Angela hancur. Orang tuanya dengan tega bunuh diri meninggalkan Angela sendirian di dunia hanya karena kehilangan harta. Bukan hanya kedua orang tua Angela saja yang frustasi akan masalah tersebut hingga membuat mereka nekat bunuh diri, namun Angela pun juga demikian. Dia juga frustasi ketika mendengar mereka akan jatuh miskin, tapi ia dengan besar hati meminta tolong kepada Bryan untuk membantu dengan syarat untuk dijadikan budak.
Kini semuanya hancur. Tidak ada gunanya berharap lebih. Setelah pemakaman kedua orang tuanya, Angela pulang ke rumah dan mengemasi semua barang-barang yang masih berada di kamarnya. Setidaknya mereka belum melelang barang-barang yang berada di kamar Angela dan juga masih tersisa beberapa ribu dolar dalam rekeningnya, sisa pengurusan jenazah.
Saat Angela turun ke bawah membawa kopernya, ia menemukan Bryan yang menunggu di sofa. Ia tidak sendirian, melainkan bersama perempuan yang bernama Cindy.
Seakan tidak mengerti arti duka, Bryan dan Cindy datang dengan menggunakan baju cerah, bertolak belakang dengan Angela yang menggunakan baju hitam.
"Untuk apa kalian kemari?" Tanya Angela.
"Cukup sedih. Aku ke sini hanya untuk memastikan agar kamu mengingat perjanjian beberapa waktu lalu kalau --"
"Stop!. Aku sudah mengerti dan pergilah dari rumahku!" Ucap Angela menyela.
Ia tidak bisa mengontrol perasaannya sekarang. Ia merasa dipermainkan oleh kedua orang yang dengan terang-terangan selingkuh di depannya. Bagaimana mungkin Bryan mencium mesra Cindy di depan Angela sedangkan yang menjadi pacarnya sendiri adalah Angela.
"Apa? Rumahmu?" Tanya Bryan. Mendengar hal itu, Angela merasa kebingungan sedangkan keduanya tertawa.
"Apa maksudmu?" Tanya Angela. Pikirannya sudah menduga-duga hal yang lain.
"Ini adalah rumahku. Aku sudah membelinya beberapa bulan yang lalu. Orang tuamu yang gila harta itu memohon-mohon kepadaku untuk memberikannya suntikan dana. Aku tidak punya pilihan lain selain memberikannya, toh juga mereka adalah orang tua pacarku. Tapi siapa sangka mereka menawarkan rumah ini dan aku juga tidak menyangka bahwa mereka menawarkan putrinya. Benar-benar gila!" Ujar Bryan.
"Maksud kamu apa?. Meski orang tuaku selama ini tidak perduli dengan semua yang aku lakukan, tapi aku yakin bahwa mereka tidak mungkin menjadikan putrinya sendiri sebagai taruhan. Kalian jangan mempermainkan aku!" Teriak Angela. Ia memegang erat ponselnya.
"Oh, baby. Jangan menangis. Meski kamu menangis darahpun tidak bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik. Nyatanya orang tuamu tega menjualmu padaku" Ujar Bryan dingin.
Cindy mendekati Angela, ia menatap Angela yang sedang menangis dengan tatapan yang tajam.
Plakk...
"Itu untuk orang yang telah merebut kekasihku!"
Plakk...
"Ini untuk perempuan yang jalan seperti kamu!"
Dua kali tamparan itu dilayangkan oleh Cindy untuk Angela. Cindy seakan tidak menghargai dan menghormati atau setidaknya mengasihani Angela yang sedang berkabung.
"Oh, babe. Pelan-pelan" Ucap Bryan memisahkan Cindy dengan Angela.
"Apa maksudnya ini? Aku dengan Bryan sudah jalan 2 tahun dan kamu menyebutku perebut kekasihmu?" Ucap Angela tidak terima.
Angela hendak melayangkan tangannya ke pipi mulus Cindy, persis seperti hal yang sudah dilakukan untuknya. Tapi sayangnya hal itu langsung di hentikan oleh Bryan. Dengan kasar, Bryan mendorong Angela hingga terjatuh.
"Jangan buat dia kesakitan, Angela. Dia benar, aku dan Cindy sudah lama menjadi sepasang kekasih dan kamulah yang menjadi pihak ketiga" Ujar Bryan seakan sedang mengintimidasi Angela.
"Kamu yang merayuku pertama kali" Bisik Angela dengan suara yang bergetar ketakutan.
Angela tahu betul kalau Bryan adalah orang yang kasar. Pertanda bahwa pria itu sedang dalam emosi yang bergejolak adalah dari tatapannya, dan sekarang pria itu sedang menatapnya dengan tatapan yang demikian.
"Hahaha... Kamu berharap terlalu lebih. Aku melakukan itu karena kamu adalah gadis yang sangat mudah dimanfaatkan. Aku sangat tidak masalah dengan semua barang yang kamu minta, entah itu barang yang sangat mahal. Kamu adalah perempuan naif. Sekarang begini saja, aku tahu kalau sekarang kamu sangat membutuhkan tempat tinggal. Kamu tidak perlu mengemasi barang-barangmu di koper itu. Masukkan kembali ke lemarimu"
"Apa maksudmu?" Tanya Angela.
"Seperti perjanjian sebelumnya, kamu tetap menjadi budak kami dan balasannya adalah rumah ini. Bukannya win-win solution?" Ujar Cindy dan memeluk Bryan.
"Please stop!. Kalain bisa bermesraan, tapi jangan di depanku. Aku hanya menanyakan satu hal, apakah yang kalian maksud sebagai budak adalah melayani Bryan sepenuhnya?" Tanya Angela memastikan.
"Of course!"
"Termasuk tidur dengannya?" Tanya Angela.
"Shit!" Ujar Cindy.
"No!. Mungkin lebih tepatnya dengan teman-temanku nanti" Ujar Bryan dan tersenyum.
"I like this one!" Ujar Cindy dan mencium Bryan.
"Ternyata selama ini aku dimanfaatkan oleh kalian. Aku yang salah, aku terlalu mempercayai kalian sampai membuatku tak berdaya seperti sekarang" Putus Angela dan naik masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan yang campur aduk. Emosi dan kebencian adalah rasa yang dominant untuk sekarang.
***
Semenjak masuknya Angela ke kamr sampai dengan paginya lagi, ia belum memejamkan matanya sama sekali. Pikirannya masih berkelana memikirkan kejadian yang menyebabkan dirinya dimanfaatkan oleh Bryan, pacarnya. Mungkin sekarang Bryan bukan lagi merupakan pacarnya, melainkan adalah Tuannya.
Drt... Drt...
Sudah beberapa kali ponsel Angela bergetar dan dari orang yang sama. Entah ada urusan penting apa yang memvuat Bryan sampai ngotot untuk menghubunginya pagi-pagi.
"Apa?" Jawab Angela dengan suara yang sangat serak.
"Kenapa kamu tidak menjawab panggilanku dengan cepat?" Tanya Bryan emosi.
"Ada apa?" Tanya Angela masih dengan nada yang lemah.
"Shit!. Pagi ini temanku akan menjemputmu. Cepatlah bersiap-siap dengan baik, jangan membuat dia kecewa atau nyawa kamu menjadi taruhannya"
Mendengar itu, Angela mengepalkan tangannya kuat.
"Kenapa aku harus bersiap-siap?" Tanya Angela sekali lagi.
"Jangan banyak tanya!. Sekarang kamu mempersiapkan diri dan menunggu temanku menjemputmu. Dan ingat, jangan membuatku malu dengan sikapmu!" Ujar Bryan dan mematikan panggilannya.
Angela melempar ponselnya. Ia tidak perduli apakah benda itu sudah tak bernyawa atau bagaimana. Baginya, sekarang hatinya lah yang sudah mati dan tidak bernyawa lagi.
"Kenapa harus seperti ini? Seharusnya hidupku tidak begini akhirnya" Ucap Angela dan berjalan malas ke kamar mandi.
***
Sesudah mempersiapkan diri dengan dandanan dan penampilan yang culup baik, Angela menunggu kehadiran seseorang seperti yang diucapkan oleh Bryan di depan rumah. Pikiran Angela masih terngiang dengan kejadian beberapa hari yang lalu.
Angela dengan begitu senangnya mendapatkan tas branded yang diinginkannya dari Bryan dan juga melakukan kesenangan dengan pria itu. Lalu dengan sangat tiba-tiba, orangtuanya bangkrut dan memutuskan untuk bunuh diri. Tidak cukup disitu saja, ternyata selama ini ia dimanfaatkan oleh sepasang kekasih paling romantis, Bryan dan Cindy. Selama ini ia tahu kalau mereka hanyalah sahabatan biasa, nyatanya mereka sepasang kekasih.
Hidup memang tidak bisa ditebak dan kini ia menjadi budak.
"Hai!"
Angela terkejut.
"Oh, hai!" Ujar Angela.
"Kamu Angela Kawsya kan? Teman Bryan Monav?" Tanya pria di depannya .
"Iya, aku pac--.. Eh, temanya Bryan Monav" Ucap Angela.
"Oke, perkenalkan saya Ryan Freedy"
"Angela Kawsya"
"Oke, ayo kita pergi" Ajak pria itu.
***
"Sebenarnya kita akan pergi kemana?" Tanya Angela.
"Oh, apakah Bryan tidak memberi tahumu sebelumnya?" Tanya Ryan.
Angela menggeleng.
"Kita akan pergi ke pesta lajang sepupuku. Dia akan menikah seminggu lagi"
"Owh, oke" Ujar Angela.
Angela menghela nafas kasar. Seharusnya yang datang adalah pasangan dan seharusnya Angela datang dengan Bryan. Atau mungkin nanti ia akan bertemu dengan Bryan namun ia bersama dengan Cindy?.
Tidak lama, mereka datang di sebuah tempat yang sudah ramai. Entah dengan pengunjungnya maupun hingar bingar musik yang memecahkan gendang telinga.
Ryan dan Angela masuk ke dalam. Sebelumnya Ryan sudah meminta Angela untuk melakukan drama selayaknya sebagai pasangan. Selama perjalanan pula, keduanya telah berdiskusi tentang hal ini-itu sehingga kecanggungan diantara mereka sedikit bisa ditepiskan.
Ryan juga sudah mengetahui kalau Angela telah dimanfaatkan oleh Bryan dan ia merasa bersalah akan hal itu. Untung saja Angela mencairkan suasana dengan mengatakan kalau ia butuh seseorang yang bisa membuatnya lupa akan kehadiran laki-laki tersebut.
Masuknya Angela dan Ryan menjadi pusat perhatian banyak orang. Tidak sedikit yang membicarakan Angela sebagai perempuan murahan karena sebelumnya ia adalah pacar Bryan.
"Abaikan tatapan mereka, jalan lurus saja. Meski Bryan sudah menunggu kita, mari kita lakukan sebaik mungkin selayaknya pasangan yang serasi" Bisik Ryan selagi mereka berjalan lurus menuju orang yang mengundangnya kemari. Di depan sana, terdapat Bryan yang tentu saja bersama dengan kekasihnya.
"Tentu saja. Seperti katamu, hiduo terlalu berharga untuk merasa sia-sia" Ujar Angela tersenyum pada Ryan.
"Good girl. Ternyata kamu tidak seburuk yang aku pikirkan selama ini. Apakah setelah ini kamu bersedia menjadi kekasihku?" Rayu Ryan.
"Jangan mencoba main-main Ryan" Ucap Angela dan membuat Ryan tertawa. Angela tahu kalau Ryan berusaha untuk mencairkan suasana.
Ryan dan Angela berada di depan Hiro dan Jinki, pasangan yang akan menikah seminggu lagi. Di samping mereka juga sudah ada Bryan dan Cindy yang menatap Angela penuh intimidasi.
"Wah siapa ini Ryan? Jangan bilang kalau dia adalah kekasihmu?" Tanya Hiro.
Ryan tertawa. Ia tersenyum manis kepada Angela. "Segera. Tadi dia menolakku. Baru kali ini aku ditolak oleh perempuan" Ucap Ryan seakan bersedih.
Angela tertawa. "Hai, aku Angela Kawsya" Ucap Angela memperkenalkan diri dengan senyuman yang sangat manis.
"Hiro Demond dan ini calon isteriku Jinki Kariesta yang sebentar lagi akan berubah menjadi Jinki Demond" Ujar Hiro.
"Selamat kepada kalian yang akan menikah" Ucap Angela mencoba berbaur.
"Iya. Ryan, sekarang aku paham kenapa dia menolakmu" Ucap Jinki
"Kenapa memangnya?" Tanya Ryan
"Dia adalah gadis yang sangat pintar membaur, cantik, elegan. Tidak pantas bersanding denganmu. Bukannya begitu Angela?" Ucap Jinki.
"Hahaha... Tidak seperti itu. Aku hanya merasa tidak pantas jika bersama dengan Ryan" Ujar Angela sambik memandang Ryan.
Ryan tersenyum. Ia memegang tangan Angela dan menciumnya di deoan semua orang. Banyak yang bersorak melihat adegan tersebut. Namun ada sepasang kekasih yang tidak terima dengan hal tersebut.
Setelah adegan Ryan yang mencium tangan Angela di depan semua orang bahkan depan Bryan dan Cindy, kini saatnya sesi dansa romantis. Tentu saja yang menjadi pasangan Angela adalah Ryan, bukan Bryan. Meski begitu, Angela masih mengingat kenangan manisnya saat bersama dengan lelaki pengkhianat itu.Ryan dan Angela dansa begitu dekat dan romantic sampai-sampai membuat lampu sorot itu mengarah kepada mereka. Mereka mengalahkan pemilik pesta karena keromantisan yang mereka buat. Bryan dan Cindy juga berdansa di samping mereka."Hei, jalang!" Panggil Cindy. Siapa lagi kalu bukan Angela yang di panggil seperti itu. Cindy hanya memiliki urusan dengan Angela, bukan dengan perempuan lain di pesta ini.Angela yang tadi tersenyum manis ke arah Ryan, ketika mendengar panggila tersebut ia menunduk sedih sehingga membuat Ryan mau tidak mau untuk membuatnya tidak lemah seperti ini."Jangan sedih. Aku berjanji akan me
"Apa? Angela hamil, dok?" Tanya Ryan tidak percaya."Benar Ryan, Angela hamil. Apakah kamu adalah ayah dari janin yang ada di perut perempuan itu?. Dengar Ryan, kamu--""Bukan. Bukan aku ayah janin itu!" Tolak Ryan cepat.Ryan kalut. Ia bingung bagaimana cara menjelaskannya nanti pada Angela. Ryan paham bagaimana dukanya perempuan itu. Untung saja ia membawa Angela ke rumah sakit keluarganya, jika tidak bisa-bisa ia lah yang dianggap sebagai ayah dari janin tersebut, meski baru saja dokter menganggapnya sebagai demikian."Lalu siapa?. Aku mohon kamu jujur Ryan. Kamu tidak mungkin melakukan hal tersebut bukan? Jika kamu memang benar-benar menjadi ayah janin itu, aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya nanti pada orang tuamu terlebih lagi pada Alina" Jelas dokter dengan name tag Higon."Jangan kasih tahu Alina atau nanti dia akan mengamuk padaku" Ujar Ryan.
Ini sudah hari kelima Angela di rumah sakit tersebut. Sebenarnya Angela sudah tidak sakit apa-apa. Tapi Ryan tidak mau memulangkannya, dokter itu juga demikian. Padahal ia lah yang paling tahu keadaan pasiennya yang sebenarnya. Selama lima hari pula, ia tidak melihat Bryan menjenguknya."Astaga, Angela. Mana mungkin pria itu akan menengokmu. Malahan dia pasti senang karena melihatmu sedang sakit. Sepertinya keputusan Ryan untuk tidak memberitahu keberadaanmu adalah keputusan yang benar, nak" Ujar Angela sambil mengelus perutnya. Ia menghadap kaca bening besar yang memperlihatkan keindahan danau di bawahnya."Ryan adalah laki-laki yang baik meski aku baru mengenalnya. Ia bahkan lebih lembut daripada Bryan. Dia mau menebus hutang mom dan dad supaya aku terlepas dari Bryan. Tapi..." Sendu Angela."Sudahlah. Jangan dipikirkan lagi, Angela. Syukur-syukur kalau Ryan menepati ucapannya. Kalau misalnya dia tidak mau menikah, tid
Jantung Angela berdetak kuat. Karena kecerobohan yang di buat oleh dirinya sendiri, hampir saja ia di tabrak oleh mobil yang melintas di depannya. Akan tetapi ada perempuan lain yang mendapat nasib buruk itu. Ia tertabrak dan naasnya tidak ada yang mau membantunya.Rasanya Angela sesak untuk sekedar bernafas. Dengan tubuh yang gemetar, Angela mencoba untuk mendekati perempuan yang baru saja tertabrak. Sayangnya hanya dia lah yang berani mendekati perempuan itu."Kenapa kalian diam saja?. Dia tertabrak dan kalian membiarkannya begitu saja seakan sampah yang di injak-injak?" Tanya Angela tidak percaya dengan orang di sekitarnya yang hanya bisa berdiri, menonton, tanpa berniat untuk membantu untuk sekedar mengantar ke rumah sakit. Padahal keberadaan rumah sakit berada di depan mata mereka.Kemarahan Angela tidak bisa ditahan. Ia berlari menuju rumah sakit kembali dan membawa brankar untuk perempuan itu. Bahkan di badannya juga masih melekat pakaia
Desakan itu selalu muncul dalam diri Angela setelah mengetahui fakta mengejutkan itu. Ingin sekali rasanya Angela untuk pergi, lari dari tanggung jawabnya kepada adik Higon. Pada dasarnya, Angela memang tidak punya tanggung jawab karena menabraknya, hanya saja dia teringat dengan ucapan Higon kalau secara tidak langsung dia lah yang membuat perempuan itu tertabrak. Ia menyelamatkan nyawa Angela, juga calon bayinya.Sampai malamnya, Angela tetap menunggu di depan ruang rawatnya. Tidak pernah makan seharian penuh, bahkan Higon juga tidak memperdulikan dirinya meski beberapa kali keluar masuk ruang rawat adiknya. Sampai akhirnya, Angela tertidur sendiri dengan perut yang kosong. Apalagi sekarang dia sedang hamil, akan sangat berbahaya untuknya.Tiba-tiba wajahnya di siram dengan air botol, dengan teganya oleh Higon hingga membuatnya terbangun terpaksa. Ia terkejut dan masih mencoba menerima perlakuan buruk yang ia dapatkan dari Higon."Ada apa?" Tanya Angela.
Dengan rasa marah dan kecewa yang kian membesar, Ryan kembali ke ruang rawat Diana. Dengan raut wajah yang sangat berbeda dari sebelumnya. Di tekuk, cemberut, dan entah terselip makna kesedihan bercampur emosi di sana. Diana yang melihatnya pun merasa kebingungan, sedangkan Higon sudah menerka-nerka tentang kejadian yang sebenarnya. Ia menatap Ryan tidak suka."Kak, kapan aku bisa bertemu dengan perempuan itu. Aku ingin mengobrol dengannya" Pinta Diana, merengek seperti anak kecil."Tadi saat aku keluar, perempuan itu sudah tidak ada. Mungkin sudah pulang" Bujuk Higon supaya Diana berhenti berharap.Ryan paham siapa perempuan yang mereka maksud. Dia seakan menjauh dari kedua adik-kakak itu. Tidak mau memperlihatkan hasrat yang sebenarnya sedang bersembunyi dalam dirinya. Ia dan ambisinya yang mendalam kepada Angela tidak boleh di ketahui oleh siapapun."Tidak mau. Pokoknya dia harus ke sini, saat ini juga!. Atau aku gak mau minum obat!"
Sudah dua hari berturut-turut Angela selalu dihantui rasa khawatir terhadap dirinya sendiri. Ia takut kalau suatu hari nanti dia mengkhianati dirinya sendiri. Bagaimana tidak?. Dua hari ini Ryan seakan tidak punya rasa malu sama sekali. Mencoba untuk mendekati Angela, bahkan saat di depan umum. Bukan menjadi rahasia lagi kalau Ryan akan menikah dengan salah satu pasien di rumah sakit itu, namun ia semakin gesit mendekati Angela. Ia memberikan perhatian lebih sampai membuat Angela tidak punya kata-kata lagi untuk memakinya. Apalagi sekarang posisi Angela adalah seorang pekerja bawahan saja. Alhasil dia di ejek dan dipandang rendah oleh banyak orang. "Angela, ini aku bawakan makanan untukmu. Pasti kamu sudah lapar" Ryan memberikan sekantong plastik makanan untuk kesekian kalinya hari ini. Angela menghela nafas kasar, sudah tidak punya kesabaran yang tersisa untuk Ryan yang terlalu ngeyel. "Kamu tuli?" Tan
"Berani sekali kalian pada calon istriku!"Suara nyaring itu membuat suasana menjadi gaduh, dalam keheningan. Sontak suasana kembali berubah, dari yang gaduh dan selalu menyalahkan keberadaan Angela. Kini berubah menjadi penasaran dan semakin penasaran dengan kehadiran satu pria di tengah-tengah mereka, mengaku menjadi pasangan korban yang di salahkan.Angela yang tadinya diam, menunduk, dan tak kuasa dengan semua kesalahan yang di limpahkan kepadanya, kini dia berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa gerangan orang yang mengaku itu.Ia merasa asing dengan pria itu. Semuanya juga menatapnya dengan tatapan asing. Tidak ada yang mengenalinya."Siapa kamu?" Tanya Angela.Bukannya menjawab, pria itu menghempas tangan Cindy. Ia menatap perempuan itu layaknya bukanlah sebagai perempuan yang harus di hormati."T