Home / Romansa / My Sugar Candy / 45. Kenangan Pahit

Share

45. Kenangan Pahit

Author: Viallynn
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dengan langkah pelan, Andra berjalan di koridor rumah sakit menuju kamar rawat inap anaknya. Wajahnya yang kusut tidak bisa lagi disembunyikan. Di tambah dengan luka di wajahnya yang tidak bisa ditutupi oleh apapun. Andra hanya menggunakan es batu untuk sedikit mengurangi rasa nyeri di wajahnya.

Sebelum masuk ke dalam kamar, dia menarik napas dalam dan menghembuskannya kasar. Perlahan dia membuka pintu dan melihat keadaan kamar yang sudah gelap. Bisa dipastikan jika Putri dan Dina sudah terlelap. Sebenarnya ini bukan waktunya dia untuk berjaga, tetapi Andra ingin datang untuk melihat dua wanita yang ia sayangi.

Andra berdiri di samping ranjang dan menatap anaknya dengan lembut. Tangannya terulur untuk mengelus kepala Dina dengan sayang. Perlahan senyum tipis mulai terukir di wajahnya. Melihat wajah Dina membuat perasaannya sedikit demi sedikit membaik. Andra bergerak mencium kening anaknya dan beralih pada Putri. Wanita itu tertidur di sofa dengan tubuh yang meringkuk.

Melih
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • My Sugar Candy   46. Selalu Terpesona

    Di ruang tengah, Olin memejamkan matanya erat dan satu detik kemudian dia kembali membukanya. Dia mencoba untuk fokus melipat pakaian bersih di depannya. Saat kembali merasakan tarikan pelan pada lengannya, Olin kembali memejamkan mata sambil menarik napas dalam. Kesabarannya sedang diuji saat ini. Tentu saja oleh satu manusia yang akhir-akhir ini selalu menempel padanya. "Mas, lepasin dulu. Aku lagi beresin baju." Gevan berdecak mendengar ucapan Olin. Sedari tadi dia memang merebahkan diri di samping Olin sambil memeluk lengan wanita itu. Televisi yang menyala di hadapan mereka seolah tengah menonton aksi manjanya saat ini. "Ayo lah, Sayang." Gevan dengan manja memasukkan wajahnya di pinggang Olin. "Males ah, Mas. Lagian mendadak banget." "Johan ngabarinnya telat." Gevan mengerucutkan bibirnya. Olin menyelesaikan pakaian terakhir dan mulai menatap Gevan. Tangannya terulur untuk mengusap dahi pria itu. Tidak ada lagi rasa canggung di antara mereka. Meskipun begitu, Oli

  • My Sugar Candy   47. Mengenang Masa Lalu

    Mobil Gevan berhenti di depan sebuah gedung yang cukup tinggi. Melihat Gevan yang mulai bersiap, Olin juga mulai mengambil tasnya. Dia melihat riasannya sebentar sebelum kembali memoles pewarna bibir pada bibirnya. "Temen-temen Mas Gevan di sini?" tanya Olin saat mereka keluar dari mobil. "Iya, di atas. Rooftop Lounge," ucap Gevan sambil mengulurkan tangannya pada Olin. Olin mengangguk paham. Dia merasa kurang pergaulan karena baru tahu jika ada lounge di atas gedung ini. Sepertinya dia terlalu sibuk bekerja sehingga tidak pernah memikirkan kesenangannya. Karena terlalu sering menolak ajakan teman-temannya untuk hangout, akhirnya Olin berakhir dikucilkan. Hanya ada Fika dan Alif yang mau menemaninya ke pasar malam untuk sekedar melepas penat. Memang setelah orang tuanya meninggal, kehidupan Olin tidak lagi sama seperti dulu. "Untung aku pakai dress," ucap Olin menerima uluran tangan Gevan dan masuk ke dalam gedung bersama. "Emang kenapa?" Gevan menekan tombol lift. "Ya

  • My Sugar Candy   48. Saling Percaya

    Mobil berhenti tepat di depan rumah Olin. Selama perjalanan pulang, hanya ada keheningan di antara mereka. Tentu itu bukan tanpa alasan. Saat nama Putri disebut oleh teman-temannya tadi, Gevan tahu jika perasaan Olin tidak sama lagi. Wanita itu mulai menunjukkan senyum palsu. Gevan sudah berusaha untuk mengalihkan pembicaraan, tetapi sepertinya kisah masa lalunya memang menjadi topik menarik malam ini. "Aku duluan ya, Mas. Hati-hati nyetirnya. Kabarin kalau udah sampe rumah," ucap Olin yang akan membuka pintu mobil. Dahinya berkerut saat mobil masih dikunci oleh Gevan. Saat akan membuka secara manual, Gevan mencegahnya. "Jangan turun dulu," ucap pria itu. "Kenapa, Mas?" Gevan menghela napas lelah dan meraih tangan Olin, "Aku minta maaf." Olin tersenyum masam. Dia tahu apa yang dimaksud pria itu. Perlahan Olin mulai ikut menggenggam tangan Gevan dan mengelusnya pelan. "Aku ngerti kok, nggak papa," balasnya tersenyum. Melihat senyum itu, bukannya lega, Gevan malah se

  • My Sugar Candy   49. Undangan Pernikahan

    Sambil bersiul, Gevan memasuki rumahnya dengan santai. Dia melihat ke sekitar dan tidak menemukan keberadaan ibunya di manapun. Biasanya saat pulang kerja, Gevan selalu melihat ibunya di ruang tengah sambil membaca buku resep makanan. Di mana wanita itu? "Ma?" panggil Gevan. Sambil memainkan kunci mobil, Gevan melirik ke arah dapur. Tidak ada seorang pun di sana. "Mama?" panggil Gevan lagi. Kali ini dia menggunakan suara yang lebih keras. Gevan sudah menjelajahi semua ruangan di lantai satu dan tidak menemukan ada tanda-tanda kehidupan. Dengan langkah lebar dia mulai menaiki tangga menuju lantai atas. Gevan menghela napas lega saat melihat pintu kamarnya yang terbuka. Dia berjalan mendekat dan melihat ibunya yang tengah memasukkan pakaian bersih ke dalam lemari. Gevan masuk dan memeluk ibunya dari belakang. Tak lupa dia juga mencium kening wanita itu. Hal yang selalu ia lakukan saat berangkat dan pulang dari bekerja. "Tumben udah pulang? Biasanya malem," tanya Ibunya.

  • My Sugar Candy   50. Reuni Mantan

    Suasana bandara cukup ramai kali ini. Apalagi akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk bepergian setelah bekerja keras selama satu minggu. Hari ini Gevan akan pergi ke Bali untuk datang ke acara pernikahan Danu. Seharusnya dia senang, tetapi itu tidak terlihat dari wajahnya. "Kamu yakin nggak mau ikut?" tanya Gevan lagi pada Olin. Pria itu tampak ragu melangkah masuk. Lagi-lagi dia menyayangkan keputusan Olin yang tidak bisa menemaninya datang ke pernikahan Danu. Bukannya tidak mau, tetapi Olin harus bekerja. Kafe akan sibuk selama dua hari nanti karena sudah dipesan untuk sebuah acara penting. "Nggak jadi pergi deh." Gevan dengan lemas berbalik menjauh, tetapi Olin dengan cepat menahannya. "Kenapa sih? Udah sampe bandara juga." "Ya masa kamu nggak ikut, Yang? Males banget datang sendiri." Olin menghela napas dengan sabar. Sejak kemarin Gevan memang terlihat ragu untuk berangkat, tetapi aneh rasanya jika pria itu tidak jadi datang hanya karena dirinya yang tidak ikut.

  • My Sugar Candy   51. Malam Petaka

    Di acara resepsi pernikahan Danu, Gevan memilih untuk duduk menyendiri di area makanan. Tidak, dia tidak sedang menikmati makanan yang tersedia. Dia hanya ingin mengasingkan diri sambil memainkan ponselnya. Masih berusaha menghubungi Olin dan berharap jika wanita itu akan memberi kabar untuknya. Gevan menyadari jika apa yang ia lakukan sedikit berlebihan. Untuk pertama kalinya dia posesif pada perempuan selain ibunya, yaitu Olin. Satu hari tidak berkabar dengan kekasihnya sudah membuat Gevan pusing. Jangankan satu hari, pesan terakhir yang Olin kirim pada Gevan adalah pukul tiga sore. Namun di jam delapan malam ini dia sudah dibuat resah. Apa Olin baik-baik saja? Apa dia kelelahan? Atau apa ada pria yang menggodanya? Pikiran-pikiran negatif itu mulai berlarian di kepala Gevan. Alasan terakhir adalah alasan yang ia takutkan. Gevan takut jika Olin digoda oleh pria lain, pria yang jauh muda, tampan, dan yang pastinya tidak brengsek sepertinya. Gevan takut jika Olin akan berpindah

  • My Sugar Candy   52. Penyesalan Terdalam

    Penyesalan memang diciptakan bukan tanpa alasan. Gevan menyesal tidak menuruti kata hatinya sejak awal. Perasaannya sudah tidak enak saat akan berangkat ke Bali, tetapi dengan bodohnya dia tetap datang ke tempat ini. Tempat yang seharusnya menjadi tempat yang bahagia untuk sahabatnya tetapi malah menjadi tempat petaka untuknya. Suara keras Gevan terdengar menggelegar di seluruh ruangan. Tidak peduli jika teriakannya bisa membangunkan seseorang di sampingnya, Gevan terus mengumpat. Dia bangkit dari kasur dan berjalan menjauh. Tangannya dengan reflek meremas rambutnya dan tanpa sadar berubah menjadi jambakan. Rasa sakit di kepalanya seolah menghilang digantikan dengan rasa panik. Ya panik, bagaimana Gevan tidak panik jika bangun di pagi hari dengan seorang wanita di atas kasurnya. Sialnya lagi wanita itu bukanlah kekasihnya, justru dia adalah musuh dari kebahagiaannnya, Putri. "Sialan! Bangun lo." Gevan kembali mengumpat dan berteriak pada Putri. Teriakannya mulai berhasil m

  • My Sugar Candy   53. Perasaan Bersalah

    Olin berjalan ke meja makan dan meletakkan piring terakhir di sana. Dia menatap makanan di hadapannya dengan senang. Tidak, Olin tidak memasak kali ini. Dia memilih untuk memesan makanan untuk menyambut kedatangan Gevan. Olin mengelap tangannya dan melirik jam kecil di atas meja. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, seharusnya Gevan sudah pulang dari bekerja. Memang setelah kembali dari Bali, pria itu langsung memutuskan untuk ke rumah sakit. Olin tidak berharap jika Gevan akan menemuinya terlebih dahulu, karena profesinya sebagai dokter menuntutnya untuk siap siaga jika ada panggilan mendadak. "Tinggal tunggu Mas Gevan dateng," ucapnya duduk di meja makan sambil memainkan ponselnya. Tidak ada balasan pesan dari Gevan. Olin menghela napas kasar menyadari itu. Apa pria itu sedang sibuk? Tadi sore Olin sudah mengirimkan pesan untuk Gevan agar menemuinya di apartemen malam ini. Jujur, Olin sangat merindukannya. Hanya satu hari tidak bertemu tetapi rasanya seperti bertahun-tah

Latest chapter

  • My Sugar Candy   Bonus Ekstra Chapter 3: Kejutan Bidadari Prakarsa

    Di kantin sekolah, Lana mengaduk makanannya dengan tidak nafsu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, tetapi rasa bahagia itu tidak ia rasakan. Keluarganya memang telah mengucapkan selamat ulang tahun semalam di jam 12 malam, tetapi tetap saja permintaan Lana akan pesta ulang tahun tidak terkabul. Kenapa sulit sekali untuk meyakinkan orang tuanya? Bahkan Alif juga tidak bisa meyakinkan ibunya. "Diaduk mulu sotonya, ntar pusing," tegur Sheila. Lana membanting sendoknya dengan wajah yang kesal. Bibirnya sudah melengkung ke bawah ingin menangis. "Kan, nangis lagi," ucap Sheila jengah. "Lo kok nggak bantuin gue sih? Tenangin gue kek? Galau nih!" Sheila menggaruk lehernya bingung, "Ya gimana, Lan? Lo mau gue ikut yakinin orang tua lo?" "Iya! Kan lo bisa minta bantuan Om Tama buat yakinin Papa gue." "Iya, deh. Ntar gue bilangin Papa gue buat yakinin Om Gevan." "Telat!" Sheila mendengkus. Lagi-lagi dia salah. Memang sulit menghadapi bidadari keluarga Prakarsa itu. "Ciyee

  • My Sugar Candy   Bonus Ekstra Chapter 2 : Bidadari Prakarsa

    Malam minggu tidak menjadi malam yang spesial untuk anak-anak Gevan dan Olin. Mereka semua berada di rumah dengan tugas di mana Arkan, Ardan, dan Lana harus menjaga Zaine. Terlihat aneh memang di usia mereka yang sudah remaja, tiba-tiba ibunya hamil dan melahirkan Zaine. Kebobolan, itu yang sering neneknya ucapkan. Namun kehadiran Zaine memberikan kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Bocah kecil itu sangat lucu dan menggemaskan. "Zaine udah tidur?" tanya Arkan saat Lana datang dengan satu toples makanan ringan dan duduk di tengah-tengah kedua kakak kembarnya. "Udah." Saat ini mereka berada di ruang tengah, menonton film horor di tengah malam. Bukan bermaksud uji nyali karena baik Arkan dan Ardan tidak menunjukkan ekspresi lain selain datar. Kadang Lana merasa heran, bagaimana bisa dia memiliki dua kakak laki-laki yang sikapnya sedingin es? Selain dingin, mereka juga menyebalkan. Apalagi jika sudah bersatu untuk mengerjainya. "Kak?" panggil Lana. "Hm?" jawab Arkan dan Arda

  • My Sugar Candy   Bonus Ekstra Chapter 1 : Pasukan Prakarsa

    Suara berisik dari dalam dapur terdengar ke seluruh area rumah. Dari jauh, terlihat seorang bocah laki-laki yang tengah bermain dengan adonan tepung di island table. Tinggi badan yang tidak seberapa membuatnya harus menggunakan kursi kecil untuk bisa mencapai meja. Jari-jari kecilnya masih fokus bermain dengan bibir yang maju. Begitu lucu karena umurnya juga baru menginjak lima tahun. Ting! Bunyi oven yang terdengar membuat kegiatan Olin terhenti. Dia melihat anaknya sebentar sebelum beralih ke oven. Senyumnya mengembang melihat kue buatannya yang berhasil ia buat. "Udah mateng, Ma?" tanya Zaine mulai tertarik. Wajahnya sangat lucu dengan pipi bulat yang dipenuhi tepung. "Udah, dong. Tinggal dihias aja." Olin membawa kuenya ke hadapan Zaine. Zaine bertepuk tangan senang. Dia tidak sabar mencicipi kue buatan ibunya. "Zaine mau coba." Dengan lancarnya tangan Zaine bergerak menyentuh kue yang masih panas itu. Beruntung dengan cepat Olin menahannya, "Masih panas. Kita hias

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 7: Bahagia Bersama

    Kehidupan Olin benar-benar berubah setelah menikah. Dia menjadi wanita yang paling bahagia. Meskipun tidak selamanya pernikahan itu indah karena ada saat di mana dia harus beradu mulut dengan Gevan, tetapi semuanya kembali membaik karena mereka sama-sama tidak egois. Seperti pesan ibu mertuanya dulu, komunikasi adalah hal yang terpenting dalam suatu hubungan. Tiga bulan menikah telah memberikan banyak pelajaran yang berharga untuk Olin, bukan hanya Olin melainkan juga Gevan. Meskipun sifat jahilnya masih ada, tetapi pria itu benar-benar bertanggung jawab sebagai suami. "Om Gevan nggak ke sini, Kak?" tanya Alif sambil memakan kentang gorengnya. "Kan Om Gevan kerja, Lif." "Nanti kalau udah besar aku mau jadi dokter juga kayak Om Gevan." Olin tersenyum dan mengelus kepala Alif sayang, "Belajar yang pinter ya." Saat ini Olin tengah berada di kafe Tama bersama Alif. Kali ini dia tidak membawa Alif secara diam-diam. Ada alasan kenapa Olin jarang bertemu Alif akhir-akhir ini,

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 6: Pasutri Gemas

    Satu bulan telah berlalu. Baik Gevan dan Olin sudah kembali ke rutinitas seperti biasanya. Bedanya, kali ini Olin sudah tidak lagi bekerja. Meskipun berat, tetapi ia melakukannya juga untuk Gevan. Olin tahu jika suaminya itu ingin dirinya berada di rumah. Namun Olin tetaplah Olin, dia tidak bisa berdiam diri terlalu lama. Sudah tiga minggu ini Olin mengikuti kursus untuk mengisi waktu yang kosong. Kursus membuat permen dan kue adalah pilihannya. Gevan juga mendukung kegiatannya selama itu positif. Itu yang Gevan inginkan dari dulu, yaitu Olin yang menikmati hidupnya. Saat ini Olin tengah sibuk di dapur. Tempat ini adalah tempat favoritnya akhir-akhir ini. Hal itu membuat Olin merasa menjadi ibu rumah tangga yang seutuhnya. "Olin, Sayang!" Suara melengking itu membuat Olin menghentikan kegiatannya. Tak lama muncul ibu mertuanya dengan banyak belanjaan yang ia bawa. "Loh, Mama dianter siapa?" tanya Olin mencuci tangannya dan bergegas menghampiri mertuanya. "Sama abang ojol

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 5: Bulan Madu

    Suara ombak pantai yang beradu dengan batu karang tidak membuat tidur Gevan terganggu. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada Olin dengan nyaman. Cahaya matahari yang masuk dari cela-cela jendela juga tidak membuat mereka terbangun. Ini karena mereka kelelahan. Semalam, Olin dan Gevan baru sampai di villa dan langsung terlelap karena perjalanan yang menguras tenaga. Sebenarnya perjalanan tidak begitu lama, hanya saja akhir-akhir ini mereka memiliki jadwal yang padat setelah resepsi sehingga tenaga mereka sudah berkurang. Saat ini, Gevan dan Olin sudah berada di Bali. Tujuan awal bulan madu mereka sebenarnya bukan di tempat ini. Karena keterbatasan waktu, mereka memilih untuk ke tempat yang lebih dekat, akan tetapi Om Burhan tiba-tiba berkata jika ia sudah menyiapkan Gevan dan Olin Villa di Bali untuk bersenang-senang. Akhirnya mereka pun terbang ke Bali. Elusan lembut di kepala mulai membangunkan tidur Gevan. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya. Setela

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 4: Resepsi Pernikahan

    Hari resepsi pernikahan telah tiba. Suasana di dalam gedung acara sudah sangat ramai. Tak heran karena memang banyak tamu undangan yang datang, terutama dari pihak Gevan dan ibunya. Sedangkan Olin? Dia hanya mengundang teman-teman sekolahnya dulu yang juga mengundangnya ke acara pernikahan mereka. Olin bukan tipe orang yang mudah bergaul seperti Gevan. "Akhirnya!" Suara menggelegar itu membuat Gevan dan Olin menoleh. Om Burhan, pria paruh baya itu datang bersama istrinya. Olin masih ingat saat datang ke pernikahan pria itu dulu bersama Gevan. "Om seneng banget pas dapet undangan dari kalian." Om Burhan memeluk Gevan erat. Pria itu memang sudah menganggap Gevan sebagai anaknya. "Selamat ya," ucap Istri Om Burhan. "Terima kasih, Tante." Olin tersenyum manis. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun lamanya Olin mengeluarkan senyuman yang begitu lepas dan tulus. Tidak ada lagi benteng pertahanan yang ia buat. Olin bahagia karena akhirnya bisa berada di titik ini bersama

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 3: Kencan Halal

    Menjelang resepsi pernikahan, semua orang terlihat sangat sibuk. Undangan sudah mulai disebar dan tentunya itu menimbulkan banyak keterkejutan dari banyak pihak. Akhirnya seorang Gevan Prakarsa melepas masa lajangnya. Itu juga membuat banyak hati wanita —yang pernah berkencan dengan Gevan— patah hati. Terutama anak dari teman-teman Ibu Gevan yang sempat melakukan pendekatan tetapi berakhir mengecewakan. "Gue terharu," ucap Fika menatap undangan di tangannya dengan wajah ingin menangis, "Lo beneran udah nikah." Olin terkekeh melihat itu. Jangankan Fika, dirinya sendiri juga tidak percaya. Semua terjadi begitu cepat, bahkan Olin tidak tahu betapa repotnya Gevan menyiapkan acara akad nikah secara mendadak di tengah kesibukannya sebagai seorang dokter. Hingga saat ini, Olin masih mengapresiasi dan memuji apa yang Gevan lakukan. Semua itu rela ia dilakukan agar bisa mengikatnya. Itu yang Olin dengar dari mulut Gevan di malam pertama mereka. Pria itu tidak mau dirinya lari lagi.

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 2: Rumah Baru

    Olin tidak akan menyangka jika kehidupannya setelah menikah akan banyak yang berubah. Beruntung perubahan itu membuatnya nyaman. Seperti saat ini, hari ini adalah tepat hari kedua ia tinggal di rumah Gevan—lebih tepatnya Ibu Gevan. Awalnya Olin kira kehidupannya akan berjalan canggung, tetapi ternyata tidak. Olin terharu saat melihat Ibu Gevan benar-benar menerimanya di rumah ini. Bahkan saat Gevan bekerja pun, Olin tidak merasa terasingkan. "Ini semua Mama yang tanem?" tanya Olin melihat kumpulan bunga di dalam pot. Saat ini mereka berada di halaman rumah. Setelah pulang dari bekerja, Olin melihat Ibu Gevan tengah menyiram tanaman. "Enggak, Mama nggak suka bunga," ucapnya terkekeh, "Tapi Papa mertua kamu suka." Olin mendekat dan mengelus bahu mertuanya, mencoba memberikan ketenangan agar suasana tidak berubah sedih. "Gimana persiapan resepsi, udah semua?" Olin mengangguk, "Udah kok, Ma. Tinggal sebar undangan aja h-7 nanti." "Bagus, Mama dapet 300 undangan kan? Temen

DMCA.com Protection Status