Share

Part 2

Author: Shova Nst
last update Last Updated: 2021-04-15 17:04:51

07 : 15 WIB

    Suasana ibu kota Indonesia selalu seperti biasa dengan keramaiannya. Orang-orang melakukan berbagai macam aktivitas seperti biasa. Kota ini merupakan kota terpadat se-Indonesia juga kota yang tidak pernah tidur. Saat berada dikota ini, kita seakan-akan lupa waktu, walaupun tengah larut malam orang-orang masih saja berkeliaran melakukan aktivitas mereka seakan tak kenal waktu untuk tidur. Saat berada di kota ini, ada satu masalah yang seakan selalu menguji kesabaran siapa saja. Kemacetannya, yang sangat terkenal bahkan sampai keluar Indonesia. Hanya untuk mencapai suatu tempat pun menjadi butuh waktu yang lama, seperti yang tengah dialami oleh seorang pria yang sedari tadi terus mengeluarkan umpatan melihat kemacetan didepannya. Suara klakson yang saling bersahutan menambah keributan dearah itu. 

Rambu-rambu lalu lintas yang berada dipersimpangan jalan itu sudah menunjukkan warna hijau yang menyala, menandakan bahwa para pengguna jalan sudah bisa kembali melanjutkan perjalanan. Namun, tidak dengan pria yang sedari tadi terus mengumpat dan orang-orang di depannya yang juga tengah membunyikan klakson mereka berulang kali. Sesuatu telah terjadi dipersimpangan jalan itu. Suara tangis dan jeritan wanita terdengar oleh pendengaran pria itu.

"Shiiit..." umpat pria itu sebelum keluar dari mobil mewahnya. Ia bertanya pada salah seorang pengguna jalan yang tidak jauh berdiri dari mobilnya. 

"Dek! Di depan itu kenapa?" Tanyanya saat sudah berdiri di dekat seorang anak muda. 

"Ada kecelakaan, Mas." Jawab pemuda itu.

pria itu mengangguk lalu kembali berjalan memasuki mobilnya.

Rencanaku hari ini gagal total, batin pria itu. 

Sekitar satu jam kemudian, pria itu akhirnya sampai ditujuan. Ia menghembuskan nafas kasar sebelum melapas seatbelt dan keluar dari mobil. Saat memasuki gedung yang sudah dua tahun berada dibawah kekuasaannya, para karyawan yang melintas didepannya menyapa pemimpin mereka dengan ramah. Terutama para kaum hawa yang rela pura-pura berjalan dihadapan pria itu hanya untuk memberi sapaan. Namun, tak satupun dari mereka yang mendapat balasan. Jangankan dapat balasan, dapat senyum sedikit saja tidak. Namun, hal itu tidak membuat mereka berhenti untuk menarik perhatian atasan mereka tersebut.

"Pagi, Sir." Sapa wanita yang merupakan salah satu karyawan pria yang diketahui bernama Elgan. Wanita itu mengerucutkan bibirnya saat tidak mendapat respon dari atasannya.

Elgan memasuki lift yang disediakan khusus untuknya dengan berwibawa. Rahang tegas dan matanya yang tajam membuat siapa saja yang menatap mata itu akan merasa terintimidasi.

Siapa yang tidak kenal dengan pria itu? Mungkin tidak ada. 

Elgan Gaulia Lambert merupakan seorang CEO di perusahaan milik keluarganya yang ternama di Indonesia. Putra pertama dari keluarga kaya raya, yang bahkan kekayaan keluarganya tidak akan habis sampai tujuh keturunan. Elgan dikenal sebagai pria dingin dan kejam. Dia tidak akan sungkan untuk menghancurkan siapa saja yang berani melawannya. Musuhnya ada dimana saja dalam dunia bisnis. Begitu pula dengan fansnya yang bertebaran entah dimana saja bahkan keluar negeri. Entah sampai kapan ia akan terus menyandang predikat sebagai pria kejam yang dingin. Mungkin dia butuh seseorang yang dapat menghancurkan sikapnya yang seperti itu.

"Hai, Bro..." Sapa Niko yang merupakan sahabat sekaligus menjelma sebagai sekretaris pribadi Elgan. 

"Lo udah sampai? Tumben." Elgan mengabaikan sapaan Niko  dan malah menanyakan sesuatu yang sudah tidak perlu lagi 

Datang lama salah, cepat salah, batin Niko.

"Ya iya la, kan gue udah ada disini, lo kayaknya makin gak sehat, deh. Lo kenapa? Masih galau?" Tidak ada seorang pun yang berani berkata seperti itu padanya, apalagi sampai mengatainya tidak sehat kecuali temannya ini, Niko.

Elgan hanya diam tidak menggubris perkataan Niko dan berlalu dari hadapan sekretarisnya itu. Ia duduk dikursi kebesarannya dan mulai mengerjakan tugasnya yang sudah menumpuk. Terlalu banyak berkas yang harus diperiksa dan ditandatangani. Baru saja lima belas menit ia berkutat dengan berkasnya, suara deringan ponsel yang terletak diatas meja kerjanya berdering.

"Halo, Ma." Suara Elgan melembut saat bicara dengan mamanya.

"Iya Ma, Elgan baru sampai sekitar 15 menit yang lalu." Ketika Elgan sedang menerima telepon suara langkah kaki terdengar memasuki ruangannya membuat ia mengalihkan tatapannya pada suara itu.

"Mama ada-ada saja, Elgan baru sampai, Ma. Sangat tidak mungkin jika Elgan pulang." Elgan menghembuskan nafas lelah meladeni tingkah mamanya.

"Udah ya, Ma, masalah itu kita bicarakan nanti malam saja, bye, Ma." Elgan mematikan sambungan telepon dan celotehan mamanya di seberang sana.

"Merepotkan." Gerutu Elgan

"Gitu banget lo bro, dosa tau ngatain emak kayak gitu. Lo mau jadi anak durhaka, hem?" Niko yang sedari tadi memperhatikan sahabatnya dari sofa empuk yang tengah di dudukinya mengeluarkan suara.

"Lo aja yang jadi anak durhaka." Balas Elgan.

"Emangnya ada apa?" Tanya Niko penasaran.

Elgan hanya mengedikkan bahunya, acuh.

"Ngapain?" Sinis Elgan.

"Nganterin itu, lo tinggal nandatanganin aja." jawab Niko sambil menunjuk lembaran dokomen penting yang sudah diletakkannya diatas meja Elgan.

"Nanti malam lo mau gak nemenin gue?" Tanya Niko, namun matanya menatap layar tab ditangannya. 

"Kemana?" Tanya Elgan balik.

"Party ulangtahunnya temen gue. Lo ikut, ya?" Ajak Niko.

"Kapan?"

"Nanti malam lah." Jawab Niko yang sekarang menatap Elgan.

"Oo..." 

" Ooo...?" Niko menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Lo mau gak? Pasti disana nanti banyak cewek sexy. Mungkin aja kita bisa dapat satu untuk dibawa pulang." Niko tersenyum jahil menyindir Elgan yang memutar bola matanya mendengar rencana Niko.

"Lo pikir bungkusan nasi yang bisa dibawa pulang." Balas Elgan Sarkastik.

"Gue belum tahu. Liat nanti malam aja." Final Elgan. Setelah itu ia kembali melanjutkan tugasnya yang tadi sempat tertunda. Sedangkan Niko yang merasa kehadirannya diabaikan keluar dari ruangan Elgan yang sebelumnya ia membalas keputusan Elgan hanya dengan ber-oh ria.

Tepat pukul 17: 00 WIB, Elgan keluar dari ruangannya dan menghampiri Niko yang sedang berkutat dengan komputer di depannya.

"Lo belum pulang, gue duluan ya?" Suara Elgan yang tiba-tiba membuat Niko sedikit tersentak kaget.

"Huh, ngagetin aja lo, ya udah sana pulang, tapi nanti malam jadikan?"

"Yoi, jemput gua." Balas Elgan yang sudah mengerti maksud dari pertanyaan Niko. Niko mengacungkan kedua jempolnya sambil menampakkan deretan gigi putihnya menyetujui perkataan Elgan.

Elgan melangkahkan kakinya menuju basement dan mulai mengendarai mobilnya hendak pulang. Beberapa menit kemudian ia sudah sampai di pelataran mansion keluarganya.

"Assalamu'alaikum." Salam Elgan hendak memasuki pintu utama mansion.

"Wa'alaikumsalam." Suara mama Elgan, Lira. Terdengar dari dalam. Lira menyambut Elgan dengan senyum manisnya. Putra kesayangannya yang baru pulang terlihat sangat berantakan. Kancing baju paling atas yang sudah terbuka, dasi sudah longgar dan lengan bajunya yang sudah ditarik hingga kesiku. Namun, hal itu tidak mengurangi ketampanan Elgan sedikitpun.

"Kamu di kantor ngapain aja? Latihan gulat? Kusut begitu bajumu." Cecar Lira pada putranya.

Elgan mengedikkan bahunya asal.

Lira menyerahkan segelas teh hangat.

"Ini minum dulu." Ujarnya lembut.

"Sudah berapa kali Mama bilang, kamu itu gak perlu bekerja sekeras ini. Atur waktumu dengan baik, jangan gila-gilaan sama kerjaan mulu." Ujar Lira menasihati putranya.

"Jangan jadikan pekerjaan sebagai pelampiasan amarahmu." Sambungnya.

Elgan meneguk teh yang di buatkan mamanya dengan santai. Perkataan Lira membuatnya tidak dapat berkata-kata. Lira sudah berulang kali menasihati Elgan agar dapat mengatur waktunya degan baik. Sudah satu tahun belakangan ini Elgan selalu mengabiskan waktunya dikantor hingga larut malam, seakan tak kenal waktu untuk beristirahat. Hal itu membuat Lira sebagai seorang ibu khawatir terhadap anaknya.

"Mama mau ngomongin apa? Kenapa tadi pagi sampai nyuruh Elgan pulang?" Elgan mengalihkan topik. Ia sengaja melakukan itu karna tidak ingin mamanya membahas hal itu lagi.

"Elgan, kamu udah pulang, Nak?" Suara papa Elgan, Bima, terdengar dipendengaran mereka membuat Lira mengurungkan kembali niatnya untuk menjawab pertanyaan Elgan.

"Sudah, Pa." Jawab Elgan singkat. Bima menghampiri mereka yang duduk di sofa empuk lalu duduk disamping istrinya. Sofa yang mereka duduki terpisahkan oleh meja kaca.

"Pa, mungkin sudah saatnya kita memberitahu Elgan." Ujar Lira menatap suaminya. Bima mengangguk pengiyakan.

"Bicara soal apa, Ma?" Tanya Elgan penasaran.

"Mama akan menikahkanmu dengan gadis pilihan Mama." Lira menatap putranya serius.

Elgan terdiam beberapa saat.

"Enggak, Ma. Elgan gak bisa." Tolak Elgan.

Lira menatap suaminya. Seakan mengerti maksud istrinya, Bima memberi penjelasan kepada putra mereka.

"Harus, Elgan. Kami tidak bertanya kamu setuju atau tidak. Mama dan Papa sudah membuat keputusan yang tepat untuk hidupmu. Gadis yang akan kami nikahkan denganmu akan membuatmu sadar betapa berharganya waktu, bahkan satu detikpun. Kami tidak mau lagi melihat kehidupanmu yang berantakan seperti ini." Jelas Bima menatap putranya serius.

"Maksudnya apa sih, Pa? Elgan gak bisa menerima pernikahan ini begitu aja." Elgan menatap kedua orangtuanya bergantian.

"Kamu akan bahagia dengan gadis pilihan Mama, sebenarnya rencana ini sudah lama kami rencanakan, sangat lama, bahkan sebelum kamu ada di dunia ini, wanita yang akan dijodohkan denganmu adalah anak dari sahabat kami saat kuliah. Mama harap kamu siap dengan semua ini. Besok kita akan pergi ke rumah sahabat Mama itu untuk mengenalkan kamu dengan putrinya." Tegas Lira.

Elgan bungkam seribu bahasa. Jika mamanya sudah seserius ini, maka apa yang bisa ia perbuat? Tidak ada, selain menuruti perkataan mamanya.

Kediaman Elgan membuat Lira dan Bima merasa kalau Elgan menyetujui rencana mereka. Mereka tersenyum simpul melihat Elgan yang berada dihadapan mereka.

"Terserah kalian saja." Kesal Elgan.

"Nanti malam Elgan pergi dengan Niko ke acara ultah temannya." Elgan bingung harus berkata apa. Keputusan yang baru saja didengarnya tidak dapat dicernanya dengan baik. Bagaimana bisa ia menikah sekarang, sementara dia sedang menunggu kehadiran seseorang?.

"Ya sudah, tapi pulangnya jangan sampai larut malam." Tepukan Bima dipundak Elgan menyadarkan kembali kasadarannya yang sempat terenggut beberapa detik lalu.

"Iya, Pa." Elgan pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang sedang terlihat bahagia. 

"Hidupku akan jadi berantakan." Lirihnya sambil membuka pintu kamar.

Aroma maskulin langsung tercium saat ia memasuki kamar itu. Paduan warna coklat dan putih dapat menyatakan kalau pemilik kamar itu adalah seorang pria. Kamar itu terlihat rapi untuk ukuran pria.

Elgan mengambil gitar yang terletak disudut kamar dan membawanya ke balkon. Suara petikan gitar terdengar indah mengiringi lagu yang sedang dinyanyikannya. Bermain gitar dan bernyanyi selalu ia lakukan jika sedang banyak pikiran yang membuatnya penat. Elgan sudah menyanyikan sekitar tiga judul lagu dan itu sudah mampu mengurangi rasa penat dikepalanya.

     Malam harinya, Elgan dan Niko pergi menuju birthday party teman Niko. Saat diperjalanan, Elgan lebih banyak melamun. Pikirannya berkecamuk memikirkan segala hal yang terjadi dihidupnya secara tiba-tiba. Mungkin benar kata Niko saat menjemput Elgan tadi. Party ini mungkin akan bisa menghilangkan rasa penat yang mereka rasakan. Kerjaan yang menumpuk seakan tak ada hentinya membuat dua orang sejoli itu tidak dapat refreshing untuk menjernihkan pikiran mereka diakhir pekan. 

Jika kebanyakan pria akan menghabiskan waktu pekan mereka dengan refreshing bersama keluarga atau kekasih, hal itu berbeda dengan dua orang ini. Mereka akan lebih memilih nge-gym bersama ataupun menghabiskan waktu dirumah. 

Sesampainya dilokasi, mereka sudah melihat banyak mobil yang terparkir di basement hotel. Party ini diadakan di salah satu hotel bintang lima yang ada di Jakarta.

Elgan dan Niko berjalan beriringan menuju keramaian. Beberapa orang terkagum-kagum melihat mereka. Suara bisikan pujian terdengar oleh dua orang sejoli itu. Niko tersenyum manis membalas senyuman yang dilemparkan seseorang kepadanya. Sedangkan Elgan, ia hanya santai menampakkan wajah datar dan berwibawa.

    Tiba dikeramaian party, Niko mencari pemilik party yang akan dikenalkan dengan Elgan. Party dengan tema putih pink itu terletak didekat kolam belakang hotel. Tepian kolam sudah dihias sedemikian rupa. Balon berwarna putih dan pink tergantung dan tergeletak diatas lantai. Cahaya lilin-lilin yang menyala menambah kesan tersendiri di acara itu. 

"Nadin?" Panggil Niko saat sudah melihat Nadin, si pemilik party.

"Hai, Niko." Sapa Nadin.

"Happy birthday, Nad. Ini kado buat lo." Niko menyerahkan kado yang sudah disiapkannya sejak kemarin. Elgan memperhatikan dua orang didepannya tanpa ingin mengeluarkan suara.

"Lo cantik banget malam ini." Nadin tersipu mendengar pujian Niko. Penampilan Nadin memang sangat cantik malam ini. Ia bagaikan bidadari. Gaun berwarna putih yang berpadu dengan pink yang menjuntai hingga kelantai melekat indah ditubuh rampingnya. Ia tampak manis dan imut malam ini.

"Eh'em..." Deheman Elgan menyadarkan Niko.

"Oiya Nad, kenalin ini teman gue." Nadin mengulurkan tangannya hendak berkenalan dengan teman pria Niko.

"Nadin." Ujarnya.

"Elgan." Balas Elgan menyambut tangan Nadin. Suara Elgan terdengar dingin dipendengaran Nadin.

"Temen lo yang kemarin itu mana, Nad?" Tanya Niko sembari memperhatikan sekelilingnya.

"Kenapa? Lo rindu sama dia?" Nadin tersenyum mengejek melihat Niko.

"Bisa aja lo." Niko tersipu malu.

"Dia disana. Ayo sekalian gue kenalin Elgan sama Cia." Ajak Nadin.

Elgan dan Niko mengikuti langkah Nadin yang berjalan ke sebuah kursi yang tidak jauh dari kolam.

"Cia, gue punya teman baru buat lo." Cia berdiri saat melihat Nadin menghampirinya. Dilihatnya Niko dan seorang pria yang tak dikenalnya juga ikut menghampirinya. Cia tersenyum simpul membalas senyuman Niko. 

Malam ini, Cia menghadiri party sahabatnya. Ia mengenakan dress selutut berwarna putih gold. Cia terlihat sangat cantik dengan rambut hitam panjangnya diikat rendah yang sengaja diikalkan dibagian bawah. 

Kecantikan Cia membuat Elgan yang sedari tadi cuek mengalihkan tatapannya meneliti gadis itu.

"Hai, Cia..." Sapa Niko. Mereka berjabatan tangan.

"Kenalin, temen gue." Niko sedikit menarik lengan Elgan yang berdiri dua langkah dibelakangnya hingga tepat berhadapan dengan Cia.

"Kenalan dong." Bisik Nadin di telinga Cia.

"Cia..." Ujarnya sembari mengulurkan tangan.

"Elgan."

Elgan

Sejak kapan lo kenal sama Niko?

Send 

Nadin

Sekitar enam bulan yang lalu mungkin

Send

Related chapters

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 3

    "Elgan...! bangun...! ini sudah hampir jam sembilan!" Suara ketukan pintu dan teriakan Lira mengusik pria yang masih berada di alam bawah sadarnya."Kamu kemarin malam pulang jam berapa? Kenapa sudah jam segini masih belum bangun?!" Omel Lira.Elgan menggeliat diatas ranjang mendengar tariakan mamanya yang membuat tidur nyenyaknya terganggu."Kenapa sih, Ma?" Suara Elgan terdengar serak, khas orang bangun tidur. Matanya masih saja terpejam seperti ada sesuatu yang merekatkannya."Bangun kamu! Ini sudah jam sembilan." Tegas Lira dari luar kamar.Mendengar kata jam sembilan yang diucapkan mamanya, Elgan langsung terduduk diatas ranjang dan melihat jam di dinding dengan tampang syok."Astaga, gue telat!" Kagetnya langsung turun dari ranjang."Aaagh...."Rasa pusing langsung menyerangnya karena berdiri tiba-tiba. Elgan mengabaikan rasa pusingnya dan memasuki kamar mandi un

    Last Updated : 2021-04-15
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 4

    Malam hari, sekitar pukul setengah delapan keluarga Lambert sudah bersiap-siap hendak pergi kerumah sahabat mereka. Lira sedari tadi terus tersenyum tidak jelas membuat Elgan heran melihat tingkah mamanya itu. Lira sudah cantik dengan dress berwarna baby blue yang melekat ditubuhnya yang masih terlihat indah. Lira memang masih cantik disaat umurnya yang sudah hampir memasuki usia 50-an. Tidak heran ia memiliki putra yang sangat tampan seperti Elgan."Kenapa sih Ma kelihatannya seneng banget?" Tanya Elgan mengalihkan perhatian mamanya."Iya, mama lagi bahagia, bentar lagi bakalan jumpa calon mantu mama." Jawab Lira masih dengan senyumannya. Elgan langsung mengalihkan pandangannya dari mamanya mendengar jawaban tersebut.Tiiin...Tiiin...Suara klakson mobil terdengar dari garasi. Bima yang sedang memanaskan mesin mobil membunyikan klaksonnya saat istri dan anaknya tak kunjung keluar."Ayo, Nak. Papamu sudah heboh sendiri didepan." Lira mengajak Elg

    Last Updated : 2021-04-15
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 5

    Ingin rasanya Cia mengatakan tidak kepada Bima, tapi melihat antusias kedua orangtuanya membuat Cia bersedih. Pasti orang tuanya akan sangat kecewa jika ia menolak perjodohan tersebut.Cia tidak kunjung menjawab pertanyaan tersebut sehingga Bima kembali berujar."Keterdiamanmu akan kami anggap sebagai jawaban, bahwa kamu menerima perjodohan ini." Ujarnya.Lira dan kedua orangtua Cia tersenyum mendengar penuturan Bima barusan. Sementara Cia dan Elgan tampak diam seribu bahasa. Entah apa yang sedang mereka pikirkan, tetapi jika dilihat dari mimik wajah tampak jelas jika mereka tidak menunjukkan kebahagiaan yang biasanya dirasakan oleh sepasang kekasih yang akan segera menikah."Elgan, kamu bisa langsung memasangkan cincin untuk Cia." Suruh Bima pada anaknya.Elgan merasa seperti sedang bermimpi. Bagaimana bisa ia berakhir seperti ini. Berakhir dengan gadis pilihan mamanya dan melamar gadis itu malam ini. Elgan mel

    Last Updated : 2021-04-15
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 6

    Nadin menatap kesal ponselnya yang berada di atas meja, tepat di samping komputer. Waktu makan siang sudah masuk sepuluh menit yang lalu. Namun, Nadin masih belum beranjak dari kursinya."Kenapa lo?" Suara Cia mengalihkan pandangannya."Ini nih, si Niko. Katanya mau ngajakin gue makan diluar, tapi sampai sekarang masih belum ngasih kabar." Nadin memanyunkan bibirnya."Dia lupa kali. Mending lo telpon aja deh dari pada lo kelamaan nunggu." Cia memberi solusi."What? Yang bener aja lo! Masa iya gue duluan yang nelpon, kan gue malu. Mau ditaroh dimana wajah cantik gue ini. Nanti dia pikir gue terlalu berharap lagi." Protes Nadin tidak setuju dengan solusi Cia."Lo mah gitu, gengsinya kebangetan." Cia berujar sambil membereskan lembaran-lembaran kertas yang berserakan diatas mejanya.Nadin bungkam, tidak membantah perkataan Cia. Cia yang melihat Nadin tidak menjawab melanjutkan ucapannya."Kalau gue jadi lo ya, gue

    Last Updated : 2021-04-15
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 7

    Elgan menaiki mobil yang dikemudi oleh supirnya. Ia membiarkan Niko membawa mobilnya untuk mengantarkan Nadin, lagipula ia terlalu malas jika harus ikut dengan Niki untuk mengantarkan gadis itu ke kantornya. Sangat merepotkan, pikir Elgan.Tidak berapa lama kemudian, Elgan sampai di depan rumah mewah yang beberapa hari lalu ia kunjungi bersama orangtuanya. Ternyata di saat siang begini, pelataran rumah keluarga Florence itu tampak jauh lebih indah.Elgan bergegas menuju pintu utama. Seorang pembantu yang berada di depan rumah membukakan pintu untuk Elgan."Assalamu'alaikum." Salam Elgan setelah pembantu itu pergi dari hadapannya. Elgan melemparkan pandangannya ke setiap ruangan, menunggu si tuan rumah menjawab salamnya."Wa'alaikumsalam." Suara Elena terdengar dari salah satu ruangan. Elena menghampiri Elgan sembari tersenyum manis menyambut kedatangan calon menantunya itu."Nak Elgan, kamu sendirian? Tante pikir kamu datang b

    Last Updated : 2021-04-15
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 8

    Di pagi hari yang serah ini, orang-orang melakukan berbagai macam aktivitas. Biasanya, pagi yang cerah dapat menambah semangat bagi orang yang merasakannya. Hari ini, keluarga besar Lambert dan Florence sedang bersuka cita. Hari di mana terikatnya tali pernikahan antara Cia dan Elgan. Terlihat rumah mewah yang menjadi kediaman keluarga Florence itu sudah dihias sedemikian rupa, pertanda resepsi akan segera di mulai dan keluarga besar Lambert juga sudah tiba beberapa saat yang lalu.Di kamar lantai atas, kamar yang selalu menjadi tempat seorang gadis terlelap setiap malam, Cia tampak duduk termenung di depan cermin hias. Ia menatap pantulan dirinya yang sudah berbalut kebaya putih dengan tatapan kosong. Beberapa saat yang lalu, ia mendapat kabar bahwa keluarga Elgan sudah tiba. Cia meremas tangannya yang berada di atas paha. Ia gugup. Tidak lama lagi ia akan sah menjadi istri Elgan. Mengingat nama Elgan, Cia merasa gamang dengan pernikahan tersebut. Cia paham, bahwa ia dan Elga

    Last Updated : 2021-04-15
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 9

    Di pagi hari, sebelum matahari menampakkan dirinya, Cia sudah bangun dari tidurnya. Ia melihat ke arah samping dan menatap kosong ranjang di sebelahnya. Cia menggeleng saat pemikiran buruk tentang Elgan melintas di pikirannya."Apa malam ini dia tidak pulang?" Tanya Cia entah pada siapa.Cia mengkuncir rambutnya lalu membersihkan diri di kamar mandi.Beberapa menit kemudian, Cia sudah selesai mandi dan melaksanakan sholat subuh. Saat ini, ia sedang berkutat dengan masakannya. Cia merasa senang saat melihat bahan-bahan masakan yang sudah lengkap di lemari es. Jadi ia tidak perlu lagi pergi ke pasar untuk membeli bahan masakan. Cia sangat yakin pasti semua ini mama mertuanya lah yang menyiapkan, tidak mungkin Elgan yang melakukan ini semua, melihat wajah Cia saja dia enggan apalagi peduli dan menyiapkan semua ini.Pagi ini, Cia memasak makanan yang dulu sering ia buat bersama mamanya, nasi goreng spesial. Cia sudah menyajikan dua p

    Last Updated : 2021-04-18
  • My Cold Husband Is A CEO   Part 10

    Cia menatap nanar punggung Elgan yang menghilang di balik pintu. Cia menghela nafas lelah. Ia tidak menyangka Elgan akan pergi begitu saja tanpa mau memakan masakannya. Berbagai macam pertanyaan melintas di pikiran Cia. Bagaimana bisa Elgan pergi tanpa makan siang terlebih dulu? Mengapa pria itu menolak ajakannya? Apa Elgan sangat bencinya hingga makan bersamapun ia ogah? Kemana pria itu akan pergi dengan kondisi wajah yang belum membaik? Entahlah. Cia tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.Lagi-lagi Cia menghembuskan nafasnya sembari menengadah. Untuk kedua kalinya ia makan seorang diri di meja makan tanpa ditemani siapapun. Makanan yang awalnya terasa lezat di mulut Cia, kini terasa hambar. Sup yang ia cicipi terasa lezat beberapa saat yang lalu kini terasa berbeda di lidahnya. Semuanya, Cia merasa tidak enak dengan semua yang terjadi. Walaupun makanan tersebut terasa hambar di lidahnya, namun ia tetap harus makan. Ia butuh energi untuk menghilangkan semu

    Last Updated : 2021-04-18

Latest chapter

  • My Cold Husband Is A CEO   Info Season 2

    Hai, Kak, terimakasih banyak karena kalian sudah membaca novel ini. Tanpa dukungan kalian novel ini mungkin tidak akan bisa aku selesai dengan baik. Terimakasih atas supportnya selama ini. Di sini, aku ingin menyampaikan mengenai kelanjutan dari cerita My Cold Husband Is A CEO. Yang mana judul selanjutnya My Cold Husband IS A CEO 2. Kakak semua bisa lihat di 'tentang penulis' di bagian depan buku ini untuk melihatnya. Tentu saja aku pasti melanjutkan cerita ini karena masih banyak konflik-konflik yang akan mengiringi perjalanan rumah tangga Elgan dan Cia, kehamilan Cia dan juga perjalanan cinta Niko dan Nadin. Semoga kalian suka dengan kelanjutan cerita ini. Sekali lagi aku ucapkan terimakasih.

  • My Cold Husband Is A CEO   Epilog

    Dua bulan kemudian. Langit masih gelap, awan masih tampak hitam. Rembulan sudah mulai turun. Azan subuh sudah berkumandang beberapa menit yang lalu. Jangan harap ada suara kokokan ayam yang menjadi alarm tidur. Ini bukan pedesaan. Orang-orang perkotaan biasanya menggunakan benda kecil dengan suara yang nyaring untuk membangunkan tidur mereka. Hal itu sama seperti Cia, wanita itu biasanya bangun karena alarm. Tapi, hari ini berbeda, Cia terbangun dari tidurnya saat rasa mual tiba-tiba merenggut tidur nyenyaknya.Di dalam kamar mandi, Cia berdiri di depan wastafel dan memuntahkan cairan bening yang terasa pahit di lidahnya. Perutnya terasa melilit, padahal ia tidak sedang menstruasi.Cia menyeka air yang lengket di mulutnya. Tidak ada makanan yang keluar kecuali cairan bening yang terasa pahit.Ruangan yang tidak terlalu besar itu terasa berputar saat Cia mencoba menegakkan t

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 48

    Selesai sarapan pagi, Cia langsung mencuci piring kotor yang sudah Elgan pindahkan dari meja makan ke wastafel yang tidak jauh dari meja kompor. Ada banyak perubahan dari diri Elgan dan Cia sangat mensyukuri itu. Suaminya itu tidak lagi langsung pergi setelah selesai makan, seperti yang sudah-sudah. Kali ini, Elgan akan membantunya melakukan pekerjaan rumah yang bisa ia kerjakan. Awalnya, Cia terperangah saat melihat Elgan memindahkan piring-piring kotor itu ke wastafel. Hingga akhirnya ia mengulum senyum saat melihat Elgan kembali ke meja makan dan membersihkan meja tersebut dengan serbet.Elgan yang tadi melihat wajah keheranan Cia, langsung menjawab tanpa diminta."Aku mau bantuin istriku beresin ini, bolehkan?" Elgan menatap Cia dengan penuh cinta.Cia yang sedang berdiri di depan wastafel semakin mengembangkan senyumnya.Istriku.Kata yang manis.Walaupun perlakuan Elgan sangat sederhana, hal itu sudah mampu menyentuh

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 47

    Elgan baru saja pergi dari pemakaman Alden bersama Niko dan Nadin. Pemakaman yang dilakukan dengan khidmat itu menyisakan kenangan di ingatan mereka. Mereka masih saja tidak menyangka kalau Alden benar-benar telah pergi, padahal rasanya mereka baru saja bertemu. Pertemuan mereka memang tidak disangka-sangka, sama seperti perpisahan kali ini. Semua makhluk hidup pasti akan bertemu azalnya, semua orang tau itu, tapi tetap saja setiap kepergian selalu menyisakan kesedihan. Mengapa harus demikian? Bukankah kita sudah tau akhir dari kehidupan? Bukankah kita tau kematian akan menghampiri siapapun? Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, begitulah konteksnya. Kita tidak dapat membantah dan menghindari hal tersebut.Mereka memasuki ruangan serba putih itu, bau obat-obatan langsung menyambut mereka. Di sana, sudah ada Lira dan Bima, sementara Xavier dan Elena masih di pemakaman, mereka sedang menemani Mr. Bill yang sedang berduka. Elgan segera menghampiri Cia, wanita itu sedang tidur, m

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 46

    Elgan dan Amora berjalan cepat di lorong rumah sakit yang sunyi menuju ruang operasi tempat Cia dan Alden berada. Disana, Elgan melihat kedua mertuanya terduduk lemas. Mereka saling merengkuh, menangis terisak. Terlebih Elena, wanita itu tidak dapat menahan isakannya yang semakin menjadi. Tubuhnya bergetar hebat sejak mendapat kabar tentang kecelakaan putrinya. Elena meradang, kejadian waktu itu kembali terulang. Ia menggeleng kuat ketika pikiran-pikiran buruk mengenai keselamatan putrinya melintas di pikirannya. Disana, Elgan juga melihat keberadaan Mr. Bill. Pria itu tampak terpukul dengan kejadian ini. Tapi apakah itu asli atau hanya sekedar akting?."Ma, Pa." Panggilnya setelah sampai di dekat mertuanya.Xavier menatap Elgan sebentar lalu melirik Amora yang berdiri di samping pria itu. Sementara Elena tetap menangis di pelukan suaminya."Pa, maafin aku. Aku gak bisa jaga Cia dengan baik." Elgan menatap Xavier dengan perasaan bersalah.Ia telah

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 45

    Cia baru saja keluar dari gedung tempatnya bekerja. Sekarang ia tengah mengendarai mobilnya sambil bersenandung ria. Cia mengetuk-ngetuk stir dengan telunjuknya mengikuti irama musik yang ia dengar. Sebuah lagu keluaran terbaru dari Taylor Swift dengan judul It's Time to Go sering ia dengar akhir-akhir ini. Cia menatap jalanan di depannya. Orang-orang tampak sedang menunggu lampu berubah hijau, termasuk dirinya.Cia termenung beberapa saat, pikirannya melayang memikirkan Elgan, pasti pria itu sedang bertemu dengan Amora saat ini. Ia tidak mengungkit hal tersebut tadi pagi karena menunggu pengakuan dari Elgan, tapi tampaknya pria itu tidak berniat memberitahunya bahwa ia akan bertemu Amora sore ini. Cia juga malas untuk bertanya. Biarkan saja pria itu melakukan apapun yang ia suka. Lampu di depannya sudah berubah, Cia langsung tancap gas menyusuri jalanan disana. Beberapa menit kemudian, ia keluar dari mobil setelah melepas sealtbelt dan mengambil tasnya di jok sebelah.

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 44

    Langit masih gelap menandakan hari masih malam, tapi Cia sudah terusik dari tidurnya. Ia melenguh pelan disusul dengan matanya yang kian terbuka. Cia mengusap matanya pelan lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah. Gelap. Ruangan dimana ia dan Elgan tidur hanya diterangi oleh cahaya yang berasal dari lampu yang berada di atas nakas.Cia mengulurkan tangan dan mengambil ponselnya yang berada di atas nakas lalu melihat jam yang tertera di benda pipih itu."Masih jam setengah empat. Berarti gue baru tidur sekitar satu jam setengah, huh!" Ucapnya pelan lalu kembali meletakkan ponselnya ke tempat semula.Cia menoleh ke samping dan melihat Elgan yang masih terpecam. Pria itu tidur menyamping ke arahnya dengan lengan kekarnya yang berada di atas perutnya. Ia yang tadinya tidur telentang kini merubah posisinya menjadi menghadap Elgan. Senyum manis langsung terukir di bibir tipisnya saat melihat wajah Elgan yang tak berekpresi. Dengan perlahan tangannya terulur

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 43

    Elgan memasuki kamar dimana di dalamnya sudah ada Cia yang baru saja keluar dari kamar mandi. Elgan memperhatikan tubuh Cia yang kini sudah dibalut gaun tidur. Sexy dan tentunya menggoda. Elgan yang berdiri kaku di ambang pintu baru menyadari betapa indahnya tubuh ciptaan tuhan tersebut. Kemana saja ia selama ini hingga sekarang ia baru menyadari hal tersebut? Akh! Elgan merutuki dirinya yang telah menyia-nyiakan ke-agresifan Cia dulu.Andai saja dulu ia tidak dibutakan oleh cinta masa lalunya, pasti sekarang ia dan Cia sudah bahagia dan selalu menghabiskan malam mereka dengan kegiatan panas yang menguras tenaga. Huh! Elgan jadi panas dingin memikirkannya."Gimana caranya supaya gue bisa dapetin Cia lagi?"Elgan menyandarkan tubuhnya di kosen pintu sambil memperhatikan gerak gerik Cia yang sedang menyisir rambut di depan cermin.Elgan ingin merasakan tubuh itu lagi!"Akkhh!!" Elgan meremas rambutnya frustasi. Mengapa di saat yang

  • My Cold Husband Is A CEO   Part 42

    Mobil sport hitam yang dikemudi oleh Alden tampak melaju membelah kepadatan kota Jakarta. Gedung-gedung pencakar lagi tak luput dari perjalanan mereka. Para pengguna jalan dari bermacam generasi menjadi point penting untuk kepadatan kota itui. Alden bersenandung kecil mengikuti irama musik yang berasal dari radio. Sebuah lagu yang berjudul; Bukan Dia Tapi Aku yang dibawakan oleh Judika ikut ia nyanyikan bersama jarinya yang sesekali mengetuk-ngetuk stir mobil. Tidak berapa lama kemudian, mobil hitam itu tampak melambat dan berbelok memasuki salah satu gedung pencakar langit lalu berhenti di basement.Alden dan Cia turun dari mobil. Cia yang baru pertama kali datang ke perusahaan itu celinga-celinguk menatap keseluruhan interior. Semuanya tampak cantik dan mewah. Mereka memasuki lobby dan tanpa bertanya kepada resepsionis Alden menarik Cia memasuki lift yang Cia yakin lift itu di khususkan hanya untuk pemegang saham terbesar. Keluar dari lift, Alden kembali menggandeng tangan

DMCA.com Protection Status