Beranda / Fantasi / NIGHTALE / Flower Guinea says

Share

Flower Guinea says

Penulis: invictuswings
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-18 15:40:33

Charlie sibuk menggendong tubuh Boo setelah pelajaran terakhir usai. Di belakangnya, Christ dan Valdish membawa beberapa barang milik gadis itu. Jujur saja si kelinci manis berubah diam saat memasuki ruang kesehatan tadi. Bukan hanya Boo yang merasakan, semuanya yang berada di mobil pun ikut merasa bahwa Charlie tengah menebus kesalahannya.

Setidaknya Charlie tak lepas tanggung jawab dan merengek minta perlindungan. Ia justru begitu fokus menatap jalanan. Hari ini memang gilirannya menyetir. Ditambah beberapa kali ia menanyakan keadaan Boo seperti, 

"Apa punggungmu masih sakit? Beritahu aku" 

atau

"Jangan terlalu menekan punggungmu di kursi. Biar Christ yang menjadi sandaranmu sampai kita tiba di rumah."

Dan lebih parahnya, kalimat terakhir Charlie membuat dirinya takut

"Kau tidur denganku untuk sementara. Aku izinkan sampai kau pulih."

Ia mengucapkan kalimat terakhir dengan sorot mata yg tajam dan khawatir. 

Tentu saja Boo menolak halus dengan berkata bahwa ia bisa tidur di kamarnya sendiri.

Gadis itu mengetahui jika si kelinci semok tengah melakukan tanggung jawabnya. Taoi toh, Boo tak menyalahkannya atas apa yang terjadi. 

Keduanya saat itu memang saling dorong. Namun, tak pernah ada di benaknya bahwa Charlie sengaja mendorongnya terlalu keras karena pria itu membencinya.

Kau tahu, jika dilihat, Charlie itu manis sekali. Ia suka menggodanya. Apalagi saat telinga panjang itu terlihat bergerak ke sana-kemari saat ia senang. 

Sampai di pintu utama kediaman William, ketiganya keluar satu per satu. 

Charlie yang keluar mendahului yang lain dan bergerak cepat membukakan pintu Boo. Menuntun gadis itu perlahan. Juga, menyangga lengannya di punggung Boo.

Mereka berharap bahwa William belum pulang sampai malam nanti. 

"Selamat datang, Judish sudah menunggu kalian di ruang makan," ucap Paman Kaki Emas tanpa ekspresi. Tubuhnya yang dibalut logam itu berjalan menjauh setelahnya. Ia kembali ke ruang tempat peralatan berat berada. 

"Ia Paman Kaki Emas. Terbuat dari campuran emas dan logam. Penjaga rumah ini. Kau tahu, ia uhm sedikit menjengkelkan. Tapi sangat setia. Kau akan menyukainya nanti," jelas Christ pada Boo yang terus memandang Paman Kaki Emas hingga menghilang di ujung lorong.

"Menarik," balasnya tersenyum.

"Mau kugendong sampai ruang makan?" suara Charlie tiba-tiba berada di sampingnya. Hamoir membuatnya terjatuh.

"Aish, kau ini. Aku bisa berjalan dan tolong jangan terlalu khawatir, oke?" ucap Boo sedikit kesal. 

Namun sepertinya ucapannya itu membuat Charlie terluka. Ia tetap di belakang mereka, tertunduk sedih.

Boo dengan langkah terseok kembali mendekatinya, menepuk punggung kelinci manis itu, "Maaf, maksudku kau tak perlu cemas begitu. Punggungku baik-baik saja. Hanya tiga hari dan aku akan kembali sehat. Jangan menangis, ya, kelinci manis." Boo dengan cepat mengecup pipi gembil itu. 

Charlie mengangkat wajahnya dan mendapati Boo tengah tersenyum tulus padanya. Ditambah usakan kecil di rambutnya membuat  pipi pria kelinci itu memerah. 

"Kau, aish cepat ke ruang makan. Judish tak akan suka jika menunggu terlalu lama," kilah Charlie dengan wajah yang masih memerah.

¶¶______________________________¶¶

"Kalian berkelahi lagi?" tanya Judish setelah ketiganya berada di ruang makan. Wajahnya begitu serius. Padahal sejak tadi tak ada yang membahas kecelakaan itu.

Ketiganya saling berpandangan. Namun lebih ke arah Charlie dan Boo. 

"Boo, bisa jelaskan padaku?" tanya Judish langsung. 

Tolong ingatkan ia jika hari ini Judish terlihat mengerikan. Seperti akan menerkamnya dan mencabik tubuhnya saat itu juga.

"Je-jelaskan apa?" ucapnya terbata. Ia merasa tertekan saat ini. Ditambah rasa nyeri di punggungnya kembali datang.

"Tentang cedera di punggungmu." Judish segera bergerak ke arah di mana Boo duduk, tepat di samping Charlie.

Pria itu secara tiba-tiba menarik lengan Boo kencang dan langsung terdengar pekikan dari gadis itu. 

"Judish!" Charlie menatapnya bengis. Ia pastinya yang merasa paling bersalah. Apalagi melihat wajah Boo yang kesakitan. 

"Char, sudah kukatakan jangan menyakitinya. Kau akan terkena masalah besar jika William—"

"Will tak akan tahu jika kau tutup mulutmu itu!" Christ ikut menimpali. 

"Kau—" 

"Sudahlah. Charlie telah bertanggung jawab dan kau Judish, kuharap kau bisa menahan emosimu." Valdish yang sejak tadi memperhatikan. Akhirnya ikut dalam percakapan itu.

Charlie sudah menangis saat itu juga. Ia menunduk dan tubuhnya bergetar ketakutan. Boo bahkan seakan lupa rasa sakitnya. Ia langsung mendekap pria itu. Menenangkannya.

"Ayo ke kamarmu," ajak Boo sambil memapah tubuh Charlie yang lebih besar darinya. Berjalan tertatih hingga masuk ke salah satu kamar di dekat ruang utama. 

Sepertinya menenangkan Charlie memang begitu sulit. Gadis itu telah beberapa kali mengatakan bahwa itu bukan kesalahannya. Namun, si kelinci tetap saja merengek dan menyalahkan dirinya sendiri. 

Jika seperti ini, ia ingin menangis juga rasanya. 

¶¶____________________¶¶

Tok!

Tok!

Tok!

Suara ketukan itu berasal dari luar. Boo segera membukanya dan terlihat Jackson terengah-engah seakan berlari menuju ke kamar Charlie 

"Aku, akh membawa Flower Guinea pesanan  Charlie," jelasnya sambil menstabilkan napasnya.

"Apa itu?" tanya Boo saat Charlie langsung menarik lengan Jackson hingga masuk ke kamarnya. 

"Berikan itu, cepat," pintanya dengan mata yang berbinar. 

"Tenang dulu. Ah, aku lelah. Flower blast sampai mengejarku dan berteriak saat aku mengambil Flower Guinea tanpa izin. Kau harus membalas itu." 

Jackson mengeluarkan sebuah kotak persegi tembus pandang. Di dalamnya terdapat sebuah bunga berwarna ungu- merah muda. Cantik sekali.

"Nah, Boo, makanlah," ucap Charlie dengan mata yang membesar dan gigi kelincinya menyembul. 

"Untuk apa?" Boo tentu tak ingin memakan sesuatu yang mencurigakan.

"Aih, itu bunga penyembuh segala penyakit. Kunyah dan telan. Memang rasanya pahit sekali, sih. Tapi dalam semalam, kau akan sembuh," tutur Jackson dengan semangat.

"Benarkah?" tanya Boo kembali.

Keduanya mengangguk, membenarkan.

"Sampai kalian berbohong padaku. Awas saja," ancam Boo main-main.

Ia mengambil kelopak bunga itu. Memandangnya sejenak. Dilihatnya kelopak itu sendu dan begitu merana. 

Sialnya, ia baru ingat jika semua hal di sini hidup dengan caranya masing-masing. Termasuk Flower Guinea. Ia seperti bayi kecil.

"Cepat kunyah sebelum khasiatnya menghilang dalam 10 menit jika kau tak memakannya." Jackson memaksa Boo mengunyah cepat.

Boo segera mengunyah kelopak itu dan menelannya. 

Hampir memuntahkannya kembali. Namun, Charlie dan Jackson segera menahannya dan memberikan segelas air untuk memudahknnya menelan.

Kemudian, tubuhnya mulai memberikan reaksi aneh. Matanya mulai memejam, punggungnya terasa dihantam kembali dan nyeri mulai menyerang. Ia memekik kesakitan. 

Baik Charlie maupun Jackson saling memandang. Mengamati reaksi yang membuat keduanya ikut meringis. Seakan ikut merasakan sakitnya. 

Charlie merasa bersalah karena melakukan itu. Ia bahkan bersumpah jika terjadi sesuatu pada Boo, ia sendiri akan meminta hukuman paling buruk pada William nanti. 

Tubuh Boo perlahan menyentuh tempat tidur dengan lemah. Ia kehilangan kesadaran dan akhirnya terlelap.

"Kau yakin ini berhasil?" tanya Jackson takut.

"Kupikir kau tahu tentang Flower Guinea. Jangan bilang kau—"

"Ah, itu aku hanya diberitahu Flower Blast. Tapi, aku tak tahu efek sampingnya nanti."

"Kau benar-benar akan membunuhku, Jack!" 

Charlie dilanda khawatir. Setelah memastikan Boo terlelap, ia mendorong tubuh Jackson untuk keluar dari kamarnya. 

"Pergilah. Aku akan menjaganya sampai William datang. Tapi, tolong tanyakan Mrs. Nursea tentang ini. Aku takut jika obatnya tak manjur," titah Charlie serius. Jackson mengangukkan kepalanya.

Si kelinci kembali ke kamarnya dan duduk di sisi ranjangnya. Mengamati Boo yang terlelap.

Sesuatu yang bersinar terlihat dari punggung Boo yang terbaring membelakanginya. 

Sinar itu berwarna biru muda cantik, menari-nari di sekitarnya dan kemudian menghilang. 

Ia harap itu pertanda baik. 

Bab terkait

  • NIGHTALE   Healing

    Charlie menjadi satu-satunya yang nampak begitu bahagia setelah Mrs. nursea mengatakan bahwa Boo akan pulih besok. Luka memarnya pun telah lenyap sejak dua jam lalu. Namun, gadis itu masih harus istirahat selama semalam penuh agar racun Flower Guinea bisa melemah.Hampir saja Jack terkena lemparan bola baseball milik Charlie, jika saja ia berhasil menghindar."Sudah kukatakan bahwa aku tak tahu ada racun di dalamnya," ucap Jackson takut. Ia masih sibuk berlindung di belakang punggung Valdish."Untung saja kau bawa Nursea tepat waktu. Jika tidak, aku akan memindahkanmu ke Amazon!" gertak Charlie yang kesal.Mereka menoleh pada suara langkah kaki yang semakin mendekat. Jika dihitung-hitung, di kamar itu hanya ada Valdish, Christ, Jackson dan Charlie. Sementara Hosea dan Judish tengah berada di kamarnya.Lalu, siapa yang datang?"Apa yang kalian lakukan?" tanya William yang baru saja tiba dan mendekati kamar Charlie ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • NIGHTALE   Blue Candle

    Boo pagi-pagi sekali telah berada di taman belakang. Ia mengamati sekitar saat flowerblast berbisik-bisik mengenai dirinya. Ia bahkan sempat mendengar bahwa salah satunya akan melukai dirinya. Tentu saja itu tak membuatnya bergeming. Ia hanya ingin menikmati pagi akhir pekan. Setelah beberapa hari sebelumnya cedera punggung membuatnya susah tidur. Sesekali ia menghirup udara sejuk saat hembusan angin melewatinya. Cuaca saat ini tak begitu buruk. Rasanya ia ingin berkeliling lebih dalam hingga hutan yang berada di perbatasan rumah William ini. Ini menyenangkan. Melangkah ringan, kakinya ia bawa menuju ke ujung taman. Di sana terasa lebih dingin dan gelap. Bahkan ia hampir menyangka jika saja, hari berganti begitu cepat. Terlalu dalam dan gelap. Ia bisa merasakan jika suara burung yang sejak tadi berkicauan menjadi sunyi. . Apa ini yang dimaksud dengan "Disembunyikan alam"? Ia sungguh menyesal tak m

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-22
  • NIGHTALE   Blue candle: lust

    Begitu tubuhnya dijatuhkan di atas sesuatu yang lembut, rasa pening kembali datang, ditambah kini Boo menggeliat tak nyaman. Sudah dibilang 'kan bahwa ia begitu kepanasan dan 'haus'. Ntah setan mana yang merasukinya hingga membuat tubuhnya bergerak sendiri menuju gaun tidur yang sedikit tersingkap saat seseorang melemparnya. Sisi warasnya semakin hilang saat sesuatu yang hangat menyentuh permukaan paha dalamnya. Dingin, jemari sosok itu begitu dingin dan kuat, sedikit mencubit kulitnya. Perih! Lagi, jemari itu menggelitik pusat pusarnya, sesuatu yang digin dan lembab ikut menyentuhnya, mengecupnya, menjilat sepanjang permukaan kulit perutnya hingga bawah tulang rusuknya. "Kau yang memintaku melakukan ini. Kuharap musim kawin ini akan begitu menyenangkan, bukan begitu, Boo?" Suara halus dan dalam itu memasuki pendengarannya; mengancamnya dengan erotis. Membelai lekukan di tepinya begitu sensual. Suara ini... ia m

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-23
  • NIGHTALE   William judgment

    Setelah semua hal yang terjadi, Boo dan kelima pria lainnya begitu kikuk menghadapi William di ruang utama.Ada Charlie yang terduduk sambil menarik-narik kemeja Judish, Jackson yang memainkan seekor ular kecil yang katanya 'teman baru'.Hosea dan Christ sibuk mengamati gerak-gerik sang ketua.Sejak makan malam usai hingga lewat 15 menit lamanya, si Ketua William tak hentinya bergumam. Sesekali ia memeriksa ponsel dan kemudian memandang satu per satu dengan tajam."Will, bicaralah. Aku pegal jika terus menunduk seperti ini," ucap Boo terang-terangan.Tubuhnya belum sepenuhnya pulih dari efek Blue dirty candle. Yah, iya menyisipkan kata yang tepat sekali!"Aku tak memintamu datang. Pergilah, aku akan membicarakan hal penting dengan yang lainnya," balas William tenang.Boo mulai kesal, ia anggap William tak konsisten. Sebelumnya, pria itu meminta Boo ikut dalam pembicaraan ini, kemudian lagi-lagi berubah."Jangan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • NIGHTALE   Gangguan

    Malam ini rasanya Mrs. Fan ingin mengajaknya perang. Sudah dua malam ini tidurnya tak bisa nyenyak. Kamarnya begitu panas bahkan setelah jendela kamarnya dibuka. Jika saja William mengizinkannya berpindah kamar, ia akan dengan cepat melakukannya. The tearpaper (si kertas sobek) juga ikut mengganggu tidurnya. Kertas kusut itu akan terisak, mengadu dan kemudian berkelahi dengan resleting milik baggie (ransel). Kali ini pen (pulpen) dan shoesick (kaus kaki gila) hanya mengamati dari jauh. Boo hampir saja mengucap syukur jika saja ia tak mendapati tugas sekolahnya yang telah diinjak-injak dan dikotori oleh keduanya. Seluruh barang di kamarnya memang selalu jahil, bahkan berakhir melukainya. Walaupun ringan, namun bisa kau bayangkan jika saat tertidur, sesuatu seakan menusuk tubuhmu? Itu yang dirasakan Boo sejak datang kemari. Ia akan mendapati tubuhnya penuh luka sayatan maupun tusukan jarum-jarum kecil setelah bang

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-27
  • NIGHTALE   Tak biasa

    Charlie memanggilnya dari kejauhan.Oh, tubuhnya shirtless lagi. Malam-malam begini?Hal buruknya adalah Boo sangat menikmati tubuh setengah telanjang itu dengan wajah memerah. Memang ia akui, tubuh si kelinci buntal ini terbentuk sempurna. Ditambah urat tangannya terlihat jantan sekali. Pun dengan keringat yang mengalir melewati rahangnya yang tajam. Pria ini sangat mempesona!Oke cukup mengamati. Bisa-bisa nanti ia terpesona. Jangan sampai kelinci ini mengetahui bahwa sejak tadi ia mengamatinya."Kau menyukai pertunjukannya? Ini tak gratis, tahu?"Charlie terkekeh setelah menangkap basah dirinya. Mari tenggelamkan Boo di Amazon!"Aku ingin tidur," kilah Boo. Ia melewati Charlie dengan gugup. Jika mereka berdua lebih lama, pasti akan ada pertarungan kecil dan Boo tak cukup gila untuk itu. Tubuhnya pegal dan perih akibat sayatan yang belum mengering sepenuhnya."Lehermu kenapa?" tanya Charlie dengan suara lantan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-27
  • NIGHTALE   Ribut

    Boo mulai merasa terganggu dalam tidurnya. Tubuhnya seakan tertahan oleh seseorang. Berat! Lengannya mencoba bergerak karena jujur saja ia merasa berkeringat. Padahal ruangan sekitarnya terasa sejuk. Ia sebenarnya ada di mana? "Berat," gumamnya lemas. Matanya mulai mengerjap-ngerjap. Pandangan yang samar kini terlihat semakin jelas dan semakin membuatnya tertegun. Ia, si kelinci itu tengah menggunakan tubuhnya sebagai guling. Pantas saja berat sekali! "Char, lepaskan!" Nihil, pria itu tak bergeming. Bibirnya yang mengerucut membuat Boo memiliki rencana untuk menjahilinya. Dicubitnya bibir bawah Charlie yang tebal. Sesaat kemudian, pria itu meringis dan segera membuka mata. Dilihatnya gadis itu yang tertawa lepas melihat ulah jahilnya sendiri. "Kau, berani mengganggu tidurku. Menyebalkan sekali." Charlie dengan wajah masam, terduduk di sebelah Boo yang juga tengah bersandar pada kepala ranjang. Keduanya sama-sama terdiam. Boo dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-28
  • NIGHTALE   Rencana

    Sejak sarapan berakhir hingga mereka menuju kursi belakang mobil Judish, Boo sepertinya berubah menjadi diam. Ia sama sekali tak bersuara meski Charlie mencoba beberapa kali mengganggunya. Bahkan rambutnya dibuat lusuh pun, Boo tak bergeming. Ia seakan berada di pikirannya sendiri. Jika diperhatikan lebih lama, gadis itu melihat ke arah gerbang dan kemudian hutan yang berada di ujung sana. Hal itu tak lepas dari pandangan yang lainnya. Sebenarnya apa yang sedang gadis itu pikirkan? Mesin mobil telah dihidupkan dan Judish mulai bergerak jika saja William tak menghentikannya secara mendadak. Ketua mereka itu menghadang mereka di depan gerbang. Judish yang berada di kursi kemudi, mengerti. Ia bergegas turun untuk menghampirinya. Pembicaraan mereka berdua sepertinya begitu serius. Sebab, Judish sampai menoleh ke arah empat orang yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30

Bab terbaru

  • NIGHTALE   Save me

    Setelah melewati gerbang utama, Will memutar setir ke arah kanan dan melaju dengan tenang melewati deretan bunga-bunga yang menggantung di sana. Ia terkejut mendengar pekikan dari bunga Rose yang masih terjaga saat ia sedikit menurunkan kaca mobilnya. Sekadar menunjukkan siapa gadis yang ia bawa."Ya Tuhan, Ya Tuhan, Ya Tuhan... Willku membawa gadis cantik!" teriaknya lagi yang kemudian berhasil membangunkan bunga lainnya yang mulai sahut-sahutan.Hingga pria jangkung itu mematikan mesin, Boo masih terlelap tanpa terganggu gurauan seseorang yang menyambutnya di pintu utama."Selamat datang Ketua Will. Senang bertemu denganmu dan—" Ia melirik sekilas seseorang lewat kaca mobil yang sengaja dibukanya."Tolong siapkan satu kamar di samping milikku. Boo sepertinya terlalu lelah," pintanya yang kemudian disegerakan oleh Kepala Pelayan Song.Segera setelah Will memerintahkannya, beberapa p

  • NIGHTALE   Love love

    Boo sudah diwanti-wanti agar kaki telanjangnya diam saat Isabelle mewarnai kuku kakinya yang tampak pucat. Sesekali gadis berambut perak itu memekik jengkel saat Boo malah menggelitiki tubuhnya yang duduk di lantai hingga akhirnya cat kuku itu tumpah mengenai bagian sudut sofa lembut itu."Kubilang diam, Boo," titah Belle yang jengah karena ulah Boo yang sejak tadi terus menggodanya. Lihat saja nanti jika Paman Hwang datang, ia akan mengadukan gadis nakal itu hingga ia tak dapat jatah makan malam."Adukan saja. Nanti cat kukumu akan ku tumpahkan lagi. Lihat, masih ada emerald dan gold di sana," goda Boo sambil menunjuk kotak kaca berbentuk kubus yang ada di tengah meja."Sudah cukup main-mainnya. Kau tahu 'kan nanti malam Ketua William akan datang menjemputmu. Jangan banyak tingkah!" seru Isabelle dengan kesal, atau mungkin gadis itu terlampau cemas setelah mengucapkan nama pemuda asing itu.

  • NIGHTALE   Valdish

    ValdishSejak Boo memberikan hadiah pada Valdish, pria itu terus mengekorinya. Ia mengucapkan terima kasih lagi malam ini. Tentu saja gadis itu merasa tak nyaman. Sebab, jika dipikir lagi, Valdish sepertinya telah salah paham. Ia menjelaskan bahwa hadiah itu dari seseorang bernama Alexa. Namun, pria itu tak percaya.Sampai akhirnya Valdish meminta Boo pergi bersamanya ke hutan. Kebetulan hari ini ia tak menemui Azua karena pria itu tengah berada di luar. Tak ada kecurigaan awalnya. Meski hatinya mengatakan jika ada sesuatu yang buruk akan terjadi.Valdish menggenggam jemarinya erat saat mereka melewati bagian timur hutan. Gadis itu terpana melihat sesuatu yang bercahaya mengelilinginya. Kegelapan dalam hutan seakan lenyap begitu saja.“Kau menyukainya? Ini kerabat dekat flowerblast. William membawa mereka kemari.”Boo terus terkesima saat melihat seekor rusa. Warnanya yang merah kecoklatan, seakan terlindungi. Rusa itu terus be

  • NIGHTALE   Sweet

    Hari ini terik sekali. Boo, Christ, Valdish dan Charlie masih berkutat dengan ujian tengah mereka. Rasanya seperti neraka. Mrs. Zoe terus mengawasi dengan ketat. Bahkan tak ada murid yang berani membuka suara. Sebab, jika terlihat gerakan mencurigakan, wanita itu tak segan mengambil kertas ulangan dengan paksa.Kali ini Mrs. Zoe melewati bangkunya dan Valdish. Mengentakkan sepatu pantofelnya nyaring. Tinggal satu soal lagi yang harus Boo kerjakan. Ia sedikit melirik kertas Valdish yang telah terisi hampir seluruhnya. Sulit sekali. Padahal pria itu telah membuka lebar kertas miliknya dan bergumam pelan. “Cepatlah salin,” ujarnya begitu perlahan sambil mengamati guru mereka yang untungnya telah berada di bangku lainnya.Boo segera menyalin jawaban di soal terakhir. Ia tak lupa mengatakan terima kasih. Valdish yang gemas, mengusak surai panjangnya. Ah, pria itu tampan sekali.“Mrs. Zoe, aku telah selesai,” ucap Valdish yang kemudian bangkit

  • NIGHTALE   Tenang

    Boo meringis kesakitan saat Azua membersihkan sisa luka yang mengering di tubuhnya. Beberapa menit setelah gadis itu limbung, tiga jamur yang menggigitnya telah dimasukkan ke dalam kantung khusus penahan makhluk. Lukanya cukup dalam bagi manusia lemah. Azua sampai harus repot memindahkan tubuh gadis itu ke tempat tidurnya. Ia sibuk meracik ramuan penyembuh. Sesekali melirik ke arah Boo. Sungguh gadis lemah yang malang, pikirnya. Azua berpikir untuk melatih gadis itu agar kebal saat diserang para makhluk. Sudah jelas jika enam hari ke depan, ia akan menghadapi berbagai makhluk yang akan digunakan sebagai ramuannya. Azua bisa saja melakukannya sendiri. Bahkan jika dipikir, lebi cepat ia lakukan tanpa bantuan seseorang. Namun, melihat gadis itu hampir sekarat karena gigitan anak jamur, rasanya ada simpati yang muncul. Ia harus melindungi gadis ini. Ramuan penyembuh racikannya telah dibuat sempurna. Di

  • NIGHTALE   Tugas

    Boo ditemukan seekor rubah merah yang kebetulan tengah melintas. Rubah itu kemudian mengubah dirinya menjadi manusia. Ada rasa penasaran saat mencium aroma tubuh gadis ini. Tercium aroma citrus yang segar menguar dari tubuh Boo. Rubah itu terus mendekat hingga menghirup ceruk leher gadis itu. "Hentikan dan bawa gadis itu ke tempatku!" seru Azua yang datang dari arah sebrang. Rubah itu terlihat ketakutan. Ia segera membawa gadis itu menuju tempat tuannya. Azua, pria yang merupakan penguasa dalam hutan mengikutinya dalam diam. Ada semacam tali transparan yang mengkilat di sekitar pondok Azua. Ia sengaja memantrainya agar tak ada makluk yang dapat masuk, kecuali manusia. Maka, setelah berada di sekitar tali pembatas, rubah itu memberikan Boo dalam dekapan Azua. Kemudian, ia kembali ke bentuk semula. "Tuan, gadis itu siapa?" tanya rubah sambil terus memperhatikan Boo dari dekat. Azua mengernyit tak suka, "Pergil

  • NIGHTALE   Break up

    "Aku ingin salad," ucap Boo yang baru tiba di meja makan. Seluruh makhluk dan William menoleh ke arahnya. Sejak kejadian semalam, Boo hanya mengurung diri di kamar. Bahkan gadis itu melewatkan jam makannya. Tak ada yang mencegahnya. Tak ada siapa pun yang diizinkan William untuk mendatangi kamar gadis itu termasuk Judish yang bersikeras untuk menjelaskan sesuatu. Hari ini pun Boo terlihat murung. Charlie yang di sampingnya tak berani protes saat gadis itu justru mengambil roti isinya. William terus memperhatikannya. Jadi, tak ada yang bisa membantah. "Bagaimana urusan sekolah kalian? Kudengar akan ada ujian minggu depan." William mengunyah roti isinya tanpa minat. "Ya. Kau tahu, di dunia manusia itu rumit. Aku malas belajar, Ketua." Charlie menyahut dengan cepat. Ia tak menyukai hal yang berkaitan dengan sekolah, kecuali bagian olahraga. "Kau memang bodoh," celetuk Boo s

  • NIGHTALE   Penawar

    Boo merasakan lengannya menyengat saat bersentuhan dengan Hosea. Sensasinya tak melukai. Namun, aneh. "Sebenarnya apa yang kalian bicarakan? Dan mengapa Azua itu begitu mudah memberikan penawarnya?" Hosea menanyakan berbagai pertanyaan perihal botol penawar yang ia kalungkan. "Tak ada. Ia hanya mengatakan akan membantu," jawab Boo sekenanya. Hosea dan Zia melaju membelah hutan. Setelahnya tak ada percakapan di antara mereka. Boo segera berlari begitu turun dari tubuh Hosea. Ia mengambil jalan melewati samping. Hanya untuk sampai lebih cepat. Gadis itu pergi ke dapur untuk meracik minuman yang diberi penawar. Jika ia tak salah ingat, penawar ini cukup ditetesi sebanyak 10 kali. Boo mulai meneteskan sebanyak yang dibutuhkan. Ia mengaduknya perlahan. Terlihat sesuatu yang menguar di atas cawan. Sesuatu yang indah seperti ribuan kupu-kupu yang terlepas. Apakah ini pertanda baik?

  • NIGHTALE   Danger comes

    Boo mendekati Judish yang tengah berbicara dengan para tamu. Ia menarik kekasihnya itu ke sudut ruangan yang jauh dari suara musik yang memusingkan. “Ada apa?” tanya Judish sembari menghabiskan minumannya. Ia kemudian merangkul Boo dan mengecup pipinya sekilas. Boo terhenyak. Ia mendorong tubuh Judish yang terlihat aneh. “Judish, bantu—“ Ucapannya tenggelam dalam kebisingan. Boo mengamati sekitar. Di sana, Daisy melihatnya. Sial, gadis itu tahu jika ia mencoba meminta bantuan Judish. “Akh, lenganku sakit sekali,” ucap Judish tiba-tiba. Boo terkejut saat melihat lengan Judish membiru. Apa Daisy juga memberi ramuan itu pada Judish? Tapi kapan? Ia melihat Daisy menunjukkan sebuah botol kecil dan mengarahkannya ke minuman yang disajikan untuk para tamu. Satu per satu, para makhluk di sana meringis kesakitan karena ramuan itu. Pesta yang tadi meriah berubah jadi teriakan kesakitan di mana-mana. Boo panik seba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status