Home / Romansa / My Peaches / 4. Rindu?

Share

4. Rindu?

Author: Shawty Ajeng
last update Last Updated: 2021-06-25 11:13:59

Evan berjalan cepat menuju club malam seorang diri. Setelah seharian bekerja membuat lelaki itu menginginkan sedikit hiburan. Sesampainya, Evan langsung di sambut oleh penjaga club seperti biasanya. Club milik Tan, temen kuliahnya dulu adalah seorang duda tanpa anak. Kehidupan Tan begitu bebas sehingga status menikah hanyalah pajangan bagi dirinya, Tan sendiri sudah menikah sebanyak empat kali dan tentu saja semua itu tidak bertahan lama. Kecintaan Tan terhadap club membuat istrinya tidak tahan dan memilih untuk cerai. Tan memang pandai dalam menggoda perempuan, ketampanan Tan tidak beda jauh dengan Evan yang anak seorang CEO. Pun kekayaan Tan setara dengan Oliver.

“Hi, bro!”

Tan menyapa Evan saat ia sedang duduk di sofa bersama wanita  malam yang di pilihnya. Evan tak membalas sapaan Tan melainkan langsung duduk dan menuangkan wine untuk di minumnya.

Tan tertawa, ia memberi isyarat agar wanita di sebelahnya menyingkir.

“Ada apa?”

“Gue butuh hiburan.”

“Apa Nayla udah lo hubungi?”

“Hm.”

“Bagaimana hari ini?”

“Biasa aja.”

Tan tahu sikap Evan yang malas untuk membahas hari-harinya. Kemudian, Tan memanggil seorang wanita bergaun hitam nan sexy. Berniat untuk memberi sedikit hiburan kepada teman kuliahnya ini.

“Bro, mungkin dengan ini lo bisa terhibur.”

Evan melirik sekilas ke arah wanita itu, terapi ekspresi Evan biasa saja yang kemudian ia berpamitan kepada Tan untuk pergi. Sekaligus ia meminta Tan untuk mengantarkan dua botol wine ke mobilnya.

“Malam ini Nayla udah sampai di apartmen.” ucap Evan saat berjalan menuju mobilnya.

“Apa lo mau ikutin jejak gue? Menikmati setiap tubuh wanita tanpa ada status?”

Evan berhenti kemudian berbalik, “Kita memang berteman, tetapi untuk itu gue belum kepikiran akan bagaimana.”

Tan hanya mengangguk, sangat mengerti kemauan Evan. Meraka berdua tidak beda jauh, saat kuliah pun Evan sudah melepas perjakanya karena ajakan Tan. Mungkin jika di hitung Tan lebih banyak menikmati tubuh wanita di banding Evan. Setelahnya Evan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Sampai di Apartemen miliknya, Evan melihat seorang wanita yang di kenalnya sudah duduk di loby. Tanpa basa-basi lagi Evan langsung menarik tangan sang wanita itu untuk ke kamarnya. Wanita itu hanya tertawa melihat tingkah Evan yang mungkin saja sudah tidak tahan ingin melepas rasa penatnya.

Nayla adalah wanita malam yang di temui Evan di club milik Tan, tetapi tidak sembarangan pula yang bisa menikmati tubuh indah wanita itu. Nayla harus memilh siapa yang pantas untuk dirinya, salah satunya adalah Evan. Tentu saja karena Evan anak konglomerat. Demikian Evan, ada beberapa wanita yang sudah di tiduri tetapi Nayla bisa di bilang lebih banyak menikmati kejantatan miliknya. Tidak ada rasa sedikit pun baik Nayla dan Evan. Pekerjaan Nayla membuat dirinya mati rasa dan hanya menikmati uang setelah memuaskan hasrat para lelaki konglomerat.

Sesampainya di kamar, Evan langsung melumat bibir sexy Nayla, meremas bokong indah itu seraya mendekatkan kejantanan milik Evan dengan vagina Nayla. Tentu saja wanita itu mengerang nikmat saat lumatan itu berpindah ke leher, kemudian turun ke tempat paling indah yang di miliki wanita. Evan langsung merobek gaun Nayla begitu saja, membuat dua buah gundukan itu mengembul tepat di wajah Evan. Tak pakai jeda, Evan langsung menikmati gundukan itu serta melumat puting Nayla tanpa ampun. Nayla yang sudah mulai lemas oleh sentuhan Evan mulai meremas rambut lelaki itu diringi erangan kenikmatan.

Tubuh Nayla di dorong lembut oleh Evan ke ranjang king size miliknya. Lelaki itu membuka pakaiannya, Nayla pun hanya diam karena setiap melakukan hubungan Evanlah yang membuka seluruh pakaian Nayla dengan paksa.

“Evan, jangan lupa pengamannya.”

Evan tak menjawab ia langsung bergegas ke laci samping ranjangnya dan mengambil pengaman itu. Nayla sudah tak tahan, area sensitifnya sudah mulai basah dan siap untuk di nikmati lebih jauh.

Ketika sudah sama-sama tanpa busana, disitulah Nayla terpukau dengan kejantanan milik Evan yang sudah mengeras. Evan masih menciumi setiap inci tubuh Nayla tanpa henti, melumat area-area yang dapat membuat Nayla mengerang nikmat.

“Ah, Evan….”

“Evan….”

“Shut up, bit*h.” suara Evan mulai serak.

Roleplay yang di buat Evan cukup bagi keduanya, Evan memasukan kejantanan miliknya ke lubang kenikmatan milik Nayla. Wanita itu berteriak dengan suara sexy, bermula dengan tempo lambat Evan langsung memberi tempo cepat setelahnya. Membuat malam itu adalah kenikmatan bagi keduanya setelah beberapa minggu terakhir tidak saling melepas hasrat.

***

“Lea, hari ini mau pergi?”

“Nggak, Kak. Biar gue yang jagain si Itha.”

Latasha tersenyum, wanita itu berencana datang lebih pagi karena ingin lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan anaknya masih tertidur pulas, Latasha tidak bisa membangunkannya.

“Kalau begitu, Kakak pergi dulu.”

“Bye!”

Latasha pergi menaiki bus seorang diri menuju tempat kerjanya, sudah hal biasa juga baginya selalu seperti ini. Tidak terpikir oleh wanita itu tentang, ‘apakah ia akan menikah lagi?’. Mungkin pertanyaan itu dia kesampingkan dan lebih fokus mengurus Gaitha hingga anak itu tumbuh dewasa.

Setelah wanita itu turun Latasha langsung masuk ke tempat kerjanya, ia berjalan menuju pantry  dengan langkah terburu-buru. Saat menyadari pintu pantry sudah terbuka, wanita itu mengira bahwa salah satu temannya sudah datang lebih awal.

“Pasti Rumi,” pikirnya.

Ketika Latasha masuk, di situlah pertemuan kembali dengan Evan. Lelaki itu sedang membuat kopinya sendiri. Dari belakang tubuh besar Evan serasa menarik Latasha untuk memeluknya. Rasa rindu itu menjalar tiba-tiba ke seluruh tubuhnya.

“Kenapa?”

Suara Evan membuyarkan lamunan Latasha, ia sempat salah tingkah saat Evan menatapnya dengan intens. Langkah Evan mendekat setelah ia menyeruput kopinya.

“Latasha tidak banyak berubah.”

Latasha hanya menunduk, ia malu sebenarnya. Karena tak menyangka jika mantan kekasihnya, sekarang menjadi bosnya.

“Cobalah untuk nggak menunduk di saat biacara dengan orang.”

“M-maaf, Pak.”

“Lalu… bisakan jangan panggil Pak di saat lagi berdua?”

Latasha mendunga, ia memberanikan diri untuk menatap Evan yang sedang lanjut menyeruput kopinya. Tatapan Evan tak berpaling dari Latasha, lelaki itu sukses membuat jantung Latasha berdebar lagi seperti kemarin.

“Aku ingin bertanya.”

“Ya?”

“Ke mana suami mu?”

Kedua mata Latasha memanas. Heran jika setelah bertahun-tahun lamanya ia sangat menghindari pertanyaan itu. Tetapi Evan dengan berani bertanya tanpa berpikir lagi, 'apakah hal itu menyakitkan hati seorang wanita atau tidak?'.

“Apakah pertanyaanku sulit di jawab?”

“Aku sudah bercerai, aku nggak tau di mana suamiku.” Suara Latasha dengan mulai bergetar.

Evan tidak menyadari itu meski ia masih menatap Latasha dengan intens, melainkan ia bertanya tentang hal lain, “Kamu sudah punya anak?”

Latasha mengangguk, “Perempuan, namanya Gaitha.”

“Namanya yang bagus.”

“Terima kasih.”

“Latasha….”

Latasha kembali menatap Evan dengan sedih. Ada rasa yang sulit di jelaskan oleh Latasha sendiri.

“Apa kamu merindukan seseorang selama ini?”

Related chapters

  • My Peaches   5. Mulai Menyesal?

    “Apakah kamu merindukan seseorang?”Pertanyaan itu terniang-niang di kepala mungil Latasha, ia heran kenapa Evan bertanya seperti itu. Sesaat Evan pergi, wanita itu tidak berbicara lagi dan hanya menunduk. Tidak kuat menatap Evan terlalu lama. Sifat Evan semakin terlihat oleh Latasha jika lelaki itu sudah sedikit berubah, tidak kasar seperti dulu.Ingatan delapan tahun lalu kembali muncul saat Evan beberapa kali sudah menampar Latasha karena masalah kecil. Evan yang dulu sangatlah sensetif dan hanya Latasha yang bisa bertahan cukup lama dengan lelaki mata elang itu. Berbanding terbalik dengan mantan-mantan Evan sebelumnya, belum genap sebulan mereka sudah meninggalkan Evan lantaran tidak kuat. Evan SMA egonya masih tinggi, tetapi ia terpilih jadi ketua osis karena kepintaran lelaki itu serta ide-ide brilian dalam mengembangkan kedisiplinan para siswa.

    Last Updated : 2021-07-01
  • My Peaches   6. Resah Jadi Luka

    “Itha langsung ke kamar mandi, ya.” “Mama, tadi om cakep. Milip sama temen iItha.” Ucapan bocah itu sontak membuat Latasha terkejut. Ia hanya tersenyum dan menyuruh Gaitha untuk segera ke kamar mandi. Dari balik jendela, Latasha masih memperhatikan mobil donker itu diam di depan rumahnya. Merasa ada kepingan hati yang tak boleh pergi, Latasha tersenyum tipis tanpa ia sadari. Kesakitan yang ia rasakan dulu seperti sudah terhapus dengan sedikit perubahan Evan meski tanpa sentuhan. Sekali lagi, Latasha mencoba menyadarkan dirinya. “Kalian udah beda status! Stop it, Ta!” *** Di perjalanan Evan menelpon Tan, sebagai orang yang sudah pernah menikah, mungkin Tan tahu alasan-alasan apa yang membuat dua sejoli memutuskan untuk bercerai. Maklum saja, Evan belum memikirkan untuk menikah, sudah menikmati tubuh be

    Last Updated : 2021-07-11
  • My Peaches   7. Deserve You

    Latasha terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam dinding dengan panik saat jarum itu menunjukkan pukul delapan pagi. “Astaga!” Latasha langsung bersiap diri dengan terburu-buru, ia bahkan mengabaikan ucapan pagi dari Gaitha. Lea yang menyadari itu merasa aneh melihat Latasha hampir terjatuh saat masuk ke kamar mandi. Niat ingin bertanya, hal itu Lea urungkan saat Gaitha merengek meminta sarapannya.“Sebentar, bocah. Nanti Tante Lea antar ke depan, ya.”Setengah jam sudah berlalu Lea langsung bertanya kepada Latasha saat keluar dari kamar mandi. “Kak Tata kesurupan apa pagi-pagi?”Latasha mengerutkan kening, “Lea! Kamu nggak bangunin Kakak, ya. Kakak telat masuk kerja!”“Hah? Sekaran

    Last Updated : 2021-07-23
  • My Peaches   8. Don’t You

    Latasha memasuki rumah dengan langkah terburu-buru hingga ia tak membalas sapaan Gaitha yang kegirangan melihat mamanya pulang. Wanita itu bergegas masuk kamar mandi untuk segera bebersih sejenak, kemudian langsung membenahi barang belanjaannya. Pikiran Latasha melayang entah kemana, tanpa ia sadari bulir air mata itu turun dengan sendirinya. “Mama," panggil Gaitha seraya menarik lembut ujung baju Latasha, seketika ia tersadar lalu menghapus air mata itu dan menoleh ke anaknya. “Kenapa sayang?” “Manggil-manggil mama nggak jawab,” omel bocah itu. Latasha terkekeh, ia jongkok agar bisa setara dengan Gaitha lalu memasang wajah memelas untuk meminta maaf. “Maaf ya, tadi mama kebelet pipis,” dusta Latasha. Gaitha yang awalnya diam kemudian mengangguk, “Kue mana?” tanyanya sambil mengadahkan kedua tangan mungilnya. Latasha

    Last Updated : 2021-08-20
  • My Peaches   9. First Kiss

    Latasha melepaskan genggaman Evan dengan cukup kasar, kemudian ia merapihkan pakaiannya lalu pergi meninggalkan Evan tanpa kata permisi. Pertama kalinya bagi seorang Evan merasakan pedih ketika seseorang acuh tak acuh kepadanya. Selama ini Evan merasa dirinya cukup berkuasa dan tidak pernah menerima penolakan dari siapapun. Ia sendiri pintar dalam hal itu hingga lawan bicaranya bisa bertekuk lutut dengannya. Tetapi kali ini, semua persepsi ia adalah seorang yang tidak mudah di tolak, di patahkan langsung oleh perubahan sikap Latasha kepadanya. Latasha yang dulu dan sekarang begitu beda di pandangan Evan. Kepolosan wanita itu masih menjadi ciri khasnya, tetapi sikapnya bisa menjadi dingin dengan caranya sendiri.“Shit!” Umpat Evan kesal. Ia hampir mendorong kursi kesayangannya itu ke arah jendela.“Siapa dia? Siapa yang sudah menyakitinya lebih dari aku?&r

    Last Updated : 2021-09-03
  • My Peaches   10. Finally

    Lea mundar-mandir hingga Gaitha heran melihat dirinya, telfon yang di genggamnya sesekali di banting karena lawannya tidak menjawab panggilannya.“Tante, main apa?” Dengan polosnya bocah itu bertanya seraya memakan bolu di tangan sebelahnya.Lea berhenti dari kegiatannya dan menoleh ke arah Gaitha dengan wajah menahan amarah, “Tante telfon mama kamu, tapi nggak di angkat. Ke mana mama kamu, ya? Udah jam lima belum pulang.”“Mama kelja, tadi salim sama, Itha.”Lea menghela napas, ia menghampiri Gaitha dan berjongkok, “Itha nonton film kartun aja, ya.”

    Last Updated : 2021-09-08
  • My Peaches   11. Lea

    Lea terdiam di sebuah ruangan serba abu-abu dengan mata menahan tangis. Tak hanya dia, beberapa orang di sana juga sedang gelidah menunggu seseorang yang sebentar lagi akan datang untuk memberi berita. Entah apa itu, yang jelas nasib meraka yang di ruang tersebut sedang di ujung tanduk.“Le,” panggil seorang cowok klimis di samping Lea.“Ngapa?”“Bagaimana, ya, Le?”Lea masih belum mau menatap siapapun, ia hanya tertunduk seraya memainkan jari-jarinya, “Apaan, sih? Nggak jelas banget lo.”“Nasib kita. Gue sedih, nanti buat pulang kampung bagaimana kalau kita semua di pecat.”Ya. Permasalahan seorang k

    Last Updated : 2021-10-09
  • My Peaches   12. Secangkir kopi

    Senin. Hari di mana semua aktifitas bermula. Semua kerjaan dari hari ke hari menumpuk di hari tersebut. Lagi-lagi Evan di tegur oleh Oliver untuk segera menyelesaikan proyek cafe baru yang tengah ia kerjakan. Tetapi bukan Evan namanya jika tidak punya ide B. Diam-diam proyek itu sudah selesai berkat bantuan tangan kanannya Evan, Renatta dan dua orang karyawan terpercayanya. Bukan Evan malas, lantaran ia juga memiliki bisnis sendiri di luar perusahaan Gtama Group itu. Cuan yang Evan incar sampai-sampai beberapa hari lalu ia melewatkan kunjungannya ke proyek cafe tersebut.“Bagaimana? Lusa kita siap buka cafe baru itu?” Pertanyaan serius itu mengarah kepada Renatta.“Siap, Pak. Semua karyawan baru juga sudah saya rekrut, tetapi masih kurang satu karyawan wanita lagi.”

    Last Updated : 2021-10-16

Latest chapter

  • My Peaches   35. Ayah

    "Om... ini Itha dimana? Itha mau pulang, mau ketemu Mama sama Tante Lea." Sudah sekian kalinya Gaitha mengeluarkan kata-kata tersebut kepada Alvin, dan Alvin hanya diam saja seraya mengelus puncak kepala gadis kecil itu. Di lubuk hatinya, Alvin senang meski dulu ia mencampakan istri dan anaknya. Bahkan sosok Gaitha membuat hatinya tenang, wajah Gaitha begitu mirip dengan Latasha. Bahkan cara bicaranya pun sangat mirip dengan mantan istrinya itu, hanya warna mata dan rambut sedikit ikalnya yang mirip dengan Alvin. "Itha... Itha mau punya, Ayah?" Tanya Alvin lembut. Gaitha tampak berpikir, kemudian menjawab dengan polosnya, "Mau. Tapi Itha udah ada Ayah." "Siapa?" "Om." Alvin tampak bingung, "Om?" Gaitha mengangguk, "Om teman Mama, namanya Om Epan!" Seru bocah itu girang. Tatapan Alvin berubah menjadi dingin ketika nama Evan di sebutkan, tetapi Gaitha tidak menyadari itu yang membuatnya kembali normal. "Itha mau tau sesuatu?" "Apa?" Alvin beranjak dari duduknya, ia mengambil

  • My Peaches   34. Sebuah Kabar (2)

    Dengan langkah gontai, Evan berjalan cepat menuju tempat dimana wanita itu di rawat. Pikiran Evan sudah tidak bisa di kontrol lagi, satu yang akan Evan lakukan, menemukan Alvin kemudian membunuhnya. Setelah berada di lantai tiga, ia langsung menuju lorong yang di sana sudah terdapat empat bodyguard suruhan Evan di awal. Tanpa berkata lagi, Evan ingin mendobrak kamar inap Latasha dan hal itu di tahan oleh dua bodyguard lainnya. "Bos, Ibu Latasha masih di tangani. Dia habis melewati perawatan intens karena lukanya, bos." Evan menghempaskan tubuh kedua bodyguard itu sehingga mereka terjatuh di lantai. Belum sempat Evan bergerak, dua bodyguard lainnya menahan tubuh besar Evan agar tidak masuk keruangan tersebut. "Bos, tahan dulu. Masih ada dokter di dalam, kita belum boleh masuk." "Bangsat! Siapa yang berani ngatur gue!" Sentak Evan bersamaan ia mendorong kedua tubuh bodyguardnya. Napasnya memburu, wajahnya merah padam serta rahangnya mengeras, benar-benar menandakan betapa emosinya

  • My Peaches   33. Sebuah Kabar

    "Rum, kok Latasha belum datan? Udah jam 8, loh." Kata Pak Rega ketika memasuki pantry. Rumi menoleh dengan wajah yang khawatir. Ia juga sudah beberapa kali menghubungi wanita itu tetapi belum ada jawaban. "Aku nggak tau, tumben banget Latasha nggak ada kabar kalau emang dia nggak masuk." "Apa dia sakit?" Rumi hanya menggeleng, "Latasha wanita kuat, meriang aja dia tetap masuk." "Kamu punya nomor kerabat Latasha?" Rumi menghela napas lesuh, "Nggak punya, Pak." "Tapi, Rumi jadi khawatir deh sama Latasha. Nggak biasanya dia kaya gini." Lanjut Rumi. "Tunggu sampai siang, mungkin memang benar Latasha sedang sakit dan belum sempat kabarin kita. Orang pertama yang ia kabari pasti saya." Jelas Pak Rega. Rumi hanya mengangguk saja, "Nanti setelah istirahat Rumi coba hubungi dia lagi." Pak Rega mengangguk setuju, "Kamu bikinkan teh hangat untuk Pak Evan, seharusnya ia suruh Latasha. Tapi dia belum datang jadi kamu aja sana." "Baik Pak." Sesampainya di ambang pintu ruangan Evan, Rumi

  • My Peaches   32. Penelusuran

    Setelah dari rumah Latasha, Evan langsung berlalu menuju mobilnya. Ia enggan untuk pulang dan justru mengikuti jejak Alvin yang sudah pergi beberapa menit yang lalu. Meski ia tidak yakin akan bertemu sosok Alvin, setidaknya jika Tuhan berkendak, ia ingin melihat Alvin dari jarak jauh saja sudah cukup. "Kemana bajingan itu pergi?!" Umpatnya kesal ketika mobilnya menyusuri jalanan berkelok dengan bebatuan. Sempat sulit bagi Evan mengendari mobilnya. Terakhir kali ia melihat Alvin, lelaki itu berbelok ke jalanan tersebut. Setelah setengah jam menyusuri jalanan bebatu, Evan mematikan mesin mobilnya ketika melihat gubuk kecil yang tak jauh dari pandangannya. Kedua matanya masih memantau pergerakan gubuk tersebut lantaran Evan yakin jika itu tempat persembunyian Alvin selama ini. Jarak pandang yang minim, membuat Evan mengambil ponselnya lalu mengarahkan kameranya kesana. Ia merekam dan mengzoom gubuk tersebut, detik berikutnya ia terperangah lantaran melihat sosok laki-laki yang sangat

  • My Peaches   31. He's Come Back

    Evan memijat keningnya, ia memikirkan cara agar Latasha mau mengikuti keinginannya. Tan sudah memberi usul untuk menyewa bodyguard khusus agar Alvin bisa terpantau, di tambah lagi mereka akan selalu mengawasi Latasha dan Gaitha. Hanya cara itu yang bisa Evan lakukan untuk saat ini. Setidaknya, sampai wanita itu mau berbicara lagi dengannya. Sepeninggal Latasha sore tadi, membuat Evan sedikit kelimpungan. Pasalnya wanita itu selalu berpamitan ketika ingin pulang, lain hal kali ini. Sama sekali ia tidak mengabari dirinya. Bahkan ketika berpapasan di lift Latasha berusaha menghindarinya. Sengaja Evan tidak memberitahu alasan mengapa mengajak Latasha tinggal di tempatnya. Lelaki itu mengira jika hubungannya sudah membaik dan wanitanya akan mau di ajak kemanapun. Tetapi, semua itu tidak mudah. Latasha tetaplah Latasha yang tidak suka merepotkan orang-orang sekitarnya. Evan beralih ke laptop di hadapannya. Saat ini ia sedang berada di apartementnya. Setelah menyelesaikan cuti dua harinya

  • My Peaches   30. Please.

    Dua minggu telah berlalu semenjak menyelesaikan kasus Nayla. Kini kantor Gtama Group tengah mengadakan acara besar. Penyematan jabatan kepada Evan Farraz Geutama. Hari ini ia resmi menyandang gelar CEO menggantikan Oliver, sementara lelaki paru baya itu akan fokus untuk mengatur bisnis lainnya di luar perusahaan. Oliver akan lebih santai dan tidak terlalu sering pergi ke kantor untuk menjalankan bisnis yang selama ini ia besarkan. Evan sudah memimpin di perusahaannya, bisa di bilang Oliver akan pensiun dari tempat tersebut. Meski nama Oliver akan selalu tetap jadi utama di sana. "Selamat, Evan. Tepat hari ini kamulah CEO Gtama Group." Oliver menjabat tangan Evan dan memeluknya sesaat. Suara tepukkan memenuhi ruangan rapat yang luas itu."Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada saya." "Tentu, karena kamu sudah di takdirkan untuk meneruskan perusahaan ini." Oliver melepas jabatannya. Lalu mempersilakan Evan memberi sambutan serta misi visi pribadinya dalam menjalankan perusahaan

  • My Peaches   29. Feeling

    Bab 29 Esoknya pagi-pagi Evan di kejutkan dengan deretan email dari Oliver yang menyatakan bahwa pembersihan data tersebut telah berhasil. Di tambah lagi banyak kolega baru yang mengirim email ke Evan untuk mengajaknya kerja sama dalam hal berbisnis. Bukan itu saja, deretan spam email itu rata-rata memberitahu jika bisnis yang ia jalankan sebelumnya mendapat keuntungan yang melimpah. Kini Evan yakin jika tinggal beberapa langkah lagi Evan akan menyandang gelar CEO menggantikan Oliver. Lelaki itu menghela napas, mengatur sedikit napasnya dan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 8 pagi. Kali pertamanya bagi Evan bangun di atas jam 7, ia meregangkan otot tangannya sesaat. Lalu beranjak dari ranjangnya, keluar dari kamar dan menuruni anak tangga menuju ruang makan. Sudah ada Erick yang tengah menyantap sarapannya dengan nikmat. Suasana hening kembali terasa di pagi hari. "Kemana orang-orang?" Evan bertanya setelah mencomot roti panggang yang tersisa satu. "Pergi ke Mars, capek

  • My Peaches   28. Good Night

    Tan, Evan, beberapa bodyguard serta ahli IT tengah berkumpul di sebuah ruangan yang bertepatan di Mansion milik Evan. Mansion tersebut berada di ujung kota dan tidak banyak orang yang tahu kecuali Tan dan para bodyguard mereka. Dengan sistem yang sudah di atur oleh Evan, membuat privasi ketika berada di Mansion tersebut akan selalu terjaga. Keluarga Gtama dan Nayla pun tak pernah tahu jika salah satu anak mereka memilik Mansion mewah di kota tersebut. Mansion itu juga akan menjadi tempat tinggal Evan bersama pasangannya nanti, tentu saja ia sudah memikirkan hidup dengan Latasha. Di bar khusus, para ahli IT sudah bersiap dengan alat perang mereka. Sudah saatnya semua kebocoran data akan di hapus untuk membuat reputasi Evan kembali membaik. Di tambah lagi ia akan memblokir semua akses dengan Nayla agar wanita jalang itu tidak bisa lagi untuk melacak tentang Evan. "Backinga-an Nayla apa udah meluncur kemari?" Tanya Tan di sela-sela keheningan. Evan menjawab setelah menuangkan minumanny

  • My Peaches   27. Kenyataan

    Lea masih berkutik dengan laptopnya ketika berada di perpustakaan kampus. Dengan sesekali melirik buku-buku tebal tentang administrasi, membuatnya kembali pusing mengingat sebentar lagi ia akan menghadapi ujian. Beberapa kali Lea menghela napas panjang, memegang perutnya yang terasa perih lantaran belum makan dari pagi. Lea menyandarkan punggungnya di kursi, sekilas melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 12 siang. Sesaat gadis itu memejamkan matanya untuk sekedar menenangkan pikirian. Detik berikutnya Lea di kejutkan dengan kedatangan Erick ketika ia membuka matanya, cowok tengil itu sudah berada di hadapannya tengah duduk dengan paper bag cokelat di atas meja. "Ba-Erick...," Lea membenarkan posisi duduknya. Erick tidak langsung menjawab, ia mendorong paper bag di hadapannya kearah Lea. "Makan." "H-hah?" "Lo budeg?" Sindir Erick kejam. Lea meremas celana jeansnya, ia benar-bener heran dengan sikap Erick yang seperti ini tiba-tiba. "Lo tau dari mana gue belum makan?

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status