boo begitu pucat dan sulit bergerak. Singa itu semakin mendekat padanya dan melayangkan kuku-kuku jarinya di hadapan Boo. Bersiap mencabiknya. Gadis itu hanya bisa terpejam dan beringsut di tempatnya.

"Berhenti di sana Valdish!" teriak William yang menggema di lorong itu.

Singa tadi menoleh ke arah Will sejenak dan berbalik lagi menatap Boo dengan jarak yang begitu dekat. Kukunya tadi menyentuh rambut panjang gadis yang sedang ketakutan sekali itu.

Matanya masih terpenjam. Ia sudah pasrah jikalau memang harus menjadi santapan singa besar itu. Ia masih bisa merasakan lengan besar menyekat kedua lengan kecilnya itu kuat.

Boo bahkan terkesiap saat merasakan sesuatu yang basah di pipinya. Sesuatu yang lembek namun sedikit kasar seperti sikat giginya.

Hingga terdengar suara shh shh shh

Perasaan ini tak asing baginya. Ia seperti tengah dijilati di bagian pipi. Sampai Boo menbuka mata, ia terkejut melihat singa besar itu menjilati pipinya dan mengenai sudut bibirnya berkali-kali. Kemudian berpindah pada lehernya yang terdongak.

Boo sampai melenguh karena geli dan kesakitan. Lidah singa itu masih menjilatnya sampai ia jengah dan wajahnya memerah.

"Ahn— lepaskan aku," pintanya begitu mengetahui bahwa singa itu genit. Hey, apakah ia seperti singa wanita yang ingin diajak kawin? Sinting memang!

Dengan keberanian yang muncul dari rasa jengahnya, ia mendorong tubuh singa itu yang begitu menghimpitnya. Sialan, tubuh kecilnya tak bisa mendorongnya.

"Valdish, ku bilang hentikan atau ku tembak kau di sini!" ancam William yang sudah berada di balik punggung singa itu.

Perlahan, singa itu melepaskannya dan mundur. Berlari cepat ke belokan lorong tempat William tadi berdiri.

Boo seperti korban perkosaan kini. Kemejanya tersibak hingga perutnya terlihat. Jeans pendeknya tak membantu sekali.

Boo dengan cepat berdiri dan berhadapan dengan William yang menatapnya tajam. Apa ia melakukan kesalahan?

Namun ia tak ingin ambil pusing tatapan tajam itu. Ia justru merasa jijik karena wajah dan lehernya basah terkena liur si singa tadi. Rasanya ia harus mandi lagi.

Nyatanya rencana itu gagal. William menarik tangannya untuk membelok ke arah singa tadi. Tentu saja gadis itu berontak. Ia takut, sungguh. Singa itu pasti masih ada di sana.

"Lepas. Aku tak mau jadi makanan singa. Tolong lepaskan aku Will. Aku janji tak akan mengumpatimu lagi, berabi sumpah," mohon Boo pada William yang semakin cepat membawanya berbelok dan ia hanya bisa memejamkan mata kembali sembari tertunduk.

William sudah melepaskan genggamannya. Namun, Boo masih saja tertunduk.

"Mau sampai kapan kau menunduk seperti itu, hm? Angkat wajahmu dan lihatlah si singa idiot tadi," ucap William jengah. Ia kemudian ikut bergabung dengan yang lainnya.

Boo perlahan mengangkat wajahnya. Ia mendapati sosok pria tampan dengan kulit tan tersenyum ke arahnya.

Mengapa banyak pria tampan di sini?

"Halo Nona. Aku Valdish. Si singa itu adalah aku. Maaf ya mengagetkanmu. Aku hanya penasaran karena Ketua William bilang akan ada orang baru di sini. Jadi, terima maafku?" Valdish mengulurkan tangannya dengan tersenyum lebar.

Ya ampun. Tampan lagi

"Kau— si singa itu? Ku kira kau akan memakanku tadi," ucapnya pelan. Ia masih takut-takut menatap Val namun disambut juga jemari besar itu.

"Aku Boo. Jangan menyerangku lagi! Awas saja nanti akan ku laporkan pada polisi nanti!" ancam Boo dengan suara bergetar.

"Haha maaf ya."

"Hey, mau sampai kapan berdiri di sana. Kalian berdua kemari sebelum Charlie menghabiskan jatah makanan—aduh," erang Christ di akhir kalimatnya. Ternyata ia mendapat pukulan main-main dari si kelinci buntal.

Valdish mengajak Boo menghampiri mereka yang tengah duduk di gazebo besar. Jika dihitung ada beberapa orang yang juga di sana. Seperti Judish, Christ, Charlie dan dua lainnya yang tak ia kenal.

Hingga Boo berhasil duduk di antara mereka. Barulah kedua orang asing itu memperkenalkan diri sebagai Hosea, si kuda dan Jackson, si ular.

Otaknya memanas saat mengingat semua makhluk itu. Bagaimana jika ia jadi mangsa salah satunya jika ia berbuat macam-macam? Boo, kau bisa mati muda!

"Jangan melamun terus, bodoh. Makanlah sebelum aku makan jatahmu juga," ucap Charlie yang terdengar begitu tak bersahabat.

"Kau boleh makan jatahku jika kau mau, dasar kelinci buntal jelek!"

Charlie yang sedang menikmati pie apelnya melotot marah. Telinga kelincinya ikut berdiri menantang.

"Apa kau bilang? Sekali lagi kau bilang aku buntal, akan  ku lempar tubuh kurusmu itu ke kandang Valdish. Biar kau jadi makan malamnya!"

Suara melengking itu sarat mengancamnya. Namun Boo sama sekali tak peduli.

"Kau... Kelinci... Buntal jelek!" ejeknya lagi dan mendapat elusan lembut di kepalanya. Itu ulah Judish yang duduk di antara mereka berdua.

"Sudahlah jangan berkelahi terus. Charlie tolong jangan menangis dulu dan Boo jangan mengejeknya lagi. Paham?" pria berlesung pipi itu terdengar tegas.

Baik Charlie maupun Boo sama-sama membuang muka. Hal itu membuat Judish memijit pelipisnya pelan. Pusing sekali, pikirnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
kuat kuat ya Boo, liat banyak cogan wkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NIGHTALE   Intinya (2)

    Boo mengunyah kacang almond dan beberapa kudapan lainnya. Ia sungguh lapar. Bahkan sampai lupa jika semua orang terkecuali Charlie memandangnya begitu lekat."Apa?" tanyanya ketus. Ia masih kesal dengan keadaan yang membuatnya gila. Bagaimana bisa ia terjebak dengan mereka semua."Ekm. Baiklah sesuai surat wasiat ayahmu, Boo. Kau harus tinggal di sini bersama kami. Kau juga sekarang bagian dari kami. Jika kau bingung, mereka adalah makhluk setengah manusiayang aku temui. Hanya kau yang tahu masalah ini. Juga, benda-benda di sini yah seperti yang kau lihat, hidup. Mereka hidup sebelum kami semua di sini. Jadi, tolong hormati mereka." William serius dengan ucapannya. Ditambah tak ada bantahan dari siapa pun di sini."Aku tak peduli mau kalian semua bahkan kau, Will. Tapi, benda-benda di kamarku yang membuatku tak nyaman. Kau pikir bagaimana bisa aku tidur jika semuanya meracau dan berteriak bahkan

    Last Updated : 2021-03-23
  • NIGHTALE   Tragedi

    "Sudah siap?" tanya Judish sambil melongok ke belakang kursi kemudi. Hari ini gilirannya untuk mengantar Christ, Charlie, Valdish dan penghuni baru, Boo pergi ke SMA Cellos. Jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal mereka.Butuh sekiranya satu jam perjalanan ke sana."Geser sedikit, bokongmu besar sekali, sih. Aku terhimpit," sungut Charlie yang sialnya duduk di tengah mobil. Biasanya ia akan duduk leluasa karena kursi ini cukup diduduki tiga orang. Tapi, akibat bertambah satu orang, ia mau tak mau kesal juga."Bokongku baik-baik saja. Mungkin badanmu saja yang sudah berubah jadi babi sampai mobil ini rasanya terlalu kecil untukmu," balas Boo yang memang telinganya terasa diganggu oleh ucapan si kelinci bongsor itu."Kau—"

    Last Updated : 2021-03-27
  • NIGHTALE   Flower Guinea says

    Charlie sibuk menggendong tubuh Boo setelah pelajaran terakhir usai. Di belakangnya, Christ dan Valdish membawa beberapa barang milik gadis itu. Jujur saja si kelinci manis berubah diam saat memasuki ruang kesehatan tadi. Bukan hanya Boo yang merasakan, semuanya yang berada di mobil pun ikut merasa bahwa Charlie tengah menebus kesalahannya.Setidaknya Charlie tak lepas tanggung jawab dan merengek minta perlindungan. Ia justru begitu fokus menatap jalanan. Hari ini memang gilirannya menyetir. Ditambah beberapa kali ia menanyakan keadaan Boo seperti,"Apa punggungmu masih sakit? Beritahu aku"atau"Jangan terlalu menekan punggungmu di kursi. Biar Christ yang menjadi sandaranmu sampai kita tiba di rumah."Dan lebih parahnya, kalimat terakhir Charlie membuat dirinya takut"Kau tidur denganku untuk sementara. Aku izinkan sampai kau pulih."Ia mengucapkan kalimat terakhir dengan sorot ma

    Last Updated : 2021-04-18
  • NIGHTALE   Healing

    Charlie menjadi satu-satunya yang nampak begitu bahagia setelah Mrs. nursea mengatakan bahwa Boo akan pulih besok. Luka memarnya pun telah lenyap sejak dua jam lalu. Namun, gadis itu masih harus istirahat selama semalam penuh agar racun Flower Guinea bisa melemah.Hampir saja Jack terkena lemparan bola baseball milik Charlie, jika saja ia berhasil menghindar."Sudah kukatakan bahwa aku tak tahu ada racun di dalamnya," ucap Jackson takut. Ia masih sibuk berlindung di belakang punggung Valdish."Untung saja kau bawa Nursea tepat waktu. Jika tidak, aku akan memindahkanmu ke Amazon!" gertak Charlie yang kesal.Mereka menoleh pada suara langkah kaki yang semakin mendekat. Jika dihitung-hitung, di kamar itu hanya ada Valdish, Christ, Jackson dan Charlie. Sementara Hosea dan Judish tengah berada di kamarnya.Lalu, siapa yang datang?"Apa yang kalian lakukan?" tanya William yang baru saja tiba dan mendekati kamar Charlie ya

    Last Updated : 2021-04-19
  • NIGHTALE   Blue Candle

    Boo pagi-pagi sekali telah berada di taman belakang. Ia mengamati sekitar saat flowerblast berbisik-bisik mengenai dirinya. Ia bahkan sempat mendengar bahwa salah satunya akan melukai dirinya. Tentu saja itu tak membuatnya bergeming. Ia hanya ingin menikmati pagi akhir pekan. Setelah beberapa hari sebelumnya cedera punggung membuatnya susah tidur. Sesekali ia menghirup udara sejuk saat hembusan angin melewatinya. Cuaca saat ini tak begitu buruk. Rasanya ia ingin berkeliling lebih dalam hingga hutan yang berada di perbatasan rumah William ini. Ini menyenangkan. Melangkah ringan, kakinya ia bawa menuju ke ujung taman. Di sana terasa lebih dingin dan gelap. Bahkan ia hampir menyangka jika saja, hari berganti begitu cepat. Terlalu dalam dan gelap. Ia bisa merasakan jika suara burung yang sejak tadi berkicauan menjadi sunyi. . Apa ini yang dimaksud dengan "Disembunyikan alam"? Ia sungguh menyesal tak m

    Last Updated : 2021-05-22
  • NIGHTALE   Blue candle: lust

    Begitu tubuhnya dijatuhkan di atas sesuatu yang lembut, rasa pening kembali datang, ditambah kini Boo menggeliat tak nyaman. Sudah dibilang 'kan bahwa ia begitu kepanasan dan 'haus'. Ntah setan mana yang merasukinya hingga membuat tubuhnya bergerak sendiri menuju gaun tidur yang sedikit tersingkap saat seseorang melemparnya. Sisi warasnya semakin hilang saat sesuatu yang hangat menyentuh permukaan paha dalamnya. Dingin, jemari sosok itu begitu dingin dan kuat, sedikit mencubit kulitnya. Perih! Lagi, jemari itu menggelitik pusat pusarnya, sesuatu yang digin dan lembab ikut menyentuhnya, mengecupnya, menjilat sepanjang permukaan kulit perutnya hingga bawah tulang rusuknya. "Kau yang memintaku melakukan ini. Kuharap musim kawin ini akan begitu menyenangkan, bukan begitu, Boo?" Suara halus dan dalam itu memasuki pendengarannya; mengancamnya dengan erotis. Membelai lekukan di tepinya begitu sensual. Suara ini... ia m

    Last Updated : 2021-05-23
  • NIGHTALE   William judgment

    Setelah semua hal yang terjadi, Boo dan kelima pria lainnya begitu kikuk menghadapi William di ruang utama.Ada Charlie yang terduduk sambil menarik-narik kemeja Judish, Jackson yang memainkan seekor ular kecil yang katanya 'teman baru'.Hosea dan Christ sibuk mengamati gerak-gerik sang ketua.Sejak makan malam usai hingga lewat 15 menit lamanya, si Ketua William tak hentinya bergumam. Sesekali ia memeriksa ponsel dan kemudian memandang satu per satu dengan tajam."Will, bicaralah. Aku pegal jika terus menunduk seperti ini," ucap Boo terang-terangan.Tubuhnya belum sepenuhnya pulih dari efek Blue dirty candle. Yah, iya menyisipkan kata yang tepat sekali!"Aku tak memintamu datang. Pergilah, aku akan membicarakan hal penting dengan yang lainnya," balas William tenang.Boo mulai kesal, ia anggap William tak konsisten. Sebelumnya, pria itu meminta Boo ikut dalam pembicaraan ini, kemudian lagi-lagi berubah."Jangan

    Last Updated : 2021-05-24
  • NIGHTALE   Gangguan

    Malam ini rasanya Mrs. Fan ingin mengajaknya perang. Sudah dua malam ini tidurnya tak bisa nyenyak. Kamarnya begitu panas bahkan setelah jendela kamarnya dibuka. Jika saja William mengizinkannya berpindah kamar, ia akan dengan cepat melakukannya. The tearpaper (si kertas sobek) juga ikut mengganggu tidurnya. Kertas kusut itu akan terisak, mengadu dan kemudian berkelahi dengan resleting milik baggie (ransel). Kali ini pen (pulpen) dan shoesick (kaus kaki gila) hanya mengamati dari jauh. Boo hampir saja mengucap syukur jika saja ia tak mendapati tugas sekolahnya yang telah diinjak-injak dan dikotori oleh keduanya. Seluruh barang di kamarnya memang selalu jahil, bahkan berakhir melukainya. Walaupun ringan, namun bisa kau bayangkan jika saat tertidur, sesuatu seakan menusuk tubuhmu? Itu yang dirasakan Boo sejak datang kemari. Ia akan mendapati tubuhnya penuh luka sayatan maupun tusukan jarum-jarum kecil setelah bang

    Last Updated : 2021-05-27

Latest chapter

  • NIGHTALE   Save me

    Setelah melewati gerbang utama, Will memutar setir ke arah kanan dan melaju dengan tenang melewati deretan bunga-bunga yang menggantung di sana. Ia terkejut mendengar pekikan dari bunga Rose yang masih terjaga saat ia sedikit menurunkan kaca mobilnya. Sekadar menunjukkan siapa gadis yang ia bawa."Ya Tuhan, Ya Tuhan, Ya Tuhan... Willku membawa gadis cantik!" teriaknya lagi yang kemudian berhasil membangunkan bunga lainnya yang mulai sahut-sahutan.Hingga pria jangkung itu mematikan mesin, Boo masih terlelap tanpa terganggu gurauan seseorang yang menyambutnya di pintu utama."Selamat datang Ketua Will. Senang bertemu denganmu dan—" Ia melirik sekilas seseorang lewat kaca mobil yang sengaja dibukanya."Tolong siapkan satu kamar di samping milikku. Boo sepertinya terlalu lelah," pintanya yang kemudian disegerakan oleh Kepala Pelayan Song.Segera setelah Will memerintahkannya, beberapa p

  • NIGHTALE   Love love

    Boo sudah diwanti-wanti agar kaki telanjangnya diam saat Isabelle mewarnai kuku kakinya yang tampak pucat. Sesekali gadis berambut perak itu memekik jengkel saat Boo malah menggelitiki tubuhnya yang duduk di lantai hingga akhirnya cat kuku itu tumpah mengenai bagian sudut sofa lembut itu."Kubilang diam, Boo," titah Belle yang jengah karena ulah Boo yang sejak tadi terus menggodanya. Lihat saja nanti jika Paman Hwang datang, ia akan mengadukan gadis nakal itu hingga ia tak dapat jatah makan malam."Adukan saja. Nanti cat kukumu akan ku tumpahkan lagi. Lihat, masih ada emerald dan gold di sana," goda Boo sambil menunjuk kotak kaca berbentuk kubus yang ada di tengah meja."Sudah cukup main-mainnya. Kau tahu 'kan nanti malam Ketua William akan datang menjemputmu. Jangan banyak tingkah!" seru Isabelle dengan kesal, atau mungkin gadis itu terlampau cemas setelah mengucapkan nama pemuda asing itu.

  • NIGHTALE   Valdish

    ValdishSejak Boo memberikan hadiah pada Valdish, pria itu terus mengekorinya. Ia mengucapkan terima kasih lagi malam ini. Tentu saja gadis itu merasa tak nyaman. Sebab, jika dipikir lagi, Valdish sepertinya telah salah paham. Ia menjelaskan bahwa hadiah itu dari seseorang bernama Alexa. Namun, pria itu tak percaya.Sampai akhirnya Valdish meminta Boo pergi bersamanya ke hutan. Kebetulan hari ini ia tak menemui Azua karena pria itu tengah berada di luar. Tak ada kecurigaan awalnya. Meski hatinya mengatakan jika ada sesuatu yang buruk akan terjadi.Valdish menggenggam jemarinya erat saat mereka melewati bagian timur hutan. Gadis itu terpana melihat sesuatu yang bercahaya mengelilinginya. Kegelapan dalam hutan seakan lenyap begitu saja.“Kau menyukainya? Ini kerabat dekat flowerblast. William membawa mereka kemari.”Boo terus terkesima saat melihat seekor rusa. Warnanya yang merah kecoklatan, seakan terlindungi. Rusa itu terus be

  • NIGHTALE   Sweet

    Hari ini terik sekali. Boo, Christ, Valdish dan Charlie masih berkutat dengan ujian tengah mereka. Rasanya seperti neraka. Mrs. Zoe terus mengawasi dengan ketat. Bahkan tak ada murid yang berani membuka suara. Sebab, jika terlihat gerakan mencurigakan, wanita itu tak segan mengambil kertas ulangan dengan paksa.Kali ini Mrs. Zoe melewati bangkunya dan Valdish. Mengentakkan sepatu pantofelnya nyaring. Tinggal satu soal lagi yang harus Boo kerjakan. Ia sedikit melirik kertas Valdish yang telah terisi hampir seluruhnya. Sulit sekali. Padahal pria itu telah membuka lebar kertas miliknya dan bergumam pelan. “Cepatlah salin,” ujarnya begitu perlahan sambil mengamati guru mereka yang untungnya telah berada di bangku lainnya.Boo segera menyalin jawaban di soal terakhir. Ia tak lupa mengatakan terima kasih. Valdish yang gemas, mengusak surai panjangnya. Ah, pria itu tampan sekali.“Mrs. Zoe, aku telah selesai,” ucap Valdish yang kemudian bangkit

  • NIGHTALE   Tenang

    Boo meringis kesakitan saat Azua membersihkan sisa luka yang mengering di tubuhnya. Beberapa menit setelah gadis itu limbung, tiga jamur yang menggigitnya telah dimasukkan ke dalam kantung khusus penahan makhluk. Lukanya cukup dalam bagi manusia lemah. Azua sampai harus repot memindahkan tubuh gadis itu ke tempat tidurnya. Ia sibuk meracik ramuan penyembuh. Sesekali melirik ke arah Boo. Sungguh gadis lemah yang malang, pikirnya. Azua berpikir untuk melatih gadis itu agar kebal saat diserang para makhluk. Sudah jelas jika enam hari ke depan, ia akan menghadapi berbagai makhluk yang akan digunakan sebagai ramuannya. Azua bisa saja melakukannya sendiri. Bahkan jika dipikir, lebi cepat ia lakukan tanpa bantuan seseorang. Namun, melihat gadis itu hampir sekarat karena gigitan anak jamur, rasanya ada simpati yang muncul. Ia harus melindungi gadis ini. Ramuan penyembuh racikannya telah dibuat sempurna. Di

  • NIGHTALE   Tugas

    Boo ditemukan seekor rubah merah yang kebetulan tengah melintas. Rubah itu kemudian mengubah dirinya menjadi manusia. Ada rasa penasaran saat mencium aroma tubuh gadis ini. Tercium aroma citrus yang segar menguar dari tubuh Boo. Rubah itu terus mendekat hingga menghirup ceruk leher gadis itu. "Hentikan dan bawa gadis itu ke tempatku!" seru Azua yang datang dari arah sebrang. Rubah itu terlihat ketakutan. Ia segera membawa gadis itu menuju tempat tuannya. Azua, pria yang merupakan penguasa dalam hutan mengikutinya dalam diam. Ada semacam tali transparan yang mengkilat di sekitar pondok Azua. Ia sengaja memantrainya agar tak ada makluk yang dapat masuk, kecuali manusia. Maka, setelah berada di sekitar tali pembatas, rubah itu memberikan Boo dalam dekapan Azua. Kemudian, ia kembali ke bentuk semula. "Tuan, gadis itu siapa?" tanya rubah sambil terus memperhatikan Boo dari dekat. Azua mengernyit tak suka, "Pergil

  • NIGHTALE   Break up

    "Aku ingin salad," ucap Boo yang baru tiba di meja makan. Seluruh makhluk dan William menoleh ke arahnya. Sejak kejadian semalam, Boo hanya mengurung diri di kamar. Bahkan gadis itu melewatkan jam makannya. Tak ada yang mencegahnya. Tak ada siapa pun yang diizinkan William untuk mendatangi kamar gadis itu termasuk Judish yang bersikeras untuk menjelaskan sesuatu. Hari ini pun Boo terlihat murung. Charlie yang di sampingnya tak berani protes saat gadis itu justru mengambil roti isinya. William terus memperhatikannya. Jadi, tak ada yang bisa membantah. "Bagaimana urusan sekolah kalian? Kudengar akan ada ujian minggu depan." William mengunyah roti isinya tanpa minat. "Ya. Kau tahu, di dunia manusia itu rumit. Aku malas belajar, Ketua." Charlie menyahut dengan cepat. Ia tak menyukai hal yang berkaitan dengan sekolah, kecuali bagian olahraga. "Kau memang bodoh," celetuk Boo s

  • NIGHTALE   Penawar

    Boo merasakan lengannya menyengat saat bersentuhan dengan Hosea. Sensasinya tak melukai. Namun, aneh. "Sebenarnya apa yang kalian bicarakan? Dan mengapa Azua itu begitu mudah memberikan penawarnya?" Hosea menanyakan berbagai pertanyaan perihal botol penawar yang ia kalungkan. "Tak ada. Ia hanya mengatakan akan membantu," jawab Boo sekenanya. Hosea dan Zia melaju membelah hutan. Setelahnya tak ada percakapan di antara mereka. Boo segera berlari begitu turun dari tubuh Hosea. Ia mengambil jalan melewati samping. Hanya untuk sampai lebih cepat. Gadis itu pergi ke dapur untuk meracik minuman yang diberi penawar. Jika ia tak salah ingat, penawar ini cukup ditetesi sebanyak 10 kali. Boo mulai meneteskan sebanyak yang dibutuhkan. Ia mengaduknya perlahan. Terlihat sesuatu yang menguar di atas cawan. Sesuatu yang indah seperti ribuan kupu-kupu yang terlepas. Apakah ini pertanda baik?

  • NIGHTALE   Danger comes

    Boo mendekati Judish yang tengah berbicara dengan para tamu. Ia menarik kekasihnya itu ke sudut ruangan yang jauh dari suara musik yang memusingkan. “Ada apa?” tanya Judish sembari menghabiskan minumannya. Ia kemudian merangkul Boo dan mengecup pipinya sekilas. Boo terhenyak. Ia mendorong tubuh Judish yang terlihat aneh. “Judish, bantu—“ Ucapannya tenggelam dalam kebisingan. Boo mengamati sekitar. Di sana, Daisy melihatnya. Sial, gadis itu tahu jika ia mencoba meminta bantuan Judish. “Akh, lenganku sakit sekali,” ucap Judish tiba-tiba. Boo terkejut saat melihat lengan Judish membiru. Apa Daisy juga memberi ramuan itu pada Judish? Tapi kapan? Ia melihat Daisy menunjukkan sebuah botol kecil dan mengarahkannya ke minuman yang disajikan untuk para tamu. Satu per satu, para makhluk di sana meringis kesakitan karena ramuan itu. Pesta yang tadi meriah berubah jadi teriakan kesakitan di mana-mana. Boo panik seba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status