My Peaches

My Peaches

last updateLast Updated : 2022-10-23
By:  Shawty AjengOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
22 ratings. 22 reviews
35Chapters
2.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Tidak semua masa lalu akan menjadi kenangan buruk. Tidak ingin terulang bahkan tidak mau di ingat. Lain halnya jika seseorang di masa lalu telah kembali dan waktu menyuruh mereka untuk mengubah semuanya. Seperti menaruh penuh pada ladang dandelion, yang begitu indah dengan harapan yakin jika menang dirinya lah cinta sejati dan satu-satunya. *** Evan Farraz Geutama, lelaki arogan dengan apapun yang diinginkan haruslah terwujud. Ia tidak suka hal yang bertele-tele atau yang membuang waktu. Soal cinta, semua itu berawal ketika SMA, bertemu gadis lugu yang sabarnya bukan main. Kejadian tak terduga membuat mereka terpisah dan tidak bertemu 8 tahun lamanya. Satu titik ia merasakan sakit serta penyesalan ketika bertemu kembali seseorang dari masa lalunya. mengulang memori 8 tahun lalu. Latasha Feidonna, gadis yang tidak neko-neko dalam hidup. Sudah menyandang status janda ketika masih mengandung. Banyak hal pedih yang di lewati Latasha, kehilangan kedua orang tuanya dan jauh dari sanak saudara. Wanita itu mencoba tegar untuk menghidupi anak tunggalnya seorang diri. Ketika waktu mempertemukannya dengan masa lalu, Latasha sadar, jika statusnya sudah berbeda dan tidak ada harapan untuk memulai kembali. Meski memorinya masih menyimpan rapi tentang lelaki tersebut.

View More

Chapter 1

1. She’s Come Back?

“Pak Evan...” Panggil seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahun. Dengan suara terkesan hati-hati, kepala wanita itu melongo masuk yang membuat Evan sedikit terkejut.

Evan hanya meliriknya sekilas. Berusaha biasa saja dan mengizinkan wanita itu masuk keruangannya.

Kemudian Evan mempersilahkan wanita itu duduk. Renatta, yang sekarang sudah di depan Evan Farraz Geutama, dengan raut wajah ketakutan. Renatta tidak berani menatap bosnya itu. Lantaran baru dua hari lalu ia membuat kesalahan, memproses PO barang yang salah hingga Evan rugi berpuluh juta.

Sejak tamat SMA ia mengikuti jejak sang Ayah di dunia Perbisnisan, yang saat ini bisnis Cafe yang di dirikan sang Ayah sudah sudah ada hampir di penjuru kota, ditambah ia ikut berinvestasi dengan perusahaan-perusahaan besar. Tak main-main, Evan selalu enteng dalam hal berinsvestasi. Dunianya hanya kenal cuan, cuan dan cuan.

“Apalagi yang mau kamu katakan?” Suara berat penuh penekanan dari Evan membuat Renatta semakin menunduk. Seakan kepalanya tengah diletakan batu besar.

“Renatta...”

Renatta mencoba mendunga, memberanikan diri untuk menatap mata elang milik sang bos. Rahang Evan terlihat kokoh, sehingga semua yang melihat tak berani main-main dengannya. Begitu di takutkan tetapi Evan cukup adil untuk karyawannya.

“M-maaf, Pak....”

“Saya masih baik untuk tidak memecat kamu.” Evan semakin dingin dengan perkataannya. Ia masih belum bisa percaya, ia kecewa tetapi tidak bisa memecat Renatta lantaran Evan malas mencari pengganti. Belum tentu pengganti Renatta akan jauh lebih baik.

Di ruangan luas dengan interior serba abu-abu itu, Renatta semakin menciut nyalinya. Tenggerokannya terasa tercekat, tetapi dia berusaha untuk mengatakan sesuatu, “Untuk masalah tempo hari, sudah saya selesaikan, Pak.”

“Yakin?”

Renatta mengangguk.

“Apa buktinya?”

Renatta memberikan map berwarna coklat. Evan menerimanya dan langsung membuka map itu tanpa bertanya lagi. Setelah di ambil semua kertas putih di dalamnya, ia membaca dengan saksama dengan sesekali melirik ke arah Renatta. Evan menaruh dokumen itu di meja dengan sedikit di banting, lalu menatap wanita beranak satu di hadapannya itu seraya berkata, “Jika suatu hari kamu melakukan hal yang sama, jangan harap kesempatan kedua akan kamu dapatkan. Mengerti?”

“B-baik, Pak. T-terima kasih.” Renatta mendunduk setelahnya, tatapan elang milik Evan benar-benar membuat siapapun bertekuk lutut terhadapnya.

Evan masih memiliki hati terhadap Renatta, bukan karena suka. Tetapi mengingat Renatta adalah seorang singel mom, ia akui wanita itu begitu cantik, enak di pandang dan Evan tidak pernah salah memilih Serketaris untuk dirinya sendiri. Fantasi liar Evan pernah hampir terjadi saat dirinya sudah tidak tahan melihat lekuk tubuh Renatta yang begitu menggoda. Sayangnya, semua itu gagal lantaran Renatta pintar untuk menghindar. Renatta juga bukan wanita seperti itu, banyak sekertaris bos besar yang rela di jamah untuk tetap bisa bekerja. Seorang Renatta hanya butuh pemahaman karakter sang bos dan dialah yang bisa membuat Evan berhenti menyentuh dirinya. Evan memang brengsek, dia bisa menunjuk satu perempuan yang ia mau dan setelahnya memberi uang untuk ucapan terima kasih.

Alasan Renatta masih bertahan hingga sekarang karena mengingat di usianya yang sudah menginjak kepala tiga, sulit memang untuk mencari pekerjaan baru.

Seketika Renatta tersadar saat tatapan intimidasi dari Evan membuatnya ingin bergegas pergi ke ruangan. Lelaki itu menghela napas, satu masalah sudah selesai, bukan berarti ia bisa bebas. Ada saja masalah setiap awal bulan yang akan ia terima. Tetapi, karyawan Evan benar-benar menyelesaikan masalah tersebut dengan cepat dan tuntas.

Di lantai 20 itu Evan tidak sendiri membangun bisnis seperti ini. Ayahnya, Oliver Frans Geutama lah yang memulai semuanya. Berawal dari iseng-iseng membuat sendiri racikan kopi, yang kemudian ia jual dari rumah ke rumah. Oliver adalah orang yang absius, kecintaanya terhadap kopi membuatnya tak henti untuk menciptakan resep minuman kopi terbaru. Sering kali mendapat penolakan dari cafe manapun tetapi tidak membuat Oliver muda menyerah, tak kenal takut ia terus berusaha hingga akhirnya berhasil mengumpulkan pundi-pundi rupiah dengan kerja kerasnya. Berhasil membuka Cafe kopi pertama miliknya di pusat kota bernama, Dandelion's Cafe. Serta bisa memiliki karyawan pada saat itu. Dulu, Oliver hanya di bantu oleh teman dan beberapa keluarganya untuk mewujudkan cita-citanya itu. Semua kerja keras Oliver ia tuangkan kepada anak-anaknya, Oliver sangat berharap salah satu anaknya akan meneruskan bisnis Gtama Group kelak. Untuk itu Evan lah yang di percaya sebagai penerus Gtama Group. Oliver sempat lemas ketika mendapatkan anak pertamanya kala itu adalah perempuan, Ellena Feyra Geutama. Ia yakin, tidak banyak perempuan yang mau meneruskan bisnis besar seperti yang Oliver bangun. Tak hentinya Oliver berharap, akhirnya Tuhan berkendak, mencipatkan Evan sebagai penerusnya. Kemudian beberapa tahun kemudian lahirlah anak lelaki sekaligus yang terakhir, Erick Fernando Geutama. Anak menyebalkan dan Evan sendiri selalu bilang jika Erick adalah anak pembawa sial.

Lain halnya dengan Ellena, anak pertama Oliver itu sudah menikah dan di karunia satu anak, ia tidak tertarik dengan bisnis Cafe yang di dirikan sang ayah. Ellena lebih suka menjalankan bisnis online shopnya bersama sang suami. Sementara Erick, perjalanan anak muda itu masih panjang, ia baru saja kuliah semester satu di Universitas ternama yang tentunya semua itu adalah pilihan Oliver. Meskipun Erick sendiri tidak mau berkuliah lantaran ia sudah lelah belajar. 

Oliver memiliki istri yang baru saja memulai bisnis kue di rumahnya. Citra, adalah sosok ibu yang sangat telaten dalam hal membuat kue. Oliver sering sekali berkata, “Aku bangga karena aku tidak salah memilih istri.”

Drrt... Drrt...

Suara getar ponsel milik Evan membuyarkan lamunannya. Ada nama Ellena di sana. Ia menghela napas lalu mengangkatnya.

“Ya?”

“Di mana?”

“Di ruangan.”

“Ke ruangan ayah sekarang, dia mau berbicara.”

“Ya.”

Dengan malas, Evan mengambil jas yang di sampir di kursinya lalu mengenakan jas hitam legam itu seraya berjalan menuju ruangan direktur utama Gtama Group tersebut. Ia juga tak lupa berpesan kepada Renatta jika dia tak mau di ganggu dan tahan semua pertemuan dengannya di hari itu. Evan sendiri yakin, jika Oliver sudah mengajaknya berbicara pasti memakan waktu lama dan tidak suka di ganggu dengan hal lain.

Evan sudah berada di lift untuk menuju lantai paling atas, lantai 28. Keluar dari lift ia langsung menuju ruangan Oliver paling ujung, beberapa karyawan tak lupa untuk memberi sapaan kepada dirinya. Evan hanya bisa tersenyum tipis sebagai balasannya.

“Ayah panggil aku?” Tanya Evan yang langsung masuk begitu saja ke ruangan Oliver. Desain ruangan itu tidak beda jauh dengan Evan, hanya di tambah ada beberapa vas bunga di sudut-sudut tertentu yang semua itu request-san dari nyonya Geutama, agar saat beliau main tidak bosan melihat desain ruangan suaminya yang monoton dengan satu warna.

“Om Epan!!” Pekik suara anak kecil yang membuat Evan sedikit terkejut.

“Hei, Lily! Kapan kamu datang?”

“Tadi sama mama.”

Anak itu berlari menghampiri Evan sambil memeperlihatkan sesuatu di tangannya, “Lily beli pelmen stobely, Om. Ada dua, tapi semuanya buat Lily.” Penjelasan girang serta antusias bocah empat tahun itu membuat Evan terkekeh. Ia mengelus rambut Lily dan meminta izin untuk bertemu dengen Oliver.

“Lily, ke balkon yuk.” Ajak Ellena. Dengan antusiasnya Lily mengiyakan dan Say Bye kepada Evan.

Setelah Lily dan Ellena sudah di luar, Evan duduk di hadapan Oliver dengan perasaan yang biasa saja. Entah kenapa dirinya tidak mau memikirkan hal-hal aneh ketika berbicara dengan ayahnya.

“Kenapa bisa Renatta memproses PO yang salah? Ini rugi hampir puluha juta.” Oliver langsung to the point. Evan sedikit terkejut dengan pertanyaan tersebut, tetapi ia bisa menjawab dengan tenang.

“Masalah itu udah selesai, Ayah. Kerugian akan di balikan lagi setelah tujuh hari pengerjaan. Ayah nggak usah khawatir. Renatta wanita yang pintar untuk itu.”

Oliver sedikit mengerutkan keningnya, “Tapi Ayah tidak suka jika hal ini terjadi lagi, ini pertama kalinya dan langsung rugi puluhan juta.”

“Bukannya Ayah sendiri adalah tipe orang yang tidak takut rugi?”

“Evan...,” Oliver sedikit melotot mendengan pernyataan tersebut. Ia memang tidak kenal takut, tetapi jika kerugian ini akan terjadi, Oliver sendiri juga pusing untuk hal itu.

“Ngomong-ngomong Office Girl baru sudah dapat?” Tanya Oliver. Evan yang mendengar itu menilai jika pembicaraan sebelumnya sudah selesai.

Berbicara tentang Office Girl, baru-baru ini Oliver kehilangan satu Office Girl terbaiknya. Kenapa demikian? Lantaran perempuan itu pintar dalam hal membuat kopi untuk Oliver. Selain masakan Citra yang lezat, lelaki tujuh puluh tahun itu tidak main-main memilih orang hanya untuk membuatkan kopi untuk dirinya. Kopi racikan Oliver harus di buat dengan penuh rasa dan tidak asal menuangkan saja.

“Ayah, banyak OB yang bisa bikin kopi, kenapa harus dia?”

“Tapi kopi buatan Rianti itu sangat enak. Ayah tidak mau beda tangan, rasanya jadi tak karuan. Rianti resign dadakan dua hari lalu. Ayah dua hari ini juga tidak minum kopi buatan dia.” Penjelasan Oliver membuat Evan menggelengkan kepalanya, ia tidak habis pikir dengan Ayahnya sendiri.

“Kenapa Ayah nggak suruh mama aja yang buatkan kopi setiap hari? Ayah bilang, mama pintar dalam segala hal.”

“Evan..., apa Ayah harus membayar dua kali lipat kepada mama kamu? Uang bulanan saja bisa tiga kali lipat gaji karyawan sini, belum lagi jika mama mu minta sesuatu tiba-tiba.” Jelas Oliver sedikit emosi.

Even terkekeh pelan, tak habis pikir dengan pasangan tua itu. Tetapi Evan akui kedua orang tuanya memang cerdas dan tidak main-main dalam segala hal. Seketika Evan teringat dengan omongan Renatta pekan lalu bahwa ada seseorang yang membawa lamaran kerja ke perusahaan.

“Begini saja, aku akan tanya Renatta karena pekan lalu ada orang yang menaruh CV ke sini. Biar aku cek profile-nya.”

Oliver sedikit tersenyum, “Cepat kerjaan. Ayah nggak suka menunggu.”

Evan hanya menggelengkan kepalanya dan berpamitan untuk ke ruangannya. Sebelum itu ia mampir ke balkon untuk bertemu ponakannya, Lily adalah gadis yang pintar serta kecantikannya sangat menuruni Ellena. Evan bangga dengan Ellena, bisa menjadi Ibu yang baik meski jauh dari suaminya. Brian, kakak ipar Evan, seseorang yang bekerja di pelayaran, tidak menentu kapan suami Ellena itu pulang. Meski Evan terlihat cuek kepada kakak atau adiknya, ia tidak bisa membiarkan Lily kesepian tanpa seorang ayah.

Setelah bercengkrama pendek dengan Lily, Evan memutuskan ke ruangannya. Ia bergegas untuk memenui Renatta.

“Renatta, apa kamu masih simpan CV orang yang lamar pekan lalu?”

Renatta berpikir sejenak, kemudian langsung mengangguk. “Ada apa, Pak?”

“Bawa ke meja saya, biar saya cek profilenya.”

“Baik, Pak.”

***

Evan mengerutkan kening, ada tiga lamaran yang Renatta berikan kepadanya. Dua lamaran tersebut semuanya profile laki-laki, Evan menghela napas saat membuka CV yang terakhir. Ia seperti pesimis tentang itu, Oliver mencari perempuan yang akan menggantikan Rianti. Meski harus melalui tahap training, Oliver tidak mau laki-laki yang membuatkan kopi untuk dirinya setiap hari.

“Kenapa keinginan ayah begitu aneh, harus ada satu orang yang pandai buat kopi.”

Ketika kertas putih itu sudah di tangannya, seketika napas Evan tercekat, kedua matanya sedikit membulat. Ia berkali-kali membaca nama itu sekaligus memperhatikan foto 4x6 di ujung atas kiri kertas, Evan hampir tidak bisa bernapas ketika nama itu terucap dari mulutnya.

“L-Latasha...,”

Memori delapan tahun lalu kembali dan memutar di ingatan Evan. Beberapa kali harapan Evan untuk merubah segalanya sempat muncul redup, lantaran ia sempat putus asa mencari keberadaan gadis itu. Seketika kedua mata Evan sedikit memanas, ia menaruh CV itu dengan lemas. Tangannya beralih memegang dahinya, tidak pernah terpikir olehnya jika hal ini bisa terjadi.

Sekali lagi Evan membaca profile perempuan itu, ia membaca dari atas dan berhenti di tengah. Napasnya mulai tercekat lagi saat ia membaca status perempuan tersebut.

“J-janda?”

“Latasha...”

Evan semakin lemas, ia menelpon Renatta untuk segera menuju ke ruangannya.

Tubuh Evan bersandar pada kursi, ia berputar dan menatap ke arah jendela besar di ruangannya. Memori delapan tahun lebih itu kembali memutari isi kepalanya. Tak menyangka setelah bertahun-tahun ia di pertemukan dengan cara yang tidak pernah terpikir olehnya.

Macetnya kota Jakarta membuat Evan hanyut terbawa masa lalu saat dirinya masih SMA, kisah cintanya di mulai dari sana. Berawal tak tahu apa itu cinta, kasih sayang dan ketulusan. Secara tidak langsung sudah ada yang mengajarkan hal itu kepada dirinya, tetapi Evan begitu bodoh tidak menilai jika ketiga hal itu sangatlah penting bagi kehidupan. Sifat kasar Evanlah yang membuat kesabaran itu lenyap, memperlihatkan jika semua manusia memiliki batas kesabaran.

“Apa ini nyata?”

Rahang Evan mengeras, mata elang itu tidak berkedip seakan ia benar-benar melihat perempuan itu di hadapannya sekarang.

“Permisi, ada apa, Pak?”

Suara halus Renatta membuyarkan lamunannya, Evan memutar kursinya dan langsung memberi tugas ke Renatta untuk menelpon anak baru.

“Latasha...,” Renatta sedikit menyebutkan namanya. “Dia aja yang di panggil?”

“Hm.”

“Baik, Pak. Saya permisi dulu.”

Sepeninggal Renatta, Evan kembali memutar kursinya menghadap jendela, mengusap wajahnya dengan frustasi. Harapan yang selama ini ia tunggu kemungkinan bisa terwujud. Ia tidak tahu seperti apa sekarang perempuan itu. Di lihat dari fotonya, Evan menilai jika perempuan itu sudah bahagia. Tetapi status hubungan yang di tulis di sana membuat Evan bertanya-tanya, ia seperti tidak yakin jika perempuan itu menyandang status janda.

Kedua mata Evan menelusuri seraya mengingat-ingat, lelaki mana yang sudah bersama Latasha saat itu? Apakah dirinya harus bertanya jika perempuan itu datang? Apa ia harus memperbaiki semua di saat seperti ini?

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(22)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
22 ratings · 22 reviews
Write a review
user avatar
Murninulis
hmm.. judulnya first kiss.....
2021-09-04 10:11:47
1
user avatar
Angeleyes
Ceritanya apik banget Kak, suka aku deh beneran...
2021-09-04 09:54:39
1
user avatar
athena_vivian
for some people, past is somethin terrible..but some people said that's the point which change our life in the future...keep it up, Thoor
2021-09-04 09:48:35
1
user avatar
Vieneze
asik udah ada bab baru. up lagi yang banyak2 Thor...
2021-09-04 09:37:38
0
user avatar
Shawty Ajeng
...️...️...️...️...️...️...️...️...️...️...️
2021-09-04 09:29:58
0
user avatar
Wintersnow
sinopsisnya menarik nih. Bikin penasaran deh .........
2021-07-24 09:40:38
1
user avatar
Vieneze
wih, udah ada bab terbaru. Asikk. bagus ceritanya
2021-07-24 09:14:03
1
user avatar
Pinnacullata
Keren nih mantappu
2021-07-11 15:00:13
1
user avatar
Shawty Ajeng
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
2021-07-11 12:31:35
0
user avatar
Channa
Semangat, Thor! Lanjut
2021-07-01 11:55:01
1
user avatar
athena_vivian
Evan pasti akan bertekuk lutut!!!
2021-07-01 09:53:40
1
user avatar
Pinnacullata
Ceritanya menarik lho
2021-06-25 11:43:56
1
user avatar
Oryza_Sativa
Jejak dulu ya Kak, nanti kubaca.
2021-06-25 11:35:28
1
user avatar
Vieneze
Wah, nice story. Aku suka ceritanya buat penasaran
2021-06-25 11:26:30
1
user avatar
athena_vivian
Oy, Evan .... liar kali, ya Anda! Tapi aku suka!!!
2021-06-25 11:24:36
1
  • 1
  • 2
35 Chapters
1. She’s Come Back?
“Pak Evan...” Panggil seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahun. Dengan suara terkesan hati-hati, kepala wanita itu melongo masuk yang membuat Evan sedikit terkejut.Evan hanya meliriknya sekilas. Berusaha biasa saja dan mengizinkan wanita itu masuk keruangannya.Kemudian Evan mempersilahkan wanita itu duduk. Renatta, yang sekarang sudah di depan Evan Farraz Geutama, dengan raut wajah ketakutan. Renatta tidak berani menatap bosnya itu. Lantaran baru dua hari lalu ia membuat kesalahan, memproses PO barang yang salah hingga Evan rugi berpuluh juta.  Sejak tamat SMA ia mengikuti jejak sang Ayah di dunia Perbisnisan, yang saat ini bisnis Cafe yang di dirikan sang Ayah sudah sudah ada hampir di penjuru kota, ditambah ia ikut berinvestasi dengan perusahaan-perusahaan besar. Tak main-main, Evan s
last updateLast Updated : 2021-06-09
Read more
2. Meet you
Dandelion's Cafe. Tempat ternyaman bagi para pujangga untuk sekedar mampir, menyeruput hangatnya kopi serta aroma cake yang begitu khas dengan resep kopi buatan Oliver. Mencurahkan segala keluh kesah pada hari itu dengan alunan musik jazz sebagai pendukung.  Cafe yang terletak sangat strategis di kota besar tersebut tak pernah sepi pengunjung. Lebih banyak saat sore dan malam hari. Tak sedikit juga pengunjung setia mampir hanya untuk mencicipi kopi racikan Oliver tersebut. Hebatnya lelaki itu membuat para anak-anaknya iri sebanarnya, tetapi gengsilah yang menutupi semua itu.  Di ujung ruangan, terdapat seorang wanita berumur sekitar 26 tahun. Duduk dengan setelan santai dengan sedikit gugup, seperti sedang menunggu seseorang yang entah kapan datang. Warna kulit putih bersih, bibir tipis berwarna merah muda dan tak lupa wajah baby facenya yang membuat para lelaki melirik ke arah sang wanita. Tentu saja mengira jika ia masih anak sekolah. Di samping itu, terl
last updateLast Updated : 2021-06-11
Read more
3. Conversation
Esoknya, hari pertama pekerjaan yang di lakukan oleh Latasha tidak begitu berat seperti di tempat kerja lamanya. Banyak hal-hal baru yang tidak ia lakukan sebelumnya, lebih banyak keluar masuk ke ruangan Oliver. Benar apa kata Renatta, jika pekerjaan wanita itu menjadi Office Girl pribadi Oliver. Latasha sendiri banyak memiliki teman baru yang sebaya dengan dirinya. Tak susah untuk Latasha bertukar cerita.Evan sendiri terkejut bila pertemuan dengan Latasha begitu tak terduga. Dulu, saat SMA, Evan menjadi incaran banyak gadis di sana. Tetapi Evan memilih Latasha yang kuper. Bahkan setelah dua tahun kelulusan, Latasha saja yang tidak hadir di acara reuni. Evan tidak bisa mengekpresikan dirinya saat bertemu Latasha. Ia kikuk dan memilih pergi dari ruangan Oliver. Sesampai di ruangannya, Evan terduduk lemas lantaran masih tidak percaya jika seorang Latasha dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah. Aura kelembut
last updateLast Updated : 2021-06-21
Read more
4. Rindu?
Evan berjalan cepat menuju club malam seorang diri. Setelah seharian bekerja membuat lelaki itu menginginkan sedikit hiburan. Sesampainya, Evan langsung di sambut oleh penjaga club seperti biasanya. Club milik Tan, temen kuliahnya dulu adalah seorang duda tanpa anak. Kehidupan Tan begitu bebas sehingga status menikah hanyalah pajangan bagi dirinya, Tan sendiri sudah menikah sebanyak empat kali dan tentu saja semua itu tidak bertahan lama. Kecintaan Tan terhadap club membuat istrinya tidak tahan dan memilih untuk cerai. Tan memang pandai dalam menggoda perempuan, ketampanan Tan tidak beda jauh dengan Evan yang anak seorang CEO. Pun kekayaan Tan setara dengan Oliver.   “Hi, bro!”   Tan menyapa Evan saat ia sedang duduk di sofa bersama wanita  malam yang di pilihnya. Evan tak m
last updateLast Updated : 2021-06-25
Read more
5. Mulai Menyesal?
“Apakah kamu merindukan seseorang?”Pertanyaan itu terniang-niang di kepala mungil Latasha, ia heran kenapa Evan bertanya seperti itu. Sesaat Evan pergi, wanita itu tidak berbicara lagi dan hanya menunduk. Tidak kuat menatap Evan terlalu lama. Sifat Evan semakin terlihat oleh Latasha jika lelaki itu sudah sedikit berubah, tidak kasar seperti dulu.Ingatan delapan tahun lalu kembali muncul saat Evan beberapa kali sudah menampar Latasha karena masalah kecil. Evan yang dulu sangatlah sensetif dan hanya Latasha yang bisa bertahan cukup lama dengan lelaki mata elang itu. Berbanding terbalik dengan mantan-mantan Evan sebelumnya, belum genap sebulan mereka sudah meninggalkan Evan lantaran tidak kuat. Evan SMA egonya masih tinggi, tetapi ia terpilih jadi ketua osis karena kepintaran lelaki itu serta ide-ide brilian dalam mengembangkan kedisiplinan para siswa.
last updateLast Updated : 2021-07-01
Read more
6. Resah Jadi Luka
“Itha langsung ke kamar mandi, ya.” “Mama, tadi om cakep. Milip sama temen iItha.” Ucapan bocah itu sontak membuat Latasha terkejut. Ia hanya tersenyum dan menyuruh Gaitha untuk segera ke kamar mandi. Dari balik jendela, Latasha masih memperhatikan mobil donker itu diam di depan rumahnya. Merasa ada kepingan hati yang tak boleh pergi, Latasha tersenyum tipis tanpa ia sadari. Kesakitan yang ia rasakan dulu seperti sudah terhapus dengan sedikit perubahan Evan meski tanpa sentuhan. Sekali lagi, Latasha mencoba menyadarkan dirinya. “Kalian udah beda status! Stop it, Ta!” ***   Di perjalanan Evan menelpon Tan, sebagai orang yang sudah pernah menikah, mungkin Tan tahu alasan-alasan apa yang membuat dua sejoli memutuskan untuk bercerai. Maklum saja, Evan belum memikirkan untuk menikah, sudah menikmati tubuh be
last updateLast Updated : 2021-07-11
Read more
7. Deserve You
Latasha terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam dinding dengan panik saat jarum itu menunjukkan pukul delapan pagi. “Astaga!” Latasha langsung bersiap diri dengan terburu-buru, ia bahkan mengabaikan ucapan pagi dari Gaitha. Lea yang menyadari itu merasa aneh melihat Latasha hampir terjatuh saat masuk ke kamar mandi. Niat ingin bertanya, hal itu Lea urungkan saat Gaitha merengek meminta sarapannya.“Sebentar, bocah. Nanti Tante Lea antar ke depan, ya.”Setengah jam sudah berlalu Lea langsung bertanya kepada Latasha saat keluar dari kamar mandi. “Kak Tata kesurupan apa pagi-pagi?”Latasha mengerutkan kening, “Lea! Kamu nggak bangunin Kakak, ya. Kakak telat masuk kerja!”“Hah? Sekaran
last updateLast Updated : 2021-07-23
Read more
8. Don’t You
Latasha memasuki rumah dengan langkah terburu-buru hingga ia tak membalas sapaan Gaitha yang kegirangan melihat mamanya pulang. Wanita itu bergegas masuk kamar mandi untuk segera bebersih sejenak, kemudian langsung membenahi barang belanjaannya. Pikiran Latasha melayang entah kemana, tanpa ia sadari bulir air mata itu turun dengan sendirinya. “Mama," panggil Gaitha seraya menarik lembut ujung baju Latasha, seketika ia tersadar lalu menghapus air mata itu dan menoleh ke anaknya. “Kenapa sayang?” “Manggil-manggil mama nggak jawab,” omel bocah itu. Latasha terkekeh, ia jongkok agar bisa setara dengan Gaitha lalu memasang wajah memelas untuk meminta maaf. “Maaf ya, tadi mama kebelet pipis,” dusta Latasha. Gaitha yang awalnya diam kemudian mengangguk, “Kue mana?” tanyanya sambil mengadahkan kedua tangan mungilnya. Latasha
last updateLast Updated : 2021-08-20
Read more
9. First Kiss
Latasha melepaskan genggaman Evan dengan cukup kasar, kemudian ia merapihkan pakaiannya lalu pergi meninggalkan Evan tanpa kata permisi. Pertama kalinya bagi seorang Evan merasakan pedih ketika seseorang acuh tak acuh kepadanya. Selama ini Evan merasa dirinya cukup berkuasa dan tidak pernah menerima penolakan dari siapapun. Ia sendiri pintar dalam hal itu hingga lawan bicaranya bisa bertekuk lutut dengannya. Tetapi kali ini, semua persepsi ia adalah seorang yang tidak mudah di tolak, di patahkan langsung oleh perubahan sikap Latasha kepadanya. Latasha yang dulu dan sekarang begitu beda di pandangan Evan. Kepolosan wanita itu masih menjadi ciri khasnya, tetapi sikapnya bisa menjadi dingin dengan caranya sendiri.“Shit!” Umpat Evan kesal. Ia hampir mendorong kursi kesayangannya itu ke arah jendela.“Siapa dia? Siapa yang sudah menyakitinya lebih dari aku?&r
last updateLast Updated : 2021-09-03
Read more
10. Finally
Lea mundar-mandir hingga Gaitha heran melihat dirinya, telfon yang di genggamnya sesekali di banting karena lawannya tidak menjawab panggilannya. “Tante, main apa?” Dengan polosnya bocah itu bertanya seraya memakan bolu di tangan sebelahnya. Lea berhenti dari kegiatannya dan menoleh ke arah Gaitha dengan wajah menahan amarah, “Tante telfon mama kamu, tapi nggak di angkat. Ke mana mama kamu, ya? Udah jam lima belum pulang.” “Mama kelja, tadi salim sama, Itha.” Lea menghela napas, ia menghampiri Gaitha dan berjongkok, “Itha nonton film  kartun aja, ya.”
last updateLast Updated : 2021-09-08
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status