Dengan rasa marah dan kecewa yang kian membesar, Ryan kembali ke ruang rawat Diana. Dengan raut wajah yang sangat berbeda dari sebelumnya. Di tekuk, cemberut, dan entah terselip makna kesedihan bercampur emosi di sana. Diana yang melihatnya pun merasa kebingungan, sedangkan Higon sudah menerka-nerka tentang kejadian yang sebenarnya. Ia menatap Ryan tidak suka.
"Kak, kapan aku bisa bertemu dengan perempuan itu. Aku ingin mengobrol dengannya" Pinta Diana, merengek seperti anak kecil.
"Tadi saat aku keluar, perempuan itu sudah tidak ada. Mungkin sudah pulang" Bujuk Higon supaya Diana berhenti berharap.
Ryan paham siapa perempuan yang mereka maksud. Dia seakan menjauh dari kedua adik-kakak itu. Tidak mau memperlihatkan hasrat yang sebenarnya sedang bersembunyi dalam dirinya. Ia dan ambisinya yang mendalam kepada Angela tidak boleh di ketahui oleh siapapun.
"Tidak mau. Pokoknya dia harus ke sini, saat ini juga!. Atau aku gak mau minum obat!"
Sudah dua hari berturut-turut Angela selalu dihantui rasa khawatir terhadap dirinya sendiri. Ia takut kalau suatu hari nanti dia mengkhianati dirinya sendiri. Bagaimana tidak?. Dua hari ini Ryan seakan tidak punya rasa malu sama sekali. Mencoba untuk mendekati Angela, bahkan saat di depan umum. Bukan menjadi rahasia lagi kalau Ryan akan menikah dengan salah satu pasien di rumah sakit itu, namun ia semakin gesit mendekati Angela. Ia memberikan perhatian lebih sampai membuat Angela tidak punya kata-kata lagi untuk memakinya. Apalagi sekarang posisi Angela adalah seorang pekerja bawahan saja. Alhasil dia di ejek dan dipandang rendah oleh banyak orang. "Angela, ini aku bawakan makanan untukmu. Pasti kamu sudah lapar" Ryan memberikan sekantong plastik makanan untuk kesekian kalinya hari ini. Angela menghela nafas kasar, sudah tidak punya kesabaran yang tersisa untuk Ryan yang terlalu ngeyel. "Kamu tuli?" Tan
"Berani sekali kalian pada calon istriku!"Suara nyaring itu membuat suasana menjadi gaduh, dalam keheningan. Sontak suasana kembali berubah, dari yang gaduh dan selalu menyalahkan keberadaan Angela. Kini berubah menjadi penasaran dan semakin penasaran dengan kehadiran satu pria di tengah-tengah mereka, mengaku menjadi pasangan korban yang di salahkan.Angela yang tadinya diam, menunduk, dan tak kuasa dengan semua kesalahan yang di limpahkan kepadanya, kini dia berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa gerangan orang yang mengaku itu.Ia merasa asing dengan pria itu. Semuanya juga menatapnya dengan tatapan asing. Tidak ada yang mengenalinya."Siapa kamu?" Tanya Angela.Bukannya menjawab, pria itu menghempas tangan Cindy. Ia menatap perempuan itu layaknya bukanlah sebagai perempuan yang harus di hormati."T
Semakin hari Angela semakin merasa tidak tenang bekerja di sana. Banyak yang merudungnya, seakan dia adalah seorang teroris. Bahkan tak segan-segan atasannya sendiri menghinanya. Angel pernah berpikir untuk mengundurkan diri dari pekerjaan ini, namun dia menahan dirinya dengan alasan kalau sekarang dia bukanlah apa-apa. Dia tidak punya harta, bahkan harga diri. Sejak hari itu, Angela selalu menghindar dari Ryan. Pria itu bagai parasit bagi Angela. Selalu berbohong hanya untuk keamanan dirinya sendiri. Tentu saja, Bryan semakin berkuasa. Namun entah mengapa sejak saat itu Angela tidak pernah melihat Cindy bersama dengan Bryan. Malah yang Angela lihat, Bryan kini sudah baikan dengan Ryan. Sebenarnya, apa rencana mereka kepada Angela?. Di tambah lagi dengan sikap Higon yang terlalu emosional. Tak segan dia menyiram Angela d hadapan umum. Angela sudah tidak punya harga diri sama sekali di rumah sakit itu. K
Angela menolak telak keputusan pria itu untuk menggugurkan kandungan Angela, meski maksudnya baik. Dia pria, pantas saja tidak mengertilah perasaan perempuan jika di hadapkan hal yang seperti ini.Sebagai gantinya, Angela harus menjadi pembantu rumah tangga di rumah pria itu. Cukup membingungkan karena mereka tidak mengenal sebelumnya."Kenapa aku harus mau menjadi pembantu mu? Aku kan tidak pernah merugikan mu," ucap Angela, menolak.Pria itu menatap tajam Angela. Ia tertawa jahat."Kamu memang tidak pernah merugikan ku, tapi kehadiranmu berpotensi untuk menghancurkan ku. Mulai dari hari ini, kamu adalah milikku meski kamu tidak terima,""Aku tidak menerimanya, brengsek!" Ujar Angela, tidak terima. Hampir melayangkan tamparan padanya. Namun, dengan cekatan pria itu menghindarinya. Malah sekarang tangan yang tadi hendak Angela gunakan untuk menamparnya, dalam kuasanya."
Angela tetap saja mengikuti Damian dari belakang. Ia melangkahkan kakinya, sebagaimana pria itu beranjak. Sepertinya bangunan rumah ini terlalu luas bagi Angela, membuat perempuan itu sedikit ngos-ngosan. Tidak hanya itu saja, dia juga beberapa kali berhenti berjalan, namun telinganya tak henti-hentinya mendengarkan penjelasan dari Damian. "Area kerjamu hanya satu. Kamu akan lebih banyak bekerja di kamarku, sedangkan yang lainnya kamu tidak memerlukannya." Kata Damian, kemudian berbalik. Ia tidak menemukan Angela di dekatnya, melainkan perempuan itu masih berhenti di ujung lorong sana. "Siapa yang menyuruhmu duduk? Aku belum selesai menjelaskan pekerjaan mu. Kamu tidak menghargai aku sama sekali?" Tanya Damian, tidak terima dengan sikap Angela saat ini. Perempuan itu hanya nyengir, kemudian bangun dengan susah payah dan beranjak mendekati Damian kembali. "Aku hanya merasa sedikit lelah. Rumahmu sangat luas, bahkan lebih luas dibandin
aura kekesalan meliputi damian saat ini. ia rela berlari begitu cepatnya ketika mendengar suara kegaduhan dari kamar mandi. ia pikir angela lah yang terjatuh atau semacamnya, namun ternyata barang-barang miliknya berhatuhanydan berserakan begitu saja. Ia melihat Angela yang hanya nyengir melihatnya."Aku hanya penasaran aja dengan sabun-sabun dan parfum yang kamu pakai. Penasaran aja gitu, kali aja sama dengan yang dipakai Daddy ku dulu." Angela memberi alasan.Damian yang sudah kelewat kesal sekaligus khawatir, ia kini beranjak mendekati Angela dan membantu perempuan itu bangun."Jangan konyol. Kalaupun sama, memangnya kamu mau apa?" Tanya Damian. Dia membantu Angela membereskan barang-barangnya yang jatuh. Sesekali ia menghela nafas kasar, namun dia tidak bisa memarahi Angela untuk alasan apapun. Entah.Angela mengangkat bahu. "entah. Hanya penasaran saja. Kalau sama, mungkin aku bisa sedikit mencobanya.""Buat
Tampak sebuah kamar yang berantakan dengan selimut yang sudah terlempar ke lantai, bantal yang sudah terpental ke sembarang arah dan di tengah-tengah ranjang itu ada seorang perempuan telanjang yang memperlihatkan punggung bebasnya. Ia tampak kacau dengan rambutnya yang kusut, berantakan tidak seperti biasanya. Perempuan cantik dengan hidung mancung, alis tipis yang menarik perhatian, dan bibir merah muda alami. Tanpa make up, perempuan ini tampak sangatlah cantik. Dia Angela Kawsya, pacar dari seorang CEO perusahaan yang bergerak di bidang real estate and property, Bryan Monav, ialah seorang pria tampan dengan badan atletis, mapan, perhatian, royal dan loyal, yang menjadikannya menjadi suami impian masa depan banyak perempuan. Namun sayang, Bryan adalah pria dengan kehidupan yang bebas. Dia bisa menghabiskan banyak botol minuman alkohol dalam semalam, apalagi ketika perusahaanya sedang dilanda masalah. Tentu itu bisa saja terjadi sebab dalam usaha bisnis tidak mungkin
Angela hancur. Orang tuanya dengan tega bunuh diri meninggalkan Angela sendirian di dunia hanya karena kehilangan harta. Bukan hanya kedua orang tua Angela saja yang frustasi akan masalah tersebut hingga membuat mereka nekat bunuh diri, namun Angela pun juga demikian. Dia juga frustasi ketika mendengar mereka akan jatuh miskin, tapi ia dengan besar hati meminta tolong kepada Bryan untuk membantu dengan syarat untuk dijadikan budak.Kini semuanya hancur. Tidak ada gunanya berharap lebih. Setelah pemakaman kedua orang tuanya, Angela pulang ke rumah dan mengemasi semua barang-barang yang masih berada di kamarnya. Setidaknya mereka belum melelang barang-barang yang berada di kamar Angela dan juga masih tersisa beberapa ribu dolar dalam rekeningnya, sisa pengurusan jenazah.Saat Angela turun ke bawah membawa kopernya, ia menemukan Bryan yang menunggu di sofa. Ia tidak sendirian, melainkan bersama perempuan yang bernama Cindy.