Home / Romansa / My Sugar Daddy / Bab 7. Ambisi Besar Untukmu

Share

Bab 7. Ambisi Besar Untukmu

Desakan itu selalu muncul dalam diri Angela setelah mengetahui fakta mengejutkan itu. Ingin sekali rasanya Angela untuk pergi, lari dari tanggung jawabnya kepada adik Higon. Pada dasarnya, Angela memang tidak punya tanggung jawab karena menabraknya, hanya saja dia teringat dengan ucapan Higon kalau secara tidak langsung dia lah yang membuat perempuan itu tertabrak. Ia menyelamatkan nyawa Angela, juga calon bayinya.

Sampai malamnya, Angela tetap menunggu di depan ruang rawatnya. Tidak pernah makan seharian penuh, bahkan Higon juga tidak memperdulikan dirinya meski beberapa kali keluar masuk ruang rawat adiknya. Sampai akhirnya, Angela tertidur sendiri dengan perut yang kosong. Apalagi sekarang dia sedang hamil, akan sangat berbahaya untuknya.

Tiba-tiba wajahnya di siram dengan air botol, dengan teganya oleh Higon hingga membuatnya terbangun terpaksa. Ia terkejut dan masih mencoba menerima perlakuan buruk yang ia dapatkan dari Higon. 

"Ada apa?" Tanya Angela.

Higon tidak menjawab. Ia hanya menatap Angela dengan tatapan tajam dan melemparkannya roti. 

"Makan itu dan pergilah dari sini sebelum Ryan datang dan membuat semua rencana adikku hancur lagi" ucap Higon.

Sontak setelah mendengar nama Ryan, Angela langsung bangun. Ia berharap ketika mendengar nama itu.

"Ryan?. Bukannya dia sedang di asingkan oleh keluarganya? Atau kamu hanya membohongiku saja?"

"Mana mungkin aku berbohong. Dia ke sini karena calon istrinya sedang sakit, bukan karena untuk melihat kamu yang tidak pernah makan. Jangan berharap kalau Ryan akan melihatmu lagi" 

Higon melengos dan pergi lagi dari hadapan Angela. Kesal dengan sikap Higon yang tidak pernah baik dengannya, Angela melempar roti yang tadi di lempar Higon. Dengan cara yang sama. 

Higon sontak berbalik, dan Angela juga menatap Higon dengan tatapan yang menantang pula. 

***

Dengan malas Ryan menuruti perkataan orang tuanya untuk menjenguk Diana di rumah sakit. Bukan berarti Ryan tidak punya perasaan, hanya saja rumah sakit yang akan dia kunjungi adalah rumah sakit yang sama dengan tempat rawat Angela. 

"Tenang saja bro, Angela sudah pergi tadi pagi sesuai dengan perintah ayahmu"

Kata Higon sedikit membuat Ryan berharap untuk tidak menemukan Angela di sana lagi. Bertemu dan berkenalan sebentar dengan Angela membuat Ryan merasakan hal yang berbeda dengan ia bertemu dengan perempuan lain. Baginya, Angela berbeda sampai membuatnya nekad untuk membantunya keluar dari masalah yang cukup serius. 

Karena kenekad-an yang di milikinya sampai dirinya mendapat kemarahan keluarganya. Ia menembus alias membayar semua hutang keluarga Angela yang di bebankan kepada perempuan itu dengan uangnya sendiri. Namun ternyata hal itu tidak di sukai oleh keluarganya hingga dirinya pun menjadi samsak sasaran.

Dan naasnya, dia harus di jodohkan dengan perempuan yang dulu sempat mengejarnya saat berada di High School. Dia Diana, adik Higon. Dokter keluarganya.

Kini, Ryan sudah berada di rumah sakit. Bertanya pada resepsionis tentang ruang rawat Diana. Setelah mendapatkannya, dia langsung mencari ruangan itu. Dengan membawa buah sebagai buah tangannya untuk Diana. 

Untungnya saat Ryan masuk ke ruangan itu, ada Higon yang juga menungguu di sana. Membuat Ryan tidak merasa canggung lagi karena dia memiliki orang yang bisa di ajak berbincang. Akan sangat canggung baginya untuk mengobrol dengan Diana, terlebih dia sempat menolak cinta perempuan itu.

"Aku jadi terpikir, tadi asisten kakak bilang kalau ada seorang perempuan yang membawaku ke sini. Dan dia juga mengatakan kalau perempuan itu juga pasien rumah sakit ini. Kak, tolong kenalkan dia denganku. Aku harus berterima kasih padanya" Ujar Diana tiba-tiba, memotong pembicaraan Higon dengan Ryan.

Spontan dua pria itu menoleh pada Diana. Ryan merasa kebingungan karena tidak tahu apapun, namun beda dengan Higon yang sudah mengepalkan tangannya. Adiknya terlalu polos menanyakan perihal itu. Ia tidak tahu kalau itu bisa membuat suasana menjadi kacau lagi.

"Siapa yang kamu maksud, Diana?" Tanya Higon. Takut kalau Diana mengingat nama yang sempat keluar dari mulut asistennya. Ia sudah waspada akan hal itu.

"Iya, katakan saja siapa orangnya. Aku akan berusaha untuk menemukan perempuan itu untukmu" Ujar Ryan, membuat Higon kesal. 

"Stt... aku kurang ingat namanya. Katanya dia juga sempat akan tertabrak dan hanya dia yang mau membawaku ke sini. Baik sekali dirinya. Kalau tidak salah, namanya Ange--la?. Aku tidak tahu pastinya seperti apa?" Ujar Diana seakan menerawang, kurang tahu tentang apa yang dia katakan. 

Sontak Ryan berdiri dan menghampiri Diana lebih dekat. Ia menatap Diana tajam, serius, dan meminta kejujuran darinya. 

"Maksud kamu Angela? Bagaimana rupanya? Rambutnya panjang atau bagaimana?" Tanya Ryan memastikan, dengan tidak sabar.

Diana terkejut oleh Ryan yang bertanya demikian. Bahkan saking terkejutnya, badannya sampai terdorong ke belakang, sedikit. Namun melihat Ryan yang begitu gigih membuat Diana merajuk. 

"Jangan seperti itu, bro. Dia bukan Angela yang kamu kenal" Kata Higon, mencoba untuk mengalihkan perhatian.

Ryan tidak percaya. Baginya ini adalah kesempatannya untuk memiliki hubungan yang baik dengan Angela. Meski mereka tidak bisa bersama, hanya saja perpisahan dengan cara yang baik lebih dari segalanya. 

Ryan kini menuntut Higon untuk berkata jujur. Hanya Higon yang bisa mengatakan kejadian yang sebenarnya. 

"Katakan, dia, bukan?" Tanya Ryan, menatap Higon penuh penjelasan. Higon merasa tidak enak. Dia menyuruh Ryan untuk dengannya keluar dari ruang rawat Diana. Tanpa perlu pikir panjang, Ryan menuruti semua yang di minta Higon asalkan dia bisa mendapatkan informasi sesuai dengan yang ia pikirkan sekarang. 

"Dia berada di sini, kan?" Tanya Ryan tidak sabar.

"Kalau dia berada di sini, apa yang akan kamu lakukan?. Ingat Ryan, Diana adalah calon istrimu. Kamu tidak seharusnya memikirkan perempuan lain di saat seperti ini. Apalagi sekarang Diana sedang sakit" 

"Diana dengan Angela punya kondisi yang berbeda, jangan samakan mereka. Mengenai perjodohan itu aku pasti melakukannya. Hanya saja aku perlu bicara dengan Angela untuk terakhir kalinya"

Higon pasrah. Ia juga berpikir kalau tidak seharusnya dia berperilaku kasar pada Angela. Secara tidak langsung Angela juga susah menyelamatkan adiknya di saat semua orang mencoba untuk mengabaikan adiknya bagaikan bangkai yang tidak berguna di jalanan.

"AKu tidak tahu sekarang dia berada di mana. Hanya saja, saat kamu baru saja sampai rumah sakit, dia meninggalkan tempat ini"

Tanpa mengucapkan kata terima kasih atau semacamnya, Ryan langsung berlari sekuat tenaga untuk mencari Angela di luar rumah sakit. Baginya, ia belum telat untuk mencari keberadaan Angela. Ia masih memiliki harapan meski peluang untuk bertemu dengannya hanya sedikit, apalagi sekarang sudah malam.

Baru saja Ryan sampai lobi, ia langsung berhenti dan tatapannya tajam menuju ke toilet. Sepintas ia melihat siluet perempuan yang hampir sama dengan Angela. Ryan memberanikan diri meski sekarang harga dirinya sedang di pertaruhkan. Meninggalkan rasa malunya, hanya dirinya yang menunggu di luar toilet. Hanya untuk memastikan.

"Ryan?" 

***

Angela sudah tidak punya apapun sekarang. Setelah makan sebungkus roti dan meminum air yang tadi di lemparkan Higon padanya, Angela berpikir keras untuk melakukan apa lagi setelahnya. Ia tidak mungkin pulang atau Bryan akan mencoba untuk membunuhnya, atau kembali menjadikannya budak. Ia juga tidak mungkin keluar dari rumah sakit ini tanpa punya simpanan uang apapun. Kehidupan di luar sangat kejam, apalagi sekarang sudah malam.

'Sudahlah. Yang bisa aku handalkan sekarang adalah diriku sendiri, bukan orang lain' Batin Angela.

"Bagaimana dia bisa berhenti bekerja tanpa mengatakan apapun? Dia pikir bisa semudah itu?"

Sontak Angela langsung tertarik dengan obrolan orang tersebut. Ia langsung menghampiri dua orang yang terlibat pendapat. 

"Apakah kalian membutuhkan orang? Yang bisa bekerja, misalnya?" Tanya Angela. Sebelumnya dia tidak pernah bekerja, hanya saja hanya ini lah yang bisa dia lakukan untuk menopang hidupnya kembali. Ia bekerja untuk dirinya dan anaknya, atau tidak sama sekali. Daripada di perbudak dengan cara yang tidak layak.

"Iya, kami sedang membutuhkan orang untuk bersih-bersih, hanya saja ada satu pegawai yang mengundurkan diri tanpa mengatakan apapun. Kami sangat membutuhkannya karena sebentar lagi akan ada orang penting yang datang"

Seakan peluang itu sedang menempel pada Angela. Dia tersenyum dan bersikap sopan, sangat berbanding terbalik dengan dirinya yang sebelumnya, saat keadaannya masih baik-baik saja.

"Saya bisa menggantikannya"

***

"Ryan?"

Saat membersihkan area toilet, secara tidak langsung Angela menemukan Ryan yang sedang menunggu di depan toilet.

"Angela!" 

Ryan langsung memeluk Angela, dengan erat seakan mereka tidak pernah ketemu untuk sekian lamanya. 

"Ada apa?" Tanya Angela. 

"Apa maksudmu dengan ada apa?. Aku mengkhawatirkan kamu yang tiba-tiba memutus kontak tadi pagi. Dan apa yang kamu lakukan sekarang? Kenapa kamu harus melakukan ini?" Tanya Ryan dengan nada emosi.

Angela melihat ke sekitarnya. Beberapa orang terus saja memperhatikan mereka dan memandang dengan tatapan yang aneh. Tentu saja, satunya memakai pakaian yang sangat bagus sedangkan satunya lagi hanyalah seorang yang betugas untuk membersihkan saja. Apa yang patut untuk di banggakan?.

"Bisakah kita bicara di tempat lain? Jangan di sini"

Angela mengajak Ryan ke taman untuk membicarakan hal ini. Selain untuk menghindari tatapan aneh orang pada mereka, juga untuk bisa lebih nyaman saja. 

"Bukankah sekarang kamu sedang hamil?" Tanya Ryan untuk pertama kalinya saat mereka berada di taman.

Dengan nada dingin, Angela menjawab. "Iya, benar. Aku hamil anak Tuanku sendiri. Ada yang salah? Dia tidak di inginkan"

Ryan merasa bersalah lagi. Meski dia sudah menebus Angela bagaikan barang pada Bryan, namun itu tidak bisa menjadi sebuah jaminan untuk hidup dengan tenang. Tentu saja, hidup memang selalu menyengsarakan. Dan tentunya sangat tidak adil.

"Aku akan berusaha untuk mengatasi hal ini. Tapi please, kamu jangan hidup seperti ini. Kamu tidak pernah melakukan itu dan tiba-tiba sekarang melakukan pekerjaan rendahan seperti itu?. Pasti sangat sulit bagimu"

"Iya benar. Pekerjaan ini memang sangat rendahan, hanya saja itu lah satu-satunya harapanku untuk hidup. Kamu tahu bahwa sekarang semuanya sudah tidak lagi menjadi milikku, dan semuanya hanyalah sebuah mimpi bagiku. Tapi, ini lah harapanku satu-satunya  untuk bertahan hidup. Hari ini aku hampir saja mati bersama dengan calon anakku yang tidak punya kesalahan apapun, dan ada seorang perempuan yang menjadi tamengku. Apa ada alasan lain untukku menyerah sedangkan orang berusaha untuk membuatku hidup lagi?. Naasnya, perempuan yang menolongku itu adalah adiknya dokter Higon"

"Dan juga calon istrimu" Sambung Angela.

Ryan kelabakan. Angela tahu semuanya. Ia tidak bisa mengatakan apapun untuk sekedar mengelak. Ia tidak bisa karena memang itu lah yang sebenarnya sedang terjadi.

"Kondisinya berbeda. Kalian berbeda" Hanya itu yang bisa Ryan ucapkan.

"Tentu saja. Aku dengan perempuan itu sangat berbeda. Dia sangat beruntung sedangkan aku? Keberuntungan enggan menghampiriku. Sudahlah, Ryan. Sekarang keadaannya sudah sangat berbeda. Aku sempat punya harapan yang besar padamu, hanya saja kamu membuatku kembali berhenti untuk berharap. Sekarang aku harus tetap hidup, mengandalkan diriku sendiri"

"Aku bisa memberikanmu pekerjaan yang lebih layak daripada ini" Ucap Ryan, masih mencoba untuk membuat Angela berada pada kondisi yang baik.

Angela tertawa. "Bagaimana? Bagaimana caranya? Sedangkan saat orang tuamu tahu tentangku mereka langsung mengasingkanmu. Sekarang kalau aku kembali masuk pada dunia kalian, aku lah korban utama dan satu-satunya. Yang merasakan sakitnya hanyalah diriku sendiri, lalu aku bisa apa?. Ryan, aku tidak punya kuasa apapun. Kamu tahu itu!"

Ryan terdiam.

"Anyways, selamat atas perjodohan kalian"

Angela memeluk Ryan sebentar dan meninggalkan laki-laki itu. 

Ryan yang berada di taman, mengepalkan tangannya. 

"Benar. Kekuasaan. Aku akan mendapatkannya untukmu, Angela. Karena sekarang kamu lah yang membuatku bisa mendapat ambisi ini. Hanya kamu yang bisa membuat diriku se-hancur ini. Hanya kamu yang bisa memporak porandakan diriku dalam waktu yang singkat. Hanya kamu, Angela"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status