"Apa? Angela hamil, dok?" Tanya Ryan tidak percaya.
"Benar Ryan, Angela hamil. Apakah kamu adalah ayah dari janin yang ada di perut perempuan itu?. Dengar Ryan, kamu--"
"Bukan. Bukan aku ayah janin itu!" Tolak Ryan cepat.
Ryan kalut. Ia bingung bagaimana cara menjelaskannya nanti pada Angela. Ryan paham bagaimana dukanya perempuan itu. Untung saja ia membawa Angela ke rumah sakit keluarganya, jika tidak bisa-bisa ia lah yang dianggap sebagai ayah dari janin tersebut, meski baru saja dokter menganggapnya sebagai demikian.
"Lalu siapa?. Aku mohon kamu jujur Ryan. Kamu tidak mungkin melakukan hal tersebut bukan? Jika kamu memang benar-benar menjadi ayah janin itu, aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya nanti pada orang tuamu terlebih lagi pada Alina" Jelas dokter dengan name tag Higon.
"Jangan kasih tahu Alina atau nanti dia akan mengamuk padaku" Ujar Ryan.
Alina adalah nenek Ryan. Alina adalah tipe orang yang memiliki jiwa muda yang sangat kental dalam dirinya. Terbukti dengan ia tidak ingin dipanggil sebagai nenek, melainkan namanya langsung.
"Maka dari itu. Kamu harus panggil ayah yang sebenarnya supaya kamu tidak mengalami kesulitan nantinya" Ucap Higon.
Ryan frustasi. Ia sampai berjalan bolak balik saking frustasinya.
"Begini, kamu tahu Bryan kan?" Tanya Ryan.
"Tentu. Dia adalah sahabat kamu. Memangnya kenapa?" Tanya Higon.
"Dia adalah ayah dari janin itu yang sebrnarnya" Uajr Ryan. Ryan meremas hasil pemeriksaan keadaan Angela.
"Apa? Tidak mungkin. Coba jelaskan dengan sejelas-jelasnya supaya aku juga bisa memikirkannya masalah ini untukmu" Ujar Higon. Ia tidak lagi duduk di kursinya. Ia ikutan kalut atas fakta ini.
"Angela dan Bryan adalah sepasang kekasih, dulu. Aku tidak tahu bagaimana jelasnya, tapi mereka sering melakukan itu. Singkatnya ternyata selama ini Angela dimanfaatlan oleh Bryan karena pria itu memiliki kekasih yang sangat dicintainya. Orang tua Angela baru saja meninggal dan dalangnya adalah Bryan. Ang-"
"Sebentar. Jadi Bryan itu membunuh?"
"Bukan. Dan jangan sela dulu ceritaku. Jadi dulu orang tua Angela memohon kepada Bryan hanya untuk mendapatkan suntikan dana di perusahaan mereka. Dan teganya lagi adalah orang tua Angela memberikan Angela secara cuma-cuma, dengan kata lain sebagai pengganti dana tersebut. Angela tidak mengetahui hal tersebut selama ini. Dia mengetahuinya kemarin dan kini ia menjadi budak lelaki brengsek itu. Aku tidak tahu bagaimana cara untuk menyikapi hal ini, Higon. Satu susi aku merasa kasihan dengan nasib Angela apalagi setelah mengetahui fakta bahwa Angela hamil. Tapi di satu sisi lagi, Bryan adalah temanku, sahabat kecilku. Aku bingung Higon, tolong bantu aku" Ujar Ryan.
Higon merasa tidak percaya dengan apa yang di dengarnya sekarang. Masalah ini memang sering terjadi di New York tapi baru kali ini ia menemukan fakta yang ada.
"Higon, please. Bantu aku memikirkannya" Ujar Ryan.
"Sebentar Ryan. Masalahnya adalah kemarin Bryan dan kekasihnya kesini dan dari data yang aku dapatkan bahwa si perempuan juga sedang hamil. Ini terlalu rumit!" Ucap Higon mengungkapkan fakta mencengangkan.
"Apa? Cindy hamil?" Tanya Ryan tidak percaya.
Higon mengangguk lemah.
"What the hell!. Apa ini?!" Ujar Ryan semakin kalut.
"Biarkan aku bertemu dengan Angela. Meski berat, dia harus tahu keadaan yang sebenarnya. Jika keadaan memungkinkan, aku siap untuk bertanggung jawab" Ucap Ryan yang langsung di sela oleh Higon.
"Jangan gila Ryan!. Dia hamil dan kamu bukanlah orang yang seharusnya bertanggung jawab dengan hal itu. Please, sekali ini saja dengarkan aku meski aku bukanlah siapa-siapa kamu. Ini bisa merusak hidupmu!" Ucap Higon.
"Begini Higon, aku sudah besar dan aku tahu batasan. Aku tidak tahu bagaimana lagi caranya bersikap dengan dia, Higon. Aku kasihan dengannya. Dia perempuan yang lemah!" Teriak Ryan.
"Ada banyak hal yang bisa kamu lakukan asalkan jangan menikah dengannya!. Kamu belum tahu asal usulnya seperti apa" Ucap Higon pasrah.
"Aku akan memikirkannya nanti setelah aku melihatnya" Ujar Ryan.
***
Dengan ragu Ryan membuka pintu ruang rawat Angela. Ia sudah berada di depan pintu beberapa belas menit yang lalu.
Ceklek.
Saat Ryan masuk, Angela bangun setengah badan dan tersenyum pada Ryan.
"Hai. Aku pingsan ya?" Tanya Angela dan tertawa.
Ryan ikut tertawa mendengar tawa renyah dari Angela. Ia menghampiri perempuan itu dan duduk di sampingnya.
"Untung aku datang menolongmu" Ucap Ryan. Ryan resah dengan rambut yang menutupi wajah Angela. Ia pun menyelipkannya ke belakang telinganya.
"Padahal jika aku mati tidak ada lagi yang akan susah di dekatku"
"Termasuk kamu" Lanjut Angela.
"Hmm... Aku mau bicara sesuatu sama kamu, tapi sebelumnya kamu harus janji kalau setelah aku mengatakan ini kamu tidak boleh sedih, marah ataupun lainnya" Ucap Ryan.
"Ada apa sih? Kok misterius banget?" Tanya Angela penasaran.
"Kamu hamil"
"Apa?!" Teriak Angela tidak percaya.
***
Angela masih menangisi nasibnya yang kurang beruntung. Baru kemarin saja orang tuanya meninggal dan ia bingung bagaimana cara untuk menangani hidupnya, lalu sekarang muncul fakta bahwa ia mengandung dan pelakunya sudah pasti adalah Bryan. Angela tidak pernah melakukannya selain dengan pria itu.
"Aku tidak mungkin hamil kan, Ryan?. Bagaimana caraku membesarkannya sedangkan yang seharusnya bertanggung jawab tidak menyukaiku bahkan membuangku" Ucap Angela sambil menangis tersedu-sedu.
Tanpa sadar, Ryan memeluk Angela.
"Mungkin benar kata mom dan dad kalau kematian adalah yang terbaik. Dan aku juga memohon sama kamu Ryan kalau untuk saat ini jangan kamu halangin aku untuk mengakhiri hidup menyedihkan ini. Aku tidak sanggup, Ryan"
Angela membalas pelukan Ryan. Ia juga memukul kecil punggung Ryan yang menandakan bahwa ia sedang kesal dengan hidupnya.
"Tentu aku akan menghalangimu Angrla. Untuk saat ini, aku hanya minta sama kamu untuk tetap tenang. Bukankah aku sudah berjanji sama kamu untuk membawamu keluar dari masalah ini" Ryan mencoba menenangkan.
"Aku tahu kalau kamu sudah berjanji, tapi siapa aku di kehidupanmu, Ryan?. Aku hanya gadis sewaan yang kamu sewa dari Bryan untuk kamu ajak ke suatu pesta. Aku hanya gadis sebatas dan sehina itu, Ryan. Apalagi sekarang kamu sudah mengetahui kalau aku sedang hamil anak dari Bryan. Aku yakin kalau sekarang kamu merasa jijik dengan kehadiranku!" Ujar Angela.
Ceklek.
Dokter Higon masuk ke ruangan rawat Angela. Ia juga kalut dengan masalah ini, apalagi sampai menimpa kepada Ryan sebagai bagian dari keluarga pemilik tempatnya bekerja.
"Aku punya solusi!" Ucap Higon saat baru saja masuk. Sontak keduanya melepas pelukan mereka dan mencoba mendengarkan solusi yang sebentar lagi Higon tawarkan.
"Bagaimana kalau janin yang ada di kandunganmu di gugurkan saja. Kamu bisa melakukan aktivitas seperti biasa setelahnya" Ujar Higon.
Ryan langsung berdiri. Ia terlihat marah dengan solusi dari Higon dan bergegas untuk menghadap dokter tersebut.
"Tidak, Ryan. Menurutku ini adalah keputusan yang benar untuk saat ini" Ujar Higon menghentikan langkah Ryan.
"Tidak, Higon. Kamu tidak paham. Jika janin itu dihilangkan maka yang akan menyesal adalah Angela. Tidak hanya Angela saja, mungkin saja aku juga akan menyesal nantinya karena tidak bisa menepati janjiku untuk menjaga Angela dari Bryan. Lagipula jika Bryan mengetahui hal ini, aku yakin bahwa ia akan membuat janin untuk untuk semakin menjerat Angela" Ujar Ryan dan bergerak lebih dekat dengan Higon.
"Lalu kamu harus melakukan apa untuk menyelesaikan masalah ini. Sudahlah Ryan, dia adalah perempuan yang hanya membawa masalah saja. Lebih baik kamu kembalikan dia ke Bryan dan kamu jalani hidupnya seperti biasa"
"Dia bukan barang!" Ryan membentak Higon.
"Dia bukan barang yang bisa seenaknya aku kembalikan pada orang lain. Mungkin kamu tidak mengerti dengan apa yang aku rasakan sekarang, tapi dia sama persis dengan seseorang dan aku tidak mau kejadian ini terulang kembali!" Teriak Ryan dengan emosi yang membara.
"Aku tidak paham dengan jalan pikirmu" Ujar Higon dan keluar.
Setelah Higon keluar, Ryan semakin merasa kesal.
"Sudahlah. Ucapan dokter itu benar. Aku hanya membawa masalah saja" Ucap Angela dan turun dari brankar. Ia berjalan menghampiri Ryan dan memegang tangan pria itu.
"Kembalikan aku pada pemilikku. Entah apa yang akan dia lakukan padaku nanti, tapi dia berhak tahu kalau calon anaknya ada di dalam rahimku" Angela berusaha tersenyum.
"Are you kidding me?. Dia akan membunuhmu atau semakin membuatmu sengsara Angela!"
"Lalu aku harus apa? Nasibku semenyedihkan ini dan kamu tahu itu!" Teriak Angela.
"Aku akan menebusmu agar terbebas dari Bryan dan aku juga akan bertanggung jawab atas janin tersebut" Ujar Ryan dan keluar dari ruang rawat tersebut.
"Tapi aku belum siap untuk menikah" Lanjutnya sebelum menutup pintu itu dengan rapat.
Ini sudah hari kelima Angela di rumah sakit tersebut. Sebenarnya Angela sudah tidak sakit apa-apa. Tapi Ryan tidak mau memulangkannya, dokter itu juga demikian. Padahal ia lah yang paling tahu keadaan pasiennya yang sebenarnya. Selama lima hari pula, ia tidak melihat Bryan menjenguknya."Astaga, Angela. Mana mungkin pria itu akan menengokmu. Malahan dia pasti senang karena melihatmu sedang sakit. Sepertinya keputusan Ryan untuk tidak memberitahu keberadaanmu adalah keputusan yang benar, nak" Ujar Angela sambil mengelus perutnya. Ia menghadap kaca bening besar yang memperlihatkan keindahan danau di bawahnya."Ryan adalah laki-laki yang baik meski aku baru mengenalnya. Ia bahkan lebih lembut daripada Bryan. Dia mau menebus hutang mom dan dad supaya aku terlepas dari Bryan. Tapi..." Sendu Angela."Sudahlah. Jangan dipikirkan lagi, Angela. Syukur-syukur kalau Ryan menepati ucapannya. Kalau misalnya dia tidak mau menikah, tid
Jantung Angela berdetak kuat. Karena kecerobohan yang di buat oleh dirinya sendiri, hampir saja ia di tabrak oleh mobil yang melintas di depannya. Akan tetapi ada perempuan lain yang mendapat nasib buruk itu. Ia tertabrak dan naasnya tidak ada yang mau membantunya.Rasanya Angela sesak untuk sekedar bernafas. Dengan tubuh yang gemetar, Angela mencoba untuk mendekati perempuan yang baru saja tertabrak. Sayangnya hanya dia lah yang berani mendekati perempuan itu."Kenapa kalian diam saja?. Dia tertabrak dan kalian membiarkannya begitu saja seakan sampah yang di injak-injak?" Tanya Angela tidak percaya dengan orang di sekitarnya yang hanya bisa berdiri, menonton, tanpa berniat untuk membantu untuk sekedar mengantar ke rumah sakit. Padahal keberadaan rumah sakit berada di depan mata mereka.Kemarahan Angela tidak bisa ditahan. Ia berlari menuju rumah sakit kembali dan membawa brankar untuk perempuan itu. Bahkan di badannya juga masih melekat pakaia
Desakan itu selalu muncul dalam diri Angela setelah mengetahui fakta mengejutkan itu. Ingin sekali rasanya Angela untuk pergi, lari dari tanggung jawabnya kepada adik Higon. Pada dasarnya, Angela memang tidak punya tanggung jawab karena menabraknya, hanya saja dia teringat dengan ucapan Higon kalau secara tidak langsung dia lah yang membuat perempuan itu tertabrak. Ia menyelamatkan nyawa Angela, juga calon bayinya.Sampai malamnya, Angela tetap menunggu di depan ruang rawatnya. Tidak pernah makan seharian penuh, bahkan Higon juga tidak memperdulikan dirinya meski beberapa kali keluar masuk ruang rawat adiknya. Sampai akhirnya, Angela tertidur sendiri dengan perut yang kosong. Apalagi sekarang dia sedang hamil, akan sangat berbahaya untuknya.Tiba-tiba wajahnya di siram dengan air botol, dengan teganya oleh Higon hingga membuatnya terbangun terpaksa. Ia terkejut dan masih mencoba menerima perlakuan buruk yang ia dapatkan dari Higon."Ada apa?" Tanya Angela.
Dengan rasa marah dan kecewa yang kian membesar, Ryan kembali ke ruang rawat Diana. Dengan raut wajah yang sangat berbeda dari sebelumnya. Di tekuk, cemberut, dan entah terselip makna kesedihan bercampur emosi di sana. Diana yang melihatnya pun merasa kebingungan, sedangkan Higon sudah menerka-nerka tentang kejadian yang sebenarnya. Ia menatap Ryan tidak suka."Kak, kapan aku bisa bertemu dengan perempuan itu. Aku ingin mengobrol dengannya" Pinta Diana, merengek seperti anak kecil."Tadi saat aku keluar, perempuan itu sudah tidak ada. Mungkin sudah pulang" Bujuk Higon supaya Diana berhenti berharap.Ryan paham siapa perempuan yang mereka maksud. Dia seakan menjauh dari kedua adik-kakak itu. Tidak mau memperlihatkan hasrat yang sebenarnya sedang bersembunyi dalam dirinya. Ia dan ambisinya yang mendalam kepada Angela tidak boleh di ketahui oleh siapapun."Tidak mau. Pokoknya dia harus ke sini, saat ini juga!. Atau aku gak mau minum obat!"
Sudah dua hari berturut-turut Angela selalu dihantui rasa khawatir terhadap dirinya sendiri. Ia takut kalau suatu hari nanti dia mengkhianati dirinya sendiri. Bagaimana tidak?. Dua hari ini Ryan seakan tidak punya rasa malu sama sekali. Mencoba untuk mendekati Angela, bahkan saat di depan umum. Bukan menjadi rahasia lagi kalau Ryan akan menikah dengan salah satu pasien di rumah sakit itu, namun ia semakin gesit mendekati Angela. Ia memberikan perhatian lebih sampai membuat Angela tidak punya kata-kata lagi untuk memakinya. Apalagi sekarang posisi Angela adalah seorang pekerja bawahan saja. Alhasil dia di ejek dan dipandang rendah oleh banyak orang. "Angela, ini aku bawakan makanan untukmu. Pasti kamu sudah lapar" Ryan memberikan sekantong plastik makanan untuk kesekian kalinya hari ini. Angela menghela nafas kasar, sudah tidak punya kesabaran yang tersisa untuk Ryan yang terlalu ngeyel. "Kamu tuli?" Tan
"Berani sekali kalian pada calon istriku!"Suara nyaring itu membuat suasana menjadi gaduh, dalam keheningan. Sontak suasana kembali berubah, dari yang gaduh dan selalu menyalahkan keberadaan Angela. Kini berubah menjadi penasaran dan semakin penasaran dengan kehadiran satu pria di tengah-tengah mereka, mengaku menjadi pasangan korban yang di salahkan.Angela yang tadinya diam, menunduk, dan tak kuasa dengan semua kesalahan yang di limpahkan kepadanya, kini dia berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa gerangan orang yang mengaku itu.Ia merasa asing dengan pria itu. Semuanya juga menatapnya dengan tatapan asing. Tidak ada yang mengenalinya."Siapa kamu?" Tanya Angela.Bukannya menjawab, pria itu menghempas tangan Cindy. Ia menatap perempuan itu layaknya bukanlah sebagai perempuan yang harus di hormati."T
Semakin hari Angela semakin merasa tidak tenang bekerja di sana. Banyak yang merudungnya, seakan dia adalah seorang teroris. Bahkan tak segan-segan atasannya sendiri menghinanya. Angel pernah berpikir untuk mengundurkan diri dari pekerjaan ini, namun dia menahan dirinya dengan alasan kalau sekarang dia bukanlah apa-apa. Dia tidak punya harta, bahkan harga diri. Sejak hari itu, Angela selalu menghindar dari Ryan. Pria itu bagai parasit bagi Angela. Selalu berbohong hanya untuk keamanan dirinya sendiri. Tentu saja, Bryan semakin berkuasa. Namun entah mengapa sejak saat itu Angela tidak pernah melihat Cindy bersama dengan Bryan. Malah yang Angela lihat, Bryan kini sudah baikan dengan Ryan. Sebenarnya, apa rencana mereka kepada Angela?. Di tambah lagi dengan sikap Higon yang terlalu emosional. Tak segan dia menyiram Angela d hadapan umum. Angela sudah tidak punya harga diri sama sekali di rumah sakit itu. K
Angela menolak telak keputusan pria itu untuk menggugurkan kandungan Angela, meski maksudnya baik. Dia pria, pantas saja tidak mengertilah perasaan perempuan jika di hadapkan hal yang seperti ini.Sebagai gantinya, Angela harus menjadi pembantu rumah tangga di rumah pria itu. Cukup membingungkan karena mereka tidak mengenal sebelumnya."Kenapa aku harus mau menjadi pembantu mu? Aku kan tidak pernah merugikan mu," ucap Angela, menolak.Pria itu menatap tajam Angela. Ia tertawa jahat."Kamu memang tidak pernah merugikan ku, tapi kehadiranmu berpotensi untuk menghancurkan ku. Mulai dari hari ini, kamu adalah milikku meski kamu tidak terima,""Aku tidak menerimanya, brengsek!" Ujar Angela, tidak terima. Hampir melayangkan tamparan padanya. Namun, dengan cekatan pria itu menghindarinya. Malah sekarang tangan yang tadi hendak Angela gunakan untuk menamparnya, dalam kuasanya."