Setelah adegan Ryan yang mencium tangan Angela di depan semua orang bahkan depan Bryan dan Cindy, kini saatnya sesi dansa romantis. Tentu saja yang menjadi pasangan Angela adalah Ryan, bukan Bryan. Meski begitu, Angela masih mengingat kenangan manisnya saat bersama dengan lelaki pengkhianat itu.
Ryan dan Angela dansa begitu dekat dan romantic sampai-sampai membuat lampu sorot itu mengarah kepada mereka. Mereka mengalahkan pemilik pesta karena keromantisan yang mereka buat. Bryan dan Cindy juga berdansa di samping mereka.
"Hei, jalang!" Panggil Cindy. Siapa lagi kalu bukan Angela yang di panggil seperti itu. Cindy hanya memiliki urusan dengan Angela, bukan dengan perempuan lain di pesta ini.
Angela yang tadi tersenyum manis ke arah Ryan, ketika mendengar panggila tersebut ia menunduk sedih sehingga membuat Ryan mau tidak mau untuk membuatnya tidak lemah seperti ini.
"Jangan sedih. Aku berjanji akan membantumu untuk menghadapi mereka" Ujar Ryan berbisik pada Angela.
"Angela, kamu harus ingat bahwa kamu hanyalah budak kami. Kamu jangan kelewatan dengan mencoba untuk merayu temanku atau nyawamu menjadi taruhan persis seperti yang dilakukan oleh kedua orangtuamu. Ryan, jangan tertipu olehnya atau kamu akan dimanfaatkan sampai hartamu terkuras habis" Ucap Bryan.
Ryan tidak tahan dan tidak nyaman mendengar caci makian yang tunjukkan langsung kepada Angela. Ia memeluk Angela yang sudah menangis dan keluar dari formasi dansa. Ryan membawa Angela menuju pesisir pantai di dekat tempat dansa tersebut.
"Apa maksud mereka mengatakan hal itu? Kenapa mereka tidak tahu malu sama sekali?" Tanya Ryan sambil emosi.
Angela semakin menangis mendengar Ryan. "Aku yang salah. Seharusnya aku ikut mati juga bersama orang tuaku. Setidaknya dengan begitu aku bisa lebih tenang dan tidak membuat orang lain berada dalam masalah yang aku buat sendiri" Isak tangis Angela.
"Stop!. Jangan berkata seperti itu. Angela, kamu itu adalah perempuan yang baik, kamu bukan seperti yang mereka berdua katakan. Aku yakin kamu tidak akan seperti itu" Bujuk Ryan supaya Angela tidak berpikiran yang macam-macam.
"Bagaimana kalau yang ia katakan akan menjadi kenyataan?. Kamu tahu kalau sebelumnya aku berasal dari keluarga yang berada dan aku sudah menjadi candu untuk memakai barang-barang yang mewah. Sekarang orang tuaku meninggalkan aku di dunia busuk ini sedangkan aku tidak memiliki pekerjaan. Aku hanya memiliki beberapa ribu dollar di rekeningku, sedangkan hidupku tidak akan bertahan lama hanya dengan itu. Kamu tahu kenapa aku menjadi budak mereka?" Tanya Angela. Ia seakan berteriak melepaskan semua keluh kesahnya.
"Katakan alasannya" Ucap Ryan.
"Orang tuaku menjualku hanya untuk suntikan dana di perusahaan mereka" Ucap Angela.
"Apa!"
Ryan tidak percaya sampai membuatnya membuat respon yang demikian.
"Iya, benar. Mereka melakukannya dan akulah yang menderita. Orang tuaku sangat gila dengan harta dan mungkin saja itu akan menular kepadaku. Karena itu, adalah kemungkinan yang besar kalau suatu hari nanti aku akan memanfaatkanmu persis seperti yang dikatakan oleh Bryan" Ujar Angela. Ia tidak lagi duduk di pasir pantai. Kini ia menghadap Ryan dan melihat dengan jelas bagaimana ekspresi yang diberikan setelah Angela mengatakan kalau ada kemungkinan ia akan melakukan yang demikian.
Ryan tidak berbicara apapun setelahnya.
"Aku akan melakukan having sex dengan Bryan ketika aku sudah mendapatkan barang yang aku inginkan dan tentu kamu sudah tahu kalau nominalnya bukan main-main. Aku adalah perempuan yang bebas. Karena itu, sebelum kamu menjadi seperti Bryan dan membuatku menjadi sia-sia, lebih baik kita pisah seakan tidak mengenal satu sama lain. Kamu yang pergi dan kembali bersahabat dengan Bryan di pesta atau aku yang pergi. Aku tidak tahu tempat mana yang akan menerima keadaanku yang sekarang. Mungkin saja seperti yang telah dikatakan oleh My Daddy kalau mati adalah satu-satunya solusi kedamaian. Kamu pilih yang mana, aku menghargai setiap keputusanmu" Ucap Angela memberi tawaran.
"Shit!. Ini sangat sulit" Desis Ryan dan berbalik. Ia tidak lagi menghadap Angela.
"Aku tahu kalau ini adalah keputusan yang sulit dan bodohnya lagi adalah aku bukan siapa-siapa yang dengan percaya diri memberikan tawaran. Tentu saja kamu akan memilih sahabatmu dan aku mengerti akan hal itu. Oke, Ryan. Sepertinya hanya sampai disini perkenalan kita. Kamu adalah pria yang sangat baik, tidak pantas untuk dekat dengan perempuan sepertiku. Aku titip salam pada Tuhan, semoga kamu baik-baik saja. Carilah seseorang yang baik. Goodbye!" Ujar Angela.
Ia membalikkan badan dan berjalan sendirian di pesisir pantai, menikmati angin yang menyambut kesedihannya yang bertubi-tubi. High heels yang ia gunakan sangat membuatnya kewalahan hingga membuatnya terpaksa melepas benda tersebut.
"Astaga, kenapa aku harus menangis. Ini bukan apa-apa dari sebelumnya. Ryan adalah pria baik yang kamu kenal sangat singkat sedangkan kamu adalah seorang jalang yang gila harta, Angela. Kamu harus sadar duniamu!" Ucap Angela berbicara sendiri.
"Bryan dan Cindy adalah pasangan yang serasi. Aku adalah perusak hubungan mereka bahkan aku tidur dengan Bryan. Astaga, hidupku sudah sangat hancur"
Angela memutuskan untuk duduk di pesisir pantai. Masih dengan mata yang berlinang, ia menatap kosong ombak pantai tersebut.
"Aku ingin bebas seperti ombak. Aku ingin bebas dari jeratan semuanya" Ujar Angela tanpa sadar berjalan ke arah laut.
Setiap Angela berjalan semakin jauh dari pesisir, ia selalu mengucapkan kalau ia ingin bebas dari jeratan siapapun. Ia berjalan tanpa sadar hingga kini air laut tersebut mencapai dadanya.
Tatapan yang kosong dan air mata kesedihan, perpaduan yang sangat pas.
"Angela!"
***
Ryan tidak bisa memutuskan pilihan yang tepat. Di satu sisi ia adalah teman baik Bryan bakan menjadi sahabat kecil pria itu. Secara logika, ia tidak mungkin akan meninggalkan sahabatnya hanya karena seorang perempuan yang baru saja dikenalnya. Namun di satu sisi ia sangat kasihan dengan nasib kehidupan Angela.
Tiba-tiba Bryan datang menghampiri Ryan.
"Hei bro!. Mana jalang itu?" Tanya Bryan.
"Jangan menyebut dia adalah perempuan yang seperti itu. Dia bukan jalang kalau kalian sama-sama menikmatinya" Ucap Ryan.
"Ooo... Jadi perempuan itu menceritakannya kalau kami pernah tidur bersama. Aku hanya memberikan saran saja padamu Ryan untuk jauh-jauh dari perempuan jalang itu. Ia akan menguras harta milikmu dan suatu saat nanti ia akan menuntut hubungan yang lebih. Untung saja waktu itu orang tuanya datang memohon-mohon untuk meminta suntikan dana dengan anaknya sebagai taruhan. Mereka memang orang tua yang bodoh!" Ujar Bryan.
Bryan tidak menyadari kalau Ryan sedang mengepalkan tangannya, emosinya sudah meluap-luap.
"Selama kamu menjadi pacar Angela, apa kamu benar-benar memiliki perasaan dengannya?" Tanya Ryan.
"Tentu saja tidak. Gadis itu sangat kekanak-kanakkan, tapi sangat jago di ranjang. Anggap saja kalau selama ini aku hanya memanfaatkannya untuk pemuasan diriku pribadi. Menarik bukan?" Ucap Bryan.
"Sangat menarik hingga membuatku ingin menghajarmu" Ujar Ryan dingin.
"Apa?" Tanya Brayn.
Bughh...
Ryan memberikan bogeman mentahnya kepada Bryan dan berlari menuju ke arah yang di susuri Angela saat meninggalkannya. Ia berlari secepat mungkin. Ryan tidak menemukan siapapun.
"Angela!" Teriak Ryan.
"Angela!"
Beberapa kali Ryan berteriak memanggil Angela, namun hasilnya nihil. Sampai pada ia menemukan high heels yang sebelumnya digunakan oleh Angela dan Ryan sangat yakin kalau pemiliknya adalah perempuan tersebut.
Perasaan Ryan semakin tidak karuan. Pikirannya kembali teringat dengan ucapan Angela kalau orangtuanya lebih memilih mati daripada hidup tanpa harta.
"Kemana Angela?" Tanya Ryan pada angin.
Ryan kemudian melihat kepala seseorang yang sudah bergabung dengan ombak laut. Ia sangat yakin kalau itu adalah Angela. Sontak saja, Ryan langsung melepas sepatunya dan berlari ke arah laut.
"Angela!"
"Apa? Angela hamil, dok?" Tanya Ryan tidak percaya."Benar Ryan, Angela hamil. Apakah kamu adalah ayah dari janin yang ada di perut perempuan itu?. Dengar Ryan, kamu--""Bukan. Bukan aku ayah janin itu!" Tolak Ryan cepat.Ryan kalut. Ia bingung bagaimana cara menjelaskannya nanti pada Angela. Ryan paham bagaimana dukanya perempuan itu. Untung saja ia membawa Angela ke rumah sakit keluarganya, jika tidak bisa-bisa ia lah yang dianggap sebagai ayah dari janin tersebut, meski baru saja dokter menganggapnya sebagai demikian."Lalu siapa?. Aku mohon kamu jujur Ryan. Kamu tidak mungkin melakukan hal tersebut bukan? Jika kamu memang benar-benar menjadi ayah janin itu, aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya nanti pada orang tuamu terlebih lagi pada Alina" Jelas dokter dengan name tag Higon."Jangan kasih tahu Alina atau nanti dia akan mengamuk padaku" Ujar Ryan.
Ini sudah hari kelima Angela di rumah sakit tersebut. Sebenarnya Angela sudah tidak sakit apa-apa. Tapi Ryan tidak mau memulangkannya, dokter itu juga demikian. Padahal ia lah yang paling tahu keadaan pasiennya yang sebenarnya. Selama lima hari pula, ia tidak melihat Bryan menjenguknya."Astaga, Angela. Mana mungkin pria itu akan menengokmu. Malahan dia pasti senang karena melihatmu sedang sakit. Sepertinya keputusan Ryan untuk tidak memberitahu keberadaanmu adalah keputusan yang benar, nak" Ujar Angela sambil mengelus perutnya. Ia menghadap kaca bening besar yang memperlihatkan keindahan danau di bawahnya."Ryan adalah laki-laki yang baik meski aku baru mengenalnya. Ia bahkan lebih lembut daripada Bryan. Dia mau menebus hutang mom dan dad supaya aku terlepas dari Bryan. Tapi..." Sendu Angela."Sudahlah. Jangan dipikirkan lagi, Angela. Syukur-syukur kalau Ryan menepati ucapannya. Kalau misalnya dia tidak mau menikah, tid
Jantung Angela berdetak kuat. Karena kecerobohan yang di buat oleh dirinya sendiri, hampir saja ia di tabrak oleh mobil yang melintas di depannya. Akan tetapi ada perempuan lain yang mendapat nasib buruk itu. Ia tertabrak dan naasnya tidak ada yang mau membantunya.Rasanya Angela sesak untuk sekedar bernafas. Dengan tubuh yang gemetar, Angela mencoba untuk mendekati perempuan yang baru saja tertabrak. Sayangnya hanya dia lah yang berani mendekati perempuan itu."Kenapa kalian diam saja?. Dia tertabrak dan kalian membiarkannya begitu saja seakan sampah yang di injak-injak?" Tanya Angela tidak percaya dengan orang di sekitarnya yang hanya bisa berdiri, menonton, tanpa berniat untuk membantu untuk sekedar mengantar ke rumah sakit. Padahal keberadaan rumah sakit berada di depan mata mereka.Kemarahan Angela tidak bisa ditahan. Ia berlari menuju rumah sakit kembali dan membawa brankar untuk perempuan itu. Bahkan di badannya juga masih melekat pakaia
Desakan itu selalu muncul dalam diri Angela setelah mengetahui fakta mengejutkan itu. Ingin sekali rasanya Angela untuk pergi, lari dari tanggung jawabnya kepada adik Higon. Pada dasarnya, Angela memang tidak punya tanggung jawab karena menabraknya, hanya saja dia teringat dengan ucapan Higon kalau secara tidak langsung dia lah yang membuat perempuan itu tertabrak. Ia menyelamatkan nyawa Angela, juga calon bayinya.Sampai malamnya, Angela tetap menunggu di depan ruang rawatnya. Tidak pernah makan seharian penuh, bahkan Higon juga tidak memperdulikan dirinya meski beberapa kali keluar masuk ruang rawat adiknya. Sampai akhirnya, Angela tertidur sendiri dengan perut yang kosong. Apalagi sekarang dia sedang hamil, akan sangat berbahaya untuknya.Tiba-tiba wajahnya di siram dengan air botol, dengan teganya oleh Higon hingga membuatnya terbangun terpaksa. Ia terkejut dan masih mencoba menerima perlakuan buruk yang ia dapatkan dari Higon."Ada apa?" Tanya Angela.
Dengan rasa marah dan kecewa yang kian membesar, Ryan kembali ke ruang rawat Diana. Dengan raut wajah yang sangat berbeda dari sebelumnya. Di tekuk, cemberut, dan entah terselip makna kesedihan bercampur emosi di sana. Diana yang melihatnya pun merasa kebingungan, sedangkan Higon sudah menerka-nerka tentang kejadian yang sebenarnya. Ia menatap Ryan tidak suka."Kak, kapan aku bisa bertemu dengan perempuan itu. Aku ingin mengobrol dengannya" Pinta Diana, merengek seperti anak kecil."Tadi saat aku keluar, perempuan itu sudah tidak ada. Mungkin sudah pulang" Bujuk Higon supaya Diana berhenti berharap.Ryan paham siapa perempuan yang mereka maksud. Dia seakan menjauh dari kedua adik-kakak itu. Tidak mau memperlihatkan hasrat yang sebenarnya sedang bersembunyi dalam dirinya. Ia dan ambisinya yang mendalam kepada Angela tidak boleh di ketahui oleh siapapun."Tidak mau. Pokoknya dia harus ke sini, saat ini juga!. Atau aku gak mau minum obat!"
Sudah dua hari berturut-turut Angela selalu dihantui rasa khawatir terhadap dirinya sendiri. Ia takut kalau suatu hari nanti dia mengkhianati dirinya sendiri. Bagaimana tidak?. Dua hari ini Ryan seakan tidak punya rasa malu sama sekali. Mencoba untuk mendekati Angela, bahkan saat di depan umum. Bukan menjadi rahasia lagi kalau Ryan akan menikah dengan salah satu pasien di rumah sakit itu, namun ia semakin gesit mendekati Angela. Ia memberikan perhatian lebih sampai membuat Angela tidak punya kata-kata lagi untuk memakinya. Apalagi sekarang posisi Angela adalah seorang pekerja bawahan saja. Alhasil dia di ejek dan dipandang rendah oleh banyak orang. "Angela, ini aku bawakan makanan untukmu. Pasti kamu sudah lapar" Ryan memberikan sekantong plastik makanan untuk kesekian kalinya hari ini. Angela menghela nafas kasar, sudah tidak punya kesabaran yang tersisa untuk Ryan yang terlalu ngeyel. "Kamu tuli?" Tan
"Berani sekali kalian pada calon istriku!"Suara nyaring itu membuat suasana menjadi gaduh, dalam keheningan. Sontak suasana kembali berubah, dari yang gaduh dan selalu menyalahkan keberadaan Angela. Kini berubah menjadi penasaran dan semakin penasaran dengan kehadiran satu pria di tengah-tengah mereka, mengaku menjadi pasangan korban yang di salahkan.Angela yang tadinya diam, menunduk, dan tak kuasa dengan semua kesalahan yang di limpahkan kepadanya, kini dia berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa gerangan orang yang mengaku itu.Ia merasa asing dengan pria itu. Semuanya juga menatapnya dengan tatapan asing. Tidak ada yang mengenalinya."Siapa kamu?" Tanya Angela.Bukannya menjawab, pria itu menghempas tangan Cindy. Ia menatap perempuan itu layaknya bukanlah sebagai perempuan yang harus di hormati."T
Semakin hari Angela semakin merasa tidak tenang bekerja di sana. Banyak yang merudungnya, seakan dia adalah seorang teroris. Bahkan tak segan-segan atasannya sendiri menghinanya. Angel pernah berpikir untuk mengundurkan diri dari pekerjaan ini, namun dia menahan dirinya dengan alasan kalau sekarang dia bukanlah apa-apa. Dia tidak punya harta, bahkan harga diri. Sejak hari itu, Angela selalu menghindar dari Ryan. Pria itu bagai parasit bagi Angela. Selalu berbohong hanya untuk keamanan dirinya sendiri. Tentu saja, Bryan semakin berkuasa. Namun entah mengapa sejak saat itu Angela tidak pernah melihat Cindy bersama dengan Bryan. Malah yang Angela lihat, Bryan kini sudah baikan dengan Ryan. Sebenarnya, apa rencana mereka kepada Angela?. Di tambah lagi dengan sikap Higon yang terlalu emosional. Tak segan dia menyiram Angela d hadapan umum. Angela sudah tidak punya harga diri sama sekali di rumah sakit itu. K